Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami ajaran Islam secara menyeluruh adalah bagian dari manhaj Islam itu
sendiri. Kita diperintahkan untuk menyelami seluk-beluk Islam, mulai dari hal yang sangat
penting dan mendasar seperti akidah atau tauhid, hingga masalah hukum, ibadah, muamalah,
dan lain-lain. Allah berfirman: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada
(sesembahan, tuhan yang hak) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Muhammad: 19) “Ikutilah apa yang diturunkan
kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.
Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (darinya).” (al-A’raf: 30) Salah satu ajaran Islam
yang dewasa ini nyaris ditinggalkan dan dianggap tabu oleh sebagian orang, serta oleh
sebagian lainnya digembar-gemborkan secara membabi-buta tanpa bimbingan dan ketentuan
syar’i, adalah al-muwalah (sikap loyal/setia) dan al-mu’adah (permusuhan), atau yang
diistilahkan dengan Al Wala’ Wal Bara’.
Al Wala` dan Al Bara` maksudnya adalah mencintai orang-orang yang beriman dan
loyal kepada mereka, membenci orang-orang kafir dan memusuhi mereka, berlepas diri dari
mereka dan dari agama mereka. Inilah pengertian Al Wala` dan Al Bara`, seperti firman
Allah SWT dalam surat Al – Mumtahinah:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:”Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS. al-Mumtahinah: 4)

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Al Wala’ dan Al Bara’ ?
2. Kedudukan Al Wala’ dan Al Bara’ dalam Islam ?
3. Kedudukan Aqidah Al Wala’ dan Al Bara’ dalam Syariat Islam ?
4. Bentuk Al Wala’ dan Al Bara’ yang harus dan di haramkan dan hak-hak ?
5. Pembagian manusia berdasarkan Aqidah Al Wala’ dan Al Bara’ ada 3 bagian?
6. Pembagian sikap Al Wala’ dan Al Bara’ kepada orang-orang kafir dan musyrik?
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Wala’ dan Al Bara’


Masalah Al Wala’ (loyalitas/kecintaan) dan Al Bara’ (berlepas diri/kebencian) adalah
masalah yang sangat penting dan ditekankan kewajibannya dalam Islam, bahkan merupakan
salah satu landasan keimanan yang agung, yang dengan melalainkannya akan menyebabkan
rusaknya keimanan seseorang.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “al-baraa’ah (sikap berlepas
diri/kebencian) adalah kebalikan dari al-wilaayah (loyalitas/kecintaan), asal dari al-baraa’ah
adalah kebencian dan asal dari al-wilaayah adalah kecintaan, yang demikian itu karena
hakikat tauhid adalah (dengan) tidak mencintai selain Allah dan mencintai apa dicintai Allah
karena-Nya, maka kita tidak (boleh) mencintai sesuatu kecuali karena Allah dan (juga) tidak
membencinya kecuali karena-Nya”.
Dan ini merupakan bagian dari agama (yang dianut) nabi Ibrahim shallallahu ‘alahi
wa sallam dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya, yang kita diperintahkan untuk
meneladani mereka, dalam firman Allah yang berbunyi:
     
   
   
     
   
 
  
    
   
       
   
   
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada (diri nabi) Ibrahim dan
orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka ”Sesungguhnya
kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
kekafiranmu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata.” (QS. Al-Mumtahanah: 4).
Juga merupakan bagian dari agama (yang dianut) nabi Muhammad shallallahu ‘alahi
wa sallam,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

2
    
  
   
     
      
 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang yahudi dan
Nasrani sebagai kekasih/teman dekat(mu); sebagian mereka adalah kekasih bagi sebagian
yang lain. Barangsiapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai kekasih/teman dekat,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” (QS. Al-Maidah: 51).

Kaitan-kaitan Al Wala’ dan Al Bara dibagi menjadi 4:


1. Perkataan; zikir dicintai Allah, mencela dan menuduh dibenci Allah.
2. Perbuatan; (sholat, puasa, zakat, sedekah, dan berbuat kebajikan) dicintai Allah, (riba,
zina, minum khamr) dibenci Allah.
3. Kepercayaan; (iman, tauhid) dicintai Allah, (kufur, syirik) dibenci Allah.
4. Orang; orang beriman yang mengesakan Allah dicintai Allah, orang kafir dan musrik
dibenci Allah
Al Wala wal Bara’ adalah ikatan iman yang sangat kokoh, sebagaimana merupakan
ibadah hati yang direalisasikan dalam perkataan dan perbuatan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman:
 
   
  
   
   
   
      
Artinya: ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
[adalah] menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka
taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” ( Attaubah: 71).

B. Kedudukan Al Wala’ dan Al Bara’ dalam Islam


Ketika menjelaskan agungnya kedudukan masalah ini dalam keimanan dan tauhid,
Imam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Tidak akan lurus (benar) keislaman

3
seseorang, meskipun dia telah mentauhidkan Allah dan menjauhi (perbuatan) syirik, kecuali
dengan memusuhi orang-orang yang berbuat syirik dan menyatakan kepada mereka
kebencian dan permusuhan tersebut.”
Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah lebih lanjut menjelaskan,
“Sikap loyal dan cinta terhadap orang-orang yang menentang Allah menunjukkan lemahnya
keimanan dalam hati seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya, karena tidaklah masuk akal jika
seseorang mencintai sesuatu yang dimusuhi kekasihnya (Allah SWT). Tidak diragukan lagi
perbuatan ini akan menghilangkan kesempurnaan iman atau keseluruhannya. Maka wajib
bagi seorang mukmin untuk membenci dan memusuhi orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, meskipun orang tersebut adalah kerabat terdekatnya, akan tetapi ini tidak
menghalangi kita untuk menasehati dan mendakwahi orang tersebut kepada kebenaran.
Syeikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini berkata,
“…Seorang hamba tidak akan menjadi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat
dengan (keimanan) yang sebenarnya kecuali setelah dia mengamalkan kandungan dan
konsekuensi imannya, yaitu mencintai dan berloyalitas kepada orang-orang yang beriman
(kepada Allah), serta membenci dan memusuhi orang-orang yang tidak beriman, meskipun
mereka orang yang terdekat hubungannya dengannya.
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, kedudukan Al Wala’ dan Al Bara’ dalam Islam bisa
dilihat dari beberapa poin berikut:
1. Al Wala’ dan Al Bara’ adalah syarat keimanan seorang muslim.
2. Al Wala’ dan Al Bara’ merupakan ikatan keimanan yang kokoh. Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ikatan iman yang paling kokoh adalah
mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.”(HR. Muslim).
3. Tidak adanya Al Wala’ dan Al Bara’dalam diri seorang muslim bisa
mengantarkannya kepada kekufuran.

C. Kedudukan Aqidah Al Wala’ dan Al Bara’ dalam Syariat Islam


1. Bagian penting dari makna syahadat
2. Bagian dari ikatan iman yang terkuat
3. Sebab utama hati bisa rasakan manisnya iman
4. Tali hubungan di atas mana masyarakat Islam dibangun
5. Meraih pahala yang sangat besar
6. Perintah syariat untuk dahulukan hubungan ini daripada hubungan lain

4
7. Jika konsep ini teraplikasi, akan memperoleh walayatullah (lindungan dan kewalian
dari Allah)
8. Tali penghubung yang kekal di antara manusia hingga hari kiamat
9. Syarat sahnya ucapan syahadat
10. Jika konsep ini tidak dijalankan, menjadi kafir.
11. Penyempurna keimanan

D. Bentuk Al Wala’ dan Al Bara’ yang harus dan di haramkan dan hak-hak
Diantara bentuk Al Wala’ dasar yang harus dimiliki Muslim sebagai berikut:
1. Al Wala’ kasih sayang kepada sesama muslim. Muslim harus memberikan kasih
sayangnya kepada saudara seakidah, tidak boleh menzaliminya. Rasul SAW bersabda
“Perumpamaan mukmin dalam kasih sayang dan cinta sebagaimana satu tubuh, jika satu
bagiannya merintih sakit maka bagian yang lain merasa panas dan demam” (HR.
Muslim).
2. Al Wala’ pertolongan dan dukungan kepada sesama Muslim. Anas bin Malik berkata:
Rasulullah SAW bersabda “tolonglah saudaramu ketika ia berbuat zalim atau
dizalimi.”Para Sahabat bertanya: “wahai Rasul, menolongnya ketika dizalimi.
Bagaimana menolongnya ketika ia berbuat zalim?” Rasul menjawab: “kamu
mencegahnya dari berbuat zalim.” (HR. Bukhari).
Adapun diantara bentuk Al Wala’ yang dilarang atau harus melakukan Al Bara’
sebagai berikut:
1. Al Wala’ cinta dan sayang kepada orang-orang kafir. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah
menafikan keimanan dari diri siapa yang mencintai orang-orang kafir, mencintai mereka
tanpa menganggap masalah terkait agama dan keyakinan yang mereka anut. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak
atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah
telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolonganyang datang daripada-Nya.”(Al Mujadilah: 22).
2. Al Wala’ pertolongan dan dukungan kepada orang kafir atas muslim. Adalah sebuah
dosa jika seorang Muslim bersekongkol dengan kafir untuk memusuhi dan menciderai
Muslim. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,

5
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali 1[6] dengan meninggalkan
orang-orang mu’min.
3. Mendukung orang-orang kafir untuk menjadi pemimpin yang menguasai orang-orang
Mukmin. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “dan Allah sekali-kali tidak akan
memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman.”(An-Nisaa’: 141).
E. Hak-Hak Al-Wala’
1. Hijrah
2. Membantu dan menolong kaum muslimin
3. Terlibat dalam permasalahan kaum muslimin
4. Mencintai kaum muslimin seperti mencintai diri sendiri
5. Tidak mengejek, melecehkan, mencari aib dan berghibah serta menyebarkan namimah
kepada kaum muslimin
6. Mencintai dan selalu berusaha berkumpul bersama kaum muslimin
7. Melakukan apa yang menjadi hak kaum muslimin (menjenguk yang sakit, mengantar
jenazah, dll)
8. Bersikap lembut, mendoakan serta memohon ampun bagi kaum muslimin
9. Amar ma’ruf nahi munkar serta menasehati kaum muslimin
10. Tidak cari-cari aib dan kesalahan kaum muslimin serta buka rahasia mereka kepada
musuh Islam
11. Memperbaiki hubungan di antara kaum muslimin
12. Tidak menyakiti kaum muslimin
13. Bermusyawarah dengan kaum muslimin
14. Ihsan dalam perkataan dan perbuatan
15. Bergabung dalam jamaah kaum muslimin dan tidak berpisah dengan mereka
16. Tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

F. Pembagian manusia berdasarkan Aqidah Al Wala’ dan Al Bara’ ada 3 bagian


1. Orang yang berhak mendapatkan wala’ (loyalitas) mutlak:
Orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan perintah Allah
dan meninggalkan larangan Allah dengan ikhlas karena Allah.
2. Orang yang berhak mendapat wala’ di satu sisi dan bara’ di sisi lain:

1
Majmuat Al Ulama’ Tahta Isyraf Abdullah ibnu Abdul Muhsin, At Tafsirul Muyassar, Maktabah
Syamilah, Juz. 4, Hal.408

6
Muslim yang melakukan maksiat, yang melalaikan sebagian kewajiban agama,
melakukan sebagian perbuatan yang diharamkan Allah namun tidak menyebabkan ia
menjadi kufur dengan tingkatan kufur besar.
3. Orang yang berhak mendapat bara’ mutlak:
Orang musyrik, kafir (Yahudi, Nasrani, Majusi, dll)

