Disusun untuk memenuhi tugas stase Anak semester I prodi Ilmu Profesi
STIKES dr. Soebandi Jember
Disusun Oleh :
Devi Lestari (17020017)
Fika Novita Sari (17020031)
Hoirul Anam (17020036)
Rivana Zuhro W (17020078)
Victor Radiansyah P (17020091)
Yusroful Miad (17020101)
c. Etiologi
Manuaba (2004) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin.
besar melebihi 4.000 gram. Penyebab Sectio caesarea sebagai
berikut:
1. Chepalo Pelvik Disproportion / CPD
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. Pre-Eklamsi Berat / PEB
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre- eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba Ubun-Ubun Besar (UUB) yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.
4) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa
jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki.
d. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorkepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa untuk ibu.Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi
port de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan
gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan
anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi
umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah.
Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi
bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap
nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan
berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi
ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus
Seperti yang telah diketahui setelah makanan
masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan
bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di
lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas
yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002).
e. Komplikasi Sectio Caesarea
1. Nyeri pada daerah insisi,
2. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan
mencapai homeostatis karena insisi rahim atau akibat
atonia uteri yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa
persalinan,
3. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dari
komplikasi ini lebih besar bila Sectio Caesaria
dilaksanakan selama persalinan atau bila terdapat
infeksi dalam rahim,
4. Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung
kemih yang lebar dan ureter,
5. Infeksi akibat luka pasca operasi,
6. Bengkak pada ekstremitas bawah,
7. Gangguan laktasi
8. Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul,
9. Potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional
(Farrer,2006)
2.1.2 Preeklampsia/Eklampsia
1. Pengertian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria yang abnormal
yang timbul selama kehamilan, persalinan, atau masa nifas. (Datta,
2009, Hal 117) Pre eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema dan protein urine yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya timbul dalam triwulan ke-3 kehamilan.
Hipertensi biasanya timbul lebih dulu daripada tanda-tanda lain.
Umumnya untuk menegakkan diagnostik pre-eklampsia, kenaikan
tekanan siskolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang
biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih, Apabila
tekanan diastolik naik hingga 15 mmHg / lebih / mencapai 90 mmHg
atau lebih. Maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan TD
dilakukan minimal 2x dengan jarak 6 jam pada keadaan istirahat.
(Winkjosastro, Hanifa, 2007, Hal 281-282)
2. Patofisiologi Pre-eklampsia
Pada pre-eklampsia, resistensi vaskular perifer meningkat,
menyebabkan tekanan darah meningkat. Curah jantung agak
menurun dan input parasimpatik. Pre-eklampsia menyebabkan
peningkatan reaktivitas vaskular terhadap presor, termasuk
angiotensin II, dan vasospasme merusak pembuluh darah yang
menyebabkan hiposia lokal dan subendotelial menyimpan fibrinogen
dan trombosit (Sinclair, 2009, Hal 107)
3. Etiologi Pre-eklampsia
Penyebab pre-eklampsia saat ini belum diketahui dengan pasti,
walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan terhadap penyakit
ini sudah sangat maju. Semuanya didasarkan pada teori yang
dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya preeklampsia
disebut juga “disease of theory”. Adapun teori-teori tersebut antara
lain: (Rukiyah, AI Yeyeh, 2010, Hal 172-174)
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada
endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin
(PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivitas
pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti
trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin
III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombin
menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA 2) dan serotonin,
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak
kembali pada kehamilan selanjutnya. Hal ini dapat diterangkan
bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies
terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin
sempurna pada kehamilan selanjutnya.
3. Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menyebutkan bahwa peran faktor genetik
pada kejadian PE-E antara lain: (1) Preeklampsia hanya terjadi
pada manusia, (2) terdapat kecenderungan meningkatnya
penderita PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E, (3)
Kecenderungan peningkatan PE-E pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka, (4) Peran
Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
D. Klasifikasi Preeklampsia
Beberapa sumber mengklasifikasikan preeklampsia dalam 2 kategori
yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat, tetapi ada juga
sumber yang menklasifikasikan preeklampsia dalam 3 kategori yaitu
preeklampsia ringan, sedang dan berat.
1. Preeklampsia Ringan
a) Protein urin positif 1
b) Kenaikan BB > 1Kg/
2. Preeklampsia sedang
a) Kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau > 90 mmHg
dengan 2 kali pengukuran berjarak 1jamatau tekanan diastolik
sampai 110mmHg.
b) Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau
mencapai 140 mmHg.
c) Protein urin positif 2, edema umum, kaki, jari tangan danmuka.
d) Kenaikan BB > 1Kg/mgg
3. Preeklampsia berat
a) Tekanan diastolik >110 mmhg
b) Protein urin positif 3
c) Oliguria (urine, 5gr/L)
d) Hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik,terdapat
edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguankesadaran
E. Faktor Resiko Terjadinya Preeklampsia
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali,
kehamilandi usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun.
Faktor resiko yang lain adalah :
1) Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan
2) Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
3) Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
4) Kegemukan
5) Mengandung lebih dari satu orang bayi
6) Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
F. Gejala Pre-eklampsia
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein paad urine dan tekanan
darah tinggi, beberapa wanita hamil yang normal dapat mengalami
pembengkakan pada kaki dan tangan. Gejala preeklamsia yang patut
diwaspadai adalah:
1) Berat badan yang meningka secara drastis akibat dari penimbunan
cairan dalam tubuh
2) Nyeri perut
3) Sakit kepala yang berat
4) Perubahan pada reflex
5) Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
6) Ada darah pada air kencing
7) Pusing
8) Mual dan muntah yang berlebihan
2.1.3 Nyeri
A. Pengertian
Nyeri merupakan kejadian yang tidak menyenangkan,
mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu. Perawat harus
mengkaji hal-hal berikut ini untuk mengetahui efek nyeri pada
klien (Mulyadi, 2011). Potter dan Perry (2005) menyatakan nyeri
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya, sedangkan menurut Wartonah (2005), nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya.
B. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh trauma, yaitu mekanik,
thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan,
gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta
trauma psikologis.
C. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri menurut beberapa ahli di bawah ini :
1. Nyeri berdasarkan tempatnya
a) Pheriperal pain
Pheriperal pain merupakan nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit.
Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat
berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila
hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai
menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar (Irman, 2007).
b) Deep pain
Deep pain merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral
(nyeri visceral). Nyeri somatis mengacu pada nyeri yang
berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri.
Stuktur-stuktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga
lokalisasi nyeri sering tidak jelas (Irman, 2007).
c) Reffered pain
Reffered pain merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena
penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke
bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan dari daerah asal
nyeri misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan
dengan iskemia jantung atau serangan jantung (Irman, 2007).
d) Central pain
Central pain adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh
lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer (Meliala,
2007).
E. Efek nyeri
Menurut Smeltzer & Bare (2006), efek membahayakan dari
nyeri dibedakan berdasarkan klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut
dan nyeri kronis. Nyeri akut mempunyai efek yang
membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya,
selain merasa ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang
tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskular,
gastrointestinal, endokrin, dan imunologik. Pasien dengan nyeri
hebat dan stres yang berkaitan dengan nyeri tidak mampu untuk
nafas dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan mobilitas
menurun. Nyeri kronis mempunyai efek yang membahayakan
seperti supresi fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis
dapat meningkatkan pertumbuhan tumor. Nyeri kronis juga sering
mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan. Pasien mungkin
tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan
hubungan interpersonal. Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari
membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian
atau makan.
F. Pengukuran nyeri
1. Numeric Rating Scale ( NRS)
sedang, 7-9 adalah nyeri berat terkontrol, dan 10
adalah nyeri
berat tidak terkontrol (Potter & Perry, 2005).
c) Gerakan Ketiga :
e) Gerakan Kelima :
Gambar 2.8 gerakan mobilisasi dini kelima
Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama
dengan mengangkat kepala sampai dagu menyentuh
dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang
ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan otot sekitar
anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat
kepala. Lakukan perlahan dan atur pernafasan saat
melakukan gerakan. Ulangi gerakansebanyak 8
(delapan) kali.
f) Gerakan Keenam :
h) Gerakan Kedelapan :
Gambar 2.11 Gerakan mobilisasi dini
kedelapan
i) Gerakan Kesembilan :
Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan. Angkat kedua kaki dalam
keadaan lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan
kembali pelan-pelan. Jangan menghentak ketika
menurunkan kaki. Atur nafas saat mengangkat
dan menurunkan kaki. Ulangi gerakan sebanyak 8
(delapan) kali.
j) Gerakan Kesepuluh :
3) Pendinginan.
Pendinginan setalah mobilisasi tetap diperlukan,
hal ini agar kerja jantung kembali menjadi normal.
Gerakan pendinginan berupa menghela napas lebih
panjang dan lebih dalam, lengan, tungkai, dan
dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali. Dengan cara
demikian, akan membantu sistem jantung dan
pembuluh darah mampu menyesuaikan diri dengan
semakin mengendurnya aktivitas tubuh. Proses
gerakan mobiliasasi ini dini dilakukan 3 kali dalam 1
hari, yaitu pagi, siang, dan sore hari selama 3 hari
Gerakan senam mobilisasi dini pada pasien post operasi
Sectio Caesarea dari 10 gerakan yang ada secara teori,
hanya dilakuan pada garakan pertama sampai gerakan
ketujuh.
2.1.3 Pathways
Pasien datang dari
PKM
Pusing
Pre eklamsi
ANSIETAS
suhu ruangan
meningkat Terdapat luka bedah
Hipertermi
Integritas kulit terbuka
Resiko Nyeri
Infeksi
2.1.4 Model Konsep Keperawatan
a. Pengkajian/Riwayat Keperawatan.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Poli Kandungan : Sakit Kepala
Kaber : Sakit Kepala
Melati : Ibu mengatakan merasa kedinginan dan kedua kakinya merasa sulit
digerakkan beberapa saat kemudian pasien mulai merasa nyeri pada perut
(operasi)
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dari rumah dengan keluhan nyeri kepala dan kaki bengkak selama 1
minggu di bawa ke puskesmas setelah dari puskesmas pasien dirujuk ke poli
kandungan pada tanggal 23 januari 2018 karena sudah cukup bulan dan
preeklamsia di poli dilakukan pemeriksaan TD : 150/100 dan USG dengan
hasil janin tunggal hidup presentasi kepala, UK 38/39 minggu BBJ 3800
gram, placenta fundus/ grade 2/ketuban cukup. Pada pukul 13.00 WIB
pasien masuk kamar bedah untuk dilakukan sectio caesaria dengan bius
SAB. Pada pukul 15.00 WIB pasien masuk ruang Melati dengan keadaan
umum cukup dan bayi dirawat diruang perin.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah masuk rumah sakit karena digigit ular, pasien juga mengatakan
mempunyai riwayat kencing manis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang pernah masuk rumah sakit.
5. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan senang berkumpul dengan tetangga dan keluarga, pasien
mengharapkan kehamilan ini.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Sebelum sakit : pasien mengatakan jarang berolahraga.
Saat sakit : pasien mengatakan bahwa berolahraga dan menjaga makan
sangatlah penting
b. Pola nutrisi & metabolisme
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan sehari 3x.
Saat sakit : pasien mengatakan puasa karena perintah dokter.
c. Pola aktivitas
Sebelum sakit : pasien mengatakan terbiasa mengerjakan tugas rumah
secara mandiri.
Saat sakit : pasien tidak bisa bergerak karena pengaruh obat bius.
7. Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 2x dan BAK +/- 5x.
Saat sakit : terpasang kateter dengan produksi urine 400cc, BAB -
8. Pola persepsi sensoris
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak pernah merasa terganggu saat
beraktifitas.
Saat sakit : pasien mengatakan merasa lemah tidak beraktifitas.
9. Pola konsep diri
Identitas diri:
Pasien adalah seorang ibu yang memiliki 3 orang anak.
Peran diri:
Pasien mengatakan adalah pribadi yang mengurus 2 anak.
Gambaran diri:
Pasien mengatakan sangat bersyukur dengan kelahiran anak yang
ketiga ini.
Harga diri:
Pasien sangat senang dengan kelahiran anak ke 2 tersebut
Ideal diri:
Pasien mengatakan ingin cepat pulang
10. Pola hubungan & peran
Pasien adaah seorang ibu dari 2 anak dan seorang istri
11. Pola reproduksi & seksual
Pasien mempunyai 2 orang anak dari 3 persalinan
12. Pola penanggulangan stres/ koping- toleransi stres
Pasien mengatakan sering bercanda bersama anak jika saat stres
C. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal
Dan Intranatal
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
Keadaan
Tipe Jenis BB Masalah
NO Tahun Penolong Bayi
Persalinan Kelamin Lahir Kehamilan
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lamanya : 1 minggu
Siklus : teratur
Haid pertama haid terakhir : 30 -4 -2017
Dismenorhoe : tidak ada
Fluor albus : kadang-kadang
4. Riwayat kehamilan sekarang
Hpht 30-4-2017 .TP 7-1-2018
-
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status Obstretik: P 3 A 1 Bayi Rawat Gabung: tidak
1. Jika tidak alasan: Sesak terpasang o2 di perinatologi
2. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
a. Keadaan Umum:
Cukup
b. Tanda- tanda vital
Tekanan Darah : 130/80 MmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 39°c
BB : 90 kg
Tinggi badan : 165 cm
e. Pemeriksaan payudara
Inspeksi
Ada hiperpikmentasi airola mamae, puting susu menonjol,
Palpasi
Kolestrum - , kositensi lembek, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal
f. Abdomen
I. Simetris ada luaka operasi, luka operasi tertutup, oksite tidak ada
rembesan darah
A. Bising usus tidak terdengar
P. Sonor
- Human Sign /-
- Varises /-
c. Integumen
Ada luka bedah pada perut, panjang 10cm tertutup obsite,
I. Pemeriksaan laboratorium
- Urine
Tgl: 22-1-18
pemeriksaan hasil nilai normal
lab urin +1 negatif
0-1
di PKM 0-1
(albumin) negatif
Tgl 23-1-18
Pemeriksaan : hasil
Abumin negatif
Epitel 7-10
Eritrosit 1-2
Kristal negatif
- Darah
Tgl 23-1-18
Pemeriksaan hasil nilai normal
GDA 91 440mg/dl
HBSAG negatif negatif
Leokosit 12580 4000-11000
Tromosit 218000 150000-450000
- Feses
-
II. Pemeriksaan diagnostik lain
-
BAB saat ini belum BAB konstipasi: ya/tidak
Masalah khusus: Istirahat dan Kenyamana
Terapi post SC
Infus RL 1000cc/24jam
Infus DS 1000cc/24jam
Drip ooxytocin 2 ampul s/d 12 jam post SC
Injeksi cefotaxime 3x1 gram
Kaltropensupp 3x10o gram
Cek DL
observasi
bila mual –
muntah -
sampai jam 19.00 makan jam 24.00 boleh maka
ANALISA
DATA
NO PENGELOMPOKAN DATA PENYEBAB Masalah
1 DS: pasien mengatakan Proses pembedahan Hiipertemia
kedinginan
Peningkatan
DO: pasien tampak menggigil keluarnya cairan
suhu : 39°C
KU : cukup Hidrasi
Hipertermia
Resiko infeksi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN URUTAN
PRIORITAS
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Hipertermia berhubungan dengan suhu lingkungan (00007)
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (00032)
3 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif (00004)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
NOC NIC
1 Hipertermia berhubungan dengan suhu Termoregulasi (0800) 1. Monitor suhu ± 2 jam sekali
lingkungan kode Indicator S.A S.T 2. Berikan medikasi yang tepat
08000 Peningkata 3 5 untuk mencegah menggil
1 n suhu kulit 3. Diskusikan pentingnya
08001 Hipertermi 3 5 termoregulasi
9 4. Kolaborasi dengan tim medis
08001 Mengigil 3 5 dalam dalam pemberian
1 antipiterik
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen Kontrol nyeri (1605) Manajemen Nyeri (1400)
cidera fisik Kode Indikator SA ST 1. Lakukan pengkajian nyeri
16050 Mengenali 3 5 secara konprehensif
2 nyeri terjadi 2. Ajarkan prinsip manajemen
16050 Menggambar 3 5 nyeri
1 kan faktor 3. Beri informasi mengenai nyeri
penyebab 4. Kolaborasi dg tim medis dalam
16050 Menggunaka 3 5 pemberian analgesik
04 n teknik
nonfarmako
PERENCANAAN PARAF
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
3 Resiko infeksi b.d prosedur invasif Kontrol resiko (1902) 1. Observasi tanda dan gejala
kode Indicator S.A S.T infeksi
19022 Mengidenti 3 5 2. Pakai sarung tanggan yang
0 fikasi steril
faktor 3. Ajarkan keluarga tanda dan
resiko gejala infeksi
19020 Monitor 4 5 4. Kolaborasi pemberian
2 faktor antibiotik
lingkungan
19021 Mengenali 3 5
6 perubahan
status
kesehatan
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA TGL/JAM TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
Hipertermi b.d suhu 23.01.18 1. memonitor suhu 15 menit sekali
lungkungan R / pasien kooperatif
2. memberikan kompres hangat
R / pasien menggigil
3. memberikan informasi pentingnya
termoregulasi
R / pasien memahami
4. berkolaborasi pemberian sanmol
1x 100ml
R / pasien koopratif
0800 Peningka 3 5 5
01 tan suhu
kulit
0800 hiperter 3 5 5
19 mi
0800 mengigil 3 5 5
11
P : Hentikan Intervensi
Resiko Infeksi b.d prosedur 23.1.18 S: pasien mengatakan nyeri pada perut
invasif O: -ada luka bedah p 15cm
- S:36°c
- Leukosit 12.580
A: masalah tidak terjadi
kode indikator S.A S.T S. C
1902 Mengide 3 5 4
20 ntifikasi
faktor
resiko
1902 Memonit 3 5 5
02 or faktor
lingkung
an
1902 Mengena 3 5 5
16 li
perubaha
n status
kesehata
n
P : ulangi intervensi
S: pasien mengatakan nyeri berkurang
Nyeri akut berhubungan 24.1.18
O : -ada luka bedah tertutup kassa
dengan agen cidera fisik
-skala 2
-TD 130/90mmHg
-N 80 kali/mnt
-KU : cukup
A : masalah teratasi
kode Indikator SA ST SC
1605 mengenal 3 5 4
02 i nyeri
kapan
terjadi
1605 penggam 3 5 5
01 baran
faktor
penyebab
1605 menggun 3 5 5
004 akan
teknik
nonfarma
kologi
P : hentikan intervensi
DIAGNOSA TGL/JA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN M
1902 Mengide 3 5 5
20 ntifikasi
faktor
resiko
1902 Memonit 3 5 5
02 or faktor
lingkung
an
1902 Mengena 3 5 5
16 li
perubaha
n status
kesehata
n
P : Hentikan intervensi pasien rawat
jalan kontrol di poli
BAB IV
PEMBAHASAN