Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

IMPLEMENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7E PADA PEMBELAJARAN


KIMIA DENGAN MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI
KELARUTAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Weny Indrawati*, Suyatno**, Yuni Sri Rahayu***


*Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
** Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
***Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya
e-mail: wenyindrawati@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran learning cycle
7E terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap penyusunan perangkat pembelajaran, tahap validasi dan
revisi, dan tahap implementasi pembelajaran di kelas dengan menggunakan rancangan one group
pretest-posttest design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keterlaksanaan RPP dengan nilai rata-
rata 4,59 dengan kategori sangat baik; (2) Frekuensi aktivitas siswa yang menonjol adalah bekerja sama
dengan tim sekelompok sebesar 33%; (3) Respon positif siswa terhadap model pembelajaran dengan
nilai rata-rata 3,2; (4) Ketuntasan klasikal penguasaan konsep 92% dan ketuntasan indikator 77%; (5)
Ketuntasan klasikal keterampilan berpikir kritis 100%, ketuntasan indikator 80%, dan didukung dengan
skor peningkatan yang tinggi terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa implementasi model pembelajaran learning
cycle 7E pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif untuk meningkatkan penguasaan
konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Kata kunci: Model Learning Cycle 7E, kelarutan dan hasil kali kelarutan, penguasaan konsep,
keterampilan berpikir kritis

Abstract. This research was aimed to describe efectivity of 7E learning cycle model on improvement
students’concept mastery and critical thinking skills. This research was conducted by three phases,
namely: (1) preparation phase to arrange teaching materials, (2) validation and revision phase, and (3)
learning implementation phase on class using one group pretest-posttest design. The results of research
showed that: (1) realization of lesson plan with mean score of 4.59 as very good category; (2) Frequency
of the dominant students’activity namely teamwork was 33% (3) Students’ positively respond to the
learning model with main score of 3.2; (4) The concepts classical mastery was 92% and the indicator
mastery was 77%; (5) The critical thinking skills classical mastery was 100%, the indicator mastery was
80%, and supported by high gain scores to student’s concept mastery and critical thinking skills. Based
on the results, it was concluded that the implementation of 7E learning cycle model on the solubility and
solubility product topic is effective to improve students’ the concepts mastery and critical thinking skills.
Keywords: 7E Learning Cycle Model, solubility and solubility product, concept mastery, critical thinking
skills

mampu menjawab tantangan ini sehingga perlu


PENDAHULUAN mengembangkan kemampuan-kemampuan ini
Kurikulum 2013 dikembangkan untuk dalam proses pembelajaran.
menghadapi tuntutan masa depan yang membuka Proses pembelajaran kurikulum 2013
persaingan kehidupan semakin luas dan mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
berdampak langsung tuntutan peningkatan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
sumber daya manusia. Seperti yang tercantum membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan cerdas dan belajar sepanjang hayat. Perubahan
Kebudayaan No. 81A Tahun 2013 tentang kurikulum menuntut guru melakukan perubahan
Implementasi Kurikulum, dijelaskan bahwa metode dalam pembelajaran agar siswa lebih
untuk memenuhi kebutuhan kompetensi masa kritis, kreatif, dan inovatif dalam mempelajari
depan maka kemampuan peserta didik yang sesuatu yang harus mereka ketahui, termasuk
diperlukan yaitu kemampuan berkomunikasi, pembelajaran sains, khususnya kimia. Prinsip
berpikir kritis dan kreatif agar mampu hidup pembelajaran sains adalah mengeksplorasi fakta-
dalam masyarakat global, memiliki minat luas fakta yang ada, melakukan eksperimen untuk
dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, menguji hipotesis, dan mengembangkan
kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan kemampuan menganalisis.
peduli terhadap lingkungan. Kurikulum harus

C - 32
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

Permasalahan umum yang biasanya (menjelaskan), (5) elaborate (menerapkan), (6)


dialami oleh para guru selama ini, khususnya evaluate (menerapkan), dan (7) extend
guru kimia, adalah kesulitan belajar dari (memperluas).
siswanya dalam memecahkan permasalahan dan Pemilihan materi pada penelitian ini
siswa juga tidak mampu mengkaitkan satu berdasarkan hasil angket tentang materi kimia
konsep dengan konsep lain yang telah diajarkan kelas XI yang dianggap sulit oleh siswa dan hasil
oleh guru. Selama ini siswa lebih sering wawancara dengan guru kimia. Berdasarkan
menghafalkan konsep-konsep tersebut. Untuk hasil angket, materi yang dianggap sulit adalah
meningkatkan keterampilan berpikir siswa, kelarutan dan hasil kali kelarutan sebesar 21,4%;
hendaknya pada pembelajaran kimia guru lebih termokimia sebesar 14,5%, dan sisanya terbagi
melibatkan peran siswa dalam pembelajaran. untuk materi kelas XI lainnya. Oleh karena itu,
Penerapan pendekatan keterampilan proses materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah
menyebabkan siswa tidak pasif menerima dan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
menghafal informasi yang diberikan guru, tetapi Hasil wawancara guru mengenai kesulitan
berusaha menemukan konsep melalui yang biasa dihadapi siswa pada materi kelarutan
pengalaman langsung. Pengalaman secara dan hasil kali kelarutan adalah kekurangtepatan
langsung dan pembiasaan sikap kerjasama dan mengionisassi zat elektrolit, sehingga apabila
menghargai pendapat orang lain inilah yang siswa salah mengionisasi maka penulisan
membawa perubahan sikap ke arah yang lebih persamaan Ksp dan perhitungan harga Ksp nya
baik serta mampu meningkatkan hasil belajar juga salah, walaupun sebenarnya cara
kognitif siswa (Rahayu, 2011). pengionisasian telah diberikan di kelas X pada
Hasil pengukuran berpikir kritis siswa materi tata nama senyawa. Kesulitan berikutnya
SMA Al Multazam dan SMA PGRI I Kota adalah pengaruh ion senama terhadap kelarutan,
Mojokerto menggunakan beberapa indikator siswa sulit untuk menentukan kelarutan suatu zat
yaitu: (1) menjawab pertanyaan mengapa, (2) akibat penambahan ion senama dari tetapan hasil
membuat kesimpulan dan hipotesis, (3) kali kelarutan yang diketahui.
kemampuan memberikan penjelasan, (4) Materi pokok kelarutan dan hasil kali
mengaplikasikan prinsip yang diterima, dan (5) kelarutan merupakan salah satu materi pada kelas
merumuskan alternatif yang memungkinkan XI semester dua. Siswa dapat memahami konsep
untuk memecahkan masalah. Diperoleh hasil kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan baik
siswa yang menjawab benar dari indikator- apabila pada siswa telah paham tentang konsep-
indikator tersebut secara berturut-turut adalah konsep yang telah dipelajari sebelumnya dan
50%, 20%, 37%, 27%, dan 27%. Hal ini berhubungan dengan materi tersebut, seperti
menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis konsep mol, persamaan reaksi, dan konsentrasi
siswa untuk kelima indikator tersebut masih zat elektrolit. Berdasarkan hasil analisis sesuai
kurang, jawaban benar semua indikator rata-rata dengan karakteristik materi dan kondisi siswa,
sebesar 32,2%. maka diusulkan untuk mengimplementasikan
Salah satu model berpikir kritis adalah model learning cycle 7E pada materi pokok
learning cycle 7E. Menurut Mecit (2006), model kelarutan dan hasil kali kelarutan. Marek (2008)
learning cycle 7E dapat meningkatkan menyatakan bahwa learning cycle merupakan
keterampilan berpikir kritis siswa secara cara inkuiri pada pelajaran sains yang terdiri dari
signifikan dibandingkan dengan metode beberapa tahap yang berurutan. Learning cycle
tradisional, perbedaan jenis kelamin siswa dan mengubah pola pikir siswa melalui investigasi
pendapatan keluarga tidak mempengaruhi sains dengan mengeksplorasi materi,
keterampilan berpikir kritis siswa dan membangun konsep, dan mengaplikasikan atau
penguasaan konsep. Model learning cycle ada mengembangkan konsep pada kondisi lain.
beberapa macam, dalam penelitian ini digunakan Berdasarkan uraian di atas maka penulis
learning cycle 7E. Eisenkraft (2003) menyatakan bermaksud melakukan penelitian yang berjudul
bahwa model pembelajaran learning cycle 7E “Implementasi Model Learning Cycle 7E pada
bertujuan untuk menekankan pentingnya Pembelajaran Kimia dengan Materi Pokok
memunculkan pemahaman awal siswa dan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk
memperluas (transfer) konsep. Dengan model Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
baru ini, guru seharusnya tidak melewatkan tata Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA”.
syarat yang penting untuk proses pembelajaran.
Learning cycle 7E mempunyai 7 fase yaitu: (1) METODE
elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), Penelitian yang dilakukan adalah
(2) engage (mengajak dan menarik perhatian penelitian pra-eksperimental yang didahului
siswa), (3) explore (mengeksplorasi), (4) explain dengan penyusunan perangkat pembelajaran. Uji

C - 33
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

coba implementasi model learning cycle 7E pada Hasil penilaian keterbacaan handout dan
materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan LKS materi pokok kelarutan dan hasil kali
menggunakan desain penelitian pra-experimental kelarutan dianalisis dan digambarkan masing-
dengan bentuk one-group pretest-postest design. masing seperti Gambar 1 dan Gambar 2.
Penelitian digunakan untuk mengetahui pengaruh
implementasi model learning cycle 7E terhadap
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis. Perangkat pembelajaran yang disusun
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Handout,
Tes Penguasaan Konsep, Tes Keterampilan
Kritis pada pembelajaran kimia materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan dengan model
pembelajaran berbasis learning cycle 7E.
Perangkat pembelajaran tersebut selanjutnya Gambar 1. Keterbacaan Siswa terhadap Handout
divalidasi oleh pakar dan praktisi pendidikan
sebelum diimplemetasikan di kelas.
Subyek dalam penelitian ini adalah
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis siswa kelas XI SMA PGRI I Kota
Mojokerto setelah implementasi model
pembelajaran learning cycle 7E pada materi
pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Jumlah
siswa yang terlibat dalam pembelajaran sebanyak
12 siswa.
Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data terdiri dari lembar validasi Gambar 2. Keterbacaan Siswa terhadap LKS
perangkat pembelajaran, lembar penilaian
keterbacaan handout dan LKS, lembar penilaian
keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan Keterlaksanaan RPP
aktivitas siswa, angket respon siswa, lembar Pengamatan terhadap keterlaksanaan RPP
penilaian penguasaan konsep, dan lembar dalam pembelajaran model learning cycle 7E
penilaian keterampilan berpikir kritis. pada materi pokok kelarutan dan hasil kali
Data hasil validasi perangkat pembelajaran, kelarutan dilakukan oleh dua pengamat.
pengamatan keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, Pengamatan dilakukan pada tiga kali pertemuan,
respon siswa, penguasaan konsep, dan pertemuan I tentang kelarutan dan hubungannya
keterampilan berpikir kritis dianalisis secara dengan hasil kali kelarutan, pertemuan II
deskriptif. Peningkatan penguasaan konsep dan mengenai reaksi pengendapan, dan pertemuan III
keterampilan berpikir kritis dianalisis dengan mempelajari tentang pengaruh ion senama dan
analysis of gain scores (Hake, 2009). pH terhadap kelarutan. Skor rata-rata pengamat
untuk ketiga pertemuan sebesar 4,59 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN reliabilitas instrumen sebesar 78,8%. Secara
umum keterlaksanaan RPP termasuk kategori
Validitas Perangkat Pembelajaran sangat baik dan reliabel.
Validasi perangkat pembelajaran meliputi
RPP, handout, LKS, Tes Penguasaan Konsep,
dan Tes Keterampilan Berpikir Kritis, dilakukan Aktivitas Siswa
validasi oleh pakar dan praktisi pendidikan Berdasarkan hasil analisis data, persentase
sebelum diimplentasikan dalam pembelajaran. seluruh aspek aktivitas siswa yang diamati oleh
Dari hasil validasi RPP, handout, LKS, Tes dua orang pengamat diperoleh reliabilitas sebesar
Penguasaan Konsep, dan Tes Keterampilan 79,0%, hal ini menunjukkan bahwa pengamatan
Berpikir Kritis diperoleh skor rata-rata masing- tersebut reliabel (ajeg). Data selanjutnya
masing 4,68 dengan kategori valid; 4,46 dengan disajikan dalam bentuk diagram seperti pada
kategori valid; 4,71 dengan kategori valid; 4,70 Gambar 3.
dengan kategori valid, 4,78 dengan kategori
valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran
yang dikembangkan layak digunakan dalam
pembelajaran.

C - 34
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

dalam proses pembelajaran maka RPP juga dapat


terlaksana dengan baik, sehingga skor rata-rata
keterlaksanaan RPP sebesar 4,59 dengan kategori
sangat baik; 92% siswa setuju bahwa model
pembelajaran learning cycle 7E membuat siswa
lebih aktif, karena model pembelajaran tersebut
berpusat pada siswa sehingga menjadikan siswa
lebih aktif daripada pembelajaran yang berpusat
pada guru. Menurut Bruner, cara-cara
pembelajaran pada guru dapat merangsang
motivasi belajar siswa, yaitu pengalaman dimana
para siswa berpartisipasi aktif dalam menghadapi
Gambar 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran alamnya (Dahar, 2006). Sebanyak 67% siswa
dengan Model Learning Cycle 7E setuju bahwa mereka lebih bisa mengemukakan
pendapat dalam diskusia; 58% siswa sangat
Aktivitas siswa yang diamati merupakan setuju bahwa pembelajaran dengan model
serangkaian kegiatan siswa selama proses learning cycle 7E lebih menyenangkan apabila
pembelajaran berlangsung. Hasil analisis disertai eksperimen, hal tersebut dapat membuat
aktivitas siswa menunjukkan bahwa aktivitas siswa lebih aktif dan termotivasi untuk
yang dominan pada pertemuan 1, 2, dan 3 adalah mempelajari materi kelarutan dan hasil kali
bekerja sama dengan tim kelompok, dengan kelarutan karena dapat mengaplikasikan teori
frekuensi rata-rata sebesar 33%. Aktivitas ini secara langsung dan tidak membosankan;
berperan dalam peningkatan penguasaan konsep pembelajaran disertai dengan eksperimen juga
dan keterampian berpikir kritis siswa, karena dapat lebih memudahkan siswa untuk memahami
tutor teman sebaya dalam kelompok akan materi tersebut, hal ini ditunjukkan dengan
melibatkan siswa dalam pembelajaran yang aktif, respon semua siswa yang menyatakan setuju;
seorang siswa mengajar siswa yang lain, dan 83% siswa lebih bisa bekerja sama dengan model
memungkinkan guru untuk membimbing serta pembelajaran learning cycle 7E, karena siswa
memantau pembelajaran di kelas, tutorial teman dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
sebaya serring memberikan manfaat pada berdiskusi dan eksperimen sehingga kesempatan
prestasi siswa (Santrock, 2009). untuk bekerja sama sangat besar; 75% siswa
Frekuensi lebih rendah berikutnya adalah setuju bahwa soal-soal lebih mudah diselesaikan
berdiskusi dengan teman sekelompok, sebesar dalam model pembelajaran learning cycle 7E,
18%. Hal ini dikarenakan siswa pada fase karena model pembelajaran tersebut terdiri dari
explore hingga elaborate sudah membentuk beberapa tingkatan fase yang dapat
kelompok untuk berdiskusi, melakukan dan mengkonstruksi konsep siswa sesuai teori Piaget,
mengamati percobaan, mengkomunikasikan hasil dalam kelompok siswa dapat saling bertukar
percobaan, dan menerapkan konsep, sehingga berpendapat tentang konsep yang mereka
frekuensi aktivitas siswa lebih dominan dari yang pahami, dengan adanya proses scaffolding maka
lainnya. Pembentukan kelompok dilakukan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang
siswa dapat bekerja sama dengan siapapun. Hal ada sehingga dapat meningkatkan penguasaan
tersebut sesuai dengan prinsip teori pembelajaran konsepnya (Ibrahim, 2008); begitu pula dengan
konstruktivisme bahwa proses mengkonstruksi keterampilan berpikir kritis, hal ini ditunjukkan
pengetahuan melibatkan aspek sosial (Soeprodjo, dengan respon siswa sebesar 75%.
dkk., 2008).

Respon Siswa
Responden (siswa) diminta untuk membaca
pernyataan yang disajikan dan memberi respon
dengan cara memilih salah satu kategori yang
sesuai dengan menggunakan skala Likert. Hasil
analisis disaijikan dalam bentuk diagram pada
Gambar 4.
Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 75%
siswa lebih termotivasi dalam proses
pembelajaran dengan model learning cycle 7E, Gambar 4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran
hal ini sesuai dengan hasil analisis keterlaksaaan dengan Model Learning Cycle 7E
RPP, karena siswa termotivasi dengan baik

C - 35
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

Dari semua aspek pada angket respon konsep yang telah dimiliki individu. Individu
siswa, diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,2 harus dapat menghubungkan konsep yang baru
dengan kategori setuju. Dapat disimpulkan dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam
bahwa siswa memberikan respon yang baik suatu hubungan antar konsep (Dahar, 2006).
terhadap pembelajaran dengan model learning
cycle 7E. Respon yang baik terhadap pelajaran Keterampilan Berpikir Kritis
tertentu akan meningkatkan minat dan Analisis hasil tes keterampilan berpikir
mendorong tindakan positif siswa untuk kritis menunjukkan bahwa keterampilan berpikir
menekuni dan meningkatkan intensitas belajar kritis siswa mengalami peningkatan. Dari hasil
pada pelajaran tersebut (Ratumanan, 2006: 93). pretest diketahui bahwa tidak siswa yang tuntas
baik secara individu maupun klasikal, setelah
Penguasaan Konsep Siswa proses pembelajaran dengan model learning
Tes penguasaan konsep terdiri dari pretest cycle 7E terdapat peningkatan yang sangat
dan posttest dengan soal yang sama pada materi signifikan yaitu siswa tuntas 100% secara
kelarutan dan hasil kali kelarutan sebanyak 10 individu dan klasikal. Hal ini sesuai dengan
butir soal pilihan ganda. Dalam proses penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2013),
pembelajaran, siswa menggunakan handout dan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
LKS dengan model learning cycle 7E. Dari meningkat setelah pembelajaran learning cycle,
sebanyak 12 siswa yang mengikuti pembelajaran model learning cycle 7E dikembangkan untuk
dengan model learning cycle 7E, diperoleh hasil membantu siswa meningkatkan berpikir mereka,
posttest yang meningkat dengan skor menyelesaikan masalah, dan kemampuan
peningkatan mulai kategori sedang (0,4) sampai intelektualnya. Model learning cycle 7E
tinggi (0,9), seperti yang pada Gambar 5. diaplikasikan tidak hanya untuk meningkatkan
ketrampilan berpikir kritis siswa namun juga
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Siswa mendapat skor peningkatan terendah
0,7 dengan kategori sedang, siswa yang lain
lebih dari 0,7 dengan kategori tinggi, seperti
pada Gambar 6. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran learning cycle 7E mampu
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Learning cycle 7E merupakan model yang
memberikan kebebasan pada siswa untuk
menyatakan ide-ide mereka, mempertimbangkan
pendapat alternatif dan berdiskusi, serta bekerja
Gambar 5. Hasil Penilaian Penguasaan Konsep dan sama dengan teman. Hal ini merupakan strategi
Peningkatannya yang baik guru untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis (Mecit, 2006).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Indriyani (2013) menyatakan
bahwa terdapat peningkatan yang siginifikan
terhadap hasil belajar pembelajaran yang
menggunakan pembelajaran LKS berbasis
learning cycle 7E. Penyusunan LKS
dimulai dari fase elicit untuk mendatangkan
pengetahuan awal dengan mengajukan
pertanyaan yang dari kegiatan dalam
Gambar 6. Hasil Penilaian Keterampilan Berpikir
kehidupan sehari-hari sehingga menambah rasa Kritis dan Peningkatannya
ingin tahu peserta didik terkait materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan. Hal ini sesuai dengan Data skor peningkatan juga didukung oleh
teori belajar Piaget yang menyatakan bahwa pada hasil analisis sensivitas butir soal yang
proses asimilasi individu menggunakan struktur menunjukkan indeks sensivitas terendah 0,4; hal
kognitif yang sudah ada untuk memberikan ini menunjukkan bahwa soal keterampilan
respon terhadap rangsangan yang diterimanya. berpikir kritis yang digunakan memiliki
Perolehan konsep baru akan berdampak pada

