Anda di halaman 1dari 5

Makalah Peranan Iptek Dalam Meningkatkan

SDM indonesia
Hukum dan Perundangan IPTEK
Selasa, 03-01-2006

Info Hukum BPPT : Edisi : ketujuh /Oktober /2002


Diterbitkan Oleh : Bag. Hukum dan HAKI, Biro Umum dan Humas BPPT

Makalah 1 | makalah 2 | makalah 3

SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEK

Dengan pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) diperlukan penguasaan,
pemanfaatan, dan pemajuan Iptek untuk memperkuat posisi daya saing Indonesia dalam
kehidupan global.

Tap MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-
2004 mengamanatkan bahwa untuk mempercepat pencapaian tujuan negara sebagaimana
disebutkan pada Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia harus menyadari pentingnya fungsi
dan peran Iptek, serta secara sungguh?sungguh melaksanakan langkah-langkah dalam
memperkuat penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Iptek.

Untuk itu, disusun Undang?Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dikenal dengan Sisnas
Iptek atau Sisnas P3 Iptek dan diberlakulkan sejak 29 Juli 2002.

Sisnas P3 Iptek dikembangkan berdasar asas Iman dan Taqwa (IMTAQ) kepada Tuhan Yang
Maha Esa, tanggung jawab negara, kesisteman dan percepatan, kebenaran ilmiah, kebebasan
berfikir, kebebasan akademis, serta asas tanggung jawab akademis; dengan tujuan memperkuat
daya dukung Iptek bagi keperluan mempercepat pencapaian tujuan negara, serta meningkatkan
daya saing dan kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan
intemasional.

Adapun fungsi Sisnas P3 Iptek adalah membentuk pola hubungan yang saling memperkuat
diantara 3 (tiga) unsur sebagai berikut:

1. Kelembagaan Iptek yang terdiri atas Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan
Pengembangan (Litbang), Badan Usaha, dan Lembaga Penunjang;
2. Sumber Daya Iptek yang terdiri atas keahlian, kepakaran, kompetensi manusia dan
pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana
Iptek;
3. Jaringan lptek yang merupakan hubungan interaktif antara kelembagaan Iptek, dalam
penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Iptek.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah salah satu kelembagaan Iptek yang
sudah ada saat UU ini diberlakukan.

Salah satu fungsi yang diselenggarakan BPPT berdasarkan Keppres 103 Tahun 2002 adalah
melakukan pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan
swasta di bidang pengkajian dan penerapan tekno[ogi dalam rangka inovasi, difusi, dan
pengembangan kapasitas, serta pembinaan alih teknologi; dengan kewenangan antara lain
penerapan sistem informasi teknologi, serta pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan
melaksanakan audit teknologi. Dengan diberlakukannya UU ini, tugas, fungsi se rta kewenangan
BPPT dalam penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Iptek semakin penting.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam UU ini antara lain:

1. Lembaga litbang (termasuk BPPT) berfungsi menumbuhkan kemampuan pemajuan Iptek


dengan tanggung jawab mencari berbagai invensi di bidang Iptek serta menggali potensi
pendayagunaannya.
2. Perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan pembentulkan Sentra Hak
Kekayaan Intelektual (HaKI), sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya guna
meningkatkan pengelolaan kekayaan intelektual.
3. Perguruan tinggi dan lembaga litbang mempunyai hak dan kewajiban atas alih teknologi
serta pelayanan jasa Iptek, antara lain:
1. a. mengusