Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Di Jl. Gaperta
Medan, Sumatera Utara.)
Muhammad Rizki Ridho1 dan Syahrizal2
1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: RizkiRidho11@yahoo.com
2
Staff Pengajar Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: syahrizal_ar@ymail.com

ABSTRAK

Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu dalam penyelesaiaannya. Suatu
proyek konstruksi dikerjakan dengan perencanaan yang matang agar proyek selesai sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditentukan. Penjadwalan proyek adalah suatu bentuk perencanaan proyek yang dibuat dengan tujuan
agar proyek selesai tepat waktu. Critical Path Method dan Project Evaluation Review Technic ( PERT ) adalah
dua dari beberapa metode yang digunakan untuk membuat penjadwalan proyek. Dua metode penjadwalan proyek
ini memiliki dua pendekatan berbeda dalam pembuatannya, dimana CPM menggunakan pendekatan
deterministik dan PERT menggunakan pendekatan probabilistik. Sering dalam suatu proyek terjadi
keterlambatan dalam penyelesaiaannya karena faktor – faktor yang tidak diperhitungkan sebelumnya sehingga
kontraktor perlu membuat alternatif lain dalam pengerjaan proyek agar selesai sesuai dengan rencana. Salah satu
alternatif untuk mempercepat penyelesaian proyek adalah dengan penambahan jam kerja sehingga membutuhkan
biaya lebih besar dari perencanaan sebelumnya agar proyek selesai tepat waktu. Penelitian ini akan mengkaji
bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang
terletak di jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat di
percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan.

Kata kunci : Penjadwalan, Critical Path Method, Project Evaluation Review Technic, CPM, PERT, Percepatan
Proyek, Biaya.

ABSTRACT

The construction project is an activity which has a period in completion. A construction project is done
with careful planning so that the project is completed within the specified time period. Project scheduling is a
form of planning a project created with the aim that the project is completed on time. Critical Path Method and
Project Evaluation Review Technic (PERT) are two of several methods used to make project scheduling. Two
project scheduling method has two different approaches in the making, CPM using deterministic approach and
PERT using probabilistic approach. A project is often late in completion because unpredictable factors so
contractors need to make other alternatives in order to complete the project as planned. One of the alternatives
to speed up the completion of the project is with addition of work hours, thus requiring a cost more than the
previous plan that projects are completed on time. This research will examine how scheduling of project can be
made on the construction of the building project Badan Pusat Statistics Kota Medan, which located on the jalan
Gaperta Medan using PERT and CPM Methode. and how the project can be brought forward with the addition
of work hours in case of delays.

Keyword : Scheduling, Critical Path Methode, Project Evaluation Review Technic, CPM, PERT, acceleration
time of project, Cost.
I. PENDAHULUAN

Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002).
Dalam pengerjaannya suatu proyek dikerjakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat oleh perencana
proyek. Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh
perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri Salah satu
bentuk dari perencanaan suatu proyek adalah penjadwalan proyek.

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi
tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,
peralatan dan material serta rencana durasi proyek dengan progress waktu untuk penyelesaian proyek. Critical
Path Method (CPM) dan Project Evaluation Review Technic ( PERT ) merupakan dua metode penjadwalan
proyek yang menggunakan pendekatan berbeda dalam pengerjaanya. Dimana metode CPM menggunakan
pendekatan deterministik sedangkan metode PERT menggunakan pendekatan probabilistik.

Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya proyek harus diselesaikan sebelum atau
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Namun pada kenyataannya di lapangan, suatu proyek tidak selalu
berjalan sesuai dengan penjadwalan yang telah dibuat. Ada banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut
terjadi, salah satu yang paling sering terjadi adalah karena turunnya hujan yang mengakibatkan proses kegiatan
konstruksi harus ditunda.

Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek yang telah terunda diantaranya dengan
menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur) Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan
penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan.
Tetapi dengan adanya penambahan jam kerja ini otomatis biaya untuk pengerjaan proyek juga akan bertambah.
Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung
Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan
CPM, dan bagaimana proyek dapat di percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan.

II. KAJIAN PUSTAKA


Proyek didefinisikan sebagai kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan
dalam urutan waktu tertentu sebelum keseluruhan tugas diselesaikan (Taha, 2007).

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai saat awal, akan dilaksanakan serta diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Ali, 1997).

Menurut Kinkinzaen (2004) proyek (Project) adalah mendefinisikan suatu kombinasi kegiatan-kegiatan yang
saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan-urutan tertentu sebelum keseluruhan tugas-tugas proyek
dapat diselesaikan. Kegiatan-kegiatan dalam proyek ini saling berkaitan dan berhubungan dalam suatu urutan
yang logis, dalam artian bahwa beberapa kegiatan tidak dapat di mulai sampai kegiatankegiatan yang lainnya
terlebih dahulu di selesaikan

Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah perencanaan proyek, yaitu
untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir proyek.
Jadi penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan
dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas dalam proyek.

2.1 Metode Penjadwalan Proyek

2.1.1 Critical Path Metod ( CPM )

Critical Path Method merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian
sebuah proyek, yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh perusahaan Du Pont untuk membangun suatu pabrik
kimia dengan tujuann untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan- pekerjaan
pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (Siswanto, 2007).
Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis ((Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk
merencanakan dan mengawasi proyek, merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua
sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan
saikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara
sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yak yakni
ni jalur yang memiliki
rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat (Taha,
2007). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jalur kritis merupakan jalur yang melalui kegiatan-kegiatan
kegiatan kritis
dari awal sampai akhir jalur yang sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek, walaupun dalam sebuah
jaringan kerja dapat saja terjadi beberapa jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis harus mampu dilakukan
oleh seorang manajer proyek dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya
terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek.

Jaringan Kerja
Menurut Eka, Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara
bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian
dapat dikemukakan bagian-bagian
bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suat
suatuu pekerjaan belum dapat dimulai apabila
kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan.
Simbol-simbol
simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah sebagai berikut (Hayun, 2005) :

 (anak panah/busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan
oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu
tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber te
tenaga,
naga, peralatan, material, biaya). Kepala anak
panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada
permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun
kemiringan anak panah ini ssama
ama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.

 (lingkaran kecil/simpul/node), mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian
(event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan.
kegiat Sebuah kejadian
mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa
kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang
biasanya dikenal sebagai kejadian kkepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan
kegiatan yang berawal dari saat kejadian
tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan
kegiatan-kegiatan
kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama
diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut.

 (anak panah terputus


terputus-putus),
putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy activity. Setiap anak
panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan
utama antara berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti
halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa
apa-apa
apa sehingga tidak perlu
berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan
sumbar daya, jadi waktu
ktu kegiatan dan biaya sama dengan nol.

 (anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis.

Dalam penggunaannya, simbol-simbol


simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan
aturan-aturan
aturan sebagai berikut (Hayun,
2005) :
a. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah.
b. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.
c. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi.
d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat
paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event).

Ervianto (2004) menjelaskan dalam CPM (Critical Path Method) dikenal EET ( Earliest Event Time)
dan LET (Last Event Time), Total Float, Free Float, dan Float Interferen, EET itu sendiri adalah peristiwa paling
awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event.

Gambar 2.1 EET dan LET suatu Kegiatan

X /(i, j) = nama kegiatan


i = Peristiwa awal kegiatan X
j = Peristiwa akhir kegiatan X
Lij = Durasi kegiatan (i, j)

Jalur Kritis
Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur
yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri
dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto,
1999).
Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi,
lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar
dengan anak panah tebal (Badri,1997).
Jalur kritis dalam suatu diagram jaringan adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis dan peristiwa-
peristiwa kritis yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu
hari saja, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan satu
hari juga (Ali, 1997). Sedangkan peristiwa kritis merupakan peristiwa yang memiliki EETi = LETi sehingga
EETi - LETi = 0 hal ini menyebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu lintasan kritis sama
dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. (Siagian, 1998).

2.1.2 Program Evaluation Review Technic ( PERT )

Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah metode penjadwalan yang diberi nama
diagram PERT, merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique. Diagram PERT dapat
digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan
kompleks karena mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap aktifitas.
Menurut Gusti Ayu metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka
estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan yaitu PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba
mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians. Dengan demikian metode PERT
bermaksud menampung adanya unsur-unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan-
kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi.

Probabiiitas Dalam Penjadwalan Proyek


Gusti Ayu menjelaskan bahwa teori Probabilitas dengan kurva distibusinya bermaksud untuk mengkaji dan
mengukur ketidakpastian serta menjelaskannya secara kuantitatif. Pada dasarnya prinsip jaringan kerja dan jalur
kritis pada metode PERT dan CPM hamper sama yang mebedakannya adalah dalam metode PERT, diketahui
tiga angka estimasi setiap kegiatan. Tujuan dari penggunaan tiga angka estimasi adalah untuk memberikan
rentang waktu yang paling lebar dalam melakukan sasaran dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan.
Ketiga
estimasi durasi tersebut adalah:
 Kurun waktu optimistic (optimistic duration time)
Kurun waktu optimistik adalah durasi yang tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala
sesuatunya berjalan dengan baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam seratus kali kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama
 Kurun waktu paling mungkin (most likely time)
Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila
kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
 Kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)
Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, bila segala
sesuatunya serba tidak baik. Durasi disini dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan
tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
Selanjutnya ketiga perkiraan waktu itu dirumuskan menjadi satu angka yang disebut (te) atau kurun waktu yang
diharapkan (expected duration time).
Dalam menentukan nilai (te) dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan
pesimistik (b) adalah sama. Sedangkan kemungkinan terjadinya peristiwa paling mungkin adalah empat kali
lebih besar dari kedua peristiwa optimistik dan pesimistik sehingga apabila dijumlah akan bernilai 6 (enam)
sesuai dengan rentang kurva distribusi peristiwa yang telah di standarkan.
Rumusannya adalah ( Yamit, 2003):
 + 4 + 
 =
6

Deviasi Standar dan Varians Kegiatan


Gusti Ayu menjelaskan estimasi kurun waktu kegiatan pada metode PERT memakai rentang waktu. Rentang
waktu ini menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan.
Besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka yang diperkirakan untuk a dan b. Parameter yang
menjelaskan masalah ini dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Berdasarkan ilmu statistik, angka deviasi
standar adalah sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a) atau bila ditulis dengan rumus adalah sebagai berikut
(Soeharto,1995):
Deviasi Standar Kegiatan
1

=  − 
6
Varians Kegiatan
  =

Dimana :
S = deviasi standar kegiatan
V(te) = varians kegiatan

Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z yaitu hubungan
antara waktu yang diharapkan (EET) dengan target T(d) dengan rumus sebagai berikut:
  − 
  =

Dimana :
z = Kemungkinan target yang hendak dicapai
T(d) = Target waktu penyelesaian proyek
EET = Waktu paling awal peristiwa
S = Standar Deviasi
Dengan menggunakan table Comulative Normal Distribution akan dapat menentukan persentase (%) proyek
selesai pada target T(d).

2.2 Mempercepat Waktu Proyek (Crashing Project)

Dalam suatu proyek yang dikehendaki selesai dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dapat
dilakukan percepatan durasi kegiatan dengan konsekuensi akan terjadi peningkatan biaya. Percepatan durasi
pelaksanaan proyek dengan biaya serendah mungkin dinamakan Crashing Project (Badri, 1991). Pada CPM,
untuk mempercepat waktu pengerjaan proyek maka diadakan percepatan durasi kegiatan pada jalur-jalur kritis,
dengan syarat bahwa pengurangan waktu tidak akan menimbulkan jalur kritis baru. Salah satu cara untuk
mempercepat waktu pelaksanaan proyek diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia
(kerja lembur)
Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam penambahan sesuai
dengan waktu penambahan yang diinginkan.
Dengan adanya penambahan jam kerja, maka akan mengurangi produktivitas tenaga kerja, hal ini disebabkan
karena adanya faktor kelelahan oleh para pekerja.

Adapun beberapa parameter yang yang harus dicari untuk mengetahui percepatan waktu proyek adalah sebagai
berikut:

a. Produktivitas Harian =
!"#$ %!"

&!'()$*$)"# +"!$",
b. Produktivitas Tiap Jam =
- ."

c. Produktivitas Harian Sesudah crash


= 7 0 1 23456 7 0 +  1  1 23456 7 0

Dimana:

 = 8 79ℎ9 0 6rja

 = ;4<9 7953599 23456 29ℎ9 0 630

Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktifitas

Jam Lembur Penurunan Indeks Prestasi Kerja


(jam) Produktifitas
(%)

1 0.1 90

2 0.2 80

3 0.3 70

4 0.4 60

(Sumber : Soeharto, 1997)


d. Crash Duration =
&!'()$*$)"# +"!$", =#'"> ?!"#>

2.2.1 Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost)

Dengan adanya penambahan waktu kerja, maka biaya untuk tenaga kerja akan bertambah dari biaya normal
tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.
102/MEN/VI/2004 bahwa upah penambahan kerja bervariasi, untuk penambahan waktu kerja satu jam pertama,
pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja
berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.
Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu:
1. Normal ongkos pekerja perhari = 23456 @39 1 @3A
59 B7ℎ 2630
2. Normal ongkos pekerja perjam = 23456 230 1 @3A
59 B7ℎ 2630
3. Biaya Lembur pekerja = 1,5 1 57ℎ 0 943E 5956 0 630 E53 73 +
2 1 9 1 57ℎ 0 943E 5956 0 630 E533659G
Dimana n = jumlah penambahan jam kerja

4. Crash Cost pekerja perhari = 70 1 943E H4 7630 + 9 1 G E53 730
5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas persatuan waktu)
H3ℎ H4 − 943E H4
=
943E 5349 − H3ℎ 5349

2.2.2 Hubungan Antara Biaya dan Waktu


Biaya total proyek sama dengan jumlah biaya langsung ditambah biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat
tergantung terhadap waktu penyelesaian proyek, semakin lama proyek selesai makan biaya yang dikeluarkan
akan semakin besar. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada gambar 2.17. Titik A mnunjukkan
titik normal, sedangkan titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik Adan titik B
disebut kurva waktu-biaya.

Biaya

Biaya waktu B

Dipersingkat Titik Dipersingkat

Biaya Dipercepat A Titik Normal

Waktu Waktu

Dipercepat Normal Waktu

Gambar 2.3 Hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk suatu kegiatan (Sumber : Soeharto ,1997)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik Kota Medan yang terletak di
jalan Gaperta Medan. Adapun dari data yang di peroleh pada proyek tersebut diketahui bahwa durasi proyek
adalah selama 16 minggu atau 112 hari dengan total biaya sebesar Rp. 1.809.701.725,55. Dari data tersebut akan
dibuat dua bentuk penjadwalan proyek baru dengan metode CPM dan metode PERT. Dan jika proyek diprediksi
akan terjadi keterlambatan dalam penyelesaiaanya maka dibuatlah suatu percepatan proyek dengan alternative
penambahan 1 jam dan 3 jam waktu kerja.

3.1 Jaringan Kerja Dengan Metode CPM


Sebelum membuat sebuah jaringan kerja, maka perlu diketahui dahulu ketergantungan setiap
itempekerjaan pada proyek. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pekerjaan mana yang harus dikerjakan dahulu
sebelum di pekerjaan lain dikerjakan atau pekerjaan mana yang dapat dikerjakan bersamaan. Maka dari data time
schedule proyek yang telah didapat diketahui logika ketergantungan seperti pada table dibawah ini
Tabel 3.1 Logika Ketergantungan
Durasi
Item Pekerjaan Simbol Ketergantungan
(Hari)
A. Pekerjaan Pendahuluan A - 14
B. Pekerjaan Lantai I
I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1 - 21
Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) B2 A 35
Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 A,B1 35
Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 B10,C1,C2 21
V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 B1,B2 21
Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 B5,B10,C2,C6 7
Vii. Pekerjaan Plafond B7 B1,B2 21
Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 B4,C3,C4,C5,C8,C9 14
Ix. Pekerjaan Electrikal B9 B10,C1 21
X. Pekerjaan Sanitair B10 B1,B2 14
C. Pekerjaan Lantai Ii
I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 A,B1 35
Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 B1,B2 21
Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 B10,C1,C2 21
Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 B10,C1,C2 14
V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 B1,B2 28
Vi. Pekerjaan Plafond C6 B1,B2 21
Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 B4,B6,B9,C3,C4,C5 21
Viii. Pekerjaan Electrikal C8 B5,B10,C2,C6 21
Ix. Pekerjaan Sanitair C9 B10,C1,C2 21
D. Pekerjaan Lain - Lain 112

Gambar 3.1 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode CPM

Adapun bentuk jaringan kerja yang dibuat dengan metode CPM adalah seperti gamar diatas. Dengan
jalur kritis berada pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.
3.2 Jaringan Kerja Dengan Metode PERT

Penjadwalan proyek dengan metode PERT, dimulai dengan mengestimasi waktu penyelesaian setiap
item kegiatan proyek kedalam 3 jenis estimasi waktu yaitu waktu optimis (a), waktu yang paling mungkin (m),
dan waktu pesimis (b). Dimana estimasi ini didapat dari hasil wawancara dari responden yang memiliki
pengalaman dalam pengerjaan proyek.

Adapun hasil analisa keseluruhan proyek untuk estimasi durasi optimis (a), durasi paling
memungkinkan (m) dan durasi pesimis (b) dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.2 Estimasi waktu pada metode PERT

Durasi Durasi Durasi


Optimis Yang Paling Pesimis
Item Pekerjaan Simbol
(A) Mungkin (M) (B)
(Hari) (Hari) (Hari)
A. Pekerjaan Pendahuluan A 14 14 17
B. Pekerjaan Lantai I
I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1 14 21 25
Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) B2 31 35 43
Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 33 35 47
Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 18 21 24
V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 19 21 23
Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 5 7 9
Vii. Pekerjaan Plafond B7 17 21 26
Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 10 14 21
Ix. Pekerjaan Electrikal B9 18 21 24
X. Pekerjaan Sanitair B10 10 14 20
C. Pekerjaan Lantai Ii
I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 30 35 43
Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 17 21 23
Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 18 21 24
Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 11 14 16
V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 25 28 30
Vi. Pekerjaan Plafond C6 17 21 26
Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 17 21 25
Viii. Pekerjaan Electrikal C8 18 21 24
Ix. Pekerjaan Sanitair C9 17 21 26

Setelah membuat estimasi waktu maka dicari niali te (waktu yang diharapkan) dengan menggunakan
rumus

 + 4 + 
 =
6
Dimana:
te = waktu yang diharapkan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
m = waktu paling mungkin

maka didapat nilai te untuk masing-masing kegiatan dalam bentuk tabel


Tabel 3.3 Nilai waktu yang diharapkan (te)

Item Pekerjaan te (hari)


A. Pekerjaan Pendahuluan 11.8
B. Pekerjaan Lantai I
I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan 17
II. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) 33.7
III. Pekerjaan Bata / Plesteran 35.7
IV. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5
V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 20
VI. Pekerjaan Atap Fiber Glass 6
VII. Pekerjaan Plafond 19.2
VIII. Pekerjaan Pengecatan 12.5
IX. Pekerjaan Electrikal 19.5
X. Pekerjaan Sanitair 12.3
C. Pekerjaan Lantai II
I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) 33
II. Pekerjaan Bata / Plesteran 18.7
III. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5
IV. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 12.3
V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda 26.3
VI. Pekerjaan Plafond 19.2
VII. Pekerjaan Pengecatan 19
VIII. Pekerjaan Electrikal 19.5

Dengan menggunakan nilai te ( durasi waktu yang diharapkan ) maka dibuatlah sebuah diagram
jaringan kerja proyek. Dimana prinsip pembuatan jaringan kerja ini sama seperti pada metode CPM.

Gambar 3.2 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode PERT


Dari hasil analisa penjadwalan dengan metode PERT dengan nilai te sebagai durasi yang digunakan
dalam perhitungan, maka diketahui penyelesaian proyek (TE) selama 103.7 hari dan diperoler jalur kritis pada
diagram jaringan kerja pada kegiatan A-B2-B5-C9-C7 .

Berdasarkan lintasan kritis yang telah didapat pada perhitungan, kemudian tentukan nilai deviasi
standard dan varians pada proyek secara keseluruhan.

Nilai deviasi standard dapat dicari dengan rumus


1

=  − 
6
Dan nilai varians kegiatan dapat dicari dengan rumus

  =

Maka kedua variable ini dapatdilihat dalam bentuk table sebagai berikut

Tabel 3.4 Nilai Standard Deviasi dan Varians Kegiatn pada metode PERT

ITEM PEKERJAAN SIMBOL a (hari) b (hari) S V(te)

PEKERJAAN PENDAHULUAN A 10 17 1.2 1.36


PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) B2 31 43 2.0 4.00
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA B5 19 23 0.7 0.44
PEKERJAAN SANITAIR C7 17 25 1.3 1.78
PEKERJAAN PENGECATAN C9 17 26 1.5 2.25
Ʃ V(te) 9.83
Standard Deviasi 3.14

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai total varians ( Ʃ V(te) ) = 9.83 dan deviasi standar ( S ) = 3.14.
Dari sifat kurva distribusi normal dimana 99,7 % area berada dalam interval (TE - 3S) dan (TE + 3S) maka besar
rentang 3S adalah 3 x 3.14 = 9.41. Maka kurun waktu penyelesaian proyek adalah 103.7 ± 9.41 hari. Perkiraan
penyelesaian proyek paling cepat adalah 103.7 – 9.41 = 94.29 hari ~ 95 hari. Dan perkiraan penyelesaian proyek
paling lambat adalah 103.7 + 9.41 = 113.11 hari ~ 114 hari. Jika dalam hal ini target yang ingin dicapai adalah
kurun waktu yang paling cepat, maka nilai T(d) = 95 hari.

Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z

  − 
  =

95 − 103.7
  =
3.14
  = −2.77

Dengan menggunakan tabel distribusi normal komulatif dengan harga z = -2,77 maka diperoleh hasil
0,0028. Ini kemungkinan proyek untuk selesai dalam jangka watu 95 hari hanya sekitar 0,28%. Untuk analisis
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.5 Target dan Kemungkinan Penyelesaiaan Proyek

No Target Deviasi Distribusi Normal Probabilitas/kemungkinan


Proyek Dapat Selesai
Penyelesaian z Komulatif 100%
hari (%)
1 95 -2.77 0.0028 0.28
2 96 -2.45 0.0071 0.71
3 97 -2.13 0.0164 1.64
4 98 -1.82 0.0344 3.44
5 99 -1.5 0.0643 6.43
6 100 -1.18 0.119 11.9
7 101 -0.86 0.1949 19.49
8 102 -0.54 0.2946 29.46
9 103 -0.22 0.4129 41.29
10 103.47 -0.07 0.4721 47.21
11 104 0.1 0.5398 53.98
12 105 0.41 0.6591 65.91
13 106 0.73 0.6443 64.43
14 107 1.05 0.8531 85.31
15 108 1.37 0.9147 91.47
16 109 1.69 0.9545 95.45
17 110 2.01 0.9778 97.78
18 111 2.32 0.9898 98.98
19 112 2.64 0.9959 99.59
20 113 2.96 0.9985 99.85
21 114 3.28 0.99948 99.95

Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa

1. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 95 hari adalah 0.28%.


2. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 103.47 harhari atau 104 ah adalah
47.21%.
3. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 114 hari adalah 99.95 %.
4.
4.4 Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek

Dalam percepatan proyek untuk alternative penambahan jam kerja ini hanya berlaku pada kegiatan-
kegiatan yang berada pada lintasan kritis karena kegiatan pada lintasan kritis adalah kegiatan yang tidak boleh
tertunda. Maka akan diambil salah satu lintasan kritis yang didapat dari pembuatan penjadwalan proyek dengan 2
metode sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan metode PERT yang menggunakan konsep probabilitas (kemungkinan),
metode CPM lebih valid digunakan untuk dipercepat penyelesaiannya. Adapun lintasan kritis yang didapat pada
metode CPM tersebut terletak pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.

Hanya kelima kegiatan yang berada pada lintasan kritis diatas yang dipercepat dengan alternative
penambahan 1 jam dan 3 jam waktu kerja.
Tabel 3.5 hasil percepatan waktu proyek dengan penambahan 1 jam dan 3 jamwaktu kerja sebagai berikut

DURASI CRASH DURATION CRASH DURATION


ITEM PEKERJAAN NORMAL Dengan Penambahan 1 Jam Kerja Dengan Penambahan 3 Jam Kerja
(Hari) (Hari) (Hari)
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 14 12.41 10.77
B. PEKERJAAN LANTAI I
I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 21 18.61 16.15
II. PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) 35 35 35
III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 35 35 35
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21
V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 21 21 21
VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 7 7 7
VII. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21
VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 14 12.41 10.77
IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21
X. PEKERJAAN SANITAIR 14 14 14
C. PEKERJAAN LANTAI II
I. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 35 31.01 26.92
II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 21 21 21
III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21
IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 14 14 14
V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 28 24.81 21.54
VI. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21
VII. PEKERJAAN PENGECATAN 21 21 21
VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21
IX. PEKERJAAN SANITAIR 21 21 21
Durasi Penyelesaian Proyek 112 99.25 86.15
(jumlah durasi kegitan kritis pada proyek) dibulatkan menjadi 100 hari dibulatkan menjadi 87 hari

Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Tambahan Penambahan 1 Jam Kerja

Biaya Tanpa Biaya Dengan Biaya Dengan


ITEM PEKERJAAN Penambahan Jam Kerja Penambahan 1 jam kerja Penambahan 3 jam kerja
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 23,762,440.00 23,996,950.38 24,916,093.63
B. PEKERJAAN LANTAI I
I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 22,156,584.75 22,589,430.12 24,285,930.30
II. PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) 279,866,199.85 279,866,199.85 279,866,199.85
III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 365,964,892.46 365,964,892.46 365,964,892.46
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 86,329,983.65 86,329,983.65 86,329,983.65
V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 94,649,500.00 94,649,500.00 94,649,500.00
VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 3,181,600.00 3,181,600.00 3,181,600.00
VII. PEKERJAAN PLAFOND 31,992,907.30 31,992,907.30 31,992,907.30
VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 38,263,208.80 39,310,018.38 43,412,898.42
IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 43,750,500.00 43,750,500.00 43,750,500.00
X. PEKERJAAN SANITAIR 35,985,435.00 35,985,435.00 35,985,435.00
C. PEKERJAAN LANTAI II
I. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 391,568,526.06 394,416,766.15 405,580,198.04
II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 90,844,075.65 90,844,075.65 90,844,075.65
III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 63,332,863.33 63,332,863.33 63,332,863.33
IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 59,933,600.00 59,933,600.00 59,933,600.00
V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 69,642,738.15 70,093,491.53 71,860,180.62
VI. PEKERJAAN PLAFOND 27,442,468.30 27,442,468.30 27,442,468.30
VII. PEKERJAAN PENGECATAN 35,245,085.76 35,245,085.76 35,245,085.76
VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 29,780,500.00 29,780,500.00 29,780,500.00
IX. PEKERJAAN SANITAIR 11,158,616.50 11,158,616.50 11,158,616.50
D. PEKERJAAN LAIN-LAIN 4,850,000.00 4,850,000.00 4,850,000.00
TOTAL 1,809,701,725.55 1,814,714,884.36 1,834,363,528.80
Dari hasil analisa dan perhitungan maka diperoleh nilai cost slope untuk masing-masing penambahan jam kerja
seperti table dibawah ini
Tabel 3.7 Cost Slope Penambahan Jam Kerja

