Anda di halaman 1dari 7

1.

Pembuatan membran
Dalam penelitian ini, membran UF PVC dibuat dengan metode inverse fasa, di mana
pemisahan fasa disebabkan oleh perpindahan massa non pelarut dan pelarut melalui teknik
perendaman (presipitasi imersi). PVC dan aditif PEG dilarutkan dalam pelarut dengan
perbandingan tertentu dan dilakukan pengadukan selama 10 jam hingga terbentuk larutan
yang homogen. Selesai proses pengadukan,larutan membran digetarkan dengan alat getar
selama 3-4 jam hingga tidak terdapat lagi gelembung udara dalam larutan.
larutan membran homogen dicetak di atas gelas kaca hingga berbentuk lembaran (flat-sheet)
pada ketebalan tertentu dan secara cepat direndam dalam bak koagulasi yang berisi larutan
non pelarut (air) untuk pembentukan struktur membran. Perendaman dilakukan selama 12-14
jam hingga seluruh pelarut yang masih terkandung dalam struktur membran berdifusi keluar
menuju bak koagulasi. Keseluruhan proses pembuatan membran dilakukan pada suhu dan
tekanan ruang. Adapun skema tahapan pembuatan membran UF ditunjukkan dalam Gambar
VII.4.
untuk mengetahui apakah membran yang dihasilkan memenuhi kriteria sifat membran yang
diinginkan, maka dilakukan beberapa prosedur pengukuran pada membran hasil, seperti akan
diiuraikan pada bab berikutnya.

2. Pengujian fluks
Pada penelitian ini, pengaruh aditif terhadap stabilitas fluks dan fouling senyawa humik
diamati selama proses filtrasi air gambut selama 2 (dua) jam. Fluks pada air gambut diukur
setiap 20 menit untuk mengetahui tingkat penurunan fluks akibat fouling. Data hasil
pengukuran fluks air gambut, dalam satuan L/m-2.jam, digunakan lebih lanjut sebagai dasar
analisa retensi retensi membran dan fouling. Selanjutnya, data analisa tersebut merupakan
petunjuk mengenai karakteristik membran terhadap fouling dan rejeksi senyawa humik pada
berbagai TMP.
III.3.4 Test Fluks Dan Selektivitas
Permeabilitas membran dites dengan cara mengukur fluks air demineralisasi RO dan air
gambut melalui membran pada sistem cross-flow, di mana skema peralatan untuk pengujian
fluks membran ditunjukkan pada Gambar III.3.
Membran flat-sheet dipotong berbentuk lingkaran dengan luas permukaan aktif 45 cm2 dan
ditempatkan dalam modul membran yang memiliki satu (1) saluran masuk (inlet) umpan dan
dua (2) saluran keluaran (outlet) untuk konsentrat dan produk. Sebelum melakukan
percobaan, membran flat-sheet dicuci selama 20 menit dengan cara mengalirkan air
demineralisasi RO melalui membran pada tekanan konstan guna menghilangkan pelarut yang
masih tersisa dalam struktur membran. Setelah proses pencucian, Fluks air melalui membran
diukur berdasarkan pada volume air hasil pemisahan melewati membran per satuan waktu
dan luas permukaan membran. Pengukuran dilakukan pada berbagai tekanan, yaitu 10, 15
dan 30 psig. Selanjutnya dilakukan pengukuran fluks air gambut pada rentan waktu hingga 2
jam filtrasi dengan metode yang sama dengan pengukuran fluks air demineralisasi RO dan
berbagai tekanan, yaitu 10, 15 dan 30 psig. Pada masing-masing tekanan operasi, pengukuran
fluks air gambut dilakukan pada menit ke- 20, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit untuk
mengetahui penurunan fluks yang diakibatkan oleh adanya fouling senyawa organik dalam
air gambut. Sementara itu, selektivitas membran dikarakterisasi dengan mengukur kandungan
senyawa humik dalam air hasil penyaringan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 254 nm. Skema tahapan percobaan pengukuran fluks air
demineralisasi RO dan air gambut dapat dilihat pada Gambar III.4 dan III.5.
Fluks membran dihitung dengan persamaan (IV-3), sebagai berikut :
(IV.3) t x A V J w 1
di mana JW1 adalah fluks air murni (Lm-2h-1), V adalah volume permeat (L), A adalah luas
membran (m2) dan t adalah waktu (h). Fluks air gambut dihitung dengan cara yang sama
dengan pengukuran fluks air dan dinyatakan sebagai Jt.
Permeat yang dihasilkan selama penyaringan air gambut diukur dengan menggunakan
UV/Vis spektrofotometer pada panjang gelombang ( ) 254 nm (Imyim dan Prapalimrungsi,
2010). Selektivitas membran terhadap senyawa humik yang terkandung dalam air gambut
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
(IV.4) fp CC R 1
di mana Cp and Cf adalah konsentrasi senyawa humik dalam permeate dan larutan umpan.
III.4 Hasil Dan Pembahasan
Sub-bab ini membahas tentang pen
3. Uji Rejeksi (Spektro)

4. Uji stuktur membran (SEM)


Dalam penelitian ini, pengaruh konsentrasi PEG400 diamati pada konsentrasi yang lebih
besar, yaitu hingga 35% berat. Adapun morfologi membran dikarakterisasi dengan metode
SEM, sedangkan hidrofilisitas membran ditentukan melalui pengukuran sudut kontak,
kandungan air dalam pori dan porositas membran. Sementara itu, selektivitas membran diuji
dengan filtrasi air gambut untuk mengetahui persen rejeksi membran terhadap senyawa
humik yang terkandung di dalam air. Kerentanan membran terhadap fouling senyawa humik
diamati selama 2 jam filtrasi air gambut dengan mengukur fluks setiap dua puluh menit dan
mengamati penurunan fluks yang terjadi hingga akhir proses filtrasi. Di akhir percobaan,
membran dicuci dengan air bersih dan selanjutnya fluks air murni pada membran yang telah
dicuci diukur untuk mengetahui pemulihan fluks setelah digunakan untuk filtrasi air gambut.
5. Uji ketahanan membran
VI.3.5 Uji Ketahanan Membran
Ketahanan membran ditest sesuai dengan prosedur yang digambarkan dalam
1. Gambar VI.1, di mana bahan kimia yang digunakan adalah larutan NaOH 1%.
III.3.3 Analisis Morfologi Membran
Analisis morfologi struktur membran dilakukan dengan peralatan scanning electron
microscopy (SEM). Sampel membran yang telah dikeringkan dengan pompa vakum dipotong
dalam ukuran 1 x 0,5 cm, untuk selanjutnya dipatahkan dalam kondisi cryogenic
menggunakan nitrogen cair. Permukaan membran yang akan dianalisis dilapisi dengan emas
dan diamati dalam alat SEM dengan pembesaran tertentu hingga struktur membran terlihat
dengan jelas. Pengamatan morfologi membran pada berbagai komposisi dilakukan pada skala
pembesaran yang sama, yaitu 500 kali, sehingga dapat dibandingkan dan dapat dilakukan
pengaruh dari berbagai komposisi larutan membran terhadap struktur yang dihasilkan.

Komposisi aditif PEG


Dalam sub-bab Disertasi ini, pembuatan membran dilakukan pada variasi konsentrasi PSf
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap morfologi dan karakteristik struktur membran.
Pelarut yang digunakan adalah DMAc agar pembentukan struktur membran berjalan cepat,
karena memiliki interaksi yang kuat dengan koagulan air yang digunakan sebagai non-
pelarut. PEG400 dan aseton ditambahkan ke dalam larutan membran untuk meningkatkan
fluks membran serta selektivitas membran. Adapun pengamatan terhadap pengaruh masing-
masing aditif terhadap performa membran akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.
III.2 Metodologi Penelitian
Membran ultrafiltrasi (UF) polisulfon (PSf) berbentuk lembaran (flat-sheet) dibuat dengan
penambahan aditif PEG400 pada konsentrasi tinggi sebesar 25% berat dan aseton pada
konsentrasi rendah sebesar 4% berat. Konsentrasi PSf divariasikan dari 14% berat hingga
24% berat untuk mengetahui pengaruh konsentrasi 61
terhadap morfologi dan karakteristik membran yang dihasilkan. Membran UF dibuat dengan
metode presipitasi imersi dengan menggunakan air demineralisasi RO sebagai non-pelarut
dalam bak perendaman. Pembuatan membran dilakukan pada temperatur ruang dan waktu
evaporasi yang sama. Morfologi membran diamati melalui foto SEM dengan pembesaran
yang sama, yaitu 500 kali. Membran hasil dipotong dalam bentuk lingkaran dan ditempatkan
dalam modul membran untuk pengukuran fluks air murni dan nilai rejeksi membran terhadap
senyawa humik, di mana pengukuran dilakukan dalam aliran cross-flow pada tekanan tetap
15 psig (1 atm). Selain fluks air, karakterisasi juga dilakukan dengan dua pengukuran
hidrofilisitas membran, yaitu sudut kontak air dan kandungan air dalam pori. Adapun sudut
kontak dilakukan untuk mengetahui hidrofilisitas pada permukaan membran, sedangkan
pengukuran kandungan air dalam pori membran dilakukan untuk mengetahui hidrofilisitas
struktur membran secara keseluruhan. Membran yang memiliki fluks besar (di atas 100 Lm-
2h-1) dan rejeksi senyawa humik yang besar (di atas 80% berat) akan dipilih sebagai
konsentrasi tetap untuk percobaan selanjutnya.

Aseton
Dalam penelitian Disertasi ini, penambahan aseton pada konsentrasi kecil dilakukan untuk
menghasilkan struktur pori kulit membran yang rapat sehingga rejeksi terhadap senyawa
humik dapat ditingkatkan. Untuk mengetahui konsentrasi aseton yang sesuai dengan kriteria
membran yang diinginkan, yaitu selektivitas yang tinggi, namun memiliki fluks yang besar,
maka komposisi aseton divariasikan. Pengaruh konsentrasi aseton diinvestigasi terhadap
hidrofilisitas dan rejeksi yang dihasilkan. Pengamatan dilakukan pada konsentrasi tetap PSf
sebesar 20% berat dan PEG400 sebesar 25% berat. Pada konsentrasi tersebut memiliki fluks
yang tinggi, namun diduga mulai terbentuk fouling ireversibel yang berkontribusi pada
naiknya rejeksi membran terhadap senyawa humik (Gambar IV.14). Karena itu perlu
modifikasi memban lebih lanjut untuk memperbarui selektivitas membran. Dalam penelitian
ini digunakan penambahan aditif lain, yaitu aseton. Mekanisme dan pengaruh aseton terhadap
peningkatan performa membran akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini.
V.2 Metodologi Penelitian
Membran ultrafiltrasi (UF) polisulfon (PSf) berbentuk lembaran (flat-sheet) dibuat dengan
metode presipitasi imersi dengan menggunakan air demineralisasi RO sebagai non-pelarut
dalam bak perendaman. Pembuatan membran UF termodifikasi aseton adalah sama dengan
cara pembuatan membran yang telah dijelaskan dalam bab IV. Pengaruh penambahan aseton
diamati terhadap karakteristik termodinamik larutan membran, yaitu mengetahui komposisi
batas kelarutan dan nilai koagulasi sistem membran lima komponen yang terdiri dari
Air/DMAc/Aseton/PSf/PEG400. Membran hasil dipotong dalam bentuk lingkaran dan
ditempatkan dalam modul membran untuk diukur fluks air murni dan nilai rejeksi membran
terhadap senyawa humik, di mana pengukuran dilakukan dalam aliran cross-flow.
Pengukuran fluks air demineralisasi dilakukan pada tekanan operasi 15 psig (1 atm). Selain
fluks air, karakterisasi juga dilakukan dengan mengukur sudut kontak air dan kandungan air
dalam pori untuk menentukan hidrofilisitas membran.

FOULING
VI.3.2 Pengukuran Fluks Air Gambut
Fluks air gambut diukur dengan cara mengalirkan umpan melalui membran dengan sistem
cross-flow. Metode ini adalah sama dengan cara engukuran fluks air murni yang dijelaskan
dalam sub bab IV.2, di mana skema peralatan untuk pengujian fluks membran ditunjukkan
pada Gambar IV.3.
Membran flat sheet dipotong berbentuk lingkaran dengan luas permukaan aktif 45 cm2 dan
ditempatkan dalam modul membran yang memiliki satu (1) saluran masuk (inlet) umpan dan
dua (2) saluran keluaran (outlet) untuk konsentrat dan produk. Sebelum melakukan
percobaan, membran flat-sheet dicuci selama 20 menit dengan cara mengalirkan air
demineralisasi RO melalui membran pada tekanan konstan guna menghilangkan pelarut yang
masih tersisa dalam struktur membran. Setelah proses pencucian, fluks air gambut melalui
membran diukur berdasarkan pada volume air hasil pemisahan melewati membran per satuan
waktu dan luas permukaan membran. Pengukuran fluks air gambut dilakukan pada menit ke-
20, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit untuk mengetahui penurunan fluks yang diakibatkan oleh
adanya fouling senyawa organik.
Fluks air gambut dihitung dengan persamaan (VI-1), sebagai berikut :
(VI.1) t x A V Jt
di mana Jt adalah fluks air gambut (Lm-2h-1), V adalah kecepatan aliran permeat (L), A
adalah luas membran (m2) dan t adalah waktu jam (h).

VI.3.3 Pengujian Fouling


Analisis fouling pada membran selama filtrasi air gambut, baik reversibel (Rr) maupun
ireversibel (Rir), dilakukan dengan membandingkan performa membran sebelum dan sesudah
filtrasi air gambut, demikian juga sebelum dan sesudah dilakukan proses pencucian
membran. Sebelum mengalirkan air gambut, resistensi membran yang masih bersih
ditentukan dengan mengukur fluks air RO hingga mencapai kondisi steady state. Selanjutnya
adalah pengamatan terhadap perubahan fluks selama proses filtrasi air gambut dan fluks
sesudah pencucian membran sebagai data untuk menghitung resistensi total yang diakibatkan
oleh fouling. Data hasil dari pengukuran dan perhitungan tersebut dapat dijadikan sebagai
basis untuk mengukur faktor yang dominan terhadap penurunan fluks membran akibat
fuoling dan juga untuk menghitung besarnya reflux recovery ratio (FRR) membran.
Diharapkan membran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah membran yang memiliki
nilai resitensi ireversibel yang rendah dan memiliki nilai FRR yang besar, sehingga membran
dapat dibersihkan dengan mudah menggunakan metode backwashing atau cross flow.
Perhitungan FRR dilakukan sesuai prosedur sebagai berikut.
Setelah penggunaan membran untuk filtrasi air gambut selama dua (2) jam, membran flat-
sheet dicuci dengan air RO selama 30 menit. Selanjutnya adalah pengukuran fluks air demin
RO pada membran yang telah dicuci dengan menggunakan persamaan (VI.2) dan disebut
sebagai JW2. FRR dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
(VI.2) 100 (%) 12 x JJ FRR WW
Hilangnya fluks yang disebabkan oleh fouling reversibel (rr) dan ireversibel (rir), dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:
(VI.3) 1 2W t W r J J J r
(VI.4) 1 2 1 W W W ir J J J r
di mana Jt adalah fluks air gambut. Hambatan total (Rt) merupakan penjumlahan dari Rr dan
Rir. Fouling reversibel terbentuk oleh adanya polarisasi konsentrasi dan lapisan gel di atas
permukaan membran, di mana fouling jenis ini dapat dengan mudah dieliminasi
menggunakan pencucian air bersih dengan metode backwash ataupun aliran crossflow
(flushing). Sementara itu, fouling ireversibel disebabkan oleh adanya fouling yang masuk ke
dalam pori membran dan hanya dapat dieliminasi dengan menggunakan pencucian kimia.

VI.3.4 Model Hambatan Seri


Hambatan total yang ada dalam membran UF PSf selama proses filtrasi air gambut dihitung
dengan menggunakan model hambatan seri, yang ditunjukkan oleh persamaan (VI.5) sebagai
berikut:
(VI.5)) ( f m t R R P RP J
ΔPadalah tekanan operasi sistem membran (bar), adalah viskositas larutan (bar.jam),
Rtadalah hambatan total (m-1), Rmadalah hambatan membran (m-1), and Rfadalah hambatan
fouling(m-1). Hambatan membran (Rm) ditentukan dengan menyaring air demineraslisasi
melalui membran, dam hambatan dihitung dengan menggunakan persamaan (IVI.6), sebagai
berikut:
(VI.6)1 W m JP R
Setelah dua jam penyaringan air gambut, fluks air gambut diukur untuk menghitung
hambatan total yang terjadi pada membran yang telah mengalami fouling(Rft). Kemudian,
hambatan fouling(Rf) dihitung dengan mengurangi hambatan total (Rft) dengan hambatan
membran (Rm), sehingga diperoleh persamaan (VI.7).
m ft f

Anda mungkin juga menyukai