Fenomena Empiris Budaya Sanitasi Masyarakat Pesisir Sedati Dalam Perspektif Grounded Theory
Fenomena Empiris Budaya Sanitasi Masyarakat Pesisir Sedati Dalam Perspektif Grounded Theory
Abstrak
Fenomena empiris budaya berperilaku sanitasi buruk yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
Sedati adalah perilaku buang air besar sembarang (BABS) di laut, tambak dan sungai.
Persentase atas perilaku BABS ini sebesar 85% di desa pesisir Tambak Cemandi, 75,7%
diKalanganyar, 55% di Gisik Cemandi,43,1% Banjar Kemuning dan 27,3% di pesisr
Segorotambak.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar
penyebab terjadinya BABSi terhadap fasilitas sanitasi yang telah tersedia, dan mengetahui
bagaimana kebijakan sanitasi yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi kebiasaan BABS.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik grounded theory, melalui wawancara mendalam
dan focus group discussion (FGD) kepada responden terpilih yang ada di masyarakat
pesisir.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah 4 (empat) proposisi minor
penyebab kebiasaan BABS, yaitu (1) meningkatnya pendapatan masyarakat tidak diimbangi
dengan kepedulian masyarakat untuk menggunakan MCK umum atau memiliki MCK pribadi, (2)
adanya fasilitas sanitasi tidak meningkatkan kepedulian dan pemahaman tentang sanitasi atau
tidak dapat merubah karakter, (3) pemberian teknologi sanitasi dianggap sulit dan tidak
praktis,(4) respon positif dari masyarakat terhadap penyediaan sanitasi masih rendah karena
masyarakat dipaksa untuk menerima. Berdasarkan keempat proposisi minor tersebut,
kemudiandisimpulkan dalam proposisi mayor yaitu “Perubahan karakter dan peradaban
lingkungan merupakan instrumen untuk meningkatkan perilaku sanitasiyang baik bagi
masyarakatkhususnya pesisir Sedati”.
Kata kunci : Budaya, Fenomena Empiris, Grounded Theory, Kawasan Pesisir, Sanitasi
untuk meningkatkan hingga 68,87% proporsi lembaga ekonomi dan pranata sosial budaya
penduduk yang memiliki akses terhadap sebagai upaya untuk membangun dan
sumber air minum yang aman, dengan meningkatkan kesejahteraan hidup
indikator sumber air terlindungi dan air masyarakat pesisir khususnya nelayan.
perpipaan, serta akses terhadap fasilitas
Salah satu wilayah pesisir yang memiliki
sanitasi dasar, dengan indikator jamban
sejumlah permasalahan akan kurangnya
tangki septik memadai pada tahun 2015
akses infrastruktur lingkungan khususnya
sebesar 62,41%. Tahun 2011, Indonesia
pelayanan sanitasi adalah wilayah pesisir
telah mencapai angka 55,04% untuk proporsi
Sedati yang ada di Kabupaten Sidoarjo
penduduk yang memiliki akses terhadap
Propinsi Jawa Timur. Wilayah pesisir Sedati
sumber air minum yang layak, dan akses
terdiri dari 5 desa yaitu Desa Tambak
terhadap fasilitas sanitasi dasar, Indonesia
Cemandi, Kalanganyar, Gisik Cemandi,
telah mencapai angka 55,60 % (BPS Susenas,
Banjarkemuning dan Segoro Tambak.
2011). Pencapaian tersebut masih sebatas
Karakteristik kegiatan ekonomi setiap desa
pada akses ke jamban atau toilet saja, belum
pesisir hampir sama yaitu nelayan, buruh
pada akses fasilitas sanitasi yang berkualitas,
nelayan, penjaga tambak dan beberapa yang
dengan kriteria fasilitas tersebut masih
bekerja sebagai buruh pabrik dan PNS.
berfungsi dengan baik, digunakan sesuai
Masyarakat memiliki keunikan dalam
dengan peruntukannya, dan sesuai dengan
bersanitasi, keunikan tersebut ditunjukkan
standar kesehatan maupun standar teknis
dengan mayoritas kebiasaan buang air besar
yang telah ditetapkan.
di laut, tambak dan sungai/cemplung
Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan meskipun telah tersedia teknologi sanitasi
antara daratan dan laut ke arah darat wilayah berupa WC pribadi maupun WC umum.
