Anda di halaman 1dari 7

3.

1 Pariwisata
3.1.1 Definisi Pariwisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 


Pariwisata adalah suatu bidang yang sedang dibicarakan oleh banyak pihak
dikarenakan merupakan salah satu bidang penunjang dalam upaya pelestarian budaya. Undang
– undang nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan pariwisata sebagai
berbagai mavam hal yang berhubungan dengan kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
dan serta layanan / jasa yang disediakan oleh pihak – pihak terkait seperti
masyarakat,pengusaha,pemerintah daerah .

Nyoman S pendit (2002) mendefinisikan Pariwisata adalah salah satu jenis industry
baru yamg mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja ,
peningkatan penghasilan,standar hidup serta menstimulasi sector – sector produktif lainnya.
Goeldner (2003) mendefinisikan pariwisata sebagai proses ,kegiatan dan hasil yang
didapat dari hubungan dan interaksi antarara wisatawan ,tourism-supplier ,pemerintah
setempat,masyarakat setempat dan lingkungan sekitar yang dilibatkan keterkaiatan dan tuan
rumah dari pengunjung.
James J.Spillane (1982), Pariwisata merupakan suatu kegiatan untuk melakukan
perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui
sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas,
berziarah dan tujuan lainnya

3.1.2 Bentuk Pariwisata


A. Menurut Asal Wisatawan
Wisatawan yang hanya berpindah tempat sementara di dalam lingkungan
wilayah Negara sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan,maka disebut
pariwisata domestic,sedangkan kalau ia dating dari luar negeri disebut pariwisata
internasional.
B. Menurut Akibatnya Pada neraca Pembayaran
Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa valuta asing.. Pemasukan
valuta asing ini berart memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran uar negeri
suatu Negara yang dikunjunginya yang ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan
kepergian seseorsng warga Negara ke luar negeri memebri dampak negative terhadap
neraaca pembayran luar negerinya ,disebut pariwisata pasif.
C. Menurut Jangka Waktu
wisatawan menurut lama berkungnjungnya seseorang,yang mana tergantung
kepada ketentuan – ketentuan yang berlakukan oleh suatu Negara untuk mengukur
pendek panjangnya waktu yang dimaksudkan. Yaitu istilah Pariwisata Jangka
Pendek dan Pariwisata Jangka Panjang
D. Menurut Jumlah Wisatawan
Jumlah wisata yang memunculkan istilah Pariwisata Tungal dan Pariwisata
Rombongan
E. Menurut Alat Angkut yang digunakan
Kategori ini dibagi menjadi alat pengangkutan yang digunakan yaitu Pariwisata
udara,laut,kereta api, dan pariwisata mobil tergantung wisatawan yang tiba
menggunakan pesawat udara,kapal laut atau mobil.

3.1.3 Jenis Pariwisata


A. Wisata Budaya
Wisata dengan memeplajari keadaan rakyat,kebiasaan dan adat istiadat
mereka,cara hidup,budaya dan seni.
Sunaryo (2013:26) menjelaskan bahwa pariwisata budaya adalah jenis objek daya
tarik wisata (ODTW) yang berbasis pada hasil karya cipta manusia baik yang berupa
peninggalan budaya maupun nilai budaya yang masih hidup sampai sekarang.
Sillberberg dalam Damanik (2013 : 118) mendefinisikan pariwisata budaya
sebagai kunjungan orang dari luar destinasi yang didorong oleh ketertarikan pada
objek – objek atau peninggalan sejarah,seni,ilmu pengetahian dan gaya hidup yang
dimiliki oleh kelompok,masyarakat ,daerah ataupun lembaga.
Ahimsa-Putra (2004) mendefinisikan wisata budaya yang lestari (sustainable)
adalah wisata budaya yang dapat dipertahankan keberadaannya. Tumbuhnya model
pariwisata budaya yang berkelanjutan atau sustainable cultural tourism tampak
sebagai reaksi terhadap dampak negatif dari pariwisata yang terlalu menekankan
tujuan ekonomi (Suranti, 2005), yang pada dasarnya bertujuan agar eksistensi
kebudayaan yang ada selalu diupayakan untuk tetap lestari.
McKercher (2002) menjelaskan bahwa pariwisata budaya terdiri dari 4 elemen
yaitu pariwisata, penggunaan aset pusaka budaya, konsumsi produk dan pengalaman
serta wisatawan budaya. Elemen-elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Pariwisata.
Pariwisata budaya merupakan salah satu bentuk dari pariwisata itu sendiri bukan
salah satu cara pengelolaan pusaka budaya. Sebagai salah satu bentuk
pariwisata, maka kegiatan pariwisata budaya akan menarik pengunjung dari luar
wilayah setempat yang melakukan perjalanan untuk mencari kesenangan dalam
waktu yang sempit, dan yang hanya tahu sendikit tentang aset yang dikunjungi.
2. Penggunaan Aset Pusaka Budaya
ICOMOS (2012) mendefinisikan heritage sebagai konsep luas yang melingkupi
tangible assets, seperti lingkungan alam dan lingkungan budaya meliputi
pemandangan, tempat bersejarah, situs dan lingkungan terbangun dan aset
intagible, seperti paktek budaya, pengetahuan dan pengalaman hidup. Aset-aset
ini diidentifikasi dan dikonservasi lebih melihat nilai intrinsik dan significance
untuk komunitas dibandingkan nilai ekstrinsik seperti atraksi wisata. 

3. Konsumsi pengalaman wisata dan produk 

Wisatawan budaya ingin mengkonsumsi pengalaman budaya yang bervariasi.
Untuk memfasilitasi konsumsi ini, pusaka budaya (cultural heritage) harus
diubah menjadi produk wisata budaya. Proses pengubahan tersebut tidak baik
di mata beberapa pihak namun hal tersebut merupakan salah satu cara dalam
pengembangan yang baik dan pengelolaan yang berkelanjutan bagi produk
pariwisata budaya. 

4. Wisatawan
Pariwisata budaya mempertimbangkan wisatawannya, Banyak definisi yang
mengatakan bahwa semua wisatawan budaya termotivasi atau memutuskan
untuk berwisata untuk pembelajaran yang dalam, penuh pengalaman atau alasan
eksplorasi diri. Tapi tidak jarang wisatawan yang hanya melakukan kunjungan
ke suatu pusaka budaya untuk mengetahui saja atau bahkan hanya bagian dari
sebuah perjalanan.

B. Wisata Kesehatan
Perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk menukar kaeadaan
dan ingkan tempat sehari – hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat
baginya dalam arti jasmani dan rohani,dengan mengunjungi tempat peristirahatan
seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan,dan tempat –
tempat yang meneydiakan fasilitas lainnya.
C. Wisata Olahraga
Perjalanan wisatawan yang dimaksudkan untuk berolahraga atau memang sengaja
bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara.
D. Wisata Komersial
Perjalanan untuk mengunjungi pameran – pameran dan pecan raya yang bersifat
komersial,seperti pameran industry.Wistaa Komersial ini menjadi kenyataan menarik
bago kaum pengusaha untuk membuat rencana istimewa.
E. Wisata Industri
Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa,atau orang orang
awam ke suatu kompleks ataua darah perindustrian dimana terdapat pabrik / bengkel
besar untuk dimaksudkan diadakan peninjauan atau penelotian.
F. Wisata Politik
Perjalanan unutu mengunjungi atau mengabil bagian secara aktif dalam peristiwa
kegiatan politik,seperti perayaan ulang tahun suatu Negara
G. Wisata Konvensi
Wisata yang dekat dengan wisata jenis politik.Berbagai Negara menyiapkan wisata
konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan serta ruangan- ruangan tempat
bersidang bagi pesrta konvensi.
H. Wisata Sosial
Wisata dnegan perorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah memebri
kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah utnuk mengadakan
perjalanan

3.1.4. Pengembangan Destnasi Wisata


Cooper dkk dalam Sunaryo (2013: 159) menjelaskan bahwa kerangka
pengembangan destinasi pariwisata terdiri dari komponen- komponen utama sebagai
berikut:
A. Obyek daya’ tarik wisata (Attraction) yang mencakup keunikan dan daya tarik
berbasis alam, budaya, maupun buatan/artificial.
B. Aksesibilitas (Accessibility) yang mencakup kemudahan sarana dan sistem
transportasi. 

C. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung
wisata. 

D. Fasilitas umum (Ancillary Service) yang mendukung kegiatan pariwisata. 

E. Kelembagaan (Institutions) yang memiliki kewenangan, tanggung jawab dan
peran dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata. 


Aspek 4A (Attraction, Accessibility, Amenities, Ancillary Service).


A. Attraction

Menurut Suwena (2010: 88), atraksi atau obyek daya tarik wisata (ODTW) merupakan
komponen yang signifikan dalam menarik kedatangan wisatawan. Hal yang dapat
dikembangkan menjadi atraksi wisata disebut dengan modal atau sumber kepariwisataan
(tourism resources). Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga, yaitu 1)
Natural Resources (alami) seperti gunung, danau, pantai dan bukit; 2) atraksi wisata budaya
seperti arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, seni dan kerajinan, ritual,
festival, kehidupan masyarakat sehari-hari, keramahtamahan, makanan; dan 3) atraksi
buatan seperti acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi dan lain-lain.

Modal kepariwisataan menurut Suwena (2010: 89) dapat dikembangkan menjadi atraksi
wisata di tempat modal wisata ditemukan (in situ) dan di luar tempatnya yang asli (ex situ).
Atraksi wisata dibedakan lagi menjadi atraksi penahan dan atraksi penangkap wisatawan.


B. Accessibility

Menurut Sunaryo (2013: 173), aksesibilitas pariwisata dimaksudkan sebagai “segenap


sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi
maupun tujuan wisata terkait”. Menurut French dalam Sunaryo (2013: 173) menyebutkan
faktor-faktor yang penting dan terkait dengan aspek aksesibilitas wisata meliputi petunjuk
arah, bandara, terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi transportasi
menuju lokasi wisata dan perangkat lainnya.

C. Amenities


Sugiama (2011) menjelaskan bahwa amenitas meliputi “serangkaian fasilitas untuk


memenuhi kebutuhan akomodasi (tempat penginapan), penyediaan makanan dan
minuman, tempat hiburan (entertainment), tempat-tempat perbelanjaan (retailing) dan
layanan lainnya”. French dalam Sunaryo (2013: 173) memberikan batasan bahwa amenitas
bukan merupakan daya tarik bagi

wisatawan, namun dengan kurangnya amenitas akan menjadikan wisatawan menghindari


destinasi tertentu.


D. Ancillary Service

Sunaryo (2013: 159) menjelaskan ancillary service lebih kepada ketersediaan sarana
dan fasilitas umum yang digunakan oleh wisatawan yang juga mendukung
terselenggaranya kegiatan wisata seperti bank, ATM, telekomunikasi, rumah sakit dan
sebagainya. Sedangkan Sugiama (2011) menjelaskan bahwa ancillary service mencakup
keberadaan berbagai organisasi untuk memfasilitasi dan mendorong pengembangan serta
pemasaran kepariwisataan destinasi bersangkutan.

3.1.5. Kelembagaan Pariwisata

Kelembagaan kepariwisataan dijelaskan dalam UU tentang Kepariwisataan nomor 10


tahun 2009 sebagai “keseluruhan institusi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
daerah, swasta dan masyarakat, sumberdaya manusia, mekanisme operasional serta
regulasi yang terkait dengan kepariwisataan”. Sunaryo (2013: 117) menjelaskan peran dan
fungsi dari komponen pelaku usaha maupun pemangku kepentingan pengembangan
kepariwisataan sebagai berikut:


1. Pemerintah pusat maupun daerah

Peran pemerintah di Indonesia disamping berfungsi utama sebagai regulator dalam


menentukan norma, standar, prosedur dan kriteria pengembangan kepariwisataan, juga
masih terlibat secara langsung dalam manajemen pengembangan kepariwisataan.
Selain itu peran pemerintah adalah sebagai fasilitator dalam program promosi dan
pemasaran kepariwisataan nasional serta pengembangan Destinasi Pariwisata pada
tingkat Nasional (DPN), Kawasan Strategis Pariwisata tingkat Nasional (KSPN)
maupun Kawasan Khusus Pariwisata Nasional (KPPN). Pemerintah daerah Provinsi
mempunyai fungsi melaksanakan tugas pembantuan untuk melakukan promosi dan
pemasaran kepariwisataan provinsi. Sedangkan untuk Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, mempunyai peran utama untuk bekerjasama dengan pemangku
kepentingan yang lain (Industri dan Masyarakat) untuk menyusun Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dan mengimplementasikannya sesuai dengan amanah Undang-
Undang No.10 Tahun 2009.

2. Swasta atau industri pariwisata

Organisasi swasta/industri juga dijelaskan dalam UU No. 10 tahun 2009 pasal 1 angka
7 dan 8 yang berarti orang atau sekelompok orang (pengusaha) yang menjadi penyedia
barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan
kegiatan pariwisata. Menurut UU tentang kepariwisataan juga dijelaskan bahwa ada
dua lembaga swasta yang ditetapkan sebagai mitra kerja pemerintah baik pemerintah
pusat maupun daerah dan masyarakat dalam pengembangan serta pengelolaan
kepariwisataan di Indonesia. Kedua lembaga swasta tersebut adalah:

1) Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan Badan Promosi Pariwisata Daerah
(BPPD). 


2) Gabungan Industri Pariwisata Indonesia, yang 
 keanggotaannya terdapat unsur-


unsur yang terdiri dari pengusaha pariwisata, asosiasi usaha pariwisata, asosiasi
profesi dan asosiasi lain yang terkait langsung dengan pariwisata 


3. Masyarakat pariwisata

Menurut penjelasan pasal 5 huruf e UU Kepariwisataan No.10 tahun 2009


menyebutkan bahwa organisasi masyarakat adalah masyarakat yang bertempat tinggal
di dalam wilayah destinasi pariwisata yang berperan aktif mengorganisir kegiatan
pariwisata dan diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan
kegiatan pariwisata di tempat tersebut. Masyarakat setempat yang berdomisili di sekitar
destinasi yang dikunjungi wisatawan memegang peranan yang sangat penting, baik
sebagai pelaku usaha, tenaga kerja maupun sebagai tuan rumah (Host) dalam
menyelenggarakan kegiatan kepariwisataan di suatu destinasi.

3.1.6. Potensi Pariwisata


Potensi daya tarik wisata lain yang dikelompokkan dalam tiga aspek yakni Something
to See, Something to Do dan Something to Buy.

1. Something to See (Sesuatu yang dapat dilihat)
Sesuatu daya tarik pada kawasan wisata yang dapat dilihat dan menarik wisatawan
untuk mengunjungi Objek tersebut
2. Something to Do (Sesuatu yang dapat dikerjakan)
Sesuatu aktivitas yang dapat dikerjakan di objek Wisata yang dapat menarik minat
wisatawan.
3. Something to Buy (Sesuatu yang dapat dibeli )
Berupa barang atau cinderamata yang dapat dijual dan enandakan ke-khasan daerah
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai