Jurnal 2013
Jurnal 2013
Redaksi :
Penanggung Jawab :
Ida Faridah, S.Kp., M.Kes
Pimpinan Redaksi
Dr. Kemas Djamaludin
Dewan Redaksi :
Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep
Ns. Febi Ratnasari, S.Kep
Ns. Katrina Agustina, S.Kep
Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep
Ns. Ria Setia Sari, S. Kep
Sekretaris Redaksi :
Ningsih, SE
Silvi Yulianita, A.Md. Keb
Septy Ariyani, A. Md. Keb
Alamat Redaksi :
Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang
Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3
Tangerang 15133
Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663
Hubungan rasa cemas pasien gagal ginjal dengan komplikasi akut saat proses
hemodialisa di ruangan hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang...................... 65
1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan
kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau
artikel laporan lapangan
2. Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal
kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain
3. Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda
tangani oleh penulis
4. Komponen Naskah :
Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi
Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama
Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata,
dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai
dengan 3 – 5 kata kunci
Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka
dan tujuan penelitian
Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data,
teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data
Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan
dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir
Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks.
Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui
kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak
mengada-ada
5. Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks,
dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.
Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang,
selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar,
selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu.
Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya
6. Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program
komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen
tertulis
7. Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan
dikembalikan jika ada permintaan tertulis.
ABSTRAK
Mobilisasi dini adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan
kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk dan sebagainya disamping kemampuan
menggerakkan ekstermitas atas. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Perawat Dalam
Melakukan Mobilisasi Dini Terhadap Pasien Pasca Operasi di Instalasi Rawat Inap
Bedah RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Metode penelitian adalah deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat
diInstalasi Rawat Inap Bedah RSU Kabupaten Tangerang. Besarnya sampel
menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square. Hasil
penelitian yaitu 29 (60,4%) berumur dewasa muda(20-30th), 28 (58,3%) berjenis
kelamin Perempuan, 42 (87, 5 %) berpendidikan diploma, 29 (60,4%)
berpengetahuan kurang, 33 (66,7%) bersikap tidak mendukung dan 19 (59,4%)
perawat dengan sikap tidak mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak
dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100>0.05α= maka dapat disimpulkan
bahwa H ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara sikap perawat terhadap
1
latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi. Dengan nilai OR=0,877 sikap
perawat tidak mendukung 0,877 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi
dini pasca operasi dibandingkan dengan sikap perawat yang mendukung. Penelitian
ini diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dalam memberikan konseling dan meningkatkan pemahaman dan informasi tentang
latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi dan juga memberikan pelayanan
yang optimal agar pasien merasa nyaman untuk latihan mobilisasi dini terhadap
pasien pasca operasi.
Kata Kunci :Sikap, Mobilisasi Dini dan Pasien Pasca Operasi
PENDAHULUAN
Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. (Carpenito, 2011). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting
pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita
untuk mempertahakan fungsi fisiologis.
Pasien dilakukan mobilisasi sedini mungkin untuk menghindari komplikasi
multisistemik karena imobilitas (Baradero, 2009). Hampir pada semua jenis operasi,
setelah 24-48 jam pasien dianjurkan meninggalkan tempat tidur.Tujuan mobilisasi
(duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi paska bedah
terutama atelektasis dan pneumonia hipostatis. Buang air kecil (BAK) dan buang air
besar (BAB) juga akan lebih cepat terjadi spontan. Lokasi operasi lebih cepat sembuh
TUJUAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan latihan mobilisasi dini terhadap
pasien pasca operasi di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.
METODE
dalam penelitian ini akan diidentifikasi “Sikap perawat dalam melakukan
latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi di Instalasi rawat Inap Bedah
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013”.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Instalasi Rawat
Inap BedahRumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)
Umur Frekuensi Persentase
Dewasa muda (20-30 th) 29 60.4
Perempuan 28 58.3
Total 48 100.0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin. Hal ini
menunjukan bahwa dari 48 responden, 28 responden (58,3 %) diantaranya berjenis
kelaminPerempuan, dan 20 responden (41,7%) diantaranya berjenis kelaminLaki-
laki.
Profesi 6 12.5
Total 48 100.0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Pendidikan. Hal ini
menunjukan bahwa dari 48 responden, 42 responden (87,5 %) diantaranya
berpendidikandiploma, dan 20 responden (12,5%) diantaranya berpendidikan profesi.
Baik 19 39.6
Jumlah 48 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pengetahuanperawat. Hal ini menunjukan
bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) perawat memiliki
pengetahuankurang, dan 19responden (39,6%) perawat memiliki pengetahuan baik.
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Di Instalasi Rawat Inap Bedah
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)
Sikap Perawat Frekuensi Persentase
Tidak Mendukung 32 66,7
Mendukung 16 33,3
Jumlah 48 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi sikap perawat. Hal ini menunjukan bahwa dari
48 responden, 33 responden (66,7%) perawat bersikap tidak mendukungdan
16responden (33,3%) perawat bersikap mendukung.
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Latihan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca
Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang
Tahun 2013 (n=48)
Latihan Mobilisasi Frekuensi Persentase
Tidak dilakukan 29 60.4
Dilakukan 19 39,6
Jumlah 48 100,0
Tabel diatas memperlihatkan frekuensi latihan mobilisasi dini pasca operasi. Hal ini
menunjukan bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) melakukanlatihan
mobilisasi dini pasca operasiTidak dilakukan, dan 19responden (39,6%) melakukan
latihan mobilisasi dini pasca operasidilakukan.
Tidak Dilakukan
dilakukan
n % n % n %
Laki-laki 11 55,0 9 45,0 20 100 0, 679
Perempuan 18 64,3 10 35,7 28 100 (0,21- 0.727
2,19)
Pada tabel 1.8 menunjukan hubungan antara jenis kelaminresponden terhadap latihan
mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 28 (64,3%) responden
denganjenis kelamin Perempuan latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.
Sedangkan 8 dari 20 (45,0%) respondenyang berjenis kelamin Laki-laki latihan
mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.727 >
0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan
1
yang bermakna antara jenis kelamin terhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari
analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,679 artinya perawat yangberjenis
kelaminperempuan0,679 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini
pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berjenis kelamin laki-laki.
Tidak Dilakuka
dilakukan n
n % n % n % 0,735
Diploma 25 59,5 17 40,5 42 100 (0,12-
Profesi 4 66,7 2 33,3 6 100 4,47) 0.100
Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100
Pada tabel 1.9 menunjukan hubungan antara pendidikan responden terhadap latihan
mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 25 dari 42 (59,5%) responden
dengan pendidikan diplomalatihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.
Sedangkan 2 dari 6 (33,3%) respondenyangpendidikan profesimelakukan latihan
mobilisasi dini pasca operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100> 0.05α=
maka dapat disimpulkan bahwa H diterima artinya tidak terdapat hubungan yang
1
bermakna antara pendidikan terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari
analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,735 artinya perawat yangberpendidikan
diploma0,735 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi
dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan profesi.
DISKUSI
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya yaitu
umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikolologis (mental). Petumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat
kategori. Perubahan pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga
hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang
semakin matang dan dewasa (Mubarak dkk, 2007).Sesuai dengan hasil penelitian
karakteristik responden yang terdiri dari umur, penelitian ini yang menunjukan
menunjukan bahwa dari 48perawat, 29 (60,4%) diantaranya berumur dewasa muda
(20-30 th)dan 19 (39,6%) berumur dewasa tengah (31-40 th).Sejalan dengan
penelitian Nasution (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin dengan seksio sesaria di RSUD dr.
Pirngadi Medan, diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok
usia dalam rentang 20-34 tahun.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur responden, jenis
kelamin responden, pendidikan responden, pengetahuan perawat, sikap perawat
terhadap latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2011).Buku Ajar Keterampilan Praktik Klinik
(KDPK). Surabaya: Health Books Publishing
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap
penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai
saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan,
terutama berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang
untuk hidup sehat. Penyakit – penyakit tersebut diantaranya adalah Gagal Ginjal
Kronik (GGK). Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan lama dan
frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Agustus
Tahun 2013.Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif
dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik
dengan pendekatan cross sectional .Populasi pada penelitian ini adalah semua klien
yang mempunyai penyakit GGK yang sedang melakukan hemodialisis di Ruang HD
RSU Kabupaten Tangerang Agustus Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah Simple Random Sampling dengan sampel 75 responden.Data
diperoleh dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas terhadap 20
klien di RSU Kabupaten Tangerang yang tidak diikutkan menjadi sampel penelitian.
Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan ujiChi-Square.
Dari 75 klien GGK sebagian besar yaitu 42 (56%) patuh dalam membatasi asupan
cairan, dengan lama hemodialisa > 3 bulan yaitu 45 (60%) dan frekuensi hemodialisa
< 2 kali seminggu yaitu 40 (53,3%). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa
dengan kepatuhan membatasi cairan dengan pvalue 0,000 (< alpha= 0.05)dan
hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan pvalue
0,002(< alpha= 0.05). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dan frekuensi
hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan. Diharapkan Instalasi Pelayanan
harus lebih aktif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien
ABSTRACT
Health development is essentially directed effort so that every resident can realize
optimal health status. The effort is still a constraint due to the high health problem,
especially relating to diseases that can hinder a person’s ability to live a healthy life.
The diseases include Chronic Renal Failure. Research purposes to identify a duration
and frequncy relationship of hemodialysis with fluid restriction compliance in clients
with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in RSU Kabupaten
Tangerang year August 2013.This research is quantitative with descriptive
correlational design using analytical method with cross sectional approach.
Population in this study were all clients who have a disease CRF who were
conducting hemodialysis in the HD Room at RSU Kabupaten Tangerang year August
2013.Sampling technique in this study is simple random sampling with a sample of 75
respondents. Data obtained by questionnaires that have been tested for validity and
reliability of the 20 klien in RSU Kabupaten Tangerang were not included in the
research samples. Data analysis of univariate and bivariate using Chi-Square test. 75
clients of CRF mostly where 42 (56%) obediently in limiting flluid intake, with
duration of hemodialysis > 3 months is 45 (60%) dan frequency of hemodialysis <2
times a week is 40 (53,3%). There is relationship between duration hemodialysis with
fluid restricting compliance with p value 0,000 (<a= 0,05) and the relationship
between the frequncy of hemodialysis with fluid restricting compliance with p value
0,002(<a= 0,05). There is a relationship between duration and frequency
hemodialysis with fluid restriction compliance. Installation Services are expected to
be more active in improving the quality of nursing care to hemodialysis clients with
follow development of Evidence Based to client compliance CRF undergoing
hemodialysis.
Keywords : Duration of Hemodialysis, Frequency of Hemodialysis,
Compliance
PENDAHULUAN
Penderita GGK meningkat setiap tahunnya, berdasarkan Center for Disease
Control and Prevention, prevalensi gagal ginjal kronik di Amerika Serikat pada akhir
tahun 2002 sebanyak 345.000 orang, pada akhir tahun 2007 bertambah 80.000 orang,
dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu lebih dari dua juta
TUJUAN
Untuk mengidentifikasi hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan
kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan
rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Deskriptif
korelasional yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau
manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2010).
Kepatuhan
Kurang Patuh
33(44%) Patuh
42(56%)
Lama Hemodialisa
Baru (<=3
Bulan) Lama (>3
30(40%) Bulan)
45(60%)
Frekuensi Hemodialisa
Sering (>=2x
Jarang (<2x
Seminggu
Seminggu)
35 (46,7%)
40 (53,3%)
Kepatuhan
Total POR
Frekuensi Tidak (95%CI) P
Hemodialisa Patuh Patuh Value
N % N % N %
4.412
Sering 25 71.4 10 28.6 35 100
(1.716- 0.002
Jarang 17 42.5 23 57.5 40 100 11.343)
Jumlah 42 56 33 44 75 100
Hasil tabel silang antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi
cairan diketahui bahwa dari 35 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi
hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu) sebagian besar yaitu 25 (71.4%)
patuh membatasi cairan sedangkan dari 40 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi
hemodialisa dalam kategori jarang (< 2x seminggu) sebagian besar tidak patuh yaitu
23 (57.5%).
Dari hasil uji Chi Square diperoleh pvalue 0,002 (< alpha= 0.05) dengan
menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
terdapat hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi
cairandengan POR= 4.412 (95% CI : 1.716-11.343) yang artinya klien gagal ginjal
kronik dengan frekuensi hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu)
berpeluang 4.4 kali lebih besar untuk patuh membatasi cairan dibandingkan dengan
klien jarang (< 2x seminggu).
DISKUSI
Pada klien gagal ginjal kronik tindakan untuk mempertahankan hidup salah
satunya dengan terapi hemodialisis dan taat terhadap intervensi yang diberikan bagi
klien gagal ginjal. Barnet et al(2008), menyatakan biasanya klien gagal ginjal kronik
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antaralama dan frekuensi
hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan klien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus
2013,maka dapat disimpulkan Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan
kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak, Terdapat hubungan antara
frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alam, S., & Hadibroto, I. (2007). Gagal ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
2. Brunner&Suddarth, (2002) Keperawatan Medikal Bedah, edisi8, vol.2.
Jakarta; EGC.
ABSTRAK
Untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam rumah tangga keluarga harus
memiliki penghasilan atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk
melakukan kegiatan ekonomi. Tuntutan kerja yang terlalu banyak dan beban
kerja yang berat dapat menimbulkan stress. Ibu rumah tangga memiliki
pengertian sebagai wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah,
mempersembahkan waktunya untuk memelihara anak-anak dan mengasuh
menurut pola-pola yang diberikan masyarakat.
Tujuan penelitian Ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perekonomian
keluarga terhadap tingkat stres pada ibu rumah tangga. Metode penelitian dalam
penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasi yang peneliti ambil yaitu populasi yang ada di RW 02 Desa
Cilongok yaitu 264 kepala keluarga. Sampel yang digunakan oleh peneliti ialah
simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner.
Teknis analisis data menggunakan analis univariat dan bivariat. Hasil penelitian
ada hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah
tangga, dengan hasil pendapatan terhadap tingkat stress p value sebesar 0,000,
pengeluaran terhadap tingkat stres sebesar 0,001, jumlah keluarga inti terhadap
tingkat stress p value sebesar 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan perekonomian keluarga dengan tingkat stress.
Kesimpulan dan saran hasil penetian memang ada hubungan perekonomian
keluarga terhadap tingkat stress ibu rumah tangga. Disarankan Bagi petugas
kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang menjelaskan informasi tentang
program pemerintah yang berkaitan dengan jumlah anggota rumah tangga.
Kata kunci : Perekonomian, Stress, Ibu rumah tangga.
PENDAHULUAN
Menurut survey yang dilakukan oleh Institute Health Service di Amerika
Serikat menemukan bahwa 22,9% wanita mengatakan bahwa mereka mengalami
depresi selama hidup mereka dan 13,1% pria mengatakan merasakan hal serupa.
Berdasarkan survey tersebut dapat diketahui bahwa wanita berpotensi cenderung
lebih tinggi dalam mengalami stress (Nurlaila, 2011).
Menurut National Safety Council, 2004. Stress tidak selamanya negatif.
Stress dapat dipandang dalam dua cara : (1) stress baik, disebut stress positif,
artinya seseorang memandang stress sebagai suatu situasi atau kondisi yang
justru dapat dijadikan motivasi atau inspirasi. (2) stress buruk adalah stress yang
dapat mengakibatkan seseorang marah, tegang, cemas, bingung, merasa bersalah,
dan kewalahan. Setiap orang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang
berpotensi untuk menjadi stress.
METODE
Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau
keeratan hubungan, dan untuk mengetahui arah hubungan dua variabel
(Notoatmodjo, 2010). Variabel yang akan diteliti adalah perekonomian keluarga
dan tingkat stress. Desain ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan
antara perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga di
RW 02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013.
HASIL PENELITIAN
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Di RW
02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
No Data demografi Jumlah (N) Persentase (%)
1 Usia
Usia 20-40 tahun 104 65,4
Usia 41-60 tahun 55 34,6
Total 159 100
2 Pekerjaan
Bekerja 38 23,9
Tidak bekerja 121 76,1
Total 159 100
2 Pengeluaran
Tinggi 129 81,1
Rendah 30 18,9
Total 159 100
Tabel 3.4 Hubungan Pendapatan Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah
Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
Variabel Tingkat Stress Total P OR=
Pendapatan Tidak Stress Stress value 0,007
Tinggi 6 6,1% 92 93,9% 98 100% =
0,000
Rendah 55 90,2% 6 9,8% 61 100%
Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%
Dari hasil penelitian pada tabel 4 menyatakan bahwa dari 98 responden yang
pendapatannya tinggi, diketahui 92 orang (93,9%) mengalami stress. Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,000
berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara pendapatan
dengan tingkat stres pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara pendapatan dengan
tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.840 atau korelasi sangat rendah dan
OR = 0,007.
Tabel 3.5 Hubungan Pengeluaran Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah
Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013
Variabel Tingkat Stress Total P value OR=
Pengeluaran Tidak Stress Stress = 0,001 7,352
Tinggi 58 45,0% 71 55,0% 129 100%
Tabel 3.6 Hubungan Jumlah Keluarga Inti Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu
Rumah Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tahun 2013
Variabel Tingkat Stress Total P value OR=
Jumlah Tidak Stress Stress = 0,271
Keluarga 0,001
Inti
Banyak 39 31,5% 85 68,5% 124 100%
Sedikit 22 62,9% 13 37,1% 35 100%
Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%
Dari hasil penelitian pada tabel 6 menyatakan bahwa dari 124 responden yang jumlah
keluarga intinya banyak, diketahui 85 orang (68,5%) mengalami stress. Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,001
berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara jumlah
keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara jumlah
keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.268 atau korelasi
sangat rendah dan OR = 0,271.
DISKUSI
Menurut Smet,1994 (dalam Noviyan, 2012), pekerjaan-pekerjaan yang
menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia juga dapat mengakibatkan stres.
Dan diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull adalah
tuntutan kerja. Salah satu tuntutan kerja yang dapat menimbulkan stres adalah
pekerjaan itu mungkin terlalu banyak.
Berdasarkan analisa bivariat hubungan perekonomian keluarga terhadap
tingkat stress pada ibu rumah tangga didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai pearson chi square sebesar 0,000 sehinggan Ha diterima.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Ada hubungan antara pendapatan, pengeluaran,
jumlah keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa
Cilongok Tangerang Tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus, S. (2012). Bab I Kajian Teori Pendapadatan. Skripsi Mahasiswa
Universitas Yogyakarta Di Akses Pada Tanggal 22 Februari 2015
2. Mumtahinnah, N. (2008). Hubungan Antara Stres Dengan Agresi Pada Ibu
Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja. Skripsi Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma Di Akses Pada Tanggal 27 Januari 2015
3. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
4. Nuraeni, S. (2013). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Keputihan Pada Ibu
Rumah Tangga Di Kp. Cilongok Daon Desa Daon Rt 03/ Rw 01 Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2013. STIKes YATSI Tangerang 2013
5. Nurlaila, Anda. 2011. Cara Pria Dan Wanita Hadapi Stres. Di Akses
Pada Tanggal 28 Januari 2015
6. Utami, L, P. (2012). Perbedaan Tingkat Stress Ditinjau Dari Empty Nest
Syndrome Dan Status Ibu. Diakses Pada Tanggal 27 Januari 2015
7. Susilawati, Dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
ABSTRAK
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat
dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat serta mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional,
tekhnik pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah responden 45 ibu
hamil dan alat yang digunakan untuk pengambilan data menggunakan kuisioner.
Penelitian menunjukan masih ada 14 responden (31,1%) yang berpengetahuan kurang
dari 45 responden (100%), hasil uji statistik pada = 0,05 menunjukan ada hubungan
antara umur dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana
nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05), pada = 0,05 menunjukan ada hubungan antara
pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana
nilai P sebesar 0,008 (P < 0,05), pada = 0,05 menunjukan ada hubungan antara
pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana
nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Melihat hasil yang diperoleh maka disarankan agar
ibu hamil lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi tentang anemia
dalam kehamilan dari tenaga kesehatan.
Kata Kunci : Pengetahuan anemia dalam kehamilan
ABSTRACT
Anemia in pregnancy is anemia due to iron deficiency and folic acid in the
mother's diet. Anemia in pregnancy is a national problem because it can reflect the
level of socio-economic welfare of society and have great influence on the quality of
human resources. This research used analytic survey research with cross sectional
approach. The sampling technique is total sampling the number of respondents 45
pregnant women and tools used for data collection using questionnaires.
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu status
kesehatan (Saifuddin, 2009). Berdasarkan penelitian WHO, selama tahun 2005
terdapat 536.000 wanita yang meninggal disebabkan komplikasi kehamilan dan
persalinan, maka didapatkan 400 per 100.000 ibu yang meninggal setiap kelahiran
hidup dari seluruh kematian maternal di dunia (DepKes RI, 2008).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang
masih cukup tinggi di Indonesia bila di bandingkan dengan AKI di negara ASEAN
lainnya. Menurut SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia yaitu 359 per 100.000
kelahiran hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan
35,63%, pre eklamsia dan eklamsia 20,12%, infeksi 20,7% dan komplikasi abortus
20,84%. Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya AKI. Salah satu
faktor resiko utama terjadinya perdarahan adalah anemia, sedangkan penyebab tidak
langsung antara lain adalah pada ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi
Kronik sebesar 16,7%, dan 70% dari angka kematian ibu adalah ibu hamil yang
anemia, serta 19,7% ibu hamil yang non anemia Kejadian anemia pada ibu hamil
akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia (Nova Fridalni, 2010).
Hasil penelitian Jumirah, dkk (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan
kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu
semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan.
METODE PENILITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, yaitu suatu metoda
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Cross Sectional. Desain study Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Data yang menyangkut variabel bebas (variabel resiko) dan variabel
terikat (variabel akibat), akan dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo,
2010). Alasan pemilihan desain study cross sectional karena mudah dilakukan, lebih
ekonomi dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia
dalam kehamilan di Desa kampung gembor kel.jatiuwung tangerang
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Anemia Dalam
Kehamilan Di Kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013
No Pengetahuan Ibu Frekuensi %
1 Baik 31 68,9
2 Kurang 14 31,1
Total 45 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa ibu hamil di kampung gembor kel. Jatiuwung
tangerang Wilayah Kerja Puskesmas kampung gembor Tahun 2013 dominan adalah
berpengetahuan baik proporsinya lebih besar sebanyak 31 orang (68,9%)
dibandingkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (31,1%).
Tabel 4.3 Hubungan Umur Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang
Tahun 2013
Pengetahuan OR
Total P
Umur Ibu Baik Kurang CI 95%
Value
F % F % F % 0,019
< 20 tahun 2 15,4 11 84,6 13 100 (0,003 - 0,128)
≥ 20 tahun 29 90,6 3 9,4 32 100 0,000
Total 31 68,9 14 31,1 45 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang
proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki umur < 20 tahun sebanyak 11
orang (84,6%) dibandingkan responden yang memiliki umur ≥ 20 tahun sebanyak 3
orang (9,4%).
DISKUSI
Umur adalah masa perjalanan hidup seseorang, mulai dari lahir sampai batas
pengumpulan data (Kamus Bahasa Indonesia). Pada umumnya ibu dengan usia
kurang dari 20 tahun mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dengan ibu yang
usianya lebih dari 20 tahun. hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden
KESIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam kehamilan di
kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013. Maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut Secara statistik terdapat hubungan bermakna
antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan
dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,019. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara
pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan
dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,019 (P < 0,05). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,082. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara
pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan
dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 0,042.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman. Dr. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
2. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
3. Manuaba, I, B, G., (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta.
4. Manuaba, I, B, G., (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.
5. Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
6. Poerwadarminta. (2000). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
7. Saifuddin, A.B dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP
8. Saifuddin, A.B dkk. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
9. Maternal dan Neonatal. Jakarta : BP-SP
ABSTRAK
Lansia mengalami berbagai macam perubahan diantaranya fisik dan psikologis. Hal
tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari - hari sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan lansia.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan dukungan
keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari di Desa
Sukamantri tangerang
Metode Yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini melibatkan 138 responden (lansia).
Hasil Terlihat uji statistik menghasilkan (p=0,000) (p<0,05) jadi dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian
lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang
Kesimpulan Ada hubungan dukungan keluarga yang bermakna terhadap
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari.
Kata kunci : Dukungan keluarga, lansia, kemandirian, aktivitas sehari – hari.
ABSTRACT
The Elderly undergo various changes including physical, psychological. This makes
the elderly experience a decreased ability to perform activities of daily living so that
family support is needed.
Objective This research aimed at finding out if the relationship of family support to
the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities in the Village
District of Sukamantri Tangerang.
Methods This study uses deskriptif correlation at finding out if the relationship of
family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities.
The study involved 138 respondents.
PENDAHULUAN
Berdasarkan WHO (2008) dikawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar
8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000
(7,4%) dari total populasi. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000
(9,77%) dari total populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai
28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun
2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 dan diperkirakan lebih dari dua
kali lipatnya pada tahun 2025, pada saat itu akan terdapat lebih dari 800 juta orang
berusia di atas 65 tahun dan sepertiga dari mereka berada di negara berkembang
(Papalia, 2008 dalam Ratna Mustika Wati, 2014).
Diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata
60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley, 2007)
pertambahan jumlah lansia di Indonesia dari kurun waktu tahun 1990 sampai 2025,
tergolong tercepat didunia, data badan pusat statistik (BPS) menunjukan bahwa
penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010
diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan akan
berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%). (Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi
Sosial Departmen Sosial RI, 2009).
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini merupakan
lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usianya mencapai 18,04 juta
jiwa pada tahun 2010 atau mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Jumlah lanjut usia di
Indonesia menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun 2004
sebesar 16.522.311 tahun 2006 sebesar 17.478.280 dan pada tahun 2008 sebesar
19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.081.900). Sedangkan pada tahun
2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jwa. Jumlah lanjut usia di
Kabupaten Tangerang menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun
2012 sebesar 127,189 jiwa. (BPS kabupaten tangerang, 2012).
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Menko Kesra (2008) dalam Effendi & Makhfudli (2013) jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2006 sebesar ±19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa
Sukamantri Tangerang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif kolerasi yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen
(dukungan keluarga) dengan variabel dependen (kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari) di Desa Sukamantri Tangerang. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Cross Sectional yaitu
pengambilan data pada waktu tertentu, dimana peneliti mendapatkan data dan
menggambarkannya pada waktu tersebut pula
(Notoadmojo, 2010)
Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 138 responden
didapatkan hasil paling banyak responden berpendidikan yaitu 84 orang (61%) di
Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi dari 138
responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan penghasilan
<Rp.600.000 yaitu 74 orang (54%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.
DISKUSI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden di Desa
Sukamantri Tangerang Tahun 2013.peneliti mengambil responden yang berusia 60-
69 tahun dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden
didapatkan 138 responden dengan laki-laki sebanyak 48 responden (35%) dan
perempuan sebanyak 90 responden (65%). Berdasarkan pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko
tinggi. Biasanya akan mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan dari hasil observasi yang
dilakukan peneliti kepada responden yang berusia 60-69 tahun di Desa Sukamantri
KESIMPULAN
Dari hasil uji bivariat terhadap dua variabel independen dan dependen
(dukungan keluarga dengan kemandirian lansia) yang di uji dengan uji chi-square
menghasilkan OR 512,500 dan di dapatkan nilai P value (0,00) < α (0,05) sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo, Martono.(2010).Kebutuhan Dasar Lansia, Jakarta : Salemba
Medika.
2. Depkes RI,(2008).Kesehatan Lansia, Jakarta.
3. Depkes RI,(2010).Definisi Keluarga, diakses pada tanggal 16 Februari 2015
4. Pusat Kesehatan Jatiuwung Tangerang,(2013).Data Jumlah Lansia.
5. Puspita, Sari.(2006). Tentang Usia Dengan Kemandirian, Diakses pada
tanggal 16 Februari 2015.
ABSTRAK
BPJS adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga
tentang program BPJS Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga Metode
Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam peneltian ini
adalah warga KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten. Pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling, didapatkan 185 responden sesuai
dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari
distribusi frekuensi, dan analisa bivariat dengan uji Chi-Square (a =0,05)
menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatam
yang tinggi 85 responden (91,4%) dan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatan
rendah sebanyak 3 responden (3,3%) dan pengetahuan rendah yang memiliki
pemanfaatan yang tinggi sebanyak 8 responden (8,6%) dan pengetahuan rendah yang
memiliki pemanfaatan rendah sebanyak 89 responden (96,7%). P value 0,000 < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan dan saran dari penelitian ini
adalah terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga tentang program BPJS
Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar
Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penelitian untuk menggunakan desain penelitian eksperiment.
Kata kunci : pengetahuan keluarga program BPJS Kesehatan, Pemanfaatan BPJS
Kesehatan, BPJS Kesehatan)
ABSTRAK
BPJS is a public legal entity that is responsible to the president and to work
organizing the health insurance program for all Indonesian people. Knowing
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat
atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi yang
baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar efisien dan efektif dalam
keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat serta diselenggarakannya
secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik
(Azrul, 1999).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diatur dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang SJSN. Pada Buku Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan
Nasional 2012-2019 dinyatakan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 121,6 juta
penduduk akan diberikan jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Jumlah
dimaksud diasumsikan berasal dari program Jamkesmas (96,4 juta jiwa), peserta
dikelola oleh PT Askes (Persero) (17,2 juta jiwa), peserta Jaminan Pelayanan
Kesehatan (JPK) Jamsostek (5,5 juta jiwa) dan dari peserta Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) dari pemerintah daerah (2,5 juta jiwa).
Selanjutnya pada tahun 2019 pemerintah menargetkan seluruh masyarakat yaitu
sebanyak 257,5 juta jiwa akan dijamin oleh BPJS Kesehatan.
TUJUAN
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS
Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS Kesehatan oleh keluarga yang berada di
wilayah KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013.
METODE PENILITIAN
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan
riset pemasaran. Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam
penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam melakukan penelitian oleh
sebab itu desain penelitian yang baik akan menghasilkan penelitian yang efektif dan
efisien(Malhotra,2007). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain deskriptif korelasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana, Nana
dan Ibrahim (2007) menjelaskan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat
sekarang”. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross
sectional dimana variabel-variabel yang termasuk faktor efek diobservasi sekaligus
dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Desain metodologi yang digunakan
adalah korelasi yaitu mencari hubungan antara variabel independent yaitu hubungan
tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS Kesehatan dengan variabel
dependent yaitu pemanfaatan BPJS oleh keluarga di RW 05 KP. Picung Pasar Kemis
Tangerang Banten Tahun 2013.
OR P
value
Tinggi Rendah
N % N % N %
Tinggi 85 91,4% 3 3,3% 92 100 315,208
Rendah 8 8,6% 89 96,7% 93 100 (80,919- 0,000
Jumlah 97 52,4% 88 47,6% 185 100% 1227,853
Berdasarkan tabel 6.6 di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun
2013 menunjukan hasil output dapat diketahui nilai OR 315,208 yang artinya
responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang BPJS akan memiliki
pemanfaatan yang tinggi sebesar 315 kali lebih tinggi dibanding responden yang
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dengan 95% CI 80,919-1227,853 di RW
05 KP. Picung Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya peneliti
mengambil kesimpulan bahwa : Karakteristik responden yang diteliti oleh peneliti
menunjukkan sebagian besar responden berusia 20-45 tahun, perempuan sebanyak
109 responden dan laki-laki sebanyak 76 responden Pengetahuan keluarga di
wilayah ini tentang BPJS kesehatan di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang
Banten Tahun 2013 yaitu berpengetahuan rendah Pemanfaatan BPJS kesehatan oleh
keluarga di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 sebagian
besar memiliki pemanfaatan yang rendah Ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan
BPJS kesehatan oleh Keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten
Tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
1. Komariah, Sekar 2014. Perencanaan Badan Komunikasi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kota Balikpapan Dalam Mensosialisasikan Program
Jaminan Kesehatan Nasional Kepada Masyarakat Kota Balikpapan
ABSTRAK
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Tujuan penelitianini adalah mengetahui
faktor yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendahmeliputi pengetahuan,
nutrisi, usia, paritas, pendidikan, sosial ekonomi dan pemeriksaan kesehatan ibu
hamil.Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan desain
crosssectional ini menggunakan sumber data primer di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Populasidalampenelitianini adalah semuaibuyang
melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan sangat rendah diRumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Tangerang saat penelitian berlangsung. Pengambilan sampel
menggunakan teknik totalsampling, didapatkan 36 responden sesuai dengan kriteria
inklusi.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian
analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi,dan
analisis bivariat dengan ujiChi-square(α=0,05).Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa pengetahuan ( ρ= 0,846) nutrisi(ρ=0,194) usia (ρ=0,846) paritas (ρ=0,931)
pendidikan (ρ=0,115) sosial ekonomi (ρ=0,372) pemeriksaan kesehatan ibu hamil
(ρ=0,002).
Kesimpulan dan saran daripenelitian iniadalahterdapathubungan antara melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian beratbadan lahirrendahdiRumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Disarankan kepada tenaga
kesehatan untuk memberikan penyuluhan di daerah yang rawan terjadi kejadian bayi
berat lahir rendah untuk meningkatkan pengetahuan pentingnya pemeriksaan
kesehatan ibu hamil terutama dalam pencegahan terjadinya bayi berat lahir rendah.
Kata kunci : Kejadian berat badan lahir rendah, tingkat pengetahuan, nutrisi, usia,
pasritas, pendidikan, sosial ekonomi, pemeriksaan kesehatan ibu hamil
PENDAHULUAN
Di ASEAN, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat
ke-4 tertinggi. AKB di Indonesia tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup
dengan penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh gangguan perinatal. Dari
seluruh kematian perinatal, sekitar 27,9% disebabkan oleh kelahiran bayi berat badan
lahir rendah (BBLR).Angka kematian ibu dan bayi pasca persalinan di Banten sangat
tinggi. Tinggi angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) ini,
Provinsi Banten menempati peringkat ke 5 dalam kasus AKI dan peringkat ke 6
untuk kasus AKB. Berdasarkan data kesehatan ibu dan anak di Dinas Kesehatan
(Dinkes) Provinsi Banten, pada tahun 2013 lalu, angka kematian ibu mencapai 216
orang, sedangkan kematian bayi neonatal (hanya hidup dalam rentang waktu 28 hari)
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Pada
Ibu Nifas.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif korelasi
dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Studi korelasi ini pada
hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada
suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang
lain. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut
diusahakan dengan mengenditifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian
diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah
ada hubungan antara keduanya. Sedangkan survey cross sectional ialah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Penelitian ini juga bertujuan mencari faktor yang paling dominan atau
paling mempengaruhi terhadap kejadian berat badan lahir rendah.
Tabel 7.10 Hubungan nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah
Hubungan Nutrisi Dengan Kejadian Bayi
Berat Badan Lahir Rendah P value
1. Nutrisi N % N % N %
Berdasarkan table 7.10 menunjukkan bahwa dari hubungan antara nutrisi dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan
nutrisi tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah
1 orang (2,8%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah tidak ada
(0,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,194 > 0,05 (nilai α) berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir
rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.
Tabel 7.12 Hubungan paritas dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Bayi
Berat Badan Lahir Rendah P value
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Paritas N % N % N %
Resiko tinggi 7 19,4 3 8,3 10 27,8
Resiko rendah 16 44,4 10 27,8 26 72,2 0,931
Total 23 63,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan tabel 7.12 menunjukkan bahwa dari hubungan antara paritas dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan
paritas resiko tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu
berjumlah 7 orang (19,4%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah
yaitu berjumlah 3 orang (8,3%).
Tabel 7.14 Hubungan sosial ekonomi dengan kejadian bayi berat badan lahir
rendah
Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah P value
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Pendapatan N % N % N %
Sangat tinggi 3 8,3 0 0,0 3 8,3
Tinggi 10 27,8 5 13,9 15 41,7
Sedang 7 19,4 7 19,4 14 38,9 0,372
Rendah 3 8,3 1 2,8 4 11,1
Total 23 6,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan table 7.14 menunjukkan bahwa dari hubungan antara sosial ekonomi
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden
dengan pendapatan sangat tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir
rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir
sangat rendah tidak ada (0,0%). Sedangkan responden dengan pendapatan tinggi yang
mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 10 orang (27,8%)
Tabel 7.15 Hubungan pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi
berat badan lahir rendah
Hubungan Pemeriksaan Kesehatan Ibu
Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan P value
Lahir Rendah
No Variabel BBLR BBLSR Total
1. Pemeriksaan N % N % N %
ANC
Tinggi 20 55,6 4 11,1 23 63,9
Rendah 3 8,3 9 25,0 13 36,1 0.001
Total 23 63,9 13 36,1 36 100
Berdasarkan tabel 7.15 menunjukkan bahwa dari hubungan antara pemeriksaan
kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden
diperoleh responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil tinggi yang mengalami
kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 20 orang (55,6%) dan yang
mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 4 orang (11,1%).
Sedangkan responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil rendah yang
mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%)
dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 9 orang
(25,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,001 < 0,05 (nilai α) berarti ada
hubungan yang bermakna antara
DISKUSI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai nutrisi responden
tentang bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
Tahun 2013didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai
nutrisi rendah sebanyak 31 responden (86,1%). Sedangkan hubungan antara nutrisi
dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah menghasilkan nilai p value 0,194 <
0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara nutrisi dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan artikel penelitian yang telah dilakukan
oleh Achadi (2012) dengan judul “Status Gizi dan Berat Badan Lahir”
mengemukakan bahwa statusgiziibudapat diukur melaluitinggibadan, indeks massa
tubuh (IMT) prahamil,pertambahanberat badan selama kehamilan, dan kadar
KESIMPULAN
Distribusi frekuensi dari 7 faktor yang meliputi, mayoritas pengetahuan
rendah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas nutrisi rendah yaitu 31 orang (86,1%),
mayoritas usiayang beresiko tinggi (<20tahun dan ≥30tahun) yaitu 20 orang (55,6%),
mayoritas paritasresiko rendah yaitu 26 orang (72,2%), mayoritas tingkat pendidikan
menengah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas sosial ekonomi pendapatan tinggi (Rp
2.500.000 s/d Rp 3.500.000) yaitu 15 orang (41,7%), mayoritas pemeriksaan
kesehatanibu hamil tinggi yaitu 24 orang (66,7%). Berdasarkan hasil uji bivariat
terhadap 7 faktor yang diteliti (pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia,
paritas, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan pemeriksaan kesehatan ibu
hamil) dengan uji chi-square 6 faktor menunjukkan tidak adanya hubungan yaitu,
pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia, paritas, tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi, sedangkanpemeriksaan kesehatan ibu hamil adalah faktor yang
Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Sinta Dewi*, Siti Nurhayati*, Sunarti*, Taufik Rana
Mulyadin*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK
Kehilangan pasangan hidup tidak dapat dicegah, (karena ditinggal cerai maupun
ditinggal meninggal pasangan hidupnya) sehingga muncul berbagai peran baru dan
status baru, serta berbagai kekurangan yang akan dijalani sehari-hari. Kecemasan
merupakan suatu gangguan suasana hati dimana induvidu merasa tidak bahagia
karena mengalami perubahan yang cukup signifikan pada masa lanjut usia.
Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berpengaruh dalam kehidupan lansia pada
masa tuanya yaitu salah satunya adalah kecemasan lansia. Menurut (Cartensen,
Gilford, dalam Papalia, 2008) pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting
dalam berbagai hal misalnya, emosi, problem solving, keuangan, maupun
pengasuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kehilangan
pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dan sampel dengan mengunakan total sampling dalam penelitian
ini berjumlah 70 orang responden (Sugiono, 2007). Tehnik yang digunakan untuk
pengambilan data adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan lembar kuesioner.
Hasil penelitian analisa data menggunakan uji chi-square dan menghasilkan nilai p
value = (0,013 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada distribusi yang bermakna
antara hubungan tingkat kecemasan lansia terhadap kehilangan pasangan hidup
sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan antara kehilangan pasangan hidup
terhadap tingkat kecemasan lansia. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
penelitian ada hubungan yang signifikan antara hubungan kehilangan pasangan hidup
terhadap tingkat kecemasan lansia.
Kata Kunci:Lansia, Kehilangan Pasangan Hidup, Kecemasan.
PENDAHULUAN
Kehilangan (Loss) dan berduka merupakan suatu bagian integral dari
kehidupan. Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
TUJUAN
Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan
Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia di Desa
cilongok tangerang tahun2013
METODE PENILITIAN
Dalam penelitian mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup terhadap
tingkat kecemasan lansia di desa cilongok tangerang tahun2013peneliti menggunakan
desain penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan korelatif variabel (Nursalam, 2011). Berdasarkan teori
tersebut maka penelitian ini mengunakan data correlatian yang bertujuan untuk
HASIL PENILITIAN
Tabel 8.1 Nilai Rerata Usia Pada Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013
Statistics
Variabel n Minimum Maximum Mean Median 95% CI
Usia 70 60 85 68,86 67,00 62,25-70,47
Lansia
Berdasarkan Tabel 8.1 Hasil analisis yang didapatkan dari 70 orang responden usia
lansia minimum 60 tahun, makximum 85 tahun, nilai mean atau rata-rata usia lansia
adalah 68,86 tahun (95% CI: 67,25-70,47), dengan nilai median 67,00. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia lansia
adalah antara 67,25 sampai dengan 70,47 tahun.
Berdasarkan tabel 8.3 diatas dari 70 responden lansia yang mengacu pada definisi
operasional didapat dari hasil pengolahan data maka untuk kehilangan pasangan
hidup, sebanyak 27 responden (38,6%) lansia tidak mengalami kehilangan pasangan
hidup, sedangkan untuk lansia yang mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak
43 orang responden (61,4%), untuk tingkat kecemasan lansia yaitu, ada cemas
sebanyak 25 orang responden (35,7%) sedangkan untuk tidak cemas sebanyak 45
orang responden (64,3),
Tidak 4,125
Kehilangan 15 21,4 12 32,3 27 35,7 0,013
(1,461-
Kehilangan 10 14,3 33 47,1 43 61,4 11,643)
DISKUSI
Jumlah lansia yang mengalami kecemasan lebih besar pada umur 60-74 tahun
yaitu (69,5%) memiliki faktor resiko untuk terjadinya kecemasan maupun gangguan
depresi yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang menurun dan melemah ini
membuat presentase penderita kecemasan terbanyak pada usia 60-74 tahun.
Sedangkan usia 75-90 tahun jumlahnya relatif lebih kecil. Lansia yang berusia lebih
dari 75 tahun lebih bisa iklas menajalani kehidupan, lebih pasrah dalam menghadapi
berbagai persoalan dan lebih menerima terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa lansia, sehingga semakin tinggi usia seseorang semakin baik tingkat
kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai
persoalan (Handayani, 2009). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kehilangan
pasangan hidup (proses grieving) merupakan salah satu penyebab kecemasan pada
lanjut usia sehingga diharapkan para lanjut usia di Desa cilongok tangerang
tahun2013dapat membangunkan persepsi yang lebih positif terhadap kehilangan
pasangan hid
KESIMPULAN
Berdasarkan pada tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup
terhadap tingkat kecemasan lansia, mengetahui distribusi frekuensi kehilangan
pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia setelah kehilangan pasangan
hidup, mengetahui distribusi tingkat kecemasan lansia dan mengetahui hubungan
kehilangan dengan tingkat kecemasan, di desa blukbuk kecamtan kronjo kab.
Tangerang tahun 2015. Kehilangan pasangan hidup pada lansia dari 70 orang
responden, lansia yang tidak mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak 27
orang responden (38,6%) sedangkan yang mengalami kehilangan pasangan hidup
DAFTAR PUSTAKA
1. Agung. (2002) Pengaruh Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat
Kecemasan Di Panti Werdha Pasar Rebo Jakarta Timur. Depok : Fakultas
Keperawatan UI.
2. Aziz Alimul Hidayat. 2007. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Edisi Ke 2. Jakarta : Salemba Medika.
3. Carolina R dkk. (2008) Penyesuaian Diri Terhadap Hilangnya Pasangan Hidup
Pada Lansia. Skripsi ; Fakultas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Efendi, F. Mahmudin, (2009). Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba
Medika.
5. Fredy, W,Setya, Rannni, S, Merli 2006. Persepsi Terhadap Kematian Dan
Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Jurnal. Fakultas Psikologi
Universitas Mecu Buana Yogyakarta.
6. Jaya, Hasrat, & Rosmina, 2010, Keperawatan Gerontik Catatan Ke. Pustaka As
Salam : Jakarta.
7. Kaplan, H. I Dkk. (2010) Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Klinis.
Tangerang. Binarupa Aksara.
Ns.Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Rahmat Ilahi*, Ratih Novita Sari*, Riadina widia
astanti*, Sabil*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK
The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the national kidney
foundation (NKF) mendefinisikan penyakit ginjal kroniksebagai kerusakan pada
parenkim ginjal dengan penurunan glomerular filtration rate (GFR) kurang dari 60
mL/min/1,73 m2 selama atau lebih dari 3bulan dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Penanganan yang sering dilakukan adalah Hemodialisa, pada
perkembangannya Hemodialisa selalu menimbulkan Efek samping yang
menimbulkan rasa cemas pada Pasien saat Hemodilisa.Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan rasa cemas Pasien dengan Komplikasi akut pada saat proses
Hemodialisa di Ruangan HD RSU Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini
mengambil Populasi 104 dengan sampel 51 orang, menggunakan rumus Chi-Square.
Hasil penelitian ini Dengan hasil p-value adalah 0,000 maka nilai α = 0,05 artinya p-
value < αatau0,000 < 0,05 maka ada hubungan bermakna.
Sehingga hasil tersebut dapat diterjemahkan kedalam hipotesa operasional dimana Ho
ditolak dan Ha Diterima.Dengan hasil tersebut maka dinyatakan ada hubungan yang
bermakna antara Rasa Cemas Pasien dengan Komplikasi Akut Saat Proses
Hemodialisa Di Ruangan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.
Kata Kunci : Rasa Cemas Pasien dan Komplikasi Akut Saat Proses Hemodialisa.
ABSTRAC
The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the National Kidney
Foundation (NKF) define the chronic kidney disease as a damage in kidney
parenchyma together with the down glomerular filtration rate (GFR) less than 60
ml/min/1,73 m2 during or more than three months and in general will end with kidney
disability. The ever handing of this hemodyalisis and the improvement of
Hemodyalisis always take side effect and the patient will anxiety during
PENDAHULUAN
Cemas Merupakan suatu keadaan psikologis pada pasien yang terjadi akibat
kurangnya informasi yang diterima, sehingga merasa buta dan tidak tenang terhadap
proses yang akan di hadapi di depannya. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa memerlukan upaya penyesuaian dan penanganan agar individu adaptif.
Jika individu mempunyai koping yang efektif maka kecemasan akan diturunkan dan
pasien tau jika dia akan merasakan komplikasi akan terjadi dan menyerang sehingga
pasien cepat memberitahukan kepetugas medis jika dia mengalami komplikasi saat
hemodialisa berlangsung, sehingga komplikasi yang terjadi bisa cepat teratasi dan
tidak sampai terjadi komplikasi yang berat. Tapi jika koping tidak efektif atau gagal
maka keadaan tegang akan meningkat, ketidakseimbangan akan terjadi, komplikasi
saat proses hemodialisa tidak cepat diketahui pasien sehingga terjadi komplikasi yang
berat, serta respon pikiran dan tubuh akan meningkat berupaya untuk mengembalikan
keseimbangan. Untuk itulah perlu adanya pengembangan mekanisme koping sebagai
pertahanan melawan kecemasan dalam menghadapi komplikasi yang akan terjadi.
Perawat berperan mengelola kecemasan saat terjadi komplikasi dengan
mengembangkan koping yang efektif, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien, serta mencantumkan dalam
intervensi keperawatan dengan harapan pasien adaptif dan kualitas hidupnya
meningat.
TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan rasa cemas dengan komplikasi akut yang terjadi
pada saat proses Hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Tangerang.
HASIL PENELITIAN
Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Rasa Cemas Yang di Hadapi Pada Pasien Pada
Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.
Tabel 9.2 Distribusi Frekuensi Komplikasi Akut Yang di Hadapi Pasien Pada
Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.
Katagori Frekuensi Percent
Tidak Ada Komplikasi 16 31,4
Komplikasi 35 68,6
Total 51 100
DISKUSI
Hasil penelitian ini menunjukkah bahwa kondisi rasa cemas pasien pada saat
Proses hemodialisa di RSU Kabupaten Tangerang, dan Komplikasi yang dirasakan
(bermasalah) sehingga menimbulkan kecemasan pada pasien, dari data tersebut
didapatkan bahwa terdapat 35 orang sampel (68,6%) yang merasakan komplikasi
pada saat hemodialisa dan menganggap hal tersebut menjadi masalah, dan 16 orang
sampel (31,4%) menganggap walau ada komplikasi dirasakan tetapi tidak sebagai
masalah, Sedangkan kecemasan yang dihadapi pada saat Hemodialisa diketahui 3
orang sampel tidak merasa cemas (5,9%), 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas
ringan, sebanyak 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas sedang, dan 8 orang
(15,7%) mengatakan cemas berat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien yang merasakan
komplikasi akut pada saat Hemodialisa sebesar 35 orang sempel (68,6%) dan pasien
dengan tidak merasakan komplikasi pada saat Hemodialisa sebesar 16 orang sampel
(31,4%) yang dilakukan penelitiannya pada bulan Septerber 2015. Dan Hasil
penelitian juga ditemukan bahwa pasien yang merasakan Kecemasan sedang pada
saat Hemodialisa sebesar 20 orang sempel (39,2%) dan pasien dengan kecemasan
berat pada saat Hemodialisa sebesar 8 orang sampel (15,7%) yang dilakukan
penelitiannya pada bulan Septerber 2015.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alang, 2009, Jurnal Komplikasi Pada Saat Hemodialisa, Jakarta, Balai Penerbit,
FK UI.
2. Barbara C. Long, 2008, Asuhan Keperawatan Medical Bedah Vol 2, Media
Ekspres, Jakarta.
3. Doenges M, 2009, Asuhan Keperawatan vol 7, EGC, Jakarta.
4. Joyce M. Balck and Jane Hokenson Hawks, 2014, Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8 Buku 2 Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, Pentasada Media Edukasi.
5. Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka
Cipta.
Ns. Ayu Pratiwi S.Kep**, Desi Mardalinah*, Elistiani*, Gayanti MP*, Gunita*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah
gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan
gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008).
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui hubungan
pengetahuan pasien diabetes tentang dibetes melitus terhadap diet diabetes di
puskesmas kotabumi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain deskriptif
crossectional dengan potong lintang (crosstabulation), dimana ini akan menunjukkan
ada atau tidak hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus
terhadap diet diabetes. Dengan data demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia,
dan pendidikan.
Dari hasil yang didapat nilai OR 1.409, maka responden yang memiliki pengetahuan
lebih baik akan melakukan diet diabetes 1.409 kali lebih baik dari pada yang
memiliki pengetahuan kurang p-Value 0.947 > α (0.05), maka Ho diterima maka
tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien diabetes tentas diabetes mellitus
terhadap diet diabetes.
Disarankan kepada masyarakat supaya meningkatkan upaya hidup sehat seperti
makan-makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, beraktifitas yang
cukup agar terhindar dari terjadinya penyakit diabetes mellitus.
Kata kunci : pengetahuan, diabetes, diet diabetes
ABSTRACT
Diabetes is a disease because the body is unable to control the amount of sugar, or
glucose in the bloodstream. This leads to hyperglycemia, a condition in which high
blood sugar are already endangering (Setiabudi, 2008).
The purpose of this research is to know the relationship of knowledge about diabetes
mellitus patients with diabetes to diabetes diet in health centers Kp. East Malay
district. Kotabumi.
PENDAHULUAN
Tahun 2006, jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang.
Dari jumlah itu baru 50% penderita sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya
melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi,
prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3 kecuali di Manado yang
cendrung lebih tinggi yaitu 6,1% (Herlambang, 2013).
Pola hidup masyarakat saat ini harus diakui sangat praktis, terlebih untuk pola
makan. Masyarakat dimanjakan dengan berbagai jenis makanan yang sangat cepat
untuk disajikan dan bahkan instan. Ditambah dengan jenis makanan dari
mancanegara yang menurut generasi sekarang disebut dengan modern.
Diet merupakan kebiasaan dalam jumlah dan jenis makanan dan minuman yang
dimakan seseorang dari hari ke hari, terutama makanan yang telah dirancang untuk
memperbaiki kebutuhan individu yang spesifik mencangkup atau tiak mencangkup
makanan tertentu. Diet diabetes merupakan diet yang dianjurkan bagi penderita
diabetes biasanya terbatas jumlah gulanya atau karbohidrat yang mudah diserap
(Dorland, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui hubungan
pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes terhadap diet diabetes di puskesmas
kotabumi.
METODE
Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossectional
dengan potong lintang (crossstabulation) dan tipe chi-square. Dimana chi-square
adalah untuk mengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus terhadap diet
diabetes. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Kotabumi.
HASIL PENELITIAN
Tabel 10.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di puskesmas kotabumi
Jenis kelamin Frekuensi Percent
Laki-laki 31 51.7
Perempuan 29 48.3
Total 60 100.0
Distribusi frekuensi jenis kelamin dari 60 responden, didapat responden yang
mempunyai jenis kelamin laki-laki ada 31 orang (51,7%), responden yang
mempunyai jenis kelamin perempuan ada 29 orang (48,3%).
DISKUSI
Hasil penelitian terlihat perbedaan yang tidak signifikan karena jumlah laki-laki
dan perempuan hampir sebanding. Ini menandakan bahwa faktor jenis kelamin tidak
mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus.
