Anda di halaman 1dari 5

AKTUALISASI NILAI KETUHANAN

ARTIKEL
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Pancasila
Yang dibina oleh Ibu Desinta Dwi Rapita

Disusun Oleh:
Rahma Khusnul Khomaryah 170431622027
Reni Ridayanti Lumban Gaol 170431622138
Rita Dwi Lestari 170431622033
Taufan Adi Pamungkas 160413602078
Ulfi Milla Mufida 170431622100
Vionita Agustyaningttias 170431622015
Windi Astuti 170431622144
Yeni Puspita Sari 170431622139
S1 Pendidikan Ekonomi Offering NN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
NOVEMBER 2017
 Makna sila pertama Pancasila “ Ketuhanan Yang Maha Esa”
Menurut Suryawan dan Kaswan (2015) Sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’
mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan
sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik
arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati
kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antar umat
beragama.
 Dampak Yang Timbul Dari Adanya Hubungan Kerjasama Antar Umat Beragama
Ada beberapa dampak yang timbul dari adanya hubungan kerjasama antar umat
beragama, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Timbulnya rasa toleransi yang tinggi diantara masing-masing individu atau
kelompok
2. Terjadinya hubungan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan satu sama
lain.
3. Timbulnya rasa untuk saling melindungi, mengasihi dan mengayomi satu dengan
yang lain.
4. Menjaga keamanan dan kenyamanan bersama di lingkungan masyarakat.
5. Mempererat tali persaudaraan antar umat beragama
 Aktualisasi Nilai Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
Aktualisasi nilai ketuhanan ini berarti meyakini sepenuh hati adanya tuhan yang maha
esa dan mengamalkan nilai ketuhanan dalam setiap pengambilan keputusan.
Aktualisasi pancasila secara objektif juga dikaitkan dengan nilai-nilai dalam setiap sila
dalam pancasila. Aktualisasi Pancasila Sila ke-1 Dalam sistem ketatanegaran hal ini sudah
dijelaskan dalam UUD 1945 dalam pasal 28 E ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Aktualisasi nilai dasar Pancasila Sila ke-1 dapat terwujud dengan baik di masyarakat
dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan adanya hubungan
baik antar umat beragama dalam berbagai bidang kehidupan dan dalam berbagai beberapa
kegiatan di lingkungan sekitarnya.
Contohnya jika dalam suatu perguruan tinggi yang sama berdiri organisasi/komunitas
keagamaan yang sekretariatnya yang berdampingan, hal ini akan menimbulkan adanya sikap
toleransi diantara masing-masing umat beragama. Seperti; jika organisasi/komunitas itu
sedang mengadakan sebuah syukuran, maka yang dapat menikmati hidangannya tidak hanya
umat islam saja tetapi umat agama lain yang ada disekitar tempat tersebut pun dapat
menikmatinya, begitu pun sebaliknya.
Dalam kehidupan sehari-hari menempatkan Tuhan sebagai Maha Kuasa sangatlah
penting, karena hal ini berguna sebagai mengatur kita dalam melakukan dalam segala hal.
Begitu juga dalam bidang pemerintahan, bahwa orang yang bekerja di instansi pemerintahan
dalam memutuskan suatu kebijakan atau pun mencari suatu solusi permasalahan merasa
selalu diawasi dan di awasi oleh Tuhan, sehingga tidak semena-mena dalam mengambil
tindakan.
Contohnya : seseorang yang melakukan tindakan korupsi memiliki keyakinan bahwa
hal yang ia lakukan tidak diketahui oleh orang lain, namun pada kenyataannya Tuhan
mengetahui apa yang ia lakukan.
Perlu kita ketahui bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan selalu mengawasi kita setiap waktu,
bahkan Tuhan lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri. Maka Tuhan mengetahui semua
hal yang kita lakukan.
Dalam bidang ekonomi, bentuk kerjasama antar umat beragama sangat terlihat jelas.
Misal, dalam suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang yang beragama Tionghoa tidak
mungkin hanya membutuhkan karyawan dari agama yang sama. Alasannya, tidak semua
orang yang beragama Tionghoa mempunyai kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan oleh
perusahaannya. Maka agar perusahaan itu maju dan berkembang yang diperlukan adalah
tenaga ahli bukan mengutamakan orang yang satu agama. Karyawan tersebut dapat berasal
dari agama mana pun asalkan memiliki kemampuan yang di inginkan oleh pihak perusahaan.
Suatu kaum beragama tentunya mempunyai kebudayaan dan adat istiadat yang
berbeda dengan agama lainnya. Hal itu tidak bisa dipungkiri lagi. Misalnya saja, ritual
perayaan malam satu Syuro dalam agama Islam sudah tidak asing lagi di dengar.
Namun, ditelinga masyarakat yang berbeda agama tentunya hal itu merupakan suatu
kebudayaan yang dianggap aneh.
Maka dari itu, untuk mempelajari antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya
dibutuhkan hubungan yang erat antar umat beragama supaya bisa saling mengenal dan
mempelajari kebudayaan agama lain.
Dan diantara perbedaan budaya yang mereka miliki tidak menimbulkan perpecahan atau
pendiskriminasian salah satunya. Justru dengan banyaknya perbedaan budaya yang mereka
miliki akan menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi di antara mereka. Dan bangga dengan
beraneka ragam kebudayaan yang ada di sekitar lingkungan mereka.
DAFTAR RUJUKAN

Suryawan, T. Efendy dan Kaswan. 2015. Pancasila & Ketahanan Jati Diri Bangsa.
Bandung : Refika Aditama

https://mulyadich.wordpress.com/bahan-kuliah/pendidikan-pancasila/makalah-aktualisasi-
sila-kesatu

Anda mungkin juga menyukai