Anda di halaman 1dari 7

1.

Definisi Mutu
Menurut Armand V. Feigenbaum (1989:7) mutu adalah keseluruhan gabungan karakteristik
produk dan jasa, pembikinan dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang
digunakan untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan. Sedangkan menurut Supriono
(2002:377), mutu adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Mutu dapat didefinisikan sebagai
tingkat keunggulan. Jadi mutu adalah ukuran relatif kebaikan. Secara operasional, produk atau
jasa bermutu adalah produk-produk yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Menurut Din ISO 8402 (Azrul Azwar, 1996 : 55) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri
dari suatu barang atau jasa, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau
pemenuhan kebutuhan para pengguna. Mutu itu sendiri merupakan penggambaran dari bentuk
pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan. Maka dari itu dalam kegiatan pencatatan
atau pengisian Rekam Medis sudah berjalan dengan baik atau belum optimal akan terlihat dari
Mutu yang dihasilkan dari Rekam Medis itu sendiri.

2. Definisi Analisis Kuantitatif


Menurut Edna K Huffman (1994) Analisis kuantitatif adalah telaah review bagian tertentu
dari isi Rekam Medis dengan maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan dengan
pencatatan Rekam Medis.
Kegiatan Analisis kuantitatif dimaksudkan untuk menilai kelengkapan dan keakuratan rekam
kesehatan rawat inap dan jalan yang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan (Hatta, 2013 :
350). Tujuan Analisis Kuantitatif menurut Huffman (1994 : 23) adalah : Untuk
mengidentifikasi informasi yang jelas dan selalu terjadi, yang bisa diperbaiki dengan mudah
pada prosedur norma Rumah Sakit. Prosedur ini membuat catatan medis lengkap untuk
dirujuk pada asuhan yang berkesinambungan, untuk melindungi kepentingan hukum pasien,
dokter, Rumah Sakit dan untuk memenuhi persyaratan lisensi, akreditasi, dan sertifikasi.
Menentukan sekiranya ada kekurangan agar dapat dikoreksi dengan segera pada saat pasien
dirawat, dan item kekurangan belum terlupakan, untuk menjamin efektifitas kegunaan isi
Rekam Medis dikemudian hari.

3. Macam-macam analisis kuantitatif


a. Review identifikasi pasien
Pemilihan terhadap tiap-tiap halaman atau lembar dokumen rekam medis dalam hal
identifikasi pasien, minimal harus memuat nomor rekam medis dan nama pasien. Bila
terdapat lembaran tanpa identitas maka harus dilakukan review untuk menentukan
kepemilikan formulir rekam medis tersebut.

b. Review pelaporan yang penting


Dalam analisis kuantitatif, bukti rekaman yang dapat dipertanggungjawabkan secara
lengkap yaitu adanya data/info kunjungan yang memuat alasan, keluhan pasien(kalau
ada), riwayat pemeriksaan, data tambahan (lab), USG, EKG, EMG, diagnosis atau
kondisi, rujukan(kalau ada). Lembaran tertentu kadang ada tergantung kasus. Contoh
laporan operasi, anestesi, hasil PA. Penting ada tanggal dan jam pencatatan, sebab ada
kaitannya dengan peraturan pengisian.

c. Review autentifikasi
Rekam kesehatan dikatakan memiliki keabsahan bilamana tenaga kesehatan yang
memeriksa pasien atau surat persetujuan yang diberikan pasien/wali dalam rekam
kesehatan diakhiri dengan membubuhkan tanda tangan. autentifikasi dapat berupa tanda
tangan, stempel milik pribadi. Sehingga dapat memudahkan identifikasi dalam rekam
medis. Tidak boleh ditanda tangani oleh orang lain selain penulis, kecuali bila ditulis oleh
Dokter jaga atau mahasiswa maka akan ada tanda tangan sipenulis ditambah countersign
oleh supervisor dan ditulis “telah direview dan dilaksanakan atas instruksi
dari…………………..atau telah diperiksa oleh……………………..

d. Review pencatatan
Analisa kuantitatif tidak bisa memecahkan masalah tentang isi rekam medis yang tidak
terbaca atau tidak lengkap, tetapi bisa mengingatkan atau menandai entry yang tidak
tertanggal, dimana kesalahan tidak diperbaiki secara semestinya terdapat daerah lompatan
yang seharusnya diberi garis untuk mencegah penambahan, kemudian pada catatan
kemajuan dan perintah dokter, perbaikan kesalahan merupakan aspek yang sangat
penting dalam pendokumentasian. Singkatan tidak diperbolehkan. Bila ada salah
pencatatan maka bagian yang salah digaris dan catatan tersebut masih terbaca, kemudian
diberi keterangan disampingnya bahwa catatan tersebut salah/salah menulis rekam medis
pasien lain.

4. kaasus

Bisa diganti dirs aja. Emang kasusnya harus real? Dibikin aja itu dokter ga nulis no rm
sama alamat..karena kalau udah nulis no rm nama disinkatpun pasti ga ketuker kan?

kesimpulan

pengidentifikasian pasien memerlukan karakteristik yang unik dan tidak dapat berubah, misalnya
nomor rekam medik pasien merupakan pengidentifikasian yang umum digunakan sebagai
karakteristik pasien. Jika nomor rekam medik tidak diisi, maka bila ada dua pasien yang
memiliki kesamaan nama, dapat terjadi penukaran obat yang tidak sesuai dengan indikasi dan
diagnosis pasien, sehingga dapat berefek buruk pada pasien, baik itu efek yang ringan atau berat.

solusi

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalkan KNC pada tahap peresepan adalah
a. Computerized Physicians Order Entry(CPOE) CPOE merupakan suatu sistem pencatatan
perintah/order medikasi dari dokter yang berbasis teknologi komputer. Perintah ini kemudian
ditransmisikan kepada berbagai departemen dan staf medis yang bertanggungjawab atas
pelaksanaan perintah seperti laboratorium, farmasi, radiologi dan bidang keperawatan. Sistem
ini mempunyai banyak keunggulan terutama di bidang efisiensi dan keamanan pengobatan.
Melalui sistem ini dokter, perawat dan apoteker bekerja secara bersama-sama dalam proses
medikasi untuk mengurangi kesalahan pengobatan (medication error). Hal ini terjadi karena
dengan CPOE, setiap tenaga kesehatan dapat mengakses data riwayat medikasi seorang pasien.
Perawat merupakan salah satu faktor kunci kesuksesan dari pelaksanaan CPOE. Oleh karena itu,
perawatan pasien dengan CPOE merupakan sebuah proses tim, dimana semua anggotanya
terlibat untuk meningkatkan kesehatan pasien maka perawat dituntut untuk lebih
meningkatkan kemampuan kolaboratifnya terutama dibidang komunikasi, pengetahuan serta
teknologi informasi.
b. pengembangan SIMRS yang terintegrasi dengan farmasi,
c. penetapan kebijakan/sop/protap mengenai tata cara penulisan resep yang baik
d. penggunakan stiker label untuk identitas pasien sehingga dokter tidak terlalu banyak
menulis sehingga akan meminimalisir kekeliruan,
e. penambahan komponen berat badan, usia, dan riwayat alergi pasien pada resep, dan
penambahan tabel check-list pada setiap proses pelayanan kefarmasian.
f. aturan penulisan etiket (staf apotek mengisi semua komponen etiket, menempatkan nama
obat di belakang etiket dan berurutan sesuai resepnya). Upaya-upaya yang dilakukan
pada tahap pemberian obat adalah apoteker yang seharusnya bertugas memberi informasi
obat kepada pasien dan sistem pemanggilan obat yang diberi jeda minimal 30 detik

Kasus Fatuck vs Hillside Hospital, 1975


Pada kasus ini seorang psikiater memberi instruksi kepada perawat untuk mengecek
seorang pasien penyakit jiwa setiap 15 menit. Ternyata pasien tersebut melarikan diri
dan berhasil bunuh diri. Dalam pembuktian di pengadilan, pada Rekam Medis(yaitu
dalam catatan perawatan) tidak dijumpai adanya laporan observasi setiap 15 menit.
Majelis hakim menyimpulkan bahwa berdasarkan Rekam Medis dalam kasus ini telah
ada bukti kuat adanya kelalaian (prima facie case of negligence).
Ps : menurutku ini kasus review pelaporan karena perawat ga melaporkan monitoring
observasi pasien atau lembar monitoring/catatan keperawatan/catatan terintegrasi
tidak di lampirkan.

Kasus Wagner vs Kaiiser Foundation Hospital, 1979


Seorang pasien mengalami kerusakan otak setelah menjalani operasi mata. Hal ini
diduga terjadi akibat kelalaian perawat dalam pengawasan jumlah dan kedalaman
pemapasan selama pasien berada dalam ruang pulih sadar (recovery room ), sesaat
setelah operasi selesai dilaksanakan. Dalam pembuktian di pengadilan didapatkan
bahwa tidak didapatkan adanya catatan mengenai pengawasan tersebut pada kartu
pencatatan yang sudah disediakan di recovery room. Dalam putusannya, Majelis
Hakim menyalahkan petugas kesehatan tersebut karena menurutnya jika pengawasan
jumlah dan kedalaman pemapasan dilakukan dengan baik, maka akan dapat segera
diketahui komplikasi yang terjadi dan karenanya masih ada waktu untuk memberikan
oksigen untuk mencegah kerusakan otak.
Ps : ini sama review pelaporan. Gaada lembar monitoring post operasi/catatan
terintegrasi

Rekam Medis dapat dikatakan bermutu/berkualitas menurut Dirjen Yanmed (2006 : 75) adalah
sebagai berikut :

 Agar Rekam Medis lengkap dan dapat digunakan bagi referensi pelayanan kesehatan,
melindungi minat hukum, sesuai dengan aturan yang ada.
 Menunjang informasi untuk aktifitas penjamin mutu (quality assurance).
 Membantu penetapan diagnosis dan prosedur pengkodean penyakit.
 Bagi riset medis, studi administrasi dan penggantian biaya perawatan.

5. Dikatakan lengkap

Dokumen rekam medis dikatakan lengkap apabila memenuhi indikator dalam


kelengkapan pengisian, keakuratan, tepat waktu, sehingga dapat dipercaya dan lengkap
maka perlu dilakukan peninjauan kelengkapannya. Apabila dokumen rekam medis belum
lengkap setelah pasien selesai pelayanan atau perawatan dengan batas waktu pelengkapan
dokumen rekam medis 2 x 24 jam dapat dikategorikan sebagai IMR (Incomplete Medical
Record) sedangkan dokumen rekam medis yang belum lengkap setelah melebihi masa
pelengkapan dari masing – masing unit pelayanan dengan batas waktu
pelengkapan dokumen rekam medis lebih dari 14 hari maka dokumen rekam medis
dikategorikan DMR (Delinquent Medical Record).

Rekam medis disebut lengkap apabila rekam medis


tersebut telah berisi seluruh informasi tentang pasien
sesuai dengan formulir yang disediakan, isi harus lengkap,
benar dan legal, termasuk resume medis dan resume
keperawatan dan seluruh hasil pemeriksaan penunjang
serta telah diparaf oleh dokter yang bertanggung jawab.
tambahan

Dalam metode ini analisis kuantitatif dititikberatkan pada empat kriteria yaitu (Hatta, 2008 : 352) :
a) Menelaah kelengkapan data sosial pasien (demografi) meliputi informasi tentang identitas pasien :
(1) Nama lengkap yang terdiri dari nama sendiri dan nama ayah atau suami atau marga atau she.
(2) Nomor pasien.
(3) Alamat lengkap.
(4) Usia.
(5) Orang yang dapat dihubungi.
(6) Tanda tangan persetujuan.
Menelaah kelengkapan bukti rekaman yang ada. Pada komponen ini akan memeriksa laporan-laporan
dari kegiatan pelayanan yang diberikan ada atau tidak ada. Laporan yang ada antara lain :
(1) Laporan umum, seperti lembar riwayat pasien, pemeriksaan fisik, catatan perkembangan, observasi
klinik, ringkasan penyakit.
(2) Laporan khusus, seperti laporan operasi, anasthesi dan hasil-hasil pemeriksaan lab.
c) Menelaah tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga kesehatan maupun tenaga lain yang terlibat
dalam pelayanan kepada pasien sehingga informasi dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
d) Menelaah tata cara mencatat (administratif) yang meliputi adanya tanggal, keterangan waktu,
menulis pada baris yang tetap serta menerapkan cara koreksi yang benar.

Analisis Kuantitatif yang Terintegrasi: Cara Baru


Untuk tingkatan analisis kuantitatif yang lebih mahir, Hatta, (2002) berpendapat agar
praktisi jangan hanya terfokus pada penganalisisan kelengkapan data sosial pasien (demografi)
dan kelengkapan beragam lembaran medis belaka (seperti yang biasa dilakukan). Namun,
analisis kuantitatif juga harus mengintegrasikan kegiatannya dengan kegiatan yang berdampak
pada unsur hukum dan administratif yang kemudian diintegrasikan dengan standar pelayanan
kesehatan. Dengan demikian analisis kuantitatif format rekaman kertas (manual) maupun
elektronik harus betul-betul menyeluruh. Dalam metode ini analisis kuantitatif dititikberatkan
pada 4 kriteria yaitu :
1. Menelaah kelengkapan data sosial pasien (demografi): meliputi tentang identitas pasien : (a)
nama lengkap yang terdiri dari nama sendiri dan nama ayah/suami/marga (b) nomor rekam
medis pasien (c) alamat lengkap (d) usia (e) orang yang dapat dihubungi dan (f) tanda tangan
persetujuan.
2. Menelaah kelengkapan bukti rekaman yang ada.
3. Menelaah tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga kesehatan maupun tenaga lain yang
terlibat dalam pelayanan kepada pasien sehingga informasi dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.
4. Menelaah tata cara mencatat (Administratif) yang meliputi adanya tanggal, keterangan waktu,
menulis pada baris yang tetap serta menerapkan cara koreksi yang benar. Keempat unsur ini
merupakan hal yang sering disepelekan dalam pencatatan sehingga pelaksanaannya diidentikkan
dengan tingkat kedisiplinan pengisian berkas rekam medis.

Anda mungkin juga menyukai