Dalam penelitian responden yang berumur ≥ 45 tahun ada sebanyak 47 orang
(78.3%) sehingga bila dilihat teori dari perkeni maka terdapat kesesuaian antara hasil
penelitian ini dengan teori.
Mayoritas responden berpengetahuan sedang dikarenakan faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu dorongan keluarga, motivasi diri, kedisiplinan dan
lingkungan. Kemungkinan responden memiliki pengetahuan mayoritas sedang karena
motivasi dalam dirinya untuk mempelajari diabetes kurang sehingga informasi yang
didapat tentang diabetespun kurang.
Faktor pengetahuan seharusnya akan mempengaruhi tindakan diet diabetes pada
responden namun jika dilihat dari faktor yang lain yaitu sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi dalam faktor predisposisi menurut Lawren Green,
kemungkinan faktor tradisi dalam masyarakat mempengaruhi tindakan diet diabetes.
Seperti yang diketahui bahwa tradisi masyarakat yang masih menganggap bahwa
yang dikatakan sudah memenuhi jadwal makanan adalah jika seseorang makan nasi,
KESIMPULAN
Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square dari nilai OR 1.409
didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan lebih baik akan melakukan
diet 1.409 kali lebih baik dari pada yang memiliki pengetahuan kurang dan dapat
nilai p Value> α (0,05) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan diabetes mellitus terhadap diet diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anandita. 2007. Penatalaksanaan diabetes mellitus. Diaskes pada tanggal 19
April 2013 dari http://penatalaksanaan-diabetes-mellitus-html
2. Media, Trieks. 2009. Diabetes mellitus. PT Trieks Medika, Bandung
3. Mubarak. 2007. Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta : Rineka Cipta
4. Notoadmojo. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta : Rineka Cipta
5. Waspadji dan sukarji. 2007. Pedoman diet diabetes mellitus. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Ns. Ria Setia Sari,S.Kep**, Desi Rohmayanti*, Geger RS*, Indah Tamaria*, Juita
Aprilia*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum terjadi pada individu dewasa,
gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu lansia baik ketika memasuki
tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Salah satu upaya untuk
mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi. Respon relaksasi adalah salah
satu teknik meditasi sederhana untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenagan hidup.
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia
pada lansia di Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.
Metode penelitian : deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga
yang memiliki lansia, teknik pengambilan sempel adalah dengan total sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Instrumen yang digunakan berupa
lembar kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data
menggunakan analisi univariat dan bivariat. Hasil penelitian : ini menunjukkan nilai
hitung p= 0,000 dimana nilai hitung < dari α = 0,05 dengan hipotesis Ho diterima
artinya ada pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di Kp.
Cilongok Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang-Banten tahun 2013. Penelitian ini
direkomendasikan terutama pada lansia yang mengalami insomnia.
Kesimpulan : karakteristik lansia yaitu jenis kelamin perempuan 36 orang (69,2%).
Usia lansia terbanyak adalah usia 61-70 th sebanyak 22 orang (42,3%), tingkat
pendidikan lansia dari 52 responden didapat tingkat pendidikan lansia yang tidak
tamat sekolah adalah sebanyak 17 responden (32,7%). Terdapat pengaruh relaksasi
benton terhadap kejadian insomnia pada lansia.
Kata kunci : Relaksasi benton, Insomnia, Lansia
ABSTRACK
Insomnia is a sleep disorder that most commonly occurs in adult individuals, and
difficulty sleeping disorders often interfere elderly both when entering the firs stage
of sleep or when going to sleep. One effort to overcome insomnia is the relaxation
PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya jumlah lansia, maka akan meningkat juga permasalahan
yang terjadi. Masalah sehari hari yang sering ditemukan pada lanjut usia yaitu; mudah
jatuh, mudah lelah, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik,
pembengkakan kaki pada bagian bawah, nyeri pinggang, nyeri pada sendi panggul,
sukar menahan air seni, sukar menahan buang air besar, gangguan pada ketajaman
penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur dll. Lansia dengan depresi,
stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis, atau hipertensi sering
melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila
dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur juga dikenal sebagai sebagai
penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius ganngguan tidur
pada lansia misalnya mengantuk berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan
memori, mood depresi, sering jatuh, penggunaan hipnotikyang tidak semestinya, dan
penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih
tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per
hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari
(WHO).
TUJUAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Benson Terdapat
Keadaaan Insomnia Pada Lansia Di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.
METODE
Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimen atau eksperimen semu. Pada
penelitian ini klien dilakukan intervensi, sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi
benson diukur kualitas tidur pada lansia. Penelitian dilakukan di KpCilongok
Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013 sampai dengan 13 September
2013.
HASIL PENELITIAN
Tabel 11.1 Distribusi frekuensi responden di Kp Cilongok Kecamatan Pasar
Kemis Tangerang
Jumlah Persentase
Distribusi frekuensi responden
(n) (%)
1. Jenis Kelamin Lansi
Laki-laki 16 30,8
Perempuan 36 69,2
Total 52 100
2. Usia Lansia
65-74 th 12 23,1
75-90 th 22 42,3
> 90 th 18 34,6
Total 52 100
3. Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat 17 32,7
Tabel 11.2 Distribusi kejadian tingkat insomnia pada lansia sebelum relaksasi
benson di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013
sampai dengan 13 September 2013 (n=52)
Tingkat insomnia Jumlah (n) Presentase
Ringan 16 30,8
Sedang 17 32,7
Berat 19 36,5
Total 52 100
Kejadian insomnia pada lansia dari 52 responden, sebelum melakukan relaksasi
benson lansia mengalami insomnia ringan sebanyak 16 responden (30,8%), lansia
yang mengalami insomnia sedang 17 responden (32,7%), lansia yang mengalami
insomnia berat 19 responden (36,5%).
DISKUSI
Dalam penelitian ini bahwa untuk tipe insomnia tidak dilakukan pengkajian
mendalam. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan
Gin-gin sugiono (2012) dimana disimpulkan bahwa lansia yang untuk kejadian
insomnia pada lansia dari 35 responden, sebanyak 14 responden (40%) lansia tidak
mengalami insomnia, lansia yang mengalami insomnia ringan 10 responden (28,6%),
yang mengalami insomnia berat sebanyak 8 responden (22,9%), dan yang mengalami
insomnia sedang sebanyak 3 responden (8,6%).
Hasil analisis bivariat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
penerapan teknik relaksasi benson terhadap insomnia pada lansia. Dan juga yang
diungkapkan widastara (2009) tentang teknik relaksasi progresif yang diberikan pada
lansia dengan keluhan insomnia, menunjukkan persentase hasil penemuan setelah
dilakukan relaksasi progresif keluhan insomnia sebanyak 13% menurunkan keluhan
insomnia tingkat ringan dan presentase hasil penemuan sebanyak 86,7% menurunkan
keluhan insomnia tingkat sedang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika
2. Beare dan Stanley. 2007. Buku ajar gerontik. Jakarta : penerbit buku kedokteran
3. Hardiwinoto. 2005. Asuhan keperawatan pada lansia. Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC
Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep**, desti rosalina*, febri astian r*, ilwan saferi*, ismi
zumrotus.s*
*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi
**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi
ABSTRAK
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep
diri terhadap motivasi belajar. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional dan deskriptif korelasi. Dari hasil penelitian terdapat hubungan yang
signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan P value (0,001) < α (0,05),
nilai OR = 7,1 yang berarti mahasiswa dengan konsep diri negatif memiliki peluang
7 kali untuk dapat mengalami penurunan motivasi belajar dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki konsep diri positif, dan hasil uji koefisien korelasi
menunjukkan kekuatan korelasi cukup yaitu 0,452. Hasil penelitian diperkuat dengan
pendapat bahwa semakin baik konsep diri yang dimiliki maka semakin tinggi
motivasi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu prestasi akademik yang tinggi
(Panjaitan, 2001 dalam Prabawati, 2012). Dari hasil penelitian disarankan agar
mahasiswa dapat menumbuhkan konsep diri yang baik.
Kata Kunci : Konsep diri, Motivasi belajar
ABSTRACT
The self-concept is all forms of idea, opinion, feeling, belief, and establishment of
individual known about himself and influence the individual in relation with their
surroundings. This research aimed to determine the relationship self-concept with
learning motivation.The research design used cross sectional and correlation
descriptive. The result of research, shows there is meaningful or relevant relation
between self-concept and learning motivation, using p value (0,001) < α (0,05), the
value of OR is 7,1 it means that students with negative self-concept have 7 chance to
decreased learning motivation than students with positive self-concept, the result of
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu, pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kegiatan belajar pada dasarnya dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai
dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan kompleks. Ada berbagai
macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada yang dianutnya. (Hamalik, 2008
dalam Mulyana, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Cecep Mulyana dalam Nursing Journal of
Padjadjaran University di Akademi Keperawatan Kabupaten Subang tahun akademik
2009 pada mahasiswa tingkat 1 diperoleh hasil analisis mengenai motivasi belajar
pada responden di Akper Pemkab Subang, dari 97 mahasiswa 40,2% (39 mahasiswa)
memiliki motivasi belajar yang baik, sedangkan sisanya yaitu 59,8% (58 mahasiswa)
memiliki motivasi belajar yang kurang.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor intrinsik atau faktor yang melekat
dalam diri individu seperti psikologi individu. Setiap manusia memiliki psikologi
yang berbeda termasuk dalam hal perilaku maupun cara pandang seseorang terhadap
dirinya, masalah serta lingkungannya. Cara seseorang memandang maupun menilai
semua hal yang ada pada dirinya baik fisik, kemampuan, maupun emosional disebut
konsep diri terhadap motivasi belajar.
TUJUAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsep diri terhadap
motivasi belajar pada mahasiswa semester II keperawatan di STIKes YATSI
Tangerang.
HASIL PENELITIAN
Tabel 12.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Individu Mahasiswa
Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013.
2. Perempuan 52 82,5%
Total 63 100,0%
Data distribusi frekuensi gambaran karakteristik responden pada tabel 5.1
menunjukkan bahwa usia rata-rata berada pada rentang usia remaja akhir yaitu 19-21
tahun sebanyak 38 orang (60,3%), sedangkan untuk rentang usia remaja madya (15-
18 tahun) didapatkan data sebanyak 25 orang (39,7%). Data yang didapatkan untuk
jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (17,5%), sedangkan jenis kelamin
perempuan yaitu 52 orang (82,5%).
Tabel 12.5 Hasil Koefisien Korelasi Hubungan Konsep Diri Terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang
KonsepDiri MotivasiBelajar
Pearson 1 .452**
Correlation
KonsepDiri
Sig. (2-tailed) .000
N 63 63
Pearson .452** 1
MotivasiBelajar Correlation
Sig. (2-tailed) .000
Berdasarkan tabel 12.5 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara konsep diri
terhadap motivasi belajar dengan korelasi cukup sebesar 0,452.
DISKUSI
Hasil analisis data distribusi frekuensi untuk motivasi belajar, dari 63 responden
didapatkan 35 mahasiwa (55,6%) memiliki motivasi belajar yang kurang baik, dan 28
mahasiswa (44,4%) memiliki motivasi belajar yang baik. Mengacu pada teori bahwa
konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang
lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan teman-
teman. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruhi
oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif,
memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui
akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain (Suliswati, 2005).
Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan
seseorang karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai komputer mental yang
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang termasuk dorongan atau motivasi
dalam belajar (Ely, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
1. Euis, Karwati dan Donni Juni. (2014). Manajemen Kelas (Classroom
Management). Bandung : Alfabeta
2. Firdaus, A.N, dkk. (2013). Konsep Diri dan Motivasi Belajar.
http://jurnal.akper17.ac.id. Jurnal Akademi Keperawatan Karanganyar
3. Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Universitas Indonesia:
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat.
4. Herri, dan Namora. (2011). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta :
Kencana
5. Solihin, Muhamad. (2011). Skripsi Hubungan Konsep Diri dan Hasil Belajar
Fisika Siswa melalui Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Tekanan.
http://repository.uinjkt.ac.id/. Skripsi Universitas Islam Negeri Jakarta.
6. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
7. Sukmadinata, Nana S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
ABSTRAK
Semua bayi sudah diimunisasi secara lengkap sebelum tahun pertama kehidupannya.
Karena imunitas yang dihasilkan mungkin tidak menetap lama maka perlu dilakukan
imunisasi ulangan pada waktu anak masuk sekolah dan sekali lagi setelah anak
berumur sepuluh tahun atau sebelas tahun (Dirjen PP & PL Depkes RI, 2006).Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi ibu membawa balita
dengan kelengkapan status imunisasi balita. Metode PenelitianPenelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dengan cara
mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel bebas
(kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat (motivasi ibu
membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara bersamaan dan
bersifat sesaat. Dalam penelitian ini melibatkan 125 responden. Teknik yang
digunakan untuk pengambilan data adalah dengan kuota (quota sampling). Hasil
Penelitian analisa data menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa dari 3
karakteristik motivasi internal yang diteliti yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan,
hanya umur ibu yang tidak memiliki hubungan bermakna dengan Kelengkapan
Imunisasi Balita dimana p-value = 0,274 < OR = 2,019, pendidikan (p = 0,021 dan
OR = 3,889), dan pekerjaan p = 0,012 dan OR = 4,364. Dan apabila dilihat dari
motivasi ekternal semua variabel (budaya/mitos, dukungan keluarga, dukungan
petugas kesehatan dan jarak/tempat), memiliki hubungan bermakna dengan
kelengkapan imunisasi balita. Budaya/mitos p = 0,000 < OR = 14,344, jarak p =
0,047 <OR = 3,258, dukungan keluarga p = 0,012 < OR = 4,571, dan petugas
kesehatan p = 0,003 <OR = 5,938. Kesimpulan dan saran, dari hasil penelitian dapat
simpulkan bahwa motivasi ibu membawa balita dari 62 responden diperoleh hasil
bahwa faktor umur tidak memiliki hubungan bermakna untuk memotivasi ibu
membawa balita dengan kelengkapan imunisasi balita, sedangkan faktor pendidikan,
ABSTRAK
All babies are fully immunized before the first year of life. Due to the resulting
immunity may not remain longer it is necessary to repeat immunization at the time
the child goes to school and again after a ten-year-old child or eleven Dirjen PP &
PL Depkes RI, 2006).. The purpose of this study was to determine the relationship of
maternal motivation carrying a toddler with a complete infant immunization status.
Methods This study uses a quantitative approach to the cross-sectional design by
studying the correlation between how independent variable or variables
(completeness immunization) with the dependent variable or dependent variable
(motivation mother carrying a toddler) where time is used to analyze simultaneously
and is instantaneous. In this study involving 125 respondents. The technique used for
collecting data is the quota (quota sampling). Results of data analysis using the chi-
square test showed that the internal motivation of the three characteristics studied
were age, education, and employment, only the mother's age who do not have a
significant relationship with the Toddler Immunization Completeness where p-value
= 0.274 <OR = 2.019, education (p = 0.021 and OR = 3.889), and the work p =
0.012 and OR = 4.364. And when seen from the external motivation of all variables
(culture / myth, family support, support for health personnel and distance / place),
has a significant relationship with complete immunization of infants. Culture / myth p
= 0.000 <OR = 14.344, p = 0.047 distance <OR = 3.258, p = 0.012 family support
<OR = 4.571, and health workers p = 0.003 <OR = 5.938. Conclusions and
suggestions, the results of research can be concluded that the motivation of mothers
carrying toddlers of 62 respondents showed that the age factor does not have a
significant relationship to motivate mothers to bring children with complete
immunization of infants, while the factor of education, employment, cultural
influences / myth, dukunga family, support health workers and distance have a
significant relationship with the completeness of immunization of infants.
PENDAHULUAN
Upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, tentunya
akan berhasil apabila melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik unsur
pemerintahan maupun unsur masyarakat dan dunia usaha. Kemudian untuk
mengintegrasikan kegiatan seluruh kepentingan dalam rangka mempercepat
penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, maka Posyandu menjadi
TUJUAN
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasi ibu membawa
balita ke posyandu dengan kelengkapan imunisasi balita.
METODE PENILITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional
dengan cara mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel
bebas (kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat
(motivasi ibu membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara
bersamaan dan bersifat sesaat.
DISKUSI
Penelitian ini menemukan atau menghasilkan temuan yang menjawab hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1.Tidak terdapat hubungan antara usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan petugas
kesehatan, dukungan keluarga dan jarak tempat tinggal ibu balita ke lokasi posyandu
dengan status kelengkapan imunisasi balita.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian cross sectional tentang hubungan motivasi ibu
membawa balita dengan kelengkapan imunisasi balita di puskesmas jatiuwung
tangerang tahun2013, didapatkan kesimpulan:Tidak terdapatnya hubungan antara
umur dengan Kelengkapan Imunisasi Balita yang dilakukan ibu, karena dengan
kategori umur ibu dewasa muda 16 - 35 akan mempengaruhi pula terhadap perilaku
ibu dalam membawa balitanya untuk berkunjung ke Posyandu secara teratur sesuai
dengan ketentuan, karena antusiasme dan semangat ibu lebih tinggi di banding ibu
dewasa tua.
Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi balita
karena, pendidikan ibu rata-rata lulusan SD dan SMP, sehingga ibu yang datang
membawa anak balitanya ke Posyandu untuk imunisasi rata-rata lulusan SD dan
SMP. Di daerah pedesaan pendidikan kaum perempuan cenderung kurang
diutamakan dibandingkan dengan kaum laki-laki, asalkan sudah bisa membaca dan
menulis, dianggap telah cukup untuk seorang perempuan. Sehingga pada akhirnya
akan mempengaruhi terhadap tingkat pendidikan ibu-ibu khususnya di daerah
pedesaaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi Sasmito,2007.http/pustaka unpad.ac.id/wp.conten.Gizi,BalitadanIbuhamil
2. Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta
3. Departemen kesehatan RI.2006 Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
4. Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
5. Hidayat, Aziz Alimul A., 2008,Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Salemba
medika,Jakarta
6. Sudibyo Supardi & Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Trans Info
Media, Jakarta.
7. Wahyuni, S, 2007 Hubungan Pengetahuan Dengan Kehadiran Ibu Balita Di
Posyandu Petanjungan Petarukan Pemalang
8. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.EGC, Jakarta