C - 36
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

kepekaan yang cukup terhadap efek-efek


pembelajaran. Borich, G. D. 1994. Observation Skills for
Effective Teaching. New York: MacMillan
Indikator tes keterampilan berpikir kritis Publishing Company.
siswa meliputi: (a) menjawab pertanyaan
mengapa; (b) kemampuan memberikan Cahyono, A. N. 2006. “Vygotskian Perspective:
penjelasan; (c) membuat kesimpulan, dan Proses Scaffolding untuk Mencapai Zona of
hipotesis; (d) mengaplikasikan prinsip yang Proximal Development (ZPD) Peserta
diterima; dan (e) merumuskan alternatif yang Didik dalam Pembelajaran Matematika“.
memungkinkan untuk memecahkan masalah. Makalah Seminar Nasional Matematika dan
Persentase ketuntasan indikator pretest rata-rata Pendidikan Matematika, FMIPA UNY.
sebesar 13% dan termasuk kategori tidak tuntas. Diakses melalui http://eprints.uny.ac.id/:
Pada hasil posttest terjadi peningkatan skor tes, tanggal 7 Juli 2014.
sehingga terjadi peningkatan pula pada
ketuntasan indikatornya. Ketuntasan indikator Chang, R. and Overby, J. 2011. General
secara keseluruhan tuntas dengan persentase Chemistry: The Essential Concepts. New
sebesar 80%, namun ada satu indikator yang York: McGraw-Hill Companies Inc.
tidak tuntas yaitu indikator nomor 4.
Kemampuan berpikir kritis seorang siswa akan Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar.
sangat membantu mengambil keputusan secara Bandung: Erlangga.
tepat, cermat, sistematis, benar dan logis, dengan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang atau Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar dan
aspek (Dwijananti, 2010). Keputusan inilah yang Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
dijadikan sebagai solusi dari suatu permasalahan.
Dwijananti, P. dan Yulianti, D. 2010.
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
SIMPULAN Mahasiswa melalui Pembelajaran Problem
Berdasarkan hasil analisis data dan Based Instruction pada Mata Kuliah Fisika
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika
diperoleh kesimpulan yaitu implementasi Indonesia, Vol. 6, hlm. 108-114.
pembelajaran dengan model learning cycle 7E
pada materi pokok kelarutan dan hasil kali Eisenkraft. 2003. “Expanding the 5E Model”.
kelarutan efektif untuk meningkatkan The Science Teacher. Vol. 70, No. 6, pp.
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir 56-59.
kritis siswa.
Ennis, R. H. 1985. “A Logical Basis For
DAFTAR PUSTAKA Measuring Critical Thinking Skills.”
Education Leadership, Vol. 43, No. 2, pp.
Aiken, L. R. 1997. Psychological Testing and 44-48.
Assesment. New York: Allyn and Bacon. Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. New York:
Prentice-Hall Inc.
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Fisher, A. 2007. Berpikir Kritis: Sebuah
Jakarta: PT. Prestasi Pustakakarya. Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Gronlund, N. E. 1981. Measurement and


Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Evaluation Teaching. Canada: Collier
Yogyakarta: Rineka Cipta. Macmillan Canada, Ltd.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Hake, R. R. 1999. “Analyzing Change/Gain


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Scores”. Woodland Hills. Diakses melalui
Australian Council for Educational Research http://physics.indiana.edu/sdi/analyzingch
(ACER). 2011. “Highlights from TIMSS ange_gain.pdf : tanggal 2 Mei 2014.
and PIRLS 2011: The Australia’s
Perspective. Diakses melalui Hartono. 2013. “Learning Cycle 7E Model to
www.acer.edu.au/documents/TIMSS- Increase Student’s Critical Thinking on
PIRLS-Australian-Highlights.pdf : tanggal Science“. Jurnal Pendidikan Fisika
4 Mei 2014. Indonesia, Vol. 9, hlm 58-66.

