Anda di halaman 1dari 99

Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan

isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial


baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan
lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April,
Agustus, dan Desember.

Redaksi :

Penanggung Jawab :
Ida Faridah, S.Kp., M.Kes

Pimpinan Redaksi
Dr. Kemas Djamaludin

Wakil Pimpinan Redaksi :


Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep

Dewan Redaksi :
Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep
Ns. Febi Ratnasari, S.Kep
Ns. Katrina Agustina, S.Kep
Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep
Ns. Ria Setia Sari, S. Kep

Sekretaris Redaksi :
Ningsih, SE
Silvi Yulianita, A.Md. Keb
Septy Ariyani, A. Md. Keb

Alamat Redaksi :
Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang
Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3
Tangerang 15133
Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266


DAFTAR ISI

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan mobilisasi


dini terhadap pasien pasca operasi di instalasi rawat inap bedah RSU
1
Kabupaten Tangerang..........................................................................................

Hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan


cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di
15
RSU Kabupaten Tangerang.................................................................................

Hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah


tangga di RW 02 didesa Cilongok Tangerang..................................................... 21

Hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam


kehamilan di Kp. Gembor Kelurahan Jatiuwung Tangerang.............................. 28

Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan


aktivitas sehari-hari didesa sukamantri Tangerang.............................................. 34

Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan


dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di KP. Picung RW 05
40
Pasarkemis..........................................................................................................

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah


pada ibu nifas di rumah sakit umum daerah Kabupaten
47
Tangerang............................................................................................................

Hubungan kehilangan pasangan hidup (proses grieving) terhadap tingkat


kecemasan lansia di desa cilongok Tangerang.................................................... 59

Hubungan rasa cemas pasien gagal ginjal dengan komplikasi akut saat proses
hemodialisa di ruangan hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang...................... 65

Hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes melitus terhadap diet


diabetes di Puskesmas Kotabumi......................................................................... 69

Pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di


Kampung Cilongok kec. Pasar Kemis Tangerang............................................... 75

Hubungan konsep diri terhadap motivasi belajar mahasiswa semester II


keperawatan di STIKes YATSI Tangerang.........................................................
81

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266


Hubungan motivasi ibu membawa BALITA ke POSYANDU dengan
kelengkapan imunisasi BALITA di puskesmas Jatiuwung Tangerang............... 88

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266


PEDOMAN PENULISAN NASKAH

1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan
kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau
artikel laporan lapangan
2. Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal
kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain
3. Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda
tangani oleh penulis
4. Komponen Naskah :
 Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi
 Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama
 Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata,
dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai
dengan 3 – 5 kata kunci
 Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka
dan tujuan penelitian
 Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data,
teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data
 Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan
dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir
 Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks.
 Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui
kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak
mengada-ada
5. Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks,
dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.
Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang,
selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar,
selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu.
Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya
6. Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program
komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen
tertulis
7. Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan
dikembalikan jika ada permintaan tertulis.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266


8. Naskah dikirim kepada : Redaksi STIKes YATSI jurnal kesehatan – Sekretariat
LPPM STIKes YATSI Jl. Raya Prabu Siliwang (Jl. Raya Pasar Kemis) Km 3
Tangerang, Banten Telp. (021) 592 1132 / 5930 6633 Fax. (021) 5930 6633

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266


FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI SIKAP PERAWAT DALAM
MELAKUKAN MOBILISASI DINI TERHADAP PASIEN PASCA
OPERASI DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RSU KABUPATEN
TANGERANG

Ns.Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Novia Suhendra*, Nur Wahyuningsih*, Nurvita*,


Rahmat*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Mobilisasi dini adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan
kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk dan sebagainya disamping kemampuan
menggerakkan ekstermitas atas. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Perawat Dalam
Melakukan Mobilisasi Dini Terhadap Pasien Pasca Operasi di Instalasi Rawat Inap
Bedah RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Metode penelitian adalah deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat
diInstalasi Rawat Inap Bedah RSU Kabupaten Tangerang. Besarnya sampel
menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square. Hasil
penelitian yaitu 29 (60,4%) berumur dewasa muda(20-30th), 28 (58,3%) berjenis
kelamin Perempuan, 42 (87, 5 %) berpendidikan diploma, 29 (60,4%)
berpengetahuan kurang, 33 (66,7%) bersikap tidak mendukung dan 19 (59,4%)
perawat dengan sikap tidak mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak
dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100>0.05α= maka dapat disimpulkan
bahwa H ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara sikap perawat terhadap
1
latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi. Dengan nilai OR=0,877 sikap
perawat tidak mendukung 0,877 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi
dini pasca operasi dibandingkan dengan sikap perawat yang mendukung. Penelitian
ini diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dalam memberikan konseling dan meningkatkan pemahaman dan informasi tentang
latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi dan juga memberikan pelayanan
yang optimal agar pasien merasa nyaman untuk latihan mobilisasi dini terhadap
pasien pasca operasi.
Kata Kunci :Sikap, Mobilisasi Dini dan Pasien Pasca Operasi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 1


ABSTRACT
Early mobilization was the ability to stand up and walk back to the bed, chair, toilet
seat and so on in addition to the ability to move ekstermitas above. Factors Affecting
the Attitude of Nurses In Doing Mobilization Against Early Post-Surgery Patients in
Inpatient Surgery In RSU Kabupaten Tangerang 2015. The research method was
descriptive correlation with cross sectional approach. The population was all nurses
in the Inpatient Surgery In RSU Kabupaten Tangerang. The amount of sample using
total sampling. Data were analyzed using Chi-square techniques. The results of
research that 29 (60.4%) of young adults aged (20-30th), 28 (58.3%) Female sex, 42
(87, 5%) education diploma, 29 (60.4%) less knowledgeable, 33 (66.7%) being not
endorse and 19 (59.4%) do not support the attitude of nurses to practice early
mobilization after surgery is not performed. Statistical test results obtained by value
p = 0.100> 0.05α = it can be concluded that the H1 accepted meaning there is no
relationship between the attitude of nurses to practice early mobilization of patients
after surgery. With OR = 0.877 attitude of nurses do not support early mobilization
exercises 0,877 times post-surgery is not performed in comparison with the attitude
of nurses support. This research is expected to further improve the quality of health
workers in the health service providing counseling and improving the understanding
and practice of information about early mobilization of the patient after surgery and
also provide optimum services so that patients feel comfortable to exercise early
mobilization of the patient after surgery.
Keywords :Attitudes, Early Mobilization, and Patients Post-Surgery

PENDAHULUAN
Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. (Carpenito, 2011). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting
pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita
untuk mempertahakan fungsi fisiologis.
Pasien dilakukan mobilisasi sedini mungkin untuk menghindari komplikasi
multisistemik karena imobilitas (Baradero, 2009). Hampir pada semua jenis operasi,
setelah 24-48 jam pasien dianjurkan meninggalkan tempat tidur.Tujuan mobilisasi
(duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi paska bedah
terutama atelektasis dan pneumonia hipostatis. Buang air kecil (BAK) dan buang air
besar (BAB) juga akan lebih cepat terjadi spontan. Lokasi operasi lebih cepat sembuh

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 2


bila pasien cepat jalan.Perasaan sakit pertama memang terasa, tetapi nyeri luka itu
lebih cepat menghilang pada pasien yang berjalan dalam waktu 2-3 hari, hal ini dapat
diperiksa dengan adanya bising usus atau flatus.Mobilisasi dini pasien demikian
dilakukan secar bertahap, mula-mula diberikan bantal tinggi, keesokan lagi diizinkan
berdiri disamping tempat tidur beberapa menit.Bila cukup kuat, belajar jalan beberapa
langkah dan akhirnya berjalan tanpa dijaga perawat.Pasien yang memerlukan waktu
lebih lama dianjurkan menarik napas dalam-dalam agar paru-paru dapat berkembang
dengan baik.Lengan, kaki, dinding perut, dan otot pantat digerak-gerakan.Latihan
otot demikian untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Keuntungan dilakukannya mobilisasi,dapat mencegah terjadinya gangguan
perubahan pada sistem tubuh seperti pada gangguan metabolisme tubuh, cairan dan
elektrolit, kebutuhan nutrisi,fungsi gastrointestinal, pernapasan, sistem
kardiovaskular, sistem muskuluskeletal, kulit, mencegah perubahan eliminasi serta
mencegah terjadinya perubahan perilaku (Hidayat, 2009).

TUJUAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan latihan mobilisasi dini terhadap
pasien pasca operasi di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.

METODE
dalam penelitian ini akan diidentifikasi “Sikap perawat dalam melakukan
latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi di Instalasi rawat Inap Bedah
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013”.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Instalasi Rawat
Inap BedahRumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)
Umur Frekuensi Persentase
Dewasa muda (20-30 th) 29 60.4

Dewasa tengah (31-40 th) 19 39.6


Total 48 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 3


Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan umur. Hal ini
menunjukan bahwa dari 48perawat, 29 (60,4%) diantaranya berumur dewasa muda
(20-30 th)dan 19 (39,6%) berumur dewasa tengah (31-40 th).

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Instalasi


Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013
(n=48)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 20 41.7

Perempuan 28 58.3

Total 48 100.0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin. Hal ini
menunjukan bahwa dari 48 responden, 28 responden (58,3 %) diantaranya berjenis
kelaminPerempuan, dan 20 responden (41,7%) diantaranya berjenis kelaminLaki-
laki.

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Di Instalasi


Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013
(n=48)
Pendidikan Frekuensi Persentase
Diploma 42 87.5

Profesi 6 12.5

Total 48 100.0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Pendidikan. Hal ini
menunjukan bahwa dari 48 responden, 42 responden (87,5 %) diantaranya
berpendidikandiploma, dan 20 responden (12,5%) diantaranya berpendidikan profesi.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 4


Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Di Instalasi Rawat Inap
Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013
(n=48)
PengetahuanPerawat Frekuensi Persentase
Kurang 29 60.4

Baik 19 39.6
Jumlah 48 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pengetahuanperawat. Hal ini menunjukan
bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) perawat memiliki
pengetahuankurang, dan 19responden (39,6%) perawat memiliki pengetahuan baik.

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Di Instalasi Rawat Inap Bedah
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)
Sikap Perawat Frekuensi Persentase
Tidak Mendukung 32 66,7
Mendukung 16 33,3

Jumlah 48 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi sikap perawat. Hal ini menunjukan bahwa dari
48 responden, 33 responden (66,7%) perawat bersikap tidak mendukungdan
16responden (33,3%) perawat bersikap mendukung.

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Latihan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca
Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang
Tahun 2013 (n=48)
Latihan Mobilisasi Frekuensi Persentase
Tidak dilakukan 29 60.4
Dilakukan 19 39,6

Jumlah 48 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi latihan mobilisasi dini pasca operasi. Hal ini
menunjukan bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) melakukanlatihan
mobilisasi dini pasca operasiTidak dilakukan, dan 19responden (39,6%) melakukan
latihan mobilisasi dini pasca operasidilakukan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 5


Tabel 1.7 Distribusi Hubungan Antara Umur Responden Dengan Latihan
Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah
Rumah Sakit Umum Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Latihan Mobilisasi Dini OR P


Umur Pada PasienPasca Jumlah 95 % Value
Responden Operasi CI
Tidak Dilakukan
dilakukan
n % n % n %
Dewasa muda 18 62,1 11 37, 9 29 100 1,190
(20-30 th) 11 57, 9 8 42,1 19 100 (0,36- 1.00
Dewasa tengah 3,87)
(31-40th)
Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100
Pada tabel 1.7 menunjukan hubungan antara umur responden terhadap latihan
mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2015.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 29 (85,2,1%)
responden denganumurdewasa muda (20-30 th) latihan mobilisasi dini pasca operasi
tidak dilakukan. Sedangkan 8 dari 19 (42,1 %) respondenyang berumur dewasa
tengah (31-40 th)latihan mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=1,00 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya
1
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur terhadap latihan mobilisasi dini
pada pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=1.190 artinya
perawat yangberumurdewasa muda (20-30 th) 1.190 kali berpeluang tidak melakukan
latihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berumur
dewasa tengah (31-40 th).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 6


Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Jenis KelaminResponden
DenganLatihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat
Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Latihan Mobilisasi Dini P


Jenis Kelamin Pada PasienPasca Jumlah OR Value
Responden Operasi 95 %
CI

Tidak Dilakukan
dilakukan
n % n % n %
Laki-laki 11 55,0 9 45,0 20 100 0, 679
Perempuan 18 64,3 10 35,7 28 100 (0,21- 0.727
2,19)

Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100

Pada tabel 1.8 menunjukan hubungan antara jenis kelaminresponden terhadap latihan
mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 28 (64,3%) responden
denganjenis kelamin Perempuan latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.
Sedangkan 8 dari 20 (45,0%) respondenyang berjenis kelamin Laki-laki latihan
mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.727 >
0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan
1
yang bermakna antara jenis kelamin terhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari
analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,679 artinya perawat yangberjenis
kelaminperempuan0,679 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini
pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berjenis kelamin laki-laki.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 7


Tabel 1.9 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pendidikan Responden
DenganLatihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat
Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Latihan Mobilisasi Dini OR 95 P


Pendidikan Pada PasienPasca Jumlah % CI Value
Responden Operasi

Tidak Dilakuka
dilakukan n
n % n % n % 0,735
Diploma 25 59,5 17 40,5 42 100 (0,12-
Profesi 4 66,7 2 33,3 6 100 4,47) 0.100
Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100
Pada tabel 1.9 menunjukan hubungan antara pendidikan responden terhadap latihan
mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 25 dari 42 (59,5%) responden
dengan pendidikan diplomalatihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.
Sedangkan 2 dari 6 (33,3%) respondenyangpendidikan profesimelakukan latihan
mobilisasi dini pasca operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100> 0.05α=
maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan yang
1
bermakna antara pendidikan terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari
analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,735 artinya perawat yangberpendidikan
diploma0,735 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi
dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan profesi.

Tabel 1.10 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pengetahuan Perawat


Dengan Latihan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca Operasi Di Instalasi Rawat
Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Pengetahuan Latihan Mobilisasi Dini OR P


Perawat Pada PasienPasca Jumlah 95 % Value
Operasi CI
Tidak Dilakukan
dilakukan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 8


n % n % n % 1,190
Kurang 18 62,1 118 37, 9 29 100 (0,36 0.100
Baik 11 57, 9 42,1 19 100 –
Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100 3,87)

Pada tabel 1.10 menunjukan hubungan antarapengetahuan perawatterhadap latihan


mobilisasi dini pasca operasiDi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 29(62,1%) perawat
denganpengetahuan kurang latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.
Sedangkan 8 dari 19 (42,1%) perawat denganpengetahuan baiklatihan mobilisasi dini
pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100> 0.05α= maka
dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna
1
antara pengetahuan perawat terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari
analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,190 artinya perawat yang pengetahuan
kurang1,190 kali berpeluang tidak melakukanlatihan mobilisasi dini pasca operasi
dibandingkan dengan perawat yang pengetahuan baik.

Tabel 1.11 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Sikap Perawat Dengan


Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap
Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Sikap Latihan Mobilisasi OR P


Perawat Dini Pada PasienPasca Jumlah 95 % Valu
Operasi CI e
Tidak Dilakukan
dilakukan
n % n % n %
Tidak 19 59,4 13 40,6 32 100 0,877
mendukung 10 62,5 6 37,2 16 100 (0,25 0.100
Mendukung 5 –
Jumlah 29 60,4 19 39,6 48 100 3,00)

Pada tabel 1.11 menunjukan hubungan antara sikap perawatterhadap latihan


mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 19 dari 32 (59,4%)
perawat dengansikap tidak mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 9


dilakukan. Sedangkan 6dari 16 (37,2%) perawat dengansikap mendukung latihan
mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100 >
0.05α= maka dapat disimpulkasikn bahwa H ditolak artinya tidak terdapat hubungan
1
yang bermakna antara sikap perawat terhadap latihan mobilisasi dini pada
pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,877 artinya sikap
perawat tidak mendukung 0,877 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi
dini pasca operasi dibandingkan dengan sikap perawat yang mendukung.

DISKUSI
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya yaitu
umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikolologis (mental). Petumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat
kategori. Perubahan pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga
hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang
semakin matang dan dewasa (Mubarak dkk, 2007).Sesuai dengan hasil penelitian
karakteristik responden yang terdiri dari umur, penelitian ini yang menunjukan
menunjukan bahwa dari 48perawat, 29 (60,4%) diantaranya berumur dewasa muda
(20-30 th)dan 19 (39,6%) berumur dewasa tengah (31-40 th).Sejalan dengan
penelitian Nasution (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin dengan seksio sesaria di RSUD dr.
Pirngadi Medan, diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok
usia dalam rentang 20-34 tahun.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur responden, jenis
kelamin responden, pendidikan responden, pengetahuan perawat, sikap perawat
terhadap latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2011).Buku Ajar Keterampilan Praktik Klinik
(KDPK). Surabaya: Health Books Publishing

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 10


2. Kiik, S. M. (2011). Pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik
usus pada pasien pasca operasi abdomen di ruang ICU BPRSUD Labuang
Baji Makassar. Makassar
3. Najmah. 2011. Managemen & Analisa Data Kesehatan Kombinasi Teori dan
Aplikasi SPSS Hal 10. Yogyakarta. Nuha Medika.
4. Nasution (2010) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Pelaksanaan
Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Dengan Seksio Sesaria Di RSUD Dr.
Pirngadi Medan.Medan
5. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
6. Santoso, S. (2010). Statistik Non Parametrik; Konsep dan Aplikasi Dengan
SPSS. Jakarta: Gramedia.
7. Sofian, A. (2012).Rustam Mochtar; Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 11


HUBUNGAN LAMA DAN FREKUENSI HEMODIALISA DENGAN
KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSU
KABUPATEN TANGERANG

Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes**, Agustina Putri Utami*, Alfika Safitri*, Aldi Nubli


Aghazali*, euis ipah Nadipa*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap
penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai
saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan,
terutama berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang
untuk hidup sehat. Penyakit – penyakit tersebut diantaranya adalah Gagal Ginjal
Kronik (GGK). Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan lama dan
frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Agustus
Tahun 2013.Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif
dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik
dengan pendekatan cross sectional .Populasi pada penelitian ini adalah semua klien
yang mempunyai penyakit GGK yang sedang melakukan hemodialisis di Ruang HD
RSU Kabupaten Tangerang Agustus Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah Simple Random Sampling dengan sampel 75 responden.Data
diperoleh dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas terhadap 20
klien di RSU Kabupaten Tangerang yang tidak diikutkan menjadi sampel penelitian.
Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan ujiChi-Square.
Dari 75 klien GGK sebagian besar yaitu 42 (56%) patuh dalam membatasi asupan
cairan, dengan lama hemodialisa > 3 bulan yaitu 45 (60%) dan frekuensi hemodialisa
< 2 kali seminggu yaitu 40 (53,3%). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa
dengan kepatuhan membatasi cairan dengan pvalue 0,000 (< alpha= 0.05)dan
hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan pvalue
0,002(< alpha= 0.05). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dan frekuensi
hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan. Diharapkan Instalasi Pelayanan
harus lebih aktif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 12


hemodialisa dengan selalu mengikuti perkembangan Evidence Based kepatuhan klien
GGK yang menjalani hemodialisa.
Kata Kunci : Lama Hemodialisa, Frekuensi Hemodialisa, Kepatuhan

ABSTRACT
Health development is essentially directed effort so that every resident can realize
optimal health status. The effort is still a constraint due to the high health problem,
especially relating to diseases that can hinder a person’s ability to live a healthy life.
The diseases include Chronic Renal Failure. Research purposes to identify a duration
and frequncy relationship of hemodialysis with fluid restriction compliance in clients
with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in RSU Kabupaten
Tangerang year August 2013.This research is quantitative with descriptive
correlational design using analytical method with cross sectional approach.
Population in this study were all clients who have a disease CRF who were
conducting hemodialysis in the HD Room at RSU Kabupaten Tangerang year August
2013.Sampling technique in this study is simple random sampling with a sample of 75
respondents. Data obtained by questionnaires that have been tested for validity and
reliability of the 20 klien in RSU Kabupaten Tangerang were not included in the
research samples. Data analysis of univariate and bivariate using Chi-Square test. 75
clients of CRF mostly where 42 (56%) obediently in limiting flluid intake, with
duration of hemodialysis > 3 months is 45 (60%) dan frequency of hemodialysis <2
times a week is 40 (53,3%). There is relationship between duration hemodialysis with
fluid restricting compliance with p value 0,000 (<a= 0,05) and the relationship
between the frequncy of hemodialysis with fluid restricting compliance with p value
0,002(<a= 0,05). There is a relationship between duration and frequency
hemodialysis with fluid restriction compliance. Installation Services are expected to
be more active in improving the quality of nursing care to hemodialysis clients with
follow development of Evidence Based to client compliance CRF undergoing
hemodialysis.
Keywords : Duration of Hemodialysis, Frequency of Hemodialysis,
Compliance

PENDAHULUAN
Penderita GGK meningkat setiap tahunnya, berdasarkan Center for Disease
Control and Prevention, prevalensi gagal ginjal kronik di Amerika Serikat pada akhir
tahun 2002 sebanyak 345.000 orang, pada akhir tahun 2007 bertambah 80.000 orang,
dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu lebih dari dua juta

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 13


orang yang menderita penyakit ginjal kronik. Di Amerika Serikat, negara yang sudah
sangat maju dan tingkat gizinya tinggi, setiap tahun ada sekitar 20 juta orang dewasa
menderita penyakit kronik ginjal dan setiap tahunnya sekitar 50.000 orang Amerika
meninggal akibat gagal ginjal menetap.
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal kronik bisa ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dan pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra,
2006).

TUJUAN
Untuk mengidentifikasi hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan
kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan
rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Deskriptif
korelasional yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau
manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2010).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 14


HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan KarakteristikKlien Gagal Ginjal
Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013
No KarakteristikResponden Frekuensi %
1 Umur
20-35 Tahun 5 6.7
36-50 Tahun 13 17.3
51-65 Tahun 39 52
>65 Tahun 18 24
Jumlah 75 100
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 46 61.3
Perempuan 29 38.7
Jumlah 75 100
3 Pendidikan
SD 37 49.4
SMP 19 25.3
SMA 13 17.3
Diploma/PT 6 8
Jumlah 75 100
4 Pekerjaan
IRT 21 28
Swasta/Buruh 34 45.3
PNS 11 14.7
Wiraswasta 6 8
Pensiunan 3 4
Jumlah 75 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang
HD RSU Kabupaten Tangerang, dilihat dari usia sebagian besar berusia 51-65 tahun
yaitu 39 (52%), berjenis kelamin laki-laki yaitu 46 (61,3%), berpendidikan SD yaitu
37 (49,4%) dan bekerja sebagai swasta (buruh) yaitu 34 (45,3%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 15


Diagram 1 DistribusiFrekuensi Kepatuhan

Kepatuhan

Kurang Patuh
33(44%) Patuh
42(56%)

Berdasarkan diagram 1 diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD


RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 42 (56%) patuh dalam membatasi
asupan cairan.

Diagram 2 DistribusiFrekuensi Lama Hemodialisa

Lama Hemodialisa

Baru (<=3
Bulan) Lama (>3
30(40%) Bulan)
45(60%)

Berdasarkan diagram 2 diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD


RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 45 (60%) dengan lama hemodialisa
> 3 bulan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 16


Diagram 3 DistribusiFrekuensi Hemodialisa

Frekuensi Hemodialisa

Sering (>=2x
Jarang (<2x
Seminggu
Seminggu)
35 (46,7%)
40 (53,3%)

Berdasarkan diagram diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD


RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 40 (53,3%) dengan frekuensi
hemodialisa < 2x seminggu.

Tabel 2.2 Hubungan Lama Hemodialisa dengan Kepatuhan Membatasi Asupan


Cairan Klien Gagal Ginjal Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang
Periode Agustus 2013
Kepatuhan
Lama Tidak Total POR P
Hemodialisa Patuh Patuh (95%CI) Value
N % N % N %
Lama (> 3 6.765
bln) 35 77.8 10 22.2 45 100 (2.426-
0.000
Baru (< 3 18.862)
bln) 7 23.3 23 76.7 30 100
Jumlah 42 56 33 44 75 100
Hasil tabel silang antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan
diketahui bahwa dari 45 klien gagal ginjal kronik dengan lama hemodialisa dalam
kategori lama (> 3 bulan) sebagian besar yaitu 35 (77.8%) patuh membatasi cairan
sedangkan dari 30 klien gagal ginjal kronik dengan lama hemodialisa dalam kategori
baru (< 3 bulan) sebagian besar yaitu 23 (76.7%) tidak patuh membatasi cairan.
Dari hasil uji Chi Square diperoleh pvalue 0,000 (< alpha= 0.05) dengan
menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 17


terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi
cairandengan POR= 6.765 (95% CI : 2.426-18.862) yang artinya klien gagal ginjal
kronik dengan lama hemodialisa dalam kategori lama (> 3 bulan) berpeluang 6.7 kali
lebih besar untuk patuh membatasi cairan dibandingkan dengan klien baru (< 3
bulan).

Tabel 2.3 Hubungan Frekuensi Hemodialisa dengan Kepatuhan Membatasi


Asupan Cairan Klien Gagal Ginjal Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten
Tangerang Periode Agustus 2013

Kepatuhan
Total POR
Frekuensi Tidak (95%CI) P
Hemodialisa Patuh Patuh Value

N % N % N %
4.412
Sering 25 71.4 10 28.6 35 100
(1.716- 0.002
Jarang 17 42.5 23 57.5 40 100 11.343)

Jumlah 42 56 33 44 75 100
Hasil tabel silang antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi
cairan diketahui bahwa dari 35 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi
hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu) sebagian besar yaitu 25 (71.4%)
patuh membatasi cairan sedangkan dari 40 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi
hemodialisa dalam kategori jarang (< 2x seminggu) sebagian besar tidak patuh yaitu
23 (57.5%).
Dari hasil uji Chi Square diperoleh pvalue 0,002 (< alpha= 0.05) dengan
menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
terdapat hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi
cairandengan POR= 4.412 (95% CI : 1.716-11.343) yang artinya klien gagal ginjal
kronik dengan frekuensi hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu)
berpeluang 4.4 kali lebih besar untuk patuh membatasi cairan dibandingkan dengan
klien jarang (< 2x seminggu).

DISKUSI
Pada klien gagal ginjal kronik tindakan untuk mempertahankan hidup salah
satunya dengan terapi hemodialisis dan taat terhadap intervensi yang diberikan bagi
klien gagal ginjal. Barnet et al(2008), menyatakan biasanya klien gagal ginjal kronik

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 18


yang menjalani terapi hemodialisis sering kali mengalami kegagalan dalam diet,
pembatasan cairan dan pengobatan yang bisa memberikan dampak besar dalam
morbiditas dan kelangsungan hidup klien. Dilaporkan lebih dari 50% klien yang
menjalani terapi hemodialisis tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan (Baines &
Jindal, 2000 ; Kutner, 2001 ; Tsay, 2003 dalam Barnet et al, 2008).
Klien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan cairan
maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar
tubuh seperti tangan, kaki, muka, dirongga perut yang disebut acites dan paru – paru
sehingga membuat sesak nafas. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat
dan memperberat kerja jantung. Secara tidak langsung berat badan klien juga akan
mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat
badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa. Karena itu perlunya klien gagal ginjal kronik
mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh.
Pembatasan asupan cairan penting agar klien yang menderita gagal ginjal tetap
merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis (Brunner
& Suddart, 2002; Hudak & Gallo, 1996 ; YGDI, 2008). Pada dasarnya klien gagal
ginjal baik akut maupun kronik sangat tergantung pada terapi hemodialisis yang
fungsinya menggantikan sebagian fungsi ginjal (Sunarni, 2009).
Kepatuhan terapi pada klien hemodialisa merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan, karena jika klien tidak patuh akan terjadi penumpukan zat-zat
berbahaya dari tubuh hasil metabolisme dalam darah. Sehingga klien merasa sakit
pada seluruh tubuh dan jika hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan kematian.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antaralama dan frekuensi
hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus
2013,maka dapat disimpulkan Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan
kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak, Terdapat hubungan antara
frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alam, S., & Hadibroto, I. (2007). Gagal ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
2. Brunner&Suddarth, (2002) Keperawatan Medikal Bedah, edisi8, vol.2.
Jakarta; EGC.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 19


3. Cahyaningsih, N. D. (2009). Hemodialisa (Cuci Darah ). Jogjakarta : Mitra
Cendikia Press.
4. Lisnowati, F. 2011. Hubungan Lama dan Frekuensi Hemodialisis dengan
Kepatuhan Pasiendalam Membatasi Asupan Cairan. Skripsi. Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Program StudiIlmu Keperawatan UPN “Veteran” Jakarta.
5. RSU Kabupaten Tangerang. 2014. Laporan Tahunan Rekam Medis Pasien
Hemodialisa di Istalasi Rawat Inap. Tangerang.
6. Smeltzer, C, Suzanne, & Bare, G, brenda. 2005. Buku Ajar : Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
7. Suyodo A. 2010. ILmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam..

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 20


HUBUNGAN PEREKONOMIAN KELUARGA TERHADAP
TINGKAT STRES PADA IBU RUMAH TANGGA DI RW 02 DESA
CILONGOK TANGERANG

Ns.Katrin Agustina ,S. Kep**, Yasminta Monika*, Yulioktaviani*, Yuni Vestiana*,


Zulprima*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam rumah tangga keluarga harus
memiliki penghasilan atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk
melakukan kegiatan ekonomi. Tuntutan kerja yang terlalu banyak dan beban
kerja yang berat dapat menimbulkan stress. Ibu rumah tangga memiliki
pengertian sebagai wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah,
mempersembahkan waktunya untuk memelihara anak-anak dan mengasuh
menurut pola-pola yang diberikan masyarakat.
Tujuan penelitian Ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perekonomian
keluarga terhadap tingkat stres pada ibu rumah tangga. Metode penelitian dalam
penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasi yang peneliti ambil yaitu populasi yang ada di RW 02 Desa
Cilongok yaitu 264 kepala keluarga. Sampel yang digunakan oleh peneliti ialah
simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner.
Teknis analisis data menggunakan analis univariat dan bivariat. Hasil penelitian
ada hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah
tangga, dengan hasil pendapatan terhadap tingkat stress p value sebesar 0,000,
pengeluaran terhadap tingkat stres sebesar 0,001, jumlah keluarga inti terhadap
tingkat stress p value sebesar 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan perekonomian keluarga dengan tingkat stress.
Kesimpulan dan saran hasil penetian memang ada hubungan perekonomian
keluarga terhadap tingkat stress ibu rumah tangga. Disarankan Bagi petugas
kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang menjelaskan informasi tentang
program pemerintah yang berkaitan dengan jumlah anggota rumah tangga.
Kata kunci : Perekonomian, Stress, Ibu rumah tangga.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 21


ABSTRACT
To be able to carry out economic activities in the family household must have an
income or revenue that can be used to carry out economic activities. Demand too
much work and a heavy workload can cause stress. Housewife has a meaning as a
woman who spent more time at home, dedicate time to nurture and care for children
according to the patterns of a given society.
The purpose of this research was conducted to determine the relationship of the
family economy on the level of stress on the housewife.
The research method in this study used a descriptive correlation with cross sectional
approach. Population is the population that researchers take that populations in the
village of Cilongok RW 02 that 264 heads of household. The sample used by the
researchers is simple random sampling. Instruments used in the form of a
questionnaire sheet. Technical analysis of data using univariate and bivariate
analyzes.
Results of the study there were economic relations to the level of stress on a family of
housewives, with revenues on the level of stress p value of 0.000, the expenditure of
the stress level of 0.001, the number of nuclear families on the level of stress p value
of 0.001, it can be concluded that there is a family economy the level of stress.
Conclusions and suggestions reseach result there is a family economic relations to
the level of stress housewife. Suggested For health workers to provide counseling that
describes information about government programs related to the number of
household members.
Keywords: Economy, Stress, Housewives

PENDAHULUAN
Menurut survey yang dilakukan oleh Institute Health Service di Amerika
Serikat menemukan bahwa 22,9% wanita mengatakan bahwa mereka mengalami
depresi selama hidup mereka dan 13,1% pria mengatakan merasakan hal serupa.
Berdasarkan survey tersebut dapat diketahui bahwa wanita berpotensi cenderung
lebih tinggi dalam mengalami stress (Nurlaila, 2011).
Menurut National Safety Council, 2004. Stress tidak selamanya negatif.
Stress dapat dipandang dalam dua cara : (1) stress baik, disebut stress positif,
artinya seseorang memandang stress sebagai suatu situasi atau kondisi yang
justru dapat dijadikan motivasi atau inspirasi. (2) stress buruk adalah stress yang
dapat mengakibatkan seseorang marah, tegang, cemas, bingung, merasa bersalah,
dan kewalahan. Setiap orang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang
berpotensi untuk menjadi stress.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 22


TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat
stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013.

METODE
Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau
keeratan hubungan, dan untuk mengetahui arah hubungan dua variabel
(Notoatmodjo, 2010). Variabel yang akan diteliti adalah perekonomian keluarga
dan tingkat stress. Desain ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan
antara perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga di
RW 02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013.

HASIL PENELITIAN
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Di RW
02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
No Data demografi Jumlah (N) Persentase (%)

1 Usia
Usia 20-40 tahun 104 65,4
Usia 41-60 tahun 55 34,6
Total 159 100

2 Pekerjaan
Bekerja 38 23,9
Tidak bekerja 121 76,1
Total 159 100

Pada Table 3.1 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan


usia mayoritasnya adalah 20 - 40 tahun berjumlah 104 orang (65,4%), sedangkan fre
kuensi distribusi usia 55 orang (34,6%). Distribusi
frekuensi berdasarkan pekerjaan mayoritasnya adalah tidak bekerja berjumlah 121
orang (76,1%) sedangkan distribusi frekuensi yang bekerja berjumlah 38 orang
(23,9%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 23


Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perekonomian Keluarga
di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
No Perekonomian keluarga Jumlah (N) Persentase
1 Pendapatan
Tinggi 98 61,6
Rendah 61 38,4
Total 159 100

2 Pengeluaran
Tinggi 129 81,1
Rendah 30 18,9
Total 159 100

3 Jumlah keluarga inti


Banyak 124 78,0
Sedikit 35 22,0
Total 159 100

Pada Table 3.2 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan


pendapatan mayoritasnya adalah pendapatan tinggi berjumlah 98 orang (61,6%) .
Distribusi frekuensi berdasarkan pengeluaran mayoritasnya adalah pengeluaran tinggi
berjumlah 129 orang (81,1%). Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah keluarga inti
mayoritasnya adalah jumlah keluarga inti banyak berjumlah 124 orang (78,0%).

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres di RW 02


Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
Tingkat stress Frekuensi Persentasi
Tidak stress 61 38,4
Stress 98 61,6
Total 159 100
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan tingkat
stress mayoritasnya responden yang mempunyai stress yakni berjumlah 98 orang
(61,6%) sedangkan yang tidak stress berjumlah 61 orang (38,4%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 24


Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah
± 0,20-0,399 Korelasi rendah
± 0,40-0,599 Korelasi cukup
± 0,60-0,799 Korelasi kuat
± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat

Tabel 3.4 Hubungan Pendapatan Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah
Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
Variabel Tingkat Stress Total P OR=
Pendapatan Tidak Stress Stress value 0,007
Tinggi 6 6,1% 92 93,9% 98 100% =
0,000
Rendah 55 90,2% 6 9,8% 61 100%
Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%

Dari hasil penelitian pada tabel 4 menyatakan bahwa dari 98 responden yang
pendapatannya tinggi, diketahui 92 orang (93,9%) mengalami stress. Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,000
berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara pendapatan
dengan tingkat stres pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara pendapatan dengan
tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.840 atau korelasi sangat rendah dan
OR = 0,007.

Tabel 3.5 Hubungan Pengeluaran Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah
Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
Variabel Tingkat Stress Total P value OR=
Pengeluaran Tidak Stress Stress = 0,001 7,352
Tinggi 58 45,0% 71 55,0% 129 100%

Rendah 3 10,0% 27 90,0% 30 100%


Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 25


Dari hasil penelitian pada tabel 5 menyatakan bahwa dari 129 responden yang
pengeluarannya tinggi, diketahui 71 orang (55,0%) mengalami stress. Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,001
berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara pengeluaran
dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara pengeluaran dengan
tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar 0,281 atau korelasi rendah dan OR =
7,352.

Tabel 3.6 Hubungan Jumlah Keluarga Inti Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu
Rumah Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tahun 2013
Variabel Tingkat Stress Total P value OR=
Jumlah Tidak Stress Stress = 0,271
Keluarga 0,001
Inti
Banyak 39 31,5% 85 68,5% 124 100%
Sedikit 22 62,9% 13 37,1% 35 100%
Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%
Dari hasil penelitian pada tabel 6 menyatakan bahwa dari 124 responden yang jumlah
keluarga intinya banyak, diketahui 85 orang (68,5%) mengalami stress. Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,001
berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara jumlah
keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara jumlah
keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.268 atau korelasi
sangat rendah dan OR = 0,271.

DISKUSI
Menurut Smet,1994 (dalam Noviyan, 2012), pekerjaan-pekerjaan yang
menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia juga dapat mengakibatkan stres.
Dan diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull adalah
tuntutan kerja. Salah satu tuntutan kerja yang dapat menimbulkan stres adalah
pekerjaan itu mungkin terlalu banyak.
Berdasarkan analisa bivariat hubungan perekonomian keluarga terhadap
tingkat stress pada ibu rumah tangga didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai pearson chi square sebesar 0,000 sehinggan Ha diterima.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 26


Kondisi sosial ekonomi juga dapat menimbulkan stress. Hal ini terjadi karena kondisi
ekonomi yang tidak stabil bahkan serba kekurangan. Apalagi, sebelumnya individu
tersebut pernah memiliki status sosial ekonomi yang mapan. Tetapi, karena adanya
krisis ekonomi, ia kemudian dipecat dari pekerjaannya, sehingga ia menganggur dan
tidak memiliki penghasilan tetap. Kondisi ini sangat rawan dan berpotensi besar
memunculkan stress (Pradipta Sarastika, 2014).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Ada hubungan antara pendapatan, pengeluaran,
jumlah keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa
Cilongok Tangerang Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA
1. Agus, S. (2012). Bab I Kajian Teori Pendapadatan. Skripsi Mahasiswa
Universitas Yogyakarta Di Akses Pada Tanggal 22 Februari 2015
2. Mumtahinnah, N. (2008). Hubungan Antara Stres Dengan Agresi Pada Ibu
Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja. Skripsi Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma Di Akses Pada Tanggal 27 Januari 2015
3. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
4. Nuraeni, S. (2013). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Keputihan Pada Ibu
Rumah Tangga Di Kp. Cilongok Daon Desa Daon Rt 03/ Rw 01 Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2013. STIKes YATSI Tangerang 2013
5. Nurlaila, Anda. 2011. Cara Pria Dan Wanita Hadapi Stres. Di Akses
Pada Tanggal 28 Januari 2015
6. Utami, L, P. (2012). Perbedaan Tingkat Stress Ditinjau Dari Empty Nest
Syndrome Dan Status Ibu. Diakses Pada Tanggal 27 Januari 2015
7. Susilawati, Dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 27


HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI KAMPUNG
GEMBOR KEL.JATIUWUNG TANGERANG

Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Muhammad Farouq Al-Bantani*, Muhammad


Firmansyah*, Mas Imam Ghozali*, Mersi Wahyuningsih*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat
dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat serta mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional,
tekhnik pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah responden 45 ibu
hamil dan alat yang digunakan untuk pengambilan data menggunakan kuisioner.
Penelitian menunjukan masih ada 14 responden (31,1%) yang berpengetahuan kurang
dari 45 responden (100%), hasil uji statistik pada  = 0,05 menunjukan ada hubungan
antara umur dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana
nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05), pada  = 0,05 menunjukan ada hubungan antara
pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana
nilai P sebesar 0,008 (P < 0,05), pada  = 0,05 menunjukan ada hubungan antara
pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana
nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Melihat hasil yang diperoleh maka disarankan agar
ibu hamil lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi tentang anemia
dalam kehamilan dari tenaga kesehatan.
Kata Kunci : Pengetahuan anemia dalam kehamilan

ABSTRACT
Anemia in pregnancy is anemia due to iron deficiency and folic acid in the
mother's diet. Anemia in pregnancy is a national problem because it can reflect the
level of socio-economic welfare of society and have great influence on the quality of
human resources. This research used analytic survey research with cross sectional
approach. The sampling technique is total sampling the number of respondents 45
pregnant women and tools used for data collection using questionnaires.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 28


Research shows there are 14 respondents (31.1%) of the 45 respondents
(100%) who lack the knowledge of anemia in pregnancy. Results of statistical tests on
 = 0.05 showed correlation between age and knowledge of maternal anemia in
pregnancy where the P value of 0.000 (P <0.05). At  = 0.05 indicates correlation
between education and knowledge of pregnant women about anemia in pregnancy
where the P value of 0.008 (P <0.05). At  = 0.05 showed correlation between job
knowledge pregnant women about anemia in pregnancy where the value of P of 0.001
(P <0.05). Seeing the results obtained it is recommended that pregnant women
increased knowledge by seeking information about anemia in pregnancy from health
personnel.
Keywords: Knowledge of Anemia in pregnancy

PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu status
kesehatan (Saifuddin, 2009). Berdasarkan penelitian WHO, selama tahun 2005
terdapat 536.000 wanita yang meninggal disebabkan komplikasi kehamilan dan
persalinan, maka didapatkan 400 per 100.000 ibu yang meninggal setiap kelahiran
hidup dari seluruh kematian maternal di dunia (DepKes RI, 2008).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang
masih cukup tinggi di Indonesia bila di bandingkan dengan AKI di negara ASEAN
lainnya. Menurut SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia yaitu 359 per 100.000
kelahiran hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan
35,63%, pre eklamsia dan eklamsia 20,12%, infeksi 20,7% dan komplikasi abortus
20,84%. Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya AKI. Salah satu
faktor resiko utama terjadinya perdarahan adalah anemia, sedangkan penyebab tidak
langsung antara lain adalah pada ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi
Kronik sebesar 16,7%, dan 70% dari angka kematian ibu adalah ibu hamil yang
anemia, serta 19,7% ibu hamil yang non anemia Kejadian anemia pada ibu hamil
akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia (Nova Fridalni, 2010).
Hasil penelitian Jumirah, dkk (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan
kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu
semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 29


TUJUAN
Diketahuinya Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Tingkat
Pengetahuan Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel jatiuwung
,tangerang

METODE PENILITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, yaitu suatu metoda
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Cross Sectional. Desain study Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Data yang menyangkut variabel bebas (variabel resiko) dan variabel
terikat (variabel akibat), akan dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo,
2010). Alasan pemilihan desain study cross sectional karena mudah dilakukan, lebih
ekonomi dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia
dalam kehamilan di Desa kampung gembor kel.jatiuwung tangerang

HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Anemia Dalam
Kehamilan Di Kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013
No Pengetahuan Ibu Frekuensi %
1 Baik 31 68,9
2 Kurang 14 31,1
Total 45 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa ibu hamil di kampung gembor kel. Jatiuwung
tangerang Wilayah Kerja Puskesmas kampung gembor Tahun 2013 dominan adalah
berpengetahuan baik proporsinya lebih besar sebanyak 31 orang (68,9%)
dibandingkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (31,1%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 30


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Pendidikan dan
Pekerjaan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013

Variabel Jumlah Persentase (%)


Umur Ibu
< 20 tahun 13 28,9
>20 tahun 32 71,1
Pendidikan Ibu
Rendah 29 64,4
Tinggi 16 35,6
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 24 53,3
Bekerja 21 46,7
Berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa ibu hamil di kampung gembor kel.
Jatiuwung tangerang Tahun 2015 yang memiliki umur ≥ 20 tahun proporsinya lebih
besar sebanyak 32 orang (71,1%), mayoritas tingkat pendidikan rendah proporsinya
lebih besar sebanyak 29 orang (64,4%) dan yang tidak bekerja proporsinya lebih
besar sebanyak 24 orang (53,3%).

Tabel 4.3 Hubungan Umur Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang
Tahun 2013
Pengetahuan OR
Total P
Umur Ibu Baik Kurang CI 95%
Value
F % F % F % 0,019
< 20 tahun 2 15,4 11 84,6 13 100 (0,003 - 0,128)
≥ 20 tahun 29 90,6 3 9,4 32 100 0,000
Total 31 68,9 14 31,1 45 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang
proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki umur < 20 tahun sebanyak 11
orang (84,6%) dibandingkan responden yang memiliki umur ≥ 20 tahun sebanyak 3
orang (9,4%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 31


Table 4.4 Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung
tangerang Tahun 2013
Pengetahuan OR
Pendidikan Total P
Baik Kurang CI 95%
Ibu Value
F % F % F % 0,082
Rendah 16 55,2 13 44,8 29 100 (0,010 - 0,706)

Tinggi 15 93,8 1 6,3 16 100 0,019


Total 31 68,9 14 31,1 45 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik proporsinya
lebih tinggi pada responden yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 15 orang
(93,8%) dibandingkan responden yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 16
orang (55,2%).

Table 4.5 Hubungan Pekerjaan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil


Tentang Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung
tangerang Tahun 2013
Pengetahuan OR
Total P
Pekerjaan Ibu Baik Kurang CI 95%
Value
F % F % F % 0,042
Tidak Bekerja 11 45,8 13 54,2 24 100 (0,005 - 0,368)

Bekerja 20 95,2 1 4,8 21 100 0,001

Total 31 68,9 14 31,1 45 100


Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik proporsinya
lebih tinggi pada responden yang bekerja sebanyak 20 orang (95,2%) dibandingkan
dengan responden yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (45,8%).Hasil uji statistik
Chi Square pada α = 0,05 didapatkan nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05)

DISKUSI
Umur adalah masa perjalanan hidup seseorang, mulai dari lahir sampai batas
pengumpulan data (Kamus Bahasa Indonesia). Pada umumnya ibu dengan usia
kurang dari 20 tahun mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dengan ibu yang
usianya lebih dari 20 tahun. hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 32


yang pengetahuannya kurang proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki
umur < 20 tahun sebanyak 11 orang (84,6%) dibandingkan responden yang memiliki
umur ≥ 20 tahun sebanyak 3 orang (9,4%).
Faktor usia inilah yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil seperti yang
diungkapkan oleh Abu Ahmadi (2001) yaitu semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sesuai dengan pengetahuan yang
pernah didapat sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

KESIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam kehamilan di
kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013. Maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut Secara statistik terdapat hubungan bermakna
antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan
dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,019. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara
pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan
dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,019 (P < 0,05). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,082. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara
pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan
dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,042.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman. Dr. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
2. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
3. Manuaba, I, B, G., (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta.
4. Manuaba, I, B, G., (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.
5. Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
6. Poerwadarminta. (2000). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
7. Saifuddin, A.B dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP
8. Saifuddin, A.B dkk. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
9. Maternal dan Neonatal. Jakarta : BP-SP

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 33


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS
SEHARI - HARI DI DESA SUKAMANTRI TANGERANG
Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Tuti Alawiah*, Urai Lusiana*, Violita PuspitaSari*,
Windi Marsela*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Lansia mengalami berbagai macam perubahan diantaranya fisik dan psikologis. Hal
tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari - hari sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan lansia.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan dukungan
keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari di Desa
Sukamantri tangerang
Metode Yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini melibatkan 138 responden (lansia).
Hasil Terlihat uji statistik menghasilkan (p=0,000) (p<0,05) jadi dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian
lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang
Kesimpulan Ada hubungan dukungan keluarga yang bermakna terhadap
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari.
Kata kunci : Dukungan keluarga, lansia, kemandirian, aktivitas sehari – hari.

ABSTRACT
The Elderly undergo various changes including physical, psychological. This makes
the elderly experience a decreased ability to perform activities of daily living so that
family support is needed.
Objective This research aimed at finding out if the relationship of family support to
the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities in the Village
District of Sukamantri Tangerang.
Methods This study uses deskriptif correlation at finding out if the relationship of
family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities.
The study involved 138 respondents.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 34


Results Was a statistical tests yield (p=0,000) (p<0,05) can be stated that there is a
significant relationship of family support to the independence of the elderly in the
fulfillment of daily activities in the Village District of Sukamantri Tangerang.
Conclusion There is a significant relationship of family support to the independence
of the elderly in the fulfillment of daily activities .
Key words : Support families , the elderly , independence , daily activities.

PENDAHULUAN
Berdasarkan WHO (2008) dikawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar
8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000
(7,4%) dari total populasi. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000
(9,77%) dari total populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai
28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun
2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 dan diperkirakan lebih dari dua
kali lipatnya pada tahun 2025, pada saat itu akan terdapat lebih dari 800 juta orang
berusia di atas 65 tahun dan sepertiga dari mereka berada di negara berkembang
(Papalia, 2008 dalam Ratna Mustika Wati, 2014).
Diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata
60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley, 2007)
pertambahan jumlah lansia di Indonesia dari kurun waktu tahun 1990 sampai 2025,
tergolong tercepat didunia, data badan pusat statistik (BPS) menunjukan bahwa
penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010
diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan akan
berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%). (Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi
Sosial Departmen Sosial RI, 2009).
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini merupakan
lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usianya mencapai 18,04 juta
jiwa pada tahun 2010 atau mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Jumlah lanjut usia di
Indonesia menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun 2004
sebesar 16.522.311 tahun 2006 sebesar 17.478.280 dan pada tahun 2008 sebesar
19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.081.900). Sedangkan pada tahun
2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jwa. Jumlah lanjut usia di
Kabupaten Tangerang menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun
2012 sebesar 127,189 jiwa. (BPS kabupaten tangerang, 2012).
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Menko Kesra (2008) dalam Effendi & Makhfudli (2013) jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2006 sebesar ±19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 35


tahun. Tahun 2010 diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan
harapan hidup 67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2020 di prediksi jumlah lansia
sebesar 28,8 Juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.
Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan
yang kompleks bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat.
Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami
perubahan fisik dan mental, yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya.
Wirakartakusuma dan Anwar (1994) diacu dalam Suhartini (2009) memperkirakan
angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015
menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk
produktif harus menyokong tujuh orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong
sembilan orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas.
Berdasarkan data awal yang berhasil dikumpulkan peneliti melalui wawancara
kepada Lurah di Desa sukamantri Tangerang, terdapat 210 lansia yang berusia 60-69
tahun di Desa sukamantri tangerang dan dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada 3 keluarga dan 3 orang lansia didapatkan hasil bahwa sebagian lansia yang
ada di Desa Sukamantri Tangerang masih bergantung kepada keluarga dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari terutama di bidang perekonomian, lansia rata-rata
bergantung pada penghasilan dari anak-anaknya. Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga dengan kemandirian
lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang.

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa
Sukamantri Tangerang.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif kolerasi yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen
(dukungan keluarga) dengan variabel dependen (kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari) di Desa Sukamantri Tangerang. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Cross Sectional yaitu
pengambilan data pada waktu tertentu, dimana peneliti mendapatkan data dan
menggambarkannya pada waktu tersebut pula
(Notoadmojo, 2010)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 36


HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

N Distribusi Frekuensi JJumlah (n) PPresentase(%)


Responden
1 UUmur 60-69 Tahun
Laki-Laki 48 35
Perempuan 90 65
Total 138 100
Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi umur 60-69 tahun dari 138 responden
didapatkan hasil paling banyak responden perempuan yaitu 90 orang (65%) di Desa
Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan


N Distribusi Frekuensi JJumlah (n) PPresentase(%)
Responden
2 PPendidikan
Berpendidikan 84 61
Tidak Berpendidikan 54 39
Total 138 100

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 138 responden
didapatkan hasil paling banyak responden berpendidikan yaitu 84 orang (61%) di
Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi


N Distribusi Frekuensi JJumlah (n) Presentase(%)
Responden
3 PPenghasilan
>Rp.600.000 64 46
<Rp.600.000 74 54
Total 138 100

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi dari 138
responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan penghasilan
<Rp.600.000 yaitu 74 orang (54%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 37


Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga
N Distribusi Frekuensi Jjumlah (n) Ppresentase(%)
Responden
4 DDukungan Keluarga
Mendapatkan Dukungan 84 61
Tidak Mendapatkan 54 39
Dukungan
Total 138 100
Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga
dari 138 responden didapatkan hasil responden yang mendapatkan dukungan keluarga
yaitu 84 orang (61%) dan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga
yaitu 54 orang (39%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemandirian lansia


N Distribusi Frekuensi JJumlah (n) PPresentase(%)
Responden
5 KKemandirian Lansia
Mandiri 85 62
Bergantung 53 38
Total 138 100

Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan Kemandirian lansia


dari 138 responden didapatkan hasil, responden yang mandiri yaitu 85 orang (62%)
dan responden yang bergantung yaitu 53 orang (38%) di Desa Sukamantri Tangerang
Tahun 2013.

DISKUSI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden di Desa
Sukamantri Tangerang Tahun 2013.peneliti mengambil responden yang berusia 60-
69 tahun dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden
didapatkan 138 responden dengan laki-laki sebanyak 48 responden (35%) dan
perempuan sebanyak 90 responden (65%). Berdasarkan pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko
tinggi. Biasanya akan mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan dari hasil observasi yang
dilakukan peneliti kepada responden yang berusia 60-69 tahun di Desa Sukamantri

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 38


Tangerang Tahun 2013, lansia masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri jadi dapat disimpulkan bahwa umur bukan merupakan faktor dominan
pertama yang mempengaruhi kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-
hari di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai ekonomi responden di Desa
Sukamantri Tangerang Tahun 2013, didapatkan hasil responden dengan penghasilan
>Rp.600.000 yaitu 64 orang (46%) sedangkan responden dengan penghasilan <
Rp.600.000 yaitu 74 orang (54%). Kesimpulan dari pembahasan ini bahwa aspek
ekonomi merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh tingkat produktivitas
lansia dan berpengaruh pada pendapatan yang dihasilkan oleh lansia di Desa
Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

KESIMPULAN
Dari hasil uji bivariat terhadap dua variabel independen dan dependen
(dukungan keluarga dengan kemandirian lansia) yang di uji dengan uji chi-square
menghasilkan OR 512,500 dan di dapatkan nilai P value (0,00) < α (0,05) sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo, Martono.(2010).Kebutuhan Dasar Lansia, Jakarta : Salemba
Medika.
2. Depkes RI,(2008).Kesehatan Lansia, Jakarta.
3. Depkes RI,(2010).Definisi Keluarga, diakses pada tanggal 16 Februari 2015
4. Pusat Kesehatan Jatiuwung Tangerang,(2013).Data Jumlah Lansia.
5. Puspita, Sari.(2006). Tentang Usia Dengan Kemandirian, Diakses pada
tanggal 16 Februari 2015.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 39


.
6. World HealthTINGKAT
HUBUNGAN PENGETAHUANKesejahteraan
Organization,(2008).Tentang KELUARGALansia.
TENTANG
PROGRAM BPJS KESEHATAN DENGAN PEMANFATAN BPJS OLEH
KELUARGADI KP. PICUNG RW 05 PASAR KEMIS
Ida Faridah,S.Kp.M.Kes**, Intan Puspita Sari*, Juniansyah*, Leni*, Liya Yuli
Anggraini*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
BPJS adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga
tentang program BPJS Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga Metode
Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam peneltian ini
adalah warga KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten. Pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling, didapatkan 185 responden sesuai
dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari
distribusi frekuensi, dan analisa bivariat dengan uji Chi-Square (a =0,05)
menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatam
yang tinggi 85 responden (91,4%) dan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatan
rendah sebanyak 3 responden (3,3%) dan pengetahuan rendah yang memiliki
pemanfaatan yang tinggi sebanyak 8 responden (8,6%) dan pengetahuan rendah yang
memiliki pemanfaatan rendah sebanyak 89 responden (96,7%). P value 0,000 < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan dan saran dari penelitian ini
adalah terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga tentang program BPJS
Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar
Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penelitian untuk menggunakan desain penelitian eksperiment.
Kata kunci : pengetahuan keluarga program BPJS Kesehatan, Pemanfaatan BPJS
Kesehatan, BPJS Kesehatan)

ABSTRAK
BPJS is a public legal entity that is responsible to the president and to work
organizing the health insurance program for all Indonesian people. Knowing

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 40


research purposes level of knowledge about family relations program with the
Health BPJS utilization by family BPJS Health Research Methods The study design
used in this research is descriptive correlation design with cross sectional approach.
The population in this study are residents of KP. Picung RW 05 Chemish market
Tangerang, Banten. Sampling using simple random sampling, obtained 185
respondents in accordance with the inclusion criteria. Data collected by using a
questionnaire. Results of the study include the analysis of univariate data analysis to
look for frequency distribution and bivariate analysis by the Chi-square test (α =
0.05) Shows that respondents with a high knowledge have high utilization 85
respondents (91.4%) and have a high knowledge utilization were lower by 3
respondents (3.3%) and low knowledge that has high utilization by 8 respondents
(8.6%) and low knowledge that have low utilization as much as 89 respondents
(96.7%). ρ value 0,000 <0,05 It can be concluded that Ho is rejected. Conclusions
and suggestions from this research is that there is a relationship between family
knowledge about the program with the Health BPJS Utilization BPJS by families in
KP. Picung RW 05 Thursday Market Tangerang Banten Year 2013. It is expected to
further researchers who will conduct research using experimental research designs
Keywords: Knowledge families BPJS Health program, Utilization BPJS Health,
Health BPJS

PENDAHULUAN
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat
atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi yang
baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar efisien dan efektif dalam
keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat serta diselenggarakannya
secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik
(Azrul, 1999).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diatur dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang SJSN. Pada Buku Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan
Nasional 2012-2019 dinyatakan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 121,6 juta
penduduk akan diberikan jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Jumlah
dimaksud diasumsikan berasal dari program Jamkesmas (96,4 juta jiwa), peserta
dikelola oleh PT Askes (Persero) (17,2 juta jiwa), peserta Jaminan Pelayanan
Kesehatan (JPK) Jamsostek (5,5 juta jiwa) dan dari peserta Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) dari pemerintah daerah (2,5 juta jiwa).
Selanjutnya pada tahun 2019 pemerintah menargetkan seluruh masyarakat yaitu
sebanyak 257,5 juta jiwa akan dijamin oleh BPJS Kesehatan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 41


Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program bantuan sosial untuk
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program Jamkesmas
diharapkan dapat menjaga masyarakat agar tetap sehat dan produktif. Program
Jamkesmas diharapkan untuk melindungi pesertanya dari resiko pengeluaran
kesehatan yang berdampak “membawa bencana” (dampak “katastropik” finansial).
Pada intinya program Jamkesmas diharapkan membantu supaya pesertanya bisa
terbebas dari mata rantai kemiskinan (TNP2K, 2009).

TUJUAN
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS
Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS Kesehatan oleh keluarga yang berada di
wilayah KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013.

METODE PENILITIAN
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan
riset pemasaran. Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam
penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam melakukan penelitian oleh
sebab itu desain penelitian yang baik akan menghasilkan penelitian yang efektif dan
efisien(Malhotra,2007). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain deskriptif korelasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana, Nana
dan Ibrahim (2007) menjelaskan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat
sekarang”. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross
sectional dimana variabel-variabel yang termasuk faktor efek diobservasi sekaligus
dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Desain metodologi yang digunakan
adalah korelasi yaitu mencari hubungan antara variabel independent yaitu hubungan
tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS Kesehatan dengan variabel
dependent yaitu pemanfaatan BPJS oleh keluarga di RW 05 KP. Picung Pasar Kemis
Tangerang Banten Tahun 2013.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 42


HASIL PENILITIAN.
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di kampung
picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013
Usia Frekuensi Presentasi (%)
20-55 Tahun 97 52,4
55 Tahun keatas 88 47,6
Total 185 100
Tabel 6.1 menunjukan bahwa dari 185 responden mayoritas umur responden adalah
20-45 tahun yaitu sebanyak 97 responden (52,4%).

Tabel 6.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di kampung


picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013
Jenis kelamin Frekuensi Presentasi (%)
Laki - laki 76 41,1
Perempuan 109 58,9
Total 185 100
Tabel 6.2 menunjukan bahwa dari 185 responden mayoritas berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 109 responden (58,9%).

Tabel 6.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di


kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2015
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentasi (%)
Pengetahuan Rendah 97 52,4
Pengetahuan Tinggi 88 47,6
Total 185 100
Tabel 6.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini
mempunyai tingkat pengetahuan rendah tentang program BPJS kesehatan yaitu
sebanyak 97 responden (52,4 %).

Tabel 6.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemanfaatan BPJS


kesehatan oleh keluarga di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang
Tahun 2013
Pemanfaatan Frekuensi Presentasi (%)
Pemanfaatan Rendah 92 49,7
Pemanfaatan Tinggi 93 50,3
Total 185 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 43


Berdasarkan tabel 6.4 bahwa pemanfaatan BPJS oleh responden mayoritas tinggi
sebanyak 97 responden (52,4) Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan Chi
Square dengan tingkat kepercayaan 95% atau dapat pula dengan perbandingan nilai
p- value dengan nilai α = 0,05.

Tabel 6.5 Crosstabulation Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang


Program BPJS Kesehatan dengan Pemanfaatan BPJS Oleh Keluarga di
kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013
Variabel tingkat Pemanfaatan BPJS kesehatan Total P
pengetahuan Value
Tinggi Rendah

Tinggi 85 91,4% 3 3,3% 92 100


Rendah 8 8,6% 89 96,7% 93 100 0,000
Total 97 52,4% 88 47,6% 185 100%
Hasil yang di dapat dari uji chi-square bahwa p value 0,000 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga
tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di
kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013

Tabel 6.6 Variabel yang paling berpengaruh di kampung picung RW 05 Pasar


Kemis Tangerang Tahun 2013
Pengetahuan Pemanfaatan Total

OR P
value
Tinggi Rendah

N % N % N %
Tinggi 85 91,4% 3 3,3% 92 100 315,208
Rendah 8 8,6% 89 96,7% 93 100 (80,919- 0,000
Jumlah 97 52,4% 88 47,6% 185 100% 1227,853
Berdasarkan tabel 6.6 di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun
2013 menunjukan hasil output dapat diketahui nilai OR 315,208 yang artinya
responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang BPJS akan memiliki
pemanfaatan yang tinggi sebesar 315 kali lebih tinggi dibanding responden yang
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dengan 95% CI 80,919-1227,853 di RW
05 KP. Picung Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 44


DISKUSI
Maka penelitian ini sesuai antara pengetahuan rendah dengan teori yang telah
di ungkapkan oleh Mubarak (2007) seseorang yang memiliki pengetahuan rendah
bisa berdasarkan dari umur. Seiring bertambahnya umur seseorang akan semakin
matang dan dewasa pada aspek psikologis dan mental, hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti di KP Picung RW 05 Pasar Kemis
Tangerang Banten Tahun 2013 kategori batasan umur dengan presentase umur 20-55
tahun sebanyak 97 responden (52,4%) sedangkan kategori umur di atas 45 tahun
(dewasa) 88 responden (47,6%). Maka mayoritas responden adalah berumur 20-55
tahun atau belum dewasa sehingga hasil penelitian tentang pengetahuan ini sejalan
dengan teori pengetahuan dari Mubarak. Selain umur yang mempengaruhi seseorang
memiliki pengetahuan rendah adalah pengalaman dan keterbatasan sumber informasi.
Di perkuat juga dengan hasil penelitian Andi (2014) dengan judul “faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pasien BPJS kesehatan di Puskesmas
Jumpandang Baru” hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden, 28%
memiliki pengetahuan cukup dan 72% memiliki pengetahuan kurang, sampel diambil
dengan menggunakan probability sampling.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya peneliti
mengambil kesimpulan bahwa : Karakteristik responden yang diteliti oleh peneliti
menunjukkan sebagian besar responden berusia 20-45 tahun, perempuan sebanyak
109 responden dan laki-laki sebanyak 76 responden Pengetahuan keluarga di
wilayah ini tentang BPJS kesehatan di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang
Banten Tahun 2013 yaitu berpengetahuan rendah Pemanfaatan BPJS kesehatan oleh
keluarga di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 sebagian
besar memiliki pemanfaatan yang rendah Ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan
BPJS kesehatan oleh Keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten
Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA
1. Komariah, Sekar 2014. Perencanaan Badan Komunikasi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kota Balikpapan Dalam Mensosialisasikan Program
Jaminan Kesehatan Nasional Kepada Masyarakat Kota Balikpapan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 45


2. Lukiono, Wahyu Tri 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Pada Ibu Hamil Miskin di Kota Blitar Tahun
2010

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 46


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Mulyono*, Nasrullah*, Nisa Nurjanah*, Noor Ridwan


Yuliana*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Tujuan penelitianini adalah mengetahui
faktor yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendahmeliputi pengetahuan,
nutrisi, usia, paritas, pendidikan, sosial ekonomi dan pemeriksaan kesehatan ibu
hamil.Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan desain
crosssectional ini menggunakan sumber data primer di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Populasidalampenelitianini adalah semuaibuyang
melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan sangat rendah diRumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Tangerang saat penelitian berlangsung. Pengambilan sampel
menggunakan teknik totalsampling, didapatkan 36 responden sesuai dengan kriteria
inklusi.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian
analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi,dan
analisis bivariat dengan ujiChi-square(α=0,05).Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa pengetahuan ( ρ= 0,846) nutrisi(ρ=0,194) usia (ρ=0,846) paritas (ρ=0,931)
pendidikan (ρ=0,115) sosial ekonomi (ρ=0,372) pemeriksaan kesehatan ibu hamil
(ρ=0,002).
Kesimpulan dan saran daripenelitian iniadalahterdapathubungan antara melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian beratbadan lahirrendahdiRumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Disarankan kepada tenaga
kesehatan untuk memberikan penyuluhan di daerah yang rawan terjadi kejadian bayi
berat lahir rendah untuk meningkatkan pengetahuan pentingnya pemeriksaan
kesehatan ibu hamil terutama dalam pencegahan terjadinya bayi berat lahir rendah.
Kata kunci : Kejadian berat badan lahir rendah, tingkat pengetahuan, nutrisi, usia,
pasritas, pendidikan, sosial ekonomi, pemeriksaan kesehatan ibu hamil

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 47


ABSTRAK
Low birth weight (LBW) is newborn birth weight at birth of less than 2500 grams.The
purpose of this study: was to determine the factors that influence the incidence of low
birth weight include knowledge, nutrition, age, parity, education, socioeconomic and
knowledge of medical examination of pregnant women.The research method: used is
descriptive correlation with cross sectional design using primary data source at the
General Hospital of Tangerang Regency Year 2013. The population in this study
were all mothers who gave birth to low birth weight and very low birth in the
Regional General Hospital Tangerang regency when the research took place.
Sampling using total sampling technique, obtained 36 respondents in accordance
with the inclusion criteria. Data collected by using a questionnaire.Results of the
study: include the analysis of univariate data analysis to look for frequency
distribution and bivariate analysis using Chi-square test (α = 0.05). Results of
bivariate analysis shows that knowledge (ρ = 0.846) nutrition (ρ = 0.194) age (ρ =
0.846) parity (ρ = 0.931) education (ρ = 0.115) socioeconomic (ρ = 0.372)
knowledge of medical examination of pregnant women (ρ = 0.002).Conclusions and
suggestions: from this research is that there is a relationship between knowledge of
medical examination of pregnant women with the incidence of low birth weight in the
General Hospital of Tangerang Regency Year 2015. It is recommended for health
workers to provide counseling in areas that are prone to the incidence of low birth
weight babies to improve knowledge of the importance of medical examinations of
pregnant women, especially in the prevention of low birth weight babies.
Keywords : incidence of low birth weight , degree of knowledge , nutrition , age ,
pasritas , educational , social, economic , knowledge of medical examination of
pregnant women.

PENDAHULUAN
Di ASEAN, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat
ke-4 tertinggi. AKB di Indonesia tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup
dengan penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh gangguan perinatal. Dari
seluruh kematian perinatal, sekitar 27,9% disebabkan oleh kelahiran bayi berat badan
lahir rendah (BBLR).Angka kematian ibu dan bayi pasca persalinan di Banten sangat
tinggi. Tinggi angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) ini,
Provinsi Banten menempati peringkat ke 5 dalam kasus AKI dan peringkat ke 6
untuk kasus AKB. Berdasarkan data kesehatan ibu dan anak di Dinas Kesehatan
(Dinkes) Provinsi Banten, pada tahun 2013 lalu, angka kematian ibu mencapai 216
orang, sedangkan kematian bayi neonatal (hanya hidup dalam rentang waktu 28 hari)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 48


sebanyak 1.220. Kondisi penyebab utama kematian ibu saat melahirkan adalah
Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan perdarahan. Hipertensi dalam kehamilan
dapat mengakibatkan komplikasi berupa gagal jantung, kejang-kejang, penurunan
fungsi ginjal, gangguan penglihatan dan pendarahan.
Sedangkan penyebab utama kematian bayi dikarenakan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) dan Asfiksia atau kekurangan oksigen yang dialami oleh bayi.
Kondisi tersebut rata-rata dialami oleh pasangan suami istri yang menikah dalam usia
muda, bahkan yang masih sekolah pun ada yang sudah menikah dan hamil. Selain
faktor di atas, ibu hamil dalam usia muda juga menyebabkan kematian ibu dan bayi,
ditambah lagi dengan kondisi keluarga yang kurang mendukung. Hamil dalam usia
muda itu rentan terkena resiko kelainan pada kehamilan. Selain itu dalam proses
persalinannya pun sangat beresiko, yang paling banyak terjadi itu pendarahan dan
keracunan dalam kehamilan atau Preeklampsia. Resiko ini lebih tinggi terjadi pada
wanita yang memiliki banyak anak, ibu hamil dalam usia remaja dan wanita hamil di
atas usia 40 tahun (DinKes Provinsi Banten, 2014).

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Pada
Ibu Nifas.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif korelasi
dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Studi korelasi ini pada
hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada
suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang
lain. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut
diusahakan dengan mengenditifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian
diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah
ada hubungan antara keduanya. Sedangkan survey cross sectional ialah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Penelitian ini juga bertujuan mencari faktor yang paling dominan atau
paling mempengaruhi terhadap kejadian berat badan lahir rendah.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 49


HASIL PENELITIAN
Tabel 7.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Pengetahuan
Tinggi 16 44,4
Rendah 20 55,6
Total 36 100
Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang berat
badan lahir rendah dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden
dengan tingkat pengetahuan rendah yaitu 20 orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peningkatan nutrisi


selama kehamilan
No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Nutrisi
Tinggi 1 2,8
Normal 4 11,1
Rendah 31 86,1
Total 36 100
Berdasarkan tabel 7.2 distribusi frekuensi peningkatan nutrisi selama kehamilan dari
36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan peningkatan nutrisi
rendah yaitu 31 orang (86,1%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun
2013.

Tabel 7.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia


No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Usia
Resiko Tinggi 20 55,6
Resiko Rendah 16 44,4
Total 36 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 50


Berdasarkan tabel 7.3 distribusi frekuensi usia dari 36 responden didapatkan hasil
paling banyak responden dengan usia yang beresiko tinggi (<20tahun dan ≥30tahun)
yaitu 20 orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Tabel 7.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak (paritas)


No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Paritas
Resiko Tinggi 10 27,8
Resiko Rendah 26 72,2
Total 36 100
Berdasarkan tabel 7.4 distribusi frekuensi jumlah anak (paritas) dari 36 responden
didapatkan hasil paling banyak responden dengan paritas resiko rendah yaitu 26
orang (72,2%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan


No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Pendidikan
Tinggi 3 8,3
Menengah 20 55,6
Rendah 13 36,1
Total 36 100
Berdasarkan tabel 7.5 distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 36 responden
didapatkan hasil paling banyak responden dengan pendidikan menengah yaitu 20
orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat sosial ekonomi


No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Pendapatan
Sangat Tinggi 3 8,3
Tinggi 15 41,7
Sedang 14 38,9
Rendah 4 11,1
Total 36 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 51


Berdasarkan tabel 7.6 distribusi frekuensi tingkat pendapatan dari 36 responden
didapatkan hasil paling banyak responden dengan pendapatan tinggi (Rp 2.500.000
s/d Rp 3.500.000) yaitu 15 orang (41,7%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemeriksaan kesehatan


ibu hamil
No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Pemeriksaan kesehatan ibu
hamil
Tinggi 24 66,7
Rendah 12 33,3
Total 36 100
Berdasarkan tabel 7.7 distribusi frekuensi pemeriksan kesehatan ibu hamil dari 36
responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan ibu hamil tinggi yaitu 24 orang (66,7%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian bayi berat


badan lahir rendah
No Distribusi Frekuensi Jumlah (n) Presentase (%)
Responden
1 Kejadian BBLR
BBLR 23 63,9
BBLSR 13 36,1
Total 36 100
Berdasarkan tabel 7.8 distribusi frekuensi kejadian bayi berat badan lahir rendah dari
36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan kejadian bayi berat
badan lahir rendah yaitu 23 orang (63,9%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 52


Tabel 7.9 Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian bayi berat badan
lahir rendah
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Tingkat N % N % N %
Pengetahuan
Tinggi 11 30,6 5 13,9 16 44,4
Rendah 12 33,3 8 22,2 20 55,6 0,846
Total 23 63,9 13 36,1 36 100,0
Berdasarkan tabel 7.9 menunjukkan bahwa dari hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden
dengan tingkat pengetahuan tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir
rendah yaitu berjumlah 11 orang (30,6%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir
sangat rendah yaitu berjumlah 5 orang (13,9%).

Tabel 7.10 Hubungan nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah
Hubungan Nutrisi Dengan Kejadian Bayi
Berat Badan Lahir Rendah P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Nutrisi N % N % N %

Tinggi 1 2,8 0 0,0 1 2,8


0,194
Normal 4 11,1 0 0,0 4 11,1

Rendah 18 50,0 13 36,1 31 86,1

Total 23 63,9 13 36,1 36 100

Berdasarkan table 7.10 menunjukkan bahwa dari hubungan antara nutrisi dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan
nutrisi tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah
1 orang (2,8%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah tidak ada
(0,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,194 > 0,05 (nilai α) berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir
rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 53


Tabel 7.11 Hubungan usia dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah
Hubungan Usia Dengan Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah P value
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Usia N % N % N %
Resiko tinggi 12 33,3 8 22,2 20 55,6
Resiko rendah 11 30,6 5 13,9 16 44,4 0,846
Total 23 63,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan tabel 7.11 menunjukkan bahwa dari hubungan antara usia dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan
usia resiko tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu
berjumlah 12 orang (33,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat
rendah yaitu berjumlah 8 orang (22,2%).

Tabel 7.12 Hubungan paritas dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Bayi
Berat Badan Lahir Rendah P value
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Paritas N % N % N %
Resiko tinggi 7 19,4 3 8,3 10 27,8
Resiko rendah 16 44,4 10 27,8 26 72,2 0,931
Total 23 63,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan tabel 7.12 menunjukkan bahwa dari hubungan antara paritas dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan
paritas resiko tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu
berjumlah 7 orang (19,4%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah
yaitu berjumlah 3 orang (8,3%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 54


Tabel 7.13 Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian bayi berat badan
lahir rendah
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Pendidikan N % N % N %
Tinggi 3 8,3 0 0,0 3 8,3
Menengah 10 27,8 10 27,8 20 55,6 0,115
Dasar 10 27,8 3 8,3 13 36,1
Total 23 63,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan tabel 7.13 menunjukkan bahwa dari hubungan antara tingkat pendidikan
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden
dengan tingkat pendidikan tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir
rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir
sangat rendah tidak ada (0,0%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan
menengah yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 10
orang (27,8%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu
berjumlah 10 orang (27,8%).

Tabel 7.14 Hubungan sosial ekonomi dengan kejadian bayi berat badan lahir
rendah
Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Pendapatan N % N % N %
Sangat tinggi 3 8,3 0 0,0 3 8,3
Tinggi 10 27,8 5 13,9 15 41,7
Sedang 7 19,4 7 19,4 14 38,9 0,372
Rendah 3 8,3 1 2,8 4 11,1
Total 23 6,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan table 7.14 menunjukkan bahwa dari hubungan antara sosial ekonomi
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden
dengan pendapatan sangat tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir
rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir
sangat rendah tidak ada (0,0%). Sedangkan responden dengan pendapatan tinggi yang
mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 10 orang (27,8%)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 55


dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 5 orang
(13,9%).

Tabel 7.15 Hubungan pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi
berat badan lahir rendah
Hubungan Pemeriksaan Kesehatan Ibu
Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan P value
Lahir Rendah
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Pemeriksaan N % N % N %
ANC
Tinggi 20 55,6 4 11,1 23 63,9
Rendah 3 8,3 9 25,0 13 36,1 0.001
Total 23 63,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan tabel 7.15 menunjukkan bahwa dari hubungan antara pemeriksaan
kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden
diperoleh responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil tinggi yang mengalami
kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 20 orang (55,6%) dan yang
mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 4 orang (11,1%).
Sedangkan responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil rendah yang
mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%)
dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 9 orang
(25,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,001 < 0,05 (nilai α) berarti ada
hubungan yang bermakna antara

DISKUSI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai nutrisi responden
tentang bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Tahun 2013didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai
nutrisi rendah sebanyak 31 responden (86,1%). Sedangkan hubungan antara nutrisi
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah menghasilkan nilai p value 0,194 <
0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara nutrisi dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan artikel penelitian yang telah dilakukan
oleh Achadi (2012) dengan judul “Status Gizi dan Berat Badan Lahir”
mengemukakan bahwa statusgiziibudapat diukur melaluitinggibadan, indeks massa
tubuh (IMT) prahamil,pertambahanberat badan selama kehamilan, dan kadar

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 56


hemoglobin(Hb) ibu.Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan secara
langsung mempengaruhi berat badan lahir dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lainstatus gizi pra hamil dan faktor sosiodemografi .Beberapa penelitian
diIndonesia menyatakan berat badan pra hamil yang rendah berkorelasi dengan
pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pendidikan responden
tentang bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Tahun 2013didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai
pendidikan menengah sebanyak 20 responden (55,6%). Sedangkan hubungan antara
pendidikan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah menghasilkan nilai p value
0,115 < 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan artikel penelitian yang telah dilakukan oleh
Achadi (2012) dengan judul “Status Gizi dan Berat Badan Lahir” mengemukakan
bahwa penelitian ini justru tidak menemukan adanya hubungan antara pendidikan ibu
dengan kejadian berat badan lahir rendah. Uji chi square dan uji korelasi regresi
menunjukkan hal yang sama. Sekitar 88,14% responden pada penelitian ini
merupakan ibu dengan tingkat pendidikan diatas Sekolah Menengah Atas (SMA).
Hal tersebut disebabkan oleh tempat penelitian berada didaerah perkotaan, sehingga
akses terhadap pendidikan tidak sesulit dipedesaan. Tingkat pendidikan yang
homogeny mengurangi variasi data.

KESIMPULAN
Distribusi frekuensi dari 7 faktor yang meliputi, mayoritas pengetahuan
rendah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas nutrisi rendah yaitu 31 orang (86,1%),
mayoritas usiayang beresiko tinggi (<20tahun dan ≥30tahun) yaitu 20 orang (55,6%),
mayoritas paritasresiko rendah yaitu 26 orang (72,2%), mayoritas tingkat pendidikan
menengah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas sosial ekonomi pendapatan tinggi (Rp
2.500.000 s/d Rp 3.500.000) yaitu 15 orang (41,7%), mayoritas pemeriksaan
kesehatanibu hamil tinggi yaitu 24 orang (66,7%). Berdasarkan hasil uji bivariat
terhadap 7 faktor yang diteliti (pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia,
paritas, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan pemeriksaan kesehatan ibu
hamil) dengan uji chi-square 6 faktor menunjukkan tidak adanya hubungan yaitu,
pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia, paritas, tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi, sedangkanpemeriksaan kesehatan ibu hamil adalah faktor yang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 57


DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswandani, Ana. 2011. Kehamilan Yang Sehat. Jakarta : PT.Mitra Media
Publisher.
2. Kumalasari, Intan. 2012. Kesehatan Reproduksi. Palembang : Salemba Medika.
3. Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Material dan Neonatal. Jakarta : PT.Bina Pustaka.
4. Rahayu Ningtyas, Kartika. 2011. Faktor-Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Bandung : Majalah Keperawatan Volume 12
No.2. Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran.
5. Yeyeh, Ai. 2011. Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan (Kehamilan). Jakarta : Trans
Info Media.
6. Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus Bayi
dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 58


HUBUNGAN KEHILANGAN PASANGAN HIDUP (PROSES GRIEVING)
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN LANSIA DESA CILONGOK
TANGERANG

Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Sinta Dewi*, Siti Nurhayati*, Sunarti*, Taufik Rana
Mulyadin*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Kehilangan pasangan hidup tidak dapat dicegah, (karena ditinggal cerai maupun
ditinggal meninggal pasangan hidupnya) sehingga muncul berbagai peran baru dan
status baru, serta berbagai kekurangan yang akan dijalani sehari-hari. Kecemasan
merupakan suatu gangguan suasana hati dimana induvidu merasa tidak bahagia
karena mengalami perubahan yang cukup signifikan pada masa lanjut usia.
Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berpengaruh dalam kehidupan lansia pada
masa tuanya yaitu salah satunya adalah kecemasan lansia. Menurut (Cartensen,
Gilford, dalam Papalia, 2008) pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting
dalam berbagai hal misalnya, emosi, problem solving, keuangan, maupun
pengasuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kehilangan
pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dan sampel dengan mengunakan total sampling dalam penelitian
ini berjumlah 70 orang responden (Sugiono, 2007). Tehnik yang digunakan untuk
pengambilan data adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan lembar kuesioner.
Hasil penelitian analisa data menggunakan uji chi-square dan menghasilkan nilai p
value = (0,013 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada distribusi yang bermakna
antara hubungan tingkat kecemasan lansia terhadap kehilangan pasangan hidup
sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan antara kehilangan pasangan hidup
terhadap tingkat kecemasan lansia. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
penelitian ada hubungan yang signifikan antara hubungan kehilangan pasangan hidup
terhadap tingkat kecemasan lansia.
Kata Kunci:Lansia, Kehilangan Pasangan Hidup, Kecemasan.

PENDAHULUAN
Kehilangan (Loss) dan berduka merupakan suatu bagian integral dari
kehidupan. Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 59


dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian
atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga muncul perasaan
kehilangan. Kehilangan merupakan pengelaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupannya. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap
atau mendadak, bisa saja tanpa kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau
tidakdiharapakan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali. Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas (Depsos
RI, 2004). Undang - undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan
bahwa Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga
agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan
martabat kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia
untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Sementara di Kabupaten Tangerang jumlah lansia Pada tahun 2010 Pra dan Lansia di
desa adalah 412. 587 orang. Jumlah ini naik bila dibandingkan dengan tahun 2009
(298.673 orang). Jumlah Pra Lansia yang diperiksa di Posbindu adalah sebanyak
272.625 orang (Tahun 2010) dan sebanyak 183.082 orang (pada tahun 2009), hal ini
menggambarkan adanya peningkatan dibandingkan pada tahun 2009. Sementara usia
harapan hidup lansia masyakat di Kab. Tangerang setiap tahunnya ada peningkatan.
Pada tahun 2011 sampai 2012 terdapat 65,5 % usia harapan hidup lansia dan pada
tahun ini meningkat menjadi 66,5 % di karenakan adanya kesadaran masyarakat yang
cukup baik dalam menjaga kesehatan dan pemeriksaan kesehatan di posbindu yang
telah tersebar secara merata di kab. Tangerang, Sumber (Dinkes Kab. Tangerang
2009-2012).

TUJUAN
Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan
Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia di Desa
cilongok tangerang tahun2013

METODE PENILITIAN
Dalam penelitian mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup terhadap
tingkat kecemasan lansia di desa cilongok tangerang tahun2013peneliti menggunakan
desain penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan korelatif variabel (Nursalam, 2011). Berdasarkan teori
tersebut maka penelitian ini mengunakan data correlatian yang bertujuan untuk

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 60


mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel yaitu data diperoleh melalui
analisis skor jawaban pada skala sebagaimana adanya.

HASIL PENILITIAN
Tabel 8.1 Nilai Rerata Usia Pada Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013
Statistics
Variabel n Minimum Maximum Mean Median 95% CI
Usia 70 60 85 68,86 67,00 62,25-70,47
Lansia
Berdasarkan Tabel 8.1 Hasil analisis yang didapatkan dari 70 orang responden usia
lansia minimum 60 tahun, makximum 85 tahun, nilai mean atau rata-rata usia lansia
adalah 68,86 tahun (95% CI: 67,25-70,47), dengan nilai median 67,00. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia lansia
adalah antara 67,25 sampai dengan 70,47 tahun.

Tabel 8.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lama


Ditinggal Pasangan Hidup Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013
Kabupaten Tangerang April 2015 ( n70 ).
Variabel Jumlah Persentase (%)
Jenis Klamin
Laki-laki 27 38,6
Perempuan 43 61,4
Total 70 100.0%
Lama ditinggal Pasangan Hidup
1-12 bulan 38 54,3
13-24 bulan 32 45,7
Total 70 100.0%
Berdasarkan Tabel 8.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin lansia dari 70 orang
responden yang didapat 27 orang responden (38,6%) lansia laki-laki dan lansia
perempuan sebanyak, 43 orang responden (61,4%). Dan lama ditinggal pasangan
hidup pada lansia dengan rentang rata-rata 1-12 bulan 38 orang responden presentase
(54,3%) dan rentang rata-rata 13-24 bulan 32, orang responden presentase (45,7%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 61


Tabel 8.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kehilangan Pasangan Hidup
(Proses Grieving) Dan Tingkat Kecemasan Lansia di Desa cilongok tangerang
tahun2013
Variabel Jumlah Persentase (%)
Kehilangan Pasangan Hidup
Tidak Kehilangan 27 38,6
Kehilangan 43 61,4
Total 70 100,0
Tingkat Kecemasan
Cemas Ringan 25 35,7
Cemas Berat 45 64,3
Total 70 100,0

Berdasarkan tabel 8.3 diatas dari 70 responden lansia yang mengacu pada definisi
operasional didapat dari hasil pengolahan data maka untuk kehilangan pasangan
hidup, sebanyak 27 responden (38,6%) lansia tidak mengalami kehilangan pasangan
hidup, sedangkan untuk lansia yang mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak
43 orang responden (61,4%), untuk tingkat kecemasan lansia yaitu, ada cemas
sebanyak 25 orang responden (35,7%) sedangkan untuk tidak cemas sebanyak 45
orang responden (64,3),

Tabel 8.4 Hubungan Kehilangan Pasangan Hidup (Proses Grieving) Terhadap


Tingkat Kecemasan Lansia Di Desa cilongok tangerang tahun2013

Tingkat Kecemasan Lansia


Variabel
Kehilangan
Cemas Ringan Cemas Berat Total OR P-
Pasangan
(95% CI) value
Hidup
Jumlah f Jumlah f Jumlah f
(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Tidak 4,125
Kehilangan 15 21,4 12 32,3 27 35,7 0,013
(1,461-
Kehilangan 10 14,3 33 47,1 43 61,4 11,643)

Total 25 35,7 45 64,3 70 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 62


Berdasarkan tabel 8.4 Hasil analisis hubungan antara kehilangan pasangan hidup
(proses grieving) terhadap tingkat kecemasan lansia diperoleh bahwa sebanyak 12
orang responden dengan presentase (17,1%) lansia yang tidak kehilangan pasangan
hidup mengalami kecemasan berat, sedangkan diantara lansia yang kehilangan
pasangan hidup ada sebanyak 33 orang responden dengan presentsae (47,1%), lansia
mengalami kecemasan berat. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-
square diperoleh hasil secara statistik bahwa nilai signifikannya adalah p value = <
0,05 dari hasil p value= 0,013 sehingga memiliki arti hubungan yang signifikan
antara kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia.

DISKUSI
Jumlah lansia yang mengalami kecemasan lebih besar pada umur 60-74 tahun
yaitu (69,5%) memiliki faktor resiko untuk terjadinya kecemasan maupun gangguan
depresi yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang menurun dan melemah ini
membuat presentase penderita kecemasan terbanyak pada usia 60-74 tahun.
Sedangkan usia 75-90 tahun jumlahnya relatif lebih kecil. Lansia yang berusia lebih
dari 75 tahun lebih bisa iklas menajalani kehidupan, lebih pasrah dalam menghadapi
berbagai persoalan dan lebih menerima terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa lansia, sehingga semakin tinggi usia seseorang semakin baik tingkat
kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai
persoalan (Handayani, 2009). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kehilangan
pasangan hidup (proses grieving) merupakan salah satu penyebab kecemasan pada
lanjut usia sehingga diharapkan para lanjut usia di Desa cilongok tangerang
tahun2013dapat membangunkan persepsi yang lebih positif terhadap kehilangan
pasangan hid

KESIMPULAN
Berdasarkan pada tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup
terhadap tingkat kecemasan lansia, mengetahui distribusi frekuensi kehilangan
pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia setelah kehilangan pasangan
hidup, mengetahui distribusi tingkat kecemasan lansia dan mengetahui hubungan
kehilangan dengan tingkat kecemasan, di desa blukbuk kecamtan kronjo kab.
Tangerang tahun 2015. Kehilangan pasangan hidup pada lansia dari 70 orang
responden, lansia yang tidak mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak 27
orang responden (38,6%) sedangkan yang mengalami kehilangan pasangan hidup

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 63


sebanyak 53 orang responden (61,4%) yang mengalami kehilangan terhadap
pasangan hidup. Tingkat kecemasan lansia di dapat dari hasil pengolahan data maka
untuk kecemasan pada lansia dari 70 orang responden sebanyak 25 orang responden
(35,7%) mengalami cemas ringan sedangkan cemas berat sebanyak 45 orang
responden (64,3%).

DAFTAR PUSTAKA
1. Agung. (2002) Pengaruh Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat
Kecemasan Di Panti Werdha Pasar Rebo Jakarta Timur. Depok : Fakultas
Keperawatan UI.
2. Aziz Alimul Hidayat. 2007. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Edisi Ke 2. Jakarta : Salemba Medika.
3. Carolina R dkk. (2008) Penyesuaian Diri Terhadap Hilangnya Pasangan Hidup
Pada Lansia. Skripsi ; Fakultas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Efendi, F. Mahmudin, (2009). Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba
Medika.
5. Fredy, W,Setya, Rannni, S, Merli 2006. Persepsi Terhadap Kematian Dan
Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Jurnal. Fakultas Psikologi
Universitas Mecu Buana Yogyakarta.
6. Jaya, Hasrat, & Rosmina, 2010, Keperawatan Gerontik Catatan Ke. Pustaka As
Salam : Jakarta.
7. Kaplan, H. I Dkk. (2010) Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Klinis.
Tangerang. Binarupa Aksara.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 64


HUBUNGAN RASA CEMAS PASEIN GAGAL GINJAL DENGAN
KOMPLIKASI AKUT SAAT PROSES HEMODIALISA DI RUANGAN
HEMODIALIS RSU KABUPATEN TANGERANG

Ns.Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Rahmat Ilahi*, Ratih Novita Sari*, Riadina widia
astanti*, Sabil*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the national kidney
foundation (NKF) mendefinisikan penyakit ginjal kroniksebagai kerusakan pada
parenkim ginjal dengan penurunan glomerular filtration rate (GFR) kurang dari 60
mL/min/1,73 m2 selama atau lebih dari 3bulan dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Penanganan yang sering dilakukan adalah Hemodialisa, pada
perkembangannya Hemodialisa selalu menimbulkan Efek samping yang
menimbulkan rasa cemas pada Pasien saat Hemodilisa.Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan rasa cemas Pasien dengan Komplikasi akut pada saat proses
Hemodialisa di Ruangan HD RSU Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini
mengambil Populasi 104 dengan sampel 51 orang, menggunakan rumus Chi-Square.
Hasil penelitian ini Dengan hasil p-value adalah 0,000 maka nilai α = 0,05 artinya p-
value < αatau0,000 < 0,05 maka ada hubungan bermakna.
Sehingga hasil tersebut dapat diterjemahkan kedalam hipotesa operasional dimana Ho
ditolak dan Ha Diterima.Dengan hasil tersebut maka dinyatakan ada hubungan yang
bermakna antara Rasa Cemas Pasien dengan Komplikasi Akut Saat Proses
Hemodialisa Di Ruangan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.
Kata Kunci : Rasa Cemas Pasien dan Komplikasi Akut Saat Proses Hemodialisa.

ABSTRAC
The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the National Kidney
Foundation (NKF) define the chronic kidney disease as a damage in kidney
parenchyma together with the down glomerular filtration rate (GFR) less than 60
ml/min/1,73 m2 during or more than three months and in general will end with kidney
disability. The ever handing of this hemodyalisis and the improvement of
Hemodyalisis always take side effect and the patient will anxiety during

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 65


hemodyalisis.This research aim to analyze the correlation with anxiety patient and
followed acute situation when hemodyalisis is being performed at hemodyalisis room
at general hospital of Tangerang. In this research with taking 104 population and the
sample of 51 persons by using chi-square methode. Result of this research with p-
value is 0,000 so the value of α = 0,05 is means p-value< α or 0,000 < 0,05 and it’s
mean the worth correlation. Until the result could be translated into operational
hypotesa when Ho refused an Ha accepted. This result means that there is significant
correlation between anxiety patient with acute complications during hemodyalisis
process at hemodyalisis room of Tangerang district general hospital.
Password : patient anxiety and acute complications during the process of
hemodyalisis

PENDAHULUAN
Cemas Merupakan suatu keadaan psikologis pada pasien yang terjadi akibat
kurangnya informasi yang diterima, sehingga merasa buta dan tidak tenang terhadap
proses yang akan di hadapi di depannya. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa memerlukan upaya penyesuaian dan penanganan agar individu adaptif.
Jika individu mempunyai koping yang efektif maka kecemasan akan diturunkan dan
pasien tau jika dia akan merasakan komplikasi akan terjadi dan menyerang sehingga
pasien cepat memberitahukan kepetugas medis jika dia mengalami komplikasi saat
hemodialisa berlangsung, sehingga komplikasi yang terjadi bisa cepat teratasi dan
tidak sampai terjadi komplikasi yang berat. Tapi jika koping tidak efektif atau gagal
maka keadaan tegang akan meningkat, ketidakseimbangan akan terjadi, komplikasi
saat proses hemodialisa tidak cepat diketahui pasien sehingga terjadi komplikasi yang
berat, serta respon pikiran dan tubuh akan meningkat berupaya untuk mengembalikan
keseimbangan. Untuk itulah perlu adanya pengembangan mekanisme koping sebagai
pertahanan melawan kecemasan dalam menghadapi komplikasi yang akan terjadi.
Perawat berperan mengelola kecemasan saat terjadi komplikasi dengan
mengembangkan koping yang efektif, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien, serta mencantumkan dalam
intervensi keperawatan dengan harapan pasien adaptif dan kualitas hidupnya
meningat.

TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan rasa cemas dengan komplikasi akut yang terjadi
pada saat proses Hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 66


METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang dilakukan yakni dengan metodologi kuantitatif.
Dengan jenis desain penelitian Cross Sectional dimana dilakukan pengumpulan data
dan pengambilan kesimpulan penelitian yang terjadi sekarang. Penelitian cross
sectional adalah desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel dimana variabel independen dan variabel dependen
diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma Kelana Kusuma, 2011).
Peneliti menggunakan pendekatan Cross Sectional karena penelitian ini
bermaksud mengidentifikasi ada/tidaknya hubungan variable dependen terhadap
variable independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat ukur berupa
kuesioner.

HASIL PENELITIAN
Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Rasa Cemas Yang di Hadapi Pada Pasien Pada
Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.

Katagori Frekuensi Percent


Tidak Cemas 3 5,9
Cemas Ringan 20 39,2
Cemas Sedang 20 39,2
Cemas Berat 8 15,7
Total 51 100
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa terdapat 9.1 katagori yang menjadi landasan hasil
penelitian sementara pada skripsi diwabah ini, dengan ketentuan dimana terdapat
15,7% (8 sampel) merupakan mengalami masalah keecemasan berat, dan terdapat 20
sampel (39,2%) mengalami masalah kecemasan sedang, yang memerlukan
penanganan yang serius agar proses Hemodilasi dapat berjalan dengan baik.

Tabel 9.2 Distribusi Frekuensi Komplikasi Akut Yang di Hadapi Pasien Pada
Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.
Katagori Frekuensi Percent
Tidak Ada Komplikasi 16 31,4
Komplikasi 35 68,6
Total 51 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 67


Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa pasien mengalami komplikasi pasien
Hemodialisa sebanyak 35 orang (68,6%), dengan kata lain terdapat banyak yang
merasakan komplikasi pada saat proses hemodialisa berlangsung.

DISKUSI
Hasil penelitian ini menunjukkah bahwa kondisi rasa cemas pasien pada saat
Proses hemodialisa di RSU Kabupaten Tangerang, dan Komplikasi yang dirasakan
(bermasalah) sehingga menimbulkan kecemasan pada pasien, dari data tersebut
didapatkan bahwa terdapat 35 orang sampel (68,6%) yang merasakan komplikasi
pada saat hemodialisa dan menganggap hal tersebut menjadi masalah, dan 16 orang
sampel (31,4%) menganggap walau ada komplikasi dirasakan tetapi tidak sebagai
masalah, Sedangkan kecemasan yang dihadapi pada saat Hemodialisa diketahui 3
orang sampel tidak merasa cemas (5,9%), 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas
ringan, sebanyak 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas sedang, dan 8 orang
(15,7%) mengatakan cemas berat.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien yang merasakan
komplikasi akut pada saat Hemodialisa sebesar 35 orang sempel (68,6%) dan pasien
dengan tidak merasakan komplikasi pada saat Hemodialisa sebesar 16 orang sampel
(31,4%) yang dilakukan penelitiannya pada bulan Septerber 2015. Dan Hasil
penelitian juga ditemukan bahwa pasien yang merasakan Kecemasan sedang pada
saat Hemodialisa sebesar 20 orang sempel (39,2%) dan pasien dengan kecemasan
berat pada saat Hemodialisa sebesar 8 orang sampel (15,7%) yang dilakukan
penelitiannya pada bulan Septerber 2015.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alang, 2009, Jurnal Komplikasi Pada Saat Hemodialisa, Jakarta, Balai Penerbit,
FK UI.
2. Barbara C. Long, 2008, Asuhan Keperawatan Medical Bedah Vol 2, Media
Ekspres, Jakarta.
3. Doenges M, 2009, Asuhan Keperawatan vol 7, EGC, Jakarta.
4. Joyce M. Balck and Jane Hokenson Hawks, 2014, Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8 Buku 2 Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, Pentasada Media Edukasi.
5. Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka
Cipta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 68


HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES TENTANG
DIABETES MELITUS TERHADAP DIET DIABETES DI PUSKESMAS
KOTABUMI

Ns. Ayu Pratiwi S.Kep**, Desi Mardalinah*, Elistiani*, Gayanti MP*, Gunita*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah
gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan
gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008).
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui hubungan
pengetahuan pasien diabetes tentang dibetes melitus terhadap diet diabetes di
puskesmas kotabumi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain deskriptif
crossectional dengan potong lintang (crosstabulation), dimana ini akan menunjukkan
ada atau tidak hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus
terhadap diet diabetes. Dengan data demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia,
dan pendidikan.
Dari hasil yang didapat nilai OR 1.409, maka responden yang memiliki pengetahuan
lebih baik akan melakukan diet diabetes 1.409 kali lebih baik dari pada yang
memiliki pengetahuan kurang p-Value 0.947 > α (0.05), maka Ho diterima maka
tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien diabetes tentas diabetes mellitus
terhadap diet diabetes.
Disarankan kepada masyarakat supaya meningkatkan upaya hidup sehat seperti
makan-makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, beraktifitas yang
cukup agar terhindar dari terjadinya penyakit diabetes mellitus.
Kata kunci : pengetahuan, diabetes, diet diabetes

ABSTRACT
Diabetes is a disease because the body is unable to control the amount of sugar, or
glucose in the bloodstream. This leads to hyperglycemia, a condition in which high
blood sugar are already endangering (Setiabudi, 2008).
The purpose of this research is to know the relationship of knowledge about diabetes
mellitus patients with diabetes to diabetes diet in health centers Kp. East Malay
district. Kotabumi.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 69


The method used in this study is a cross-sectional descriptive design with cross
sectional (crosstabulation), which could indicate the presence or not the relationship
of knowledge about diabetes mellitus diabetes patients on the diabetic diet. With
demographic data consisting of gender, age, and education.
From the results obtained OR value 1,409, the respondents who have a better
knowledge will conduct a diabetic diet 1,409 times better than who have less
knowledge of p-Value 0.947> α (0:05), then Ho is accepted then there is no
relationship between the knowledge of diabetic patients tentas diabetes mellitus
against diabetes diet.
Suggested to the public in order to improve efforts to live a healthy life-like eating
nutritious foods, avoiding smoking, activity sufficient to avoid the occurrence of
diabetes mellitus.
Keywords: knowledge, diabetes, diabetes diet

PENDAHULUAN
Tahun 2006, jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang.
Dari jumlah itu baru 50% penderita sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya
melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi,
prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3 kecuali di Manado yang
cendrung lebih tinggi yaitu 6,1% (Herlambang, 2013).
Pola hidup masyarakat saat ini harus diakui sangat praktis, terlebih untuk pola
makan. Masyarakat dimanjakan dengan berbagai jenis makanan yang sangat cepat
untuk disajikan dan bahkan instan. Ditambah dengan jenis makanan dari
mancanegara yang menurut generasi sekarang disebut dengan modern.
Diet merupakan kebiasaan dalam jumlah dan jenis makanan dan minuman yang
dimakan seseorang dari hari ke hari, terutama makanan yang telah dirancang untuk
memperbaiki kebutuhan individu yang spesifik mencangkup atau tiak mencangkup
makanan tertentu. Diet diabetes merupakan diet yang dianjurkan bagi penderita
diabetes biasanya terbatas jumlah gulanya atau karbohidrat yang mudah diserap
(Dorland, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui hubungan
pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes terhadap diet diabetes di puskesmas
kotabumi.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 70


TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pasien diabetes tentang
diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas kotabumi.

METODE
Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossectional
dengan potong lintang (crossstabulation) dan tipe chi-square. Dimana chi-square
adalah untuk mengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus terhadap diet
diabetes. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Kotabumi.

HASIL PENELITIAN
Tabel 10.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di puskesmas kotabumi
Jenis kelamin Frekuensi Percent
Laki-laki 31 51.7
Perempuan 29 48.3
Total 60 100.0
Distribusi frekuensi jenis kelamin dari 60 responden, didapat responden yang
mempunyai jenis kelamin laki-laki ada 31 orang (51,7%), responden yang
mempunyai jenis kelamin perempuan ada 29 orang (48,3%).

Tabel 10.2 Distribusi frekuensi usia responden di puskesmas Kotabumi


Usia Frekuensi Percent
< 45 tahun 13 21.7
> 45 tahun 47 78.3
Total 60 100.0
Distribusi frekuensi usia dari 60 responden didapat responden yang mempunyai usia
> 45 tahun 13 orang (21.7%), responden yang berusia > 45 tahun 47 orang (78,3%).

Tabel 10.3 Distribusi frekuensi pengetahuan pasien diabetes mellitus terhadap


diet diabetes di puskesmas kotabumi.
Pengetahuan diabetes Frekuensi Percent
Kurang 21 35.0
Sedang 21 35.0
Baik 18 30.0
Total 60 100.0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 71


Distribusi frekuensi untuk pengetahuan pasien diabetes melitus tentang diabetes
mellitus terhadap diet diabetes. Terlihat bahwa reponden yang memiliki pengetahuan
tentang diabetes mellitus kurang sebanyak 21 (35,00%) responden, yang memiliki
pengetahuan tentang diabetes mellitus sedang sebanyak 21 (35,00%) responden, dan
yang memiliki pengetahuan tentang diabetes melitus baik sebanyak 18 (30,00%)
responden.

Tabel 10.4 Distribusi frekuensi diet diabetes di puskesmas Kotabumi


Diet diabetes Frekuensi Persent
Kurang 21 35.0
Sedang 22 36.7
Baik 17 28.3
Total 60 100.0
Distribusi frekuensi untuk diet diabetes untuk diet diabetes. Terlihat bahwa responden
yang melakukan diet diabetes kurang 21 respon (35,00%), yang melakukan diet
diabetes sedang 22 responden (36,67%), yang melakukan diet diabetes baik 17
responden (28,33%).

Tabel 10.5 Crosstabulation berdasarkan pengetahuan pasien diabetes mellitus


tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas Kotabumi
Tingkat Diet diabetes mellitus OR
pengetahu Total (95%) p Value
an Kurang Sedang Baik CI

Kurang 7 33,33 9 42,85 5 23,8 21 100%


% % 1%
Sedang 8 38,9 7 33,33 6 28,5 21 100%
% % 7% 1,409 0,947
Tinggi 6 33,336 33,33 6 33,3 18 100%
% % 3%
Total 21 35% 22 36,67 17 28,3 60 100%
% 3%
Diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang maka diet diabetes
yang dilakukan kurang sebanyak 7 orang (33.33%), responden yang memiliki
pengetahuan kurang yang melakukan diet diabetes secara sedang sebanyak 9 orang
(42,85%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan
melakukan diet diabetes secara baik sebanyak 5 orang (23.81%). Namun dari hasil

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 72


tabel diatas bahwa nilai yang didapat ada pada responden yang melakukan diet
diabetes secara sedang yaitu sebanyak 8 orang (38.9%). Dan pada responden yang
memiliki pengetahuan sedang dengan melakukan diet diabetes secara sedang yaitu
sebanyak 7 orang (333.33%). Dan pada responden yang memiliki tingkat
pengetahuan sedang dengan melakukan diet diabetes secara baik yaitu 6 orang
(33.33%). Hasil untuk responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan
melakukan diet diabetes secara kurang sebanyak 6 orang (33.33%), sedangkan untuk
responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan melakukan diet diabetes secara
sedang sebanyak 6 orang (33.33%). Dan responden yang memiliki pengetahuan
tinggi yang melakukan diet diabetes dengan baik sebanyak 6 orang (33.33%).
Dari tabel didapatkan nilai OR 1.409, responden yang memiliki pengetahuan lebih
baik akan melakukan diet 1.409 kali lebih baik dari pada memiliki pengetahuan
kurang. Adapun hasil yang didapatkan dari uji chi-square bahwa p value 0,947 >
0,05. Maka dapat dinyatakan bahwa Ho diterima atau tidak ada hubungan antara
pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes
di puskesmas Kotabumi.

DISKUSI
Hasil penelitian terlihat perbedaan yang tidak signifikan karena jumlah laki-laki
dan perempuan hampir sebanding. Ini menandakan bahwa faktor jenis kelamin tidak
mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus.
Dalam penelitian responden yang berumur ≥ 45 tahun ada sebanyak 47 orang
(78.3%) sehingga bila dilihat teori dari perkeni maka terdapat kesesuaian antara hasil
penelitian ini dengan teori.
Mayoritas responden berpengetahuan sedang dikarenakan faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu dorongan keluarga, motivasi diri, kedisiplinan dan
lingkungan. Kemungkinan responden memiliki pengetahuan mayoritas sedang karena
motivasi dalam dirinya untuk mempelajari diabetes kurang sehingga informasi yang
didapat tentang diabetespun kurang.
Faktor pengetahuan seharusnya akan mempengaruhi tindakan diet diabetes pada
responden namun jika dilihat dari faktor yang lain yaitu sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi dalam faktor predisposisi menurut Lawren Green,
kemungkinan faktor tradisi dalam masyarakat mempengaruhi tindakan diet diabetes.
Seperti yang diketahui bahwa tradisi masyarakat yang masih menganggap bahwa
yang dikatakan sudah memenuhi jadwal makanan adalah jika seseorang makan nasi,

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 73


sedangkan jika makan kentang, ubi, ataupun roti belum dinamakan memenuhi jadwal
makan.

KESIMPULAN
Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square dari nilai OR 1.409
didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan lebih baik akan melakukan
diet 1.409 kali lebih baik dari pada yang memiliki pengetahuan kurang dan dapat
nilai p Value> α (0,05) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan diabetes mellitus terhadap diet diabetes.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anandita. 2007. Penatalaksanaan diabetes mellitus. Diaskes pada tanggal 19
April 2013 dari http://penatalaksanaan-diabetes-mellitus-html
2. Media, Trieks. 2009. Diabetes mellitus. PT Trieks Medika, Bandung
3. Mubarak. 2007. Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta : Rineka Cipta
4. Notoadmojo. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Waspadji dan sukarji. 2007. Pedoman diet diabetes mellitus. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 74


PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA
PADA LANSIA DI KAMPUNG CILONGOK KEC.PASAR KEMIS
TANGERANG

Ns. Ria Setia Sari,S.Kep**, Desi Rohmayanti*, Geger RS*, Indah Tamaria*, Juita
Aprilia*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum terjadi pada individu dewasa,
gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu lansia baik ketika memasuki
tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Salah satu upaya untuk
mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi. Respon relaksasi adalah salah
satu teknik meditasi sederhana untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenagan hidup.
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia
pada lansia di Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.
Metode penelitian : deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga
yang memiliki lansia, teknik pengambilan sempel adalah dengan total sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Instrumen yang digunakan berupa
lembar kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data
menggunakan analisi univariat dan bivariat. Hasil penelitian : ini menunjukkan nilai
hitung p= 0,000 dimana nilai hitung < dari α = 0,05 dengan hipotesis Ho diterima
artinya ada pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di Kp.
Cilongok Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang-Banten tahun 2013. Penelitian ini
direkomendasikan terutama pada lansia yang mengalami insomnia.
Kesimpulan : karakteristik lansia yaitu jenis kelamin perempuan 36 orang (69,2%).
Usia lansia terbanyak adalah usia 61-70 th sebanyak 22 orang (42,3%), tingkat
pendidikan lansia dari 52 responden didapat tingkat pendidikan lansia yang tidak
tamat sekolah adalah sebanyak 17 responden (32,7%). Terdapat pengaruh relaksasi
benton terhadap kejadian insomnia pada lansia.
Kata kunci : Relaksasi benton, Insomnia, Lansia

ABSTRACK
Insomnia is a sleep disorder that most commonly occurs in adult individuals, and
difficulty sleeping disorders often interfere elderly both when entering the firs stage
of sleep or when going to sleep. One effort to overcome insomnia is the relaxation

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 75


method. The relaxation response is a simple meditation tchniques to cope with stress
ada achieve peace of life. Pupose : to determine the effect on the insidence of
insomnia benson relaxation of the elderly in Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis
Tangerang.
Researh method : deskriptif corelation. The population in this study is a family who
has the elderly, the sampling technique is the total sampling with a sampel size of 52
respondents. Instruments used in the form of sheet questioner containing some
questions. Analysis using univariate and bivariate analysis. The result : this shows
the calculate p value = 0.000 where the count value < of α = 0.05 with the hypothesis
Ho is accepted it means there benson relaxation effect on the incidence of insomnia
in the elderly Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. The study
recommended, especially in the elderly who experience insomnia.
Conclusion : characteristic of the elderly femele gender 36 (69.2%), most elderly age
is 61-70 years of age were 22 men (42.3%), education level of respondents older than
52 seniors who obtained education level did not finish school is a total of 17
respondents (32.7%). There is a relaxation effect on the insidence benson insomnia in
the elderly.
Keyword : Benson Relaxation, Insomnia and the elderly

PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya jumlah lansia, maka akan meningkat juga permasalahan
yang terjadi. Masalah sehari hari yang sering ditemukan pada lanjut usia yaitu; mudah
jatuh, mudah lelah, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik,
pembengkakan kaki pada bagian bawah, nyeri pinggang, nyeri pada sendi panggul,
sukar menahan air seni, sukar menahan buang air besar, gangguan pada ketajaman
penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur dll. Lansia dengan depresi,
stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis, atau hipertensi sering
melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila
dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur juga dikenal sebagai sebagai
penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius ganngguan tidur
pada lansia misalnya mengantuk berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan
memori, mood depresi, sering jatuh, penggunaan hipnotikyang tidak semestinya, dan
penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih
tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per
hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari
(WHO).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 76


Metode relaksasi yaitu satu teknik dalam terapi prilaku untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh pasien tanpa bantuan
terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi keteganggan dan
kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah.
Berdasarkan uraian diatas penting untuk diteliti tentang pengaruh relaxasi
benson untuk efektifitas teknik relaksasi dapat memberikan kenyamanan pada saat
tidur dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Oleh karena itu judul yang akan
dibahas oleh peneliti adalah “Pengaruh Relaksasi Benson Terdapat Keadaaan
Insomnia Pada Lansia Di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.

TUJUAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Benson Terdapat
Keadaaan Insomnia Pada Lansia Di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.

METODE
Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimen atau eksperimen semu. Pada
penelitian ini klien dilakukan intervensi, sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi
benson diukur kualitas tidur pada lansia. Penelitian dilakukan di KpCilongok
Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013 sampai dengan 13 September
2013.

HASIL PENELITIAN
Tabel 11.1 Distribusi frekuensi responden di Kp Cilongok Kecamatan Pasar
Kemis Tangerang
Jumlah Persentase
Distribusi frekuensi responden
(n) (%)
1. Jenis Kelamin Lansi
Laki-laki 16 30,8
Perempuan 36 69,2
Total 52 100
2. Usia Lansia
65-74 th 12 23,1
75-90 th 22 42,3
> 90 th 18 34,6
Total 52 100
3. Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat 17 32,7

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 77


SD 16 30,8
SMP 10 19,2
SMA 9 17,3
Total 52 100
Distribusi frekuensi jenis kelamin lansia, dapat dilihat bahwa frekuensi dari 52
responden lansia adalah laki-laki 16 orang (30,8%), kemudian lansia dengan jenis
kelamin perempuan adalah sebanyak 36 orang (69,2%). Distribusi frekuensi usia
lansia dari 52 responden, didapat usia terbanyak adalah usia 75-90 th sebanyak 22
orang (42,3%), sedangkan untuk usia > 90 th sebanyak 18 orang (34,6%), dan usia
yang paling sedikit adalah usia 65-74 th sebanyak 12 orang (23,1%).
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan lansia dari 52 responden didapat tingkat
pendidikan lansia yang tidak tamat sekolah adalah sebanyak 17 responden (32,7%).
Untuk jumlah lansia yang berpendidikan sampai tingkat SD adalah sebanyak 16
responden (30,8%), untuk pendidikan smp sebanyak 10 responden (19,2%) dan
sisanya 9 responden (17,3%) dengan tingkat pendidikan SMA.

Tabel 11.2 Distribusi kejadian tingkat insomnia pada lansia sebelum relaksasi
benson di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013
sampai dengan 13 September 2013 (n=52)
Tingkat insomnia Jumlah (n) Presentase
Ringan 16 30,8
Sedang 17 32,7
Berat 19 36,5
Total 52 100
Kejadian insomnia pada lansia dari 52 responden, sebelum melakukan relaksasi
benson lansia mengalami insomnia ringan sebanyak 16 responden (30,8%), lansia
yang mengalami insomnia sedang 17 responden (32,7%), lansia yang mengalami
insomnia berat 19 responden (36,5%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 78


Tabel 11.3 Pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia
di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang
Kejadian Insomnia
Variabel Insomnia Insomnia Insomnia
Total p-
relaksasi ringan sedang berat
Value
benton Jumlah Jumlah F Jumlah F Jumlah F
F (%)
(n) (n) (%) (n) (%) (n) (%)
Sebelum 16 30,8 17 32,7 19 36,5 52 100
Sesudah 41 78,8 11 21,2 0 0 52 100 0,000
Total 57 54,8 28 26,9 19 18,3 104 100
Pengaruh relaksasi benton terhadap tingkat insomnia pada lansia di KpCilongok
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang-Banten, didapatkan hasil bahwa terdapat 16
responden (30,8%) mengalami insomnia ringan, 17 responden (32,7%) mengalami
insomnia sedang, 19 responden (36,5%) mengalami nsomnia berat sebelum dilakukan
relaksasi benton, dan didapatkan 41 responden (78,8%) mengalami insomnia ringan,
11 responden (21,2%) mengalami insomnia sedang, 0 responden (0%) mengalami
insomnia berat setelah dilakukan relaksasi benson.

DISKUSI
Dalam penelitian ini bahwa untuk tipe insomnia tidak dilakukan pengkajian
mendalam. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan
Gin-gin sugiono (2012) dimana disimpulkan bahwa lansia yang untuk kejadian
insomnia pada lansia dari 35 responden, sebanyak 14 responden (40%) lansia tidak
mengalami insomnia, lansia yang mengalami insomnia ringan 10 responden (28,6%),
yang mengalami insomnia berat sebanyak 8 responden (22,9%), dan yang mengalami
insomnia sedang sebanyak 3 responden (8,6%).
Hasil analisis bivariat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
penerapan teknik relaksasi benson terhadap insomnia pada lansia. Dan juga yang
diungkapkan widastara (2009) tentang teknik relaksasi progresif yang diberikan pada
lansia dengan keluhan insomnia, menunjukkan persentase hasil penemuan setelah
dilakukan relaksasi progresif keluhan insomnia sebanyak 13% menurunkan keluhan
insomnia tingkat ringan dan presentase hasil penemuan sebanyak 86,7% menurunkan
keluhan insomnia tingkat sedang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 79


KESIMPULAN
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil
secara statistik bahwa nilai signifikannya adalah 0,000 (0,000<0,05) artinya terdapat
pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di KpCilongok
Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika
2. Beare dan Stanley. 2007. Buku ajar gerontik. Jakarta : penerbit buku kedokteran
3. Hardiwinoto. 2005. Asuhan keperawatan pada lansia. Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 80


HUBUNGAN KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR MAHASISWA SEMESTER II KEPERAWATAN
DI STIKES YATSI TANGERANG
TAHUN 2013

Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep**, desti rosalina*, febri astian r*, ilwan saferi*, ismi
zumrotus.s*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep
diri terhadap motivasi belajar. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional dan deskriptif korelasi. Dari hasil penelitian terdapat hubungan yang
signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan P value (0,001) < α (0,05),
nilai OR = 7,1 yang berarti mahasiswa dengan konsep diri negatif memiliki peluang
7 kali untuk dapat mengalami penurunan motivasi belajar dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki konsep diri positif, dan hasil uji koefisien korelasi
menunjukkan kekuatan korelasi cukup yaitu 0,452. Hasil penelitian diperkuat dengan
pendapat bahwa semakin baik konsep diri yang dimiliki maka semakin tinggi
motivasi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu prestasi akademik yang tinggi
(Panjaitan, 2001 dalam Prabawati, 2012). Dari hasil penelitian disarankan agar
mahasiswa dapat menumbuhkan konsep diri yang baik.
Kata Kunci : Konsep diri, Motivasi belajar

ABSTRACT
The self-concept is all forms of idea, opinion, feeling, belief, and establishment of
individual known about himself and influence the individual in relation with their
surroundings. This research aimed to determine the relationship self-concept with
learning motivation.The research design used cross sectional and correlation
descriptive. The result of research, shows there is meaningful or relevant relation
between self-concept and learning motivation, using p value (0,001) < α (0,05), the
value of OR is 7,1 it means that students with negative self-concept have 7 chance to
decreased learning motivation than students with positive self-concept, the result of

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 81


correlation coefficient means sufficient correlation (0,452). Result of research
reinforced by the opinion better self concept the higher motivation to achieve the goal
of high academic achievement (Panjaitan, 2001 in Prabawati 2012). The result of
research suggested that students can foster a good self-concept.
Key words : Self Concept, Learning Motivation.

PENDAHULUAN
Pendidikan nasional dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu, pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kegiatan belajar pada dasarnya dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai
dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan kompleks. Ada berbagai
macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada yang dianutnya. (Hamalik, 2008
dalam Mulyana, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Cecep Mulyana dalam Nursing Journal of
Padjadjaran University di Akademi Keperawatan Kabupaten Subang tahun akademik
2009 pada mahasiswa tingkat 1 diperoleh hasil analisis mengenai motivasi belajar
pada responden di Akper Pemkab Subang, dari 97 mahasiswa 40,2% (39 mahasiswa)
memiliki motivasi belajar yang baik, sedangkan sisanya yaitu 59,8% (58 mahasiswa)
memiliki motivasi belajar yang kurang.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor intrinsik atau faktor yang melekat
dalam diri individu seperti psikologi individu. Setiap manusia memiliki psikologi
yang berbeda termasuk dalam hal perilaku maupun cara pandang seseorang terhadap
dirinya, masalah serta lingkungannya. Cara seseorang memandang maupun menilai
semua hal yang ada pada dirinya baik fisik, kemampuan, maupun emosional disebut
konsep diri terhadap motivasi belajar.

TUJUAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsep diri terhadap
motivasi belajar pada mahasiswa semester II keperawatan di STIKes YATSI
Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 82


METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu peneliti
mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan
pengukuran sesaat, tidak semua objek penelitian harus diperiksa pada hari atau saat
yang sama tetapi baik variabel bebas maupun variabel terikat dinilai hanya satu kali
saja (Sastroamoro, 2008 dalam Firdaus, 2013).

HASIL PENELITIAN
Tabel 12.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Individu Mahasiswa
Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013.

Karakteristik Jumlah Persentase


Responden
Usia 1.Remaja Madya 25 39,7%
(15-18 tahun)
2.Remaja Akhir 38 60,3%
(19-21 tahun)
Total 63 100,0%

Jenis Kelamin 1. Laki-laki 11 17,5%

2. Perempuan 52 82,5%

Total 63 100,0%
Data distribusi frekuensi gambaran karakteristik responden pada tabel 5.1
menunjukkan bahwa usia rata-rata berada pada rentang usia remaja akhir yaitu 19-21
tahun sebanyak 38 orang (60,3%), sedangkan untuk rentang usia remaja madya (15-
18 tahun) didapatkan data sebanyak 25 orang (39,7%). Data yang didapatkan untuk
jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (17,5%), sedangkan jenis kelamin
perempuan yaitu 52 orang (82,5%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 83


Tabel 12.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Konsep Diri Mahasiswa Semester II
Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013

Konsep Diri Jumlah Responden Persentase


Negatif 36 57,1%
Positif 27 42,9%
Total 63 100,0%

Berdasarkan tabel 2 diketahui dari 63 responden, didapat responden yang memiliki


konsep diri negatif sebanyak 36 orang (57,1%) dan terdapat 27 orang (42,9%)
responden yang memiliki konsep diri positif.

Tabel 12.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa


Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013
Motivasi Belajar Jumlah Responden Persentase
Kurang Baik 35 55,6%
Baik 28 44,4%
Total 63 100,0%

Data distribusi frekuensi motivasi belajar berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil 35


responden (55,6%) memiliki motivasi belajar kurang baik, sedangkan untuk motivasi
belajar baik terdapat 28 responden (44,4%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 84


Tabel 12.4 Crosstab Hubungan Konsep Diri Terhadap Motivasi Belajar
Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013
Motivasi Belajar
Odds
Konsep Kurang Baik Total Rasio P Value
Diri Baik (OR)
CI
n % n % n % 95%

Negatif 27 42,9% 9 14,3% 36 57,1%


7,1 0.001
Positif 8 12,7% 19 30,2% 27 42,9% (2,328-
21,809)

Jumlah 35 55,6% 28 44,4% 63 100,0%

Hasil analisis tabulasi silang (crostabulation) pada tabel 5, menunjukkan hubungan


konsep diri dengan motivasi belajar. Diketahui dari 36 mahasiswa (57,1%) memiliki
konsep diri negatif, sebanyak 27 mahasiswa (42,9%) diantaranya memiliki motivasi
belajar kurang baik dan sedikitnya 9 mahasiswa (14,3%) memiliki motivasi belajar
yang baik. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh mahasiswa yang memiliki konsep
diri positif, diketahui dari 27 mahasiswa (42,9%) memiliki konsep diri positif,
sebanyak mahasiswa 19 (30,2%) diantaranya memiliki motivasi belajar yang baik dan
8 mahasiswa (12,7%) memiliki motivasi belajar yang kurang baik.

Tabel 12.5 Hasil Koefisien Korelasi Hubungan Konsep Diri Terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang
KonsepDiri MotivasiBelajar

Pearson 1 .452**
Correlation
KonsepDiri
Sig. (2-tailed) .000
N 63 63
Pearson .452** 1
MotivasiBelajar Correlation
Sig. (2-tailed) .000

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 85


N 63 63
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 12.5 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara konsep diri
terhadap motivasi belajar dengan korelasi cukup sebesar 0,452.

Tabel 12.6 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan

±0,00-0,199 Korelasi sangat rendah


±0,20-0,399 Korelasi sedang
±0.40-0,599 Korelasi cukup
±0.60-0,799 Korelasi kuat
±0,80-1,00 Korelasi sangat kuat
(Sugiyono, 2012)

DISKUSI
Hasil analisis data distribusi frekuensi untuk motivasi belajar, dari 63 responden
didapatkan 35 mahasiwa (55,6%) memiliki motivasi belajar yang kurang baik, dan 28
mahasiswa (44,4%) memiliki motivasi belajar yang baik. Mengacu pada teori bahwa
konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang
lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan teman-
teman. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruhi
oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif,
memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui
akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain (Suliswati, 2005).
Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan
seseorang karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai komputer mental yang
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang termasuk dorongan atau motivasi
dalam belajar (Ely, 2013).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 86


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa,
Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah
perempuan yaitu 52 responden (82,5%). Profesi keperawatan yang didominasi kaum
perempuan disebabkan karena sikap dasar perempuan yang identik sebagai sosok
yang ramah, sabar, telaten, lemah lembut, berbelas kasih, dan gemar bersosialisasi
(Dauglas, 1994 dalam Rahajeng, 2011).
Konsep diri mahasiswa mayoritas memiliki konsep diri negatif yaitu sebanyak
36 orang (57,1%). Banyaknya mahasiswa yang memiliki konsep diri negatif
dikarenakan setiap individu berbeda dalam menginterpretasikan stimulus dalam
lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri
dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Euis, Karwati dan Donni Juni. (2014). Manajemen Kelas (Classroom
Management). Bandung : Alfabeta
2. Firdaus, A.N, dkk. (2013). Konsep Diri dan Motivasi Belajar.
http://jurnal.akper17.ac.id. Jurnal Akademi Keperawatan Karanganyar
3. Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Universitas Indonesia:
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat.
4. Herri, dan Namora. (2011). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta :
Kencana
5. Solihin, Muhamad. (2011). Skripsi Hubungan Konsep Diri dan Hasil Belajar
Fisika Siswa melalui Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Tekanan.
http://repository.uinjkt.ac.id/. Skripsi Universitas Islam Negeri Jakarta.
6. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
7. Sukmadinata, Nana S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 87


HUBUNGAN MOTIVASI IBU MEMBAWA BALITA KE POSYANDU
DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI BALITA DI PUSKESMAS
JATIUWUNG TANGERANG
TAHUN 2013

Ns.Katrin Agustina,S.S.Kep**, wulandari*, angga supriatna*, abdul khilik*, amrilka


wahyuni*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK
Semua bayi sudah diimunisasi secara lengkap sebelum tahun pertama kehidupannya.
Karena imunitas yang dihasilkan mungkin tidak menetap lama maka perlu dilakukan
imunisasi ulangan pada waktu anak masuk sekolah dan sekali lagi setelah anak
berumur sepuluh tahun atau sebelas tahun (Dirjen PP & PL Depkes RI, 2006).Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi ibu membawa balita
dengan kelengkapan status imunisasi balita. Metode PenelitianPenelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dengan cara
mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel bebas
(kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat (motivasi ibu
membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara bersamaan dan
bersifat sesaat. Dalam penelitian ini melibatkan 125 responden. Teknik yang
digunakan untuk pengambilan data adalah dengan kuota (quota sampling). Hasil
Penelitian analisa data menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa dari 3
karakteristik motivasi internal yang diteliti yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan,
hanya umur ibu yang tidak memiliki hubungan bermakna dengan Kelengkapan
Imunisasi Balita dimana p-value = 0,274 < OR = 2,019, pendidikan (p = 0,021 dan
OR = 3,889), dan pekerjaan p = 0,012 dan OR = 4,364. Dan apabila dilihat dari
motivasi ekternal semua variabel (budaya/mitos, dukungan keluarga, dukungan
petugas kesehatan dan jarak/tempat), memiliki hubungan bermakna dengan
kelengkapan imunisasi balita. Budaya/mitos p = 0,000 < OR = 14,344, jarak p =
0,047 <OR = 3,258, dukungan keluarga p = 0,012 < OR = 4,571, dan petugas
kesehatan p = 0,003 <OR = 5,938. Kesimpulan dan saran, dari hasil penelitian dapat
simpulkan bahwa motivasi ibu membawa balita dari 62 responden diperoleh hasil
bahwa faktor umur tidak memiliki hubungan bermakna untuk memotivasi ibu
membawa balita dengan kelengkapan imunisasi balita, sedangkan faktor pendidikan,

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 88


pekerjaan, pengaruh budaya/mitos, dukunga keluarga, dukungan petugas kesehatan
dan jarak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelengkapan imunisasi balita.

ABSTRAK
All babies are fully immunized before the first year of life. Due to the resulting
immunity may not remain longer it is necessary to repeat immunization at the time
the child goes to school and again after a ten-year-old child or eleven Dirjen PP &
PL Depkes RI, 2006).. The purpose of this study was to determine the relationship of
maternal motivation carrying a toddler with a complete infant immunization status.
Methods This study uses a quantitative approach to the cross-sectional design by
studying the correlation between how independent variable or variables
(completeness immunization) with the dependent variable or dependent variable
(motivation mother carrying a toddler) where time is used to analyze simultaneously
and is instantaneous. In this study involving 125 respondents. The technique used for
collecting data is the quota (quota sampling). Results of data analysis using the chi-
square test showed that the internal motivation of the three characteristics studied
were age, education, and employment, only the mother's age who do not have a
significant relationship with the Toddler Immunization Completeness where p-value
= 0.274 <OR = 2.019, education (p = 0.021 and OR = 3.889), and the work p =
0.012 and OR = 4.364. And when seen from the external motivation of all variables
(culture / myth, family support, support for health personnel and distance / place),
has a significant relationship with complete immunization of infants. Culture / myth p
= 0.000 <OR = 14.344, p = 0.047 distance <OR = 3.258, p = 0.012 family support
<OR = 4.571, and health workers p = 0.003 <OR = 5.938. Conclusions and
suggestions, the results of research can be concluded that the motivation of mothers
carrying toddlers of 62 respondents showed that the age factor does not have a
significant relationship to motivate mothers to bring children with complete
immunization of infants, while the factor of education, employment, cultural
influences / myth, dukunga family, support health workers and distance have a
significant relationship with the completeness of immunization of infants.

PENDAHULUAN
Upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, tentunya
akan berhasil apabila melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik unsur
pemerintahan maupun unsur masyarakat dan dunia usaha. Kemudian untuk
mengintegrasikan kegiatan seluruh kepentingan dalam rangka mempercepat
penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, maka Posyandu menjadi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 89


salah satu lembaga yang paling tepat, karena keberadaannya sudah cukup lama dan
terbukti berhasil mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pemberantasan penyakit menular dan lain-
lain, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap rendahnya angka kematian ibu
dan angka kematian bayi (kementrian kesehatan RI, 2006).
Cakupan imunisasi bayi Dinas Kesehatan jatiuwung tangerang tahun
2013menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di Kabupaten dari 274.795 orang bayi
yang menjadi sasaran, bayi yang mendapat imunisasi BCG sebesar 225. 847 orang
(82, 31%), DPT I sebesar 195.161 orang (71,02%), DPT II sebesar 171.216 (62,
31%), DPT III sebesar 165.611 (57,63%), Polio sebesar 144.301 orang bayi
(52,51%), Campak sebesar 220.751 orang (80,33%) dan hepatitis sebesar 137.403
orang bayi (50%). Faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi pada suatu daerah,
baik itu dari masyarakat maupun petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
imunisasi misalnya, pengetahuan ibu untuk mengimunisasikan bayinya, karena
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku.
Sikap yang positif dapat menjadi faktor predisposing atau pencetus yang
menyebabkan ibu membawa bayinya imunisasi. Keterjangkauan tempat pelayanan
imunisasi sangat berpengaruh kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi sehingga
mereka membawa bayinya mengikuti program imunisasi.

TUJUAN
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasi ibu membawa
balita ke posyandu dengan kelengkapan imunisasi balita.

METODE PENILITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional
dengan cara mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel
bebas (kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat
(motivasi ibu membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara
bersamaan dan bersifat sesaat.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 90


HASIL PENELITIAN
Tabel 13.1 Distribusi Frekuensi Faktor Motivasi Internal Ibu Balita Di
puskesmas jatiuwung tangerang tahun 2013
NO Variabel frekuensi Persentase
1 Umur
Dewasa Muda : 16-35 45 72,6
Dewasa Tua : 36-45 17 27,4
2 Pendidikan
Dasar (SD, SMP) 40 64,5
Menengah dan Tinggi (SMA, PT) 22 35,5
3 Pekerjaan
Bekerja 30 48,4
Tidak Bekerja 32 51,6
Tabel 13.1 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi internal ibu balita di
posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten jatiuwung Variabel umur ibu
dikategorikan dewasa muda 16-35 tahun dan dewasa tua 36-45 tahun,diketahui
sebagian ibu yang dewasa muda 16-35 tahun, yaitu sebanyak 45 orang (72,6%),
sedangkan ibu yang dewasa tua 36-45 tahun, yaitu Sebanyak 17 orang (27,4%).

Tabel 13.2 Distribusi Frekuensi Faktor Motivasi Eksternal Ibu Balita Di


jatiuwung tangerang tahun 2013

NO Variabel Frekuensi Persentase


1 Pengaruh Budaya
Tidak ada pengaruh 35 56,5
Ada pengaruh 27 43,5
2 Dukungan Keluarga
Rendah 27 43,5
Tinggi 35 56,5
3 Dukungan Petugas Kesehatan
Rendah 21 33,9
Tinggi 41 66,1
4 Jarak
> 1 kilometer 32 51,6
< 1 Kilometer 62 48,4

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 91


Tabel 13.2 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi eksternal ibu balita di
puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013Variabel pengaru budaya/mitos
dikategorikan tidak percaya dan percaya, sekor 0 untuk jawaban tidak percaya dan
sekor 1 untuk jawaban percaya.

Tabel 13.3 Distribusi Frekuensi Faktor Kelengkapan Imunisasi Balita Di


puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013
Variabel Frekuensi Persentase
Imuninasi
Kurang Lengkap 49 79,0
Lengkap 13 21,0
Tabel 13.3 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi internal ibu balita di
posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten lebak. Dikategorikan Tidak
lengkap, jika frekuensi imunisasi balita ibu < 80% (< 5 kali), dan lengkap, jika
frekuensi imunisasi balita ibu > 80% (> 5 kali). Diketahui sebagian ibu yang
mengimunisasi balita di Posyandu dengan lengkap, yaitu sebanyak 13 orang (21,0%),
sedangkan ibu yang tidak lengkap imunisasi balita(frekuensi imunisasi <5 kali), yaitu
sebanyak 49 orang (79,0%).

Tabel 13.4 Hubungan Faktor Motivasi Internal Ibu Dengan Kelengkapan


Imunisasi Balita Di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013
Kelengkapan
P-
Variabel Imunisasi Balita OR CI 95%
Value
Kurang Lengkap
Umur
Dewasa Muda : 16-35 36 9 0,323 -
1,231 0,505
Dewasa Tua : 36-45 13 4 4,689
Pendidikan
Dasar (SD, SMP) 29 11
0,053 -
Menengah dan 0,264 0,168
1,320
Tinggi(SMA, PT) 20 2
Pekerjaan
Bekerja 25 5 0,172 -
0,600 0,421
Tidak Bekerja 24 8 2,094
Tabel 13.4 Menunjukan hubungan factor motivasi internal ibu dengan kelengkapan
imunisasi balita di posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten lebak tahun

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 92


2015, hasil analisis hubungan umur ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Balita,
diketahui dari 45 orang ibu yang berumur dewasa muda 16 - 35, ada 36 orang (73,5%)
yang kurang dalam melakukan imunisasi balita di Posyandu, sedangkan dari 17 orang
ibu yang berumur dewasa tua 36 - 45 tahun, ada 13 orang (26,5%) yang kurang dalam
melakukan imunisasi balita di Posyandu.

Tabel 13.5 Hubungan Faktor Motivasi Eksternal Ibu Dengan Kelengkapan


Imunisasi Balita Di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013
Kelengkapan
p-
Variabel Imunisasi Balita OR CI 95%
Value
Kurang Lengkap
Pengaruh Budaya
Tidak ada pengaruh 32 3 1,520 -
6,275 0,006
Ada pengaruh 17 10 25,906
Dukungan Keluarga
Rendah 20 7 0,173 -
0,591 0,400
Tinggi 29 6 2,023
Dukungan Petugas
Kesehatan
Rendah 16 5 0,219 -
0,776 0,949
Tinggi 33 8 2,574
Jarak
> 1 kilometer 26 6 0,387 -
1,319 0,658
< 1 Kilometer 23 7 4,495
Tabel 12.5 Menunjukan Faktor motivasi eksternal ibu dengan kelengkapan imunisasi
balita di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013Hasil analisis hubungan Pengaruh
budaya/mitos dengan Kelengkapan Imunisasi Balita, diketahui dari 27 orang ibu yang
ada pengaruh budaya/mitos, ada 17 orang (34,7%) yang tidak lengkap mengimunisasi
balita, sedangkan dari 35 orang ibu yang tidak ada pengaruh budaya/mitos, ada 32
orang (65,3%) yang tidak lengkap mengimunisasi balitanya.

DISKUSI
Penelitian ini menemukan atau menghasilkan temuan yang menjawab hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1.Tidak terdapat hubungan antara usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan petugas
kesehatan, dukungan keluarga dan jarak tempat tinggal ibu balita ke lokasi posyandu
dengan status kelengkapan imunisasi balita.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 93


2.Terdapat hubungan antara pengaruh budaya/mitos dengan kelengkapan imunisasi
balita.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian cross sectional tentang hubungan motivasi ibu
membawa balita dengan kelengkapan imunisasi balita di puskesmas jatiuwung
tangerang tahun2013, didapatkan kesimpulan:Tidak terdapatnya hubungan antara
umur dengan Kelengkapan Imunisasi Balita yang dilakukan ibu, karena dengan
kategori umur ibu dewasa muda 16 - 35 akan mempengaruhi pula terhadap perilaku
ibu dalam membawa balitanya untuk berkunjung ke Posyandu secara teratur sesuai
dengan ketentuan, karena antusiasme dan semangat ibu lebih tinggi di banding ibu
dewasa tua.
Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi balita
karena, pendidikan ibu rata-rata lulusan SD dan SMP, sehingga ibu yang datang
membawa anak balitanya ke Posyandu untuk imunisasi rata-rata lulusan SD dan
SMP. Di daerah pedesaan pendidikan kaum perempuan cenderung kurang
diutamakan dibandingkan dengan kaum laki-laki, asalkan sudah bisa membaca dan
menulis, dianggap telah cukup untuk seorang perempuan. Sehingga pada akhirnya
akan mempengaruhi terhadap tingkat pendidikan ibu-ibu khususnya di daerah
pedesaaan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adi Sasmito,2007.http/pustaka unpad.ac.id/wp.conten.Gizi,BalitadanIbuhamil
2. Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta
3. Departemen kesehatan RI.2006 Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
4. Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
5. Hidayat, Aziz Alimul A., 2008,Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Salemba
medika,Jakarta
6. Sudibyo Supardi & Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Trans Info
Media, Jakarta.
7. Wahyuni, S, 2007 Hubungan Pengetahuan Dengan Kehadiran Ibu Balita Di
Posyandu Petanjungan Petarukan Pemalang
8. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.EGC, Jakarta

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 94

Anda mungkin juga menyukai