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering
maupun terendam air, yang masih Metode
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti
Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai
pasang surut, angin laut, dan perembesan air dan lokus penelitian yang diteliti, maka
asin. Wilayah pesisir ke arah laut mencakup penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh paradigmadefinisi social. Tujuan dari
proses alami yang terjadi di darat seperti paradigma ini adalah untuk memahami
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun perilaku sosial melalui penafsirannya, dan
yang disebabkan karena kegiatan manusia di dengan itu menerangkan jalan
perkembangannya dan akibat-akibatnya
darat seperti penggundulan hutan dan
menurut sebab-sebabnya. Melalui pendekatan
pencemaran (Supriharyono, 2002).Kusnadi ini kenyataan dari tindakan manusialah,kita
(2003) dalam tulisannya menjelaskan akan memperoleh pengetahuan mengenai ciri
mengenai kehidupan social ekonomi dan keanekaragaman masyarakat. Penelitian
masyarakat pesisir yang mana, kemiskinan ini berakar pada pandangan fenomenologi.
dan kesulitan-kesulitan hidup lainnya Analisis fenomenologi lebih tepat digunakan
untuk mengurangi persoalan subyek manusia
merupakan siklus peristiwa sosial ekonomi
yang umumnya memiliki subyektivitas
yang selalu menimpa rumah tangga nelayan. individual, tidak konsisten,memiliki emosi, dan
Kondisi kemiskinan nelayan ini disebabkan tidak taa tasas.
oleh persoalan lingkungan pesisir dan laut
yang kompleks. Persoalan yang kompleks
tersebut perlu mendapat perhatian yang
serius melalui pemberdayaan lembaga-
G_8 |ProsidingTemuIlmiah IPLBI 2014
Suning
Metode Pengumpulan Data pengujian adanya persamaan dan perbedaan
dalam tata hubungan, diantara kategori atau
Paradigmadefinisi social diperoleh dengan subkategori, dan diantara kategori dan
teknik grounded theory.grounded theory propertisnya.
adalah sebuah metodologi yang mencoba e. Catatan Teoritis (Theoretical Memos), yaitu
penulisan kembali ide-ide teoritis tentang
mengkonstruksi teori tentang isu-isu penting
kode-kode dan hubungan sebagai analisis
dari kehidupan masyarakat.Penelitian ini akan langsung pada saat melakukan koding
menghasilkan sebuah temuan baru yang f. Koding Selektif (Selective Coding), yaitu
menyebabkan terjadinya pola berperilaku suatu langkah dalam proses
sanitasi yang baikkhususnya yang ada di mengintegrasikan dan menyaring
kawasan pesisir Sedati.Temuan baru tersebut kategori sehingga semua kategori terkait
dengan kategori inti, sebagai dasar
adalah teori substantif tentang perilaku
grounded theory
sanitasi. Metode pengumpulan data yang g. Research Iteration and Constant Comparison,
dilakukan dalam penelitian ini mengikuti yaitusuatu tahap mendekatkan proses
Sudira (2009) bahwa terdapat beberapa pengumpulan data, koding, dan analisa data
variasi metoda pengumpulan data yang dalam setiap memutuskan data apa yang
diterapkan dalam melaksanakan grounded harus dikumpulkan berikutnya dan kapan
menemukan data itu untuk pengembangan
theory diantaranya interview, observasi
teori
partisipan, eksperimen dan pengumpulan h. The Progress From Substantive To Formal
data secara langsung, dengan urutan sebagai Theory, tahap ini adalah suatu simpulan dari
berikut; berbagai tahap yang sudah dilakukan
sehingga diketahuinya suatu output dari
a. Pengumpulan data (Data Collection), metodologi grounded theory yaitu
langkah ini dilakukan dengan cara menghasilkan suatu teori yang bersifat
melakukan interview atau observasi, substantif berdasar pada fenomena empiris
kemudian hasilnya dilakukan pencatatan dalam natural setting yang wajar (Setioko, B,
maupun perekaman berupa video 2011).
b. Menentukan instrumen penelitian yaitu
manusia, hal ini dilakukan karena manusia Metode Analisis Data
sebagai instrumen penelitian yang memiliki
sifat responsif, adaptif, lebih holistik, Merujuk pada paradigma sosial yang dilakukan
kesadaran pada konteks tak terkatakan, dengan teknik grounded theory, maka metode
mampu memproses segera, mampu
analisis data yang digunakan adalah pendekatan
mengejar klarifikasi, mampu meringkas
sesegera mungkin, dan mampu menjelajahi kualitatif.Pendekatan kualitatif berusaha untuk
jawaban dan mampu mengejar pemahaman mengangkat secara ideografis berbagai
yang lebih dalam fenomena dan realitas sosial atau dapat
c. Koding terbuka (Open Coding), tahap ini dikatakan sebagai pembangunan dan
dilakukan guna pengkodingan yang dimulai pengembangan teori sosial (Creswell dalam
dari suatu pemahaman yang belum jelas
Somantri, 2005). Teori yang dihasilkan
berupa list sejumlah kategori yang relefan.
Data yang ada dikodekan dengan diharapkan mendapatkan pijakan yang kuat
mengklasifikasikan kedalam elemen-elemen pada realitasyang bersifat kontekstual dan
data dalam bentuk tema-tema atau historis (Somantri, 2005).
kategorisasi, kemudian dicari pola diantara
kategori berdasarkan komunaliti/keguyuban,
kausalitas/hubungan sebab akibat dan
seterusnya.
d. Koding Aksial (Axial Coding), yaitu tahapan
dengan cara pelacakan hubungan diantara
elemen-elemen data yang terkodekan. Pada
tahap ini teori substantif muncul melalui