C - 37
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

Nur, M. 2004. Teori-Teori Perkembangan


Ibrahim, M. 2008. Model Pembelajaran Inovatif Kognitif. Surabaya: Penerbit Unesa
IPA melalui Pemaknaan. Surabaya: University Press.
Departemen Pendidikan Nasional.
Balitbang Puslitjaknov. Nur, M. 2011. Model Pembelajaran Langsung.
Surabaya: Penerbit Unesa University Press.
Ibrahim, M., dkk. 2010. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Surabaya: Unesa Organisation for Economic Co-operation and
University Press. Development (OECD). 2013. “Pisa 2012
results: which country does best at reading,
Ibrahim, M. 2012. Konsep, Miskonsepsi, dan maths and science?”. Diakses melalui
Cara Pembelajarannya. Surabaya: Unesa http://www.theguardian.com/news/datablog
University Press. /2013/dec/03/ pisa-results-country-best-
reading-maths-science : tanggal 9 april
Indriyani, I. R. 2013. “Pengembangan LKS 2014.
Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning
Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Petrucci, R. dan Suminar. (Eds). 1987. Kimia
Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Dasar: Prinsip & Terapan Modern. Bogor:
Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Erlangga.
Pokok Bahasan Elektromagnetik“. Tesis
Magister Pendidikan Fisika, Universitas Petrucci, R. and William, S.H., et.al. 2007.
Ahmad Dahlan. General Chemistry: Principles & Modern
Applications. New Jersey: Pearson Prentice
Jespersen, N.D. and Brady, J.E. 2012. Hall.
Chemistry: The Molecular Nature of
Matter. New York: John Wiley and Sons Phillips, J.S., Strozak, V. and Wistrom, C. 2002.
Inc. Chemistry: Concepts and Applications.
Ohio: Glencoe/McGraw-Hill Companies
Marek, E.A. 2008. “Why Learning Cycle?”. Inc.
Journal of Elementary Science Education,
Vol 20, No. 3, pp. 63-99. Rahayu, E., Susanto, H. dan Yulianti, D. 2011.
“Pembelajaran Sains dengan Pendekatan
Mecit, O. 2006. “The Effect of 7E Learning Keterampilan Proses untuk Meningkatkan
Cycle Model on The Improvement of Fifth Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir
Grade Students’ Critical Thinking Skills”. Kreatif Siswa”. Jurnal Pendidikan Fisika
Doctoral Dissertation, Middle East Indonesia, hlm 106-110. Diakses melalui
Technical University. http://journal.unnes.ac.id: tanggal 8
Desember 2013.
Mendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Kepala Biro Hukum dan Ratumanan, T. G. dan Laurens, T. 2003.
Organisasi Kemendikbud. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Mendikbud. 2013. Standar Isi untuk Pendidikan Surabaya: Unesa University Press.
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kepala Biro
Hukum dan Organisasi Kemendikbud. Santrock, J. W. 2009. Psikologi Pendidikan:
Educational Psychology. Jakarta: Salemba
Mendikbud. 2013. Standar Kompetensi Humanika.
Kelulusan untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Kepala Biro Hukum Soeprodjo, Priatmoko, S. dan Sariana, E. Y.
dan Organisasi Kemendikbud. 2008. “Pengaruh Model Learning Cycle
terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan
Nuhoglu, H. and Yalcin, N. 2006. “The dan Hasil Kali Kelarutan”. Jurnal Inovasi
Effectiveness of The Learning Cycle Model Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, hlm. 224-
to Increase Students’ Achievement In The 229.
Physics Laboratory”. Journal of Turkish
Science Education, Vol 3, No. 2, pp. 28-30. Sridana, N. 2007. “Pengembangan Model
Pelatihan untuk Penyusunan Rincian Materi
Pengalaman Belajar Matematika bagi Guru

C - 38
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014

Kelas VII melalui Penerapan Kriteria Watkins, M. W. and Pacheco, M. 2001.


Pemilihan yang Berbasis Konstruktivisme“. “Interobsever Agreement in Behavioral
Disertasi Pendidikan Matematika, Research: Importance and Calculation”.
Universitas Negeri Surabaya. Journal of Behavioral Education, Vol. 10,
No. 4, pp. 205-212.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Widhy, P. 2012. “Learning Cycle Sebagai Upaya
Menciptakan Pembelajaran Sains yang
Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Bermakna”. Prosiding Seminar Nasional
Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
Rosdakarya. MIPA UNY.

Thiagarajan, S., Semmel, D.S. and Semmel M.I. Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology:
1974. Instructional Development for Active Learning Edition. Yogyakarta:
Training Teachers of Exceptional Children: Pustaka Pelajar.
A Sourcebook. Bloomington: Indiana
University. Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode dalam
Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press
Verawati, E. 2013. ”Pengembangan Perangkat Group.
Pembelajaran Berbasis Model Learning
Cycle 5E untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa SMK pada Materi Pokok Laju
Reaksi”. Tesis Magister Pendidikan Sains,
Universitas Negeri Surabaya.

C - 39

Anda mungkin juga menyukai