No Keterangan Waktu Jumlah Waktu Besar Biaya Proyek Biaya Tambahan Cost Slope
Penyelesaian Proyek Yang Dipercepat
(hari) (hari) (Rp) (Rp) (Rp)
1 waktu normal 112 0 1,809,701,725.55 0 -
2 penambahan 1 jam 100 12 1,814,714,884.36 5,013,158.81 417,763.23
3 penambahan 3 jam 87 25 1,834,363,528.80 24,661,803.25 986,472.13

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik
kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan maka didapat disimpulkan

1. Dengan menggunakan metode CPM proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan
dapat selesai dalam jangka waktu 112 hari, dan lintasan kritis terletak pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.
Dengan menggunakan metode PERT, proyek pembangunan Gedung Badan Pusat Statistik kota Medan
paling cepat dapat diselesaikan selama 95 hari dengan kemungkinan 0,28 %, paling lambat dapat
diselesaiakn selama 114 hari dengan kemungkinan 99,98 %, paling mungkin diselesaikan selama
103,47 hari ~ 104 hari dengan kemungkinan 47,21 %.
2. Dengan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama 100 hari atau
dapat di percepat selama 12 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp. 5,013,158.81 dan besar cost
slope Rp.417.763.23/hari. Dengan alternatif penambahan 3 jam waktu kerja maka proyek dapat
diselesaikan selama 87 hari atau dapat di percepat selama 25 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp.
24,661,803.25 dan besar cost slope Rp.986,472.13/hari.

4.2 SARAN

1. Logika ketergantungan dibuat lebih simpel dan tidak berbelit-belit sehingga mekanisme pembuatan
penjadwalan tidak menjadi rumit dan hasil penjadwalan yang dibuat lebih mudah dimengerti.
2. Untuk mempercepat penyelesaian pada proyek pembangunan Gedung BPS kota Medan sebaiknya
menggunakan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja, karena lebih efisien dari segi waktu dan biaya.

V DAFTAR PUASTAKA

Ervianto, Wulfram I. 2009. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi.

Willis, Edward M. 1986. Scheduling Construction Projects. John Wiley & Sons, New York.

(http://eprints.uny.ac.id/7338/1/t-30.pdf). Analisis Jaringan Kerja Untuk Penjadwalan Kegiatan Dan Alokasi


Pembiayaan Pada Proyek Pembangunan Komplek Gedung SerbagunaMenggunakan Critical Path Method.
Diakses 27 Maret 2013.

Mahanavami, Gusti Ayu. Perencanaan Waktu Pelaksanaan Proyek Dengan Metode Pert (Studikasus Graha
Miracle Denpasar)

Ps Vincentia, L Lilik, Rs Leopoldus. ( Prosiding) Analisis Jaringan Kerja Untuk Penjadwalan Kegiatan Dan
Alokasi Pembiayaan Pada Proyek Pembangunan Komplek Gedung Serbaguna Menggunakan Critical Path
Method. Salatiga : Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

Anda mungkin juga menyukai