G. Pembagian sikap Al Wala’ dan Al Bara’ kepada orang-orang kafir dan musyrik
Sikap Al wala’ dan Al bara’ kepada orang-orang kafir dan musyrik ada dua macam
dan keduanya memiliki hukum yang berbeda, yaitu:
a. At-Tawalli, yang berarti mencintai perbuatan syirik dan pelakunya, atau menolong,
membantu dan mendukung mereka untuk (melawan) orang-orang mukmin, atau senang
dengan semua itu, maka ini (hukumnya) adalah kekafiran yang besar (yang
menyebabkan seseorang keluar/murtad dari agama Islam).
b. Al-Muwaalaah, yang berarti saling berkasih sayang dan bersahabat, lawannya saling
bermusuhan dan membenci. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah
merahmatinya – berkata, “Sesungguhnya al-wilaayah(loyalitas/kecintaan) adalah lawan
dari al-’adaawah (permusuhan), dan al-wilaayah mengandung (konsekuensi) kecintaan
dan kecocokan, sedangkan al-’adaawah mengandung (konsekuensi) kebencian dan
ketidakcocokan.”[13]2
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah merahmatinya – berkata, “Terkadang
seorang (muslim) mencintai orang kafir karena (ada hubungan) keluarga atau keperluan
(dunia), maka kecintaan ini adalah perbuatan dosa yang mengurangi (kesempurnaan)
imannya, akan tetapi tidak menjadikannya kafir (keluar dari Islam), sebagaimana yang
terjadi pada Hathib bin Abi Balta’ah[143] radhiallahu ‘anhu.”[15]4
Maka perbadaan antara at-tawalli dan al-muwaalaah adalah bahwa at-tawalli termasuk
kekafiran besar yang menyebabkan pelakunya keluar (murtad) dari agama Islam, sedangkan
al-muwaalaah adalah dosa besar (yang tidak sampai tingkat kekafiran).

2
Muhammad Nasiruddin Al Albani, Assilsilah ash Shahihah,Maktabah Ma’arif, Riyadh, tt. Juz.3,
Hal.33
3
Muhammad ibnu Abdullah Al Khatib, Misykatul Mashabih. Maktabah Islami, Bairut, 1985, Juz. 3,
Hal. 74
4
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahihhul Jami’, Maktabah Syamilah, Juz. 3, Hal. 83

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpuan
Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang
mengikuti dan melaksanakan agama Islam dengan sungguh-sungguh sebagaimana Allah
‘Azza wa Jalla telah menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang memerangi
agama Islam. Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah,
tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan dan mengamalkan
kalimat inilah dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka.
Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan membenci
karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah. Inilah yang disebut al
wala’ wal baro’.
Al Wala` dan Al Bara` maksudnya adalah: mencintai orang-orang yang beriman dan
loyal kepada mereka, membenci orang-orang kafir dan memusuhi mereka, berlepas diri dari
mereka dan dari agama mereka. Inilah pengertian wala` dan bara`, seperti firman Allah SWT
dalam surat Al-Mumtahinah:
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-
orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:”Sesungguhnya
kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. al-Mumtahinah: 4)

8
DAFTAR PUSTAKA

Al Fauzan,Syaikh Shalih bin Abdullah bin Shalih. 2012 . Al Wara’ Wal Bara’. Al Mubarak :
Bogor
Muhammad ibnu Abdullah Al Khatib, Misykatul Mashabih. Maktabah Islami, Bairut, 1985,
Juz. 3.
Qohthani,Syaikh Muhammad Said Al. 2014. Al Wala’ wal Bara’ Konsep Loyalitadan
Permusuhan dalam Islamm. Ummul Qura : Jakarta
Yusuf,Al Ustadz Abu Hamzah.2010.Al Wala Wal Bara Sebuah Keharusan.

Anda mungkin juga menyukai