Anda di halaman 1dari 7

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

-Pemeriksaan Visus & Buta Warna-

Disusun oleh :

Nama : Ranbebasa Bijak Buana


NIM : 41140022

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI

Pendahuluan ........................................................................... 1
Dampak Kerusakan Lingkungan ditinjau dari Sudut Pandang
Unsur Kebudayaan ................................................................. 2
Peran dan Solusi yang dapat diberikan ................................... 5
Kesimpulan ............................................................................. 5

Daftar Pustaka ........................................................................ 6

1
1. Pendahuluan
a. Kasus

Gambar diatas adalah potongan dari artikel berita yang menuliskan mengenai
progresifitas perusakan hutan yang terjadi di Kalimantan sebagai akibat penebangan hutan.
World Wildlife Fund memprediksi penyusutan hutan Kalimantan akan mencapai angka 10-13
juta hektar lahan dalam kurun waktu 2015 -2020 apabila kecepatan deforestasi tidak
mengalami penurunan. Penebangan hutan kalimantan memberikan dampak yang sangat luas
baik bagi habitat lokal, termasuk masyarakat disekitar dan terutama dunia. Tulisan ini akan
membahas kasus diatas melalui pendekatan sosial dan budaya dengan analisis dampak serta
solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi hal tersebut.

b. Apa Penyebabnya?

Meningkatnya kebutuhan dunia terhadap kayu merupakan salah satu penyebab


meningkatnya penebangan hutan. Kayu dibutuhkan sebagai bahan dasar rumah dan perabotan
rumah tangga, terutama didaerah miskin kayu seperti Eropa. Indonesia, sebagai salah satu
negara perifer akan menyediakan bahan mentah kepada pabrik di eropa yang mayoritas

2
negaranya adalah termasuk didalam kategori “core country” untuk diolah menjadi perabotan
dengan nilai tinggi. Peningkatan produksi perabotan rumah tangga dan bahan dasar rumah
adalah sebagai akibat meningkatnya tingkat konsumerisme masyarakat dunia. Hal ini dipicu
oleh efek dari globalisasi dimana masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi yang tinggi (di
negara – negara maju) cenderung ingin mengikuti trend yang berlangsung didunia, tidak
terkecuali trend perabotan rumah tangga maupun tren untuk memiliki hunian baru, hal ini
memicu daya beli yang tinggi pada masyarakat dunia.

Selain hal diatas, neokolonialisme juga menyusup dalam tatanan hidup bermasyarakat
di lokasi setempat, dimana korporasi dengan tujuan mencari keuntungan berkolusi dengan
pemerintah setempat untuk dapat mengeruk keuntungan dari hasil hutan sebanyak –
banyaknya dan secepatnya tanpa memikirkan dampak negatif yang dihasilkan, salah satunya
dengan melanggar izin yang diberikan atau fabrikasi izin luas lahan yang dikeluarkan oleh
pemerintah menjadi lebih luas dari ketentuan yang berlaku.

2. Dampak Kerusakan Lingkungan ditinjau dari Sudut Pandang Unsur Kebudayaan


Tanpa diragukan lagi, kerusakan lingkungan akan mempengaruhi masyarakat dalam
banyak aspek kehidupan, baik dari segi kebudayaan, sosial dan ekonomi. Berikut adalah
dampak dari kerusakan lingkungan apabila ditinjau dari unsur-unsur kebudayaan universal.

a. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Peningkatan terhadap permintaan kayu membuat manuasia menciptakan mesin yang


didesain khusus untuk mempercepat pemotongan dan pengolahan kayu. Dampak positifnya
tentu adalah kemajuan teknologi manusia, dimana awalnya hanya menggunakan kapak dan
tenaga manusia, namun karena ingin meningkatkan dan mempercepat produksi maka
digunakan alat dengan tenaga mesin yang jauh lebih cepat dan efisien. Dampak negatif dari
hal tersebut adalah laju penggundulan hutan semakin cepat dan kecepatan pohon untuk
tumbuh kembali tidak dapat mengimbanginya, sehingga jumlah pohon semakin sedikit.

b. Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian Hidup

Perusahaan umumnya menggunakan tenaga orang lokal untuk melakukan


pemotongan kayu, salah satu motifnya adalah untuk mengurangi kemungkinan protes dari
masyarakat lokal. Dampak positifnya adalah meningkatnya taraf ekonomi masyarakat lokal
namun hal ini juga menimbulkan dampak negatif, yaitu masyarakat menjadi terlalu

3
bergantung pada pekerjaan tersebut, sehingga ketika izin perusahaan itu telah habis dan
mereka kehilangan pekerjaan, mereka menjadi kebingungan sehingga menimbulkan
penurunan taraf ekonomi.

c. Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi

Kebanyakan wilayah di kalimantan adalah daerah – daerah yang sulit terjangkau dan
terpencil, sehingga interaksi dengan masyarakat diluar tatanan masyarakat mereka sangat
jarang terjadi, dampak dari masuknya perusahaan pengolah hasil hutan adalah meningkatnya
arus interaksi antara masyarakat lokal dengan orang luar, hal ini menyebabkan perubahan
pada sistem kemasyarakatan warga lokal daerah tersebut. Munculnya perusahaan yang
seringkali melanggar izin pengolahan hasil hutan juga mendorong munculnya lembaga –
lembaga swadaya masyarakat yang berfokus dalam pengawasan hal tersebut.

d. Ilmu Pengetahuan

Kebanyakan masyarakat lokal tidak mengetahui dampak dari penebangan yang


mereka dan korporasi lakukan, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat lokal yang
seringkali tidak tinggi karena kesulitan akses ke sarana pendidikan, sehingga masyarakat
lokal seringkali tidak memandang dari segi dampaknya terhadap perusakan lingkungan dan
dampak kedepannya namun lebih kepada bagaimana menghasilkan produk sebanyak
mungkin untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin.

e. Sistem Kepercayaan

Masyarakat lokal kalimantan memiliki kepercayaan bahwa alam adalah sumber


kehidupan dan sangat penting untuk menjaga harmoni dengan alam, namun dengan
masuknya korporasi yang tidak memahami dan tidak menghormati kepercayaan tersebut serta
menawarkan keuntungan berupa uang kepada masyarakat lokal , membuat terjadinya
pergeseran pada kepercayaan masyarakat, dimana mereka tidak lagi mementingkan
kepercayaan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka, dan hanya mengejar
keuntungan semata, hal ini sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan, dimana generasi
baru masyarakt tersebut juga sudah mulai terpengaruh dengan pergeseran kepercayaan
tersebut.

4
3. Peran dan Solusi yang dapat diberikan

Salah satu masalah yang menjadi penyebab pengerusakan lingkungan hutan adalah
kuranganya pengetahuan masyarakat lokal terhadap dampak kedepan dari penebangan hutan
tanpa kendali serta kurangnya pengawasan yang dilakukan terhadap ilegal logging yang
dilakukan oleh korporasi –korporasi. Sebagai mahasiswa salah satu peran yang dapat kita
lakukan adalah penguatan tingkat pengetahuan masyarakat setempat akan dampak dari
penebangan hutan tidak terkendali yang mereka lakukan, dengan pendekatan yang tetap
memperhatikan kearifan lokal daerah tersebut, salah satunya adalah melalui tokoh
masyarakat lokal atau pemimpin lokal daerah tersebut, dengan menggunakan materi yang
mengena pada sendi – sendi bermasyarakat mereka tanpa berusaha menghakimi, harapannya
dengan meningkatnya pengetahuan akan dampak pengerusakan lingkungan tersebut maka
masyarakat dapat mengurangi kecepatan penebangan.

Kedua adalah melakukan advokasi dengan stakeholder terkait baik tingkat wilayah
maupun nasional untuk memaparkan dampak dari pengerusakan yang telah terjadi, dengan
harapan sistem pengawasan dan sistem penghukuman dapat lebih diperketat lagi, salah
satunya dengan dikeluarkannya produk hukum untuk mengatur pemanfaatan sumber daya
alam yang bertanggung jawab sesuai dengan amanat undang – undang dasar. Ketiga adalah
mempromosikan dan menggalakan program reboisasi melalui kerjasama dengan organisasi –
organisasi internasional maupun nasional yang memiliki kepedulian terhadap keadaaan
pengerusakan hutan.

4. Kesimpulan

Pada akhirnya, pengerusakan lingkungan akibat penebangan hutan yang tidak


terkendali akan sangat mempengaruhi masyarakat disekitar tempat tersebut bahkan
masyarakat dunia sebagai akibat dampak yang ditimbulkan. Perlu dicanangkan dan dilakukan
usaha solutif terhadap masalah ini untuk menghindari pengerusakan lebih lanjut dari habitat
hutan di kalimantan dengan melibatkan pemerintah dan masyarakat setempat.

5
DAFTAR PUSTAKA

Deutsche Welle. (2017, 6 Juni). WWF: Kalimantan Bakal Kehilangan 75 Persen Hutan Pada
2020. Diperoleh 03 Desember 2017, dari http://www.dw.com/id/wwf-kalimantan-bakal-
kehilangan-75-persen-hutan-pada-2020/a-39124270.

Pranadji, Tri. (2006). Keserakahan, Kemiskinan dan Kerusakan Lingkungan. Analisis


Kebijakan Pertanian , 3(4), pp 313-325..

Obidzinski, Krystof. (2006). Penyelundupan kayu di Indonesia masalah genting atau


berlebihan?. Jakarta : Harapan Prima.

Anda mungkin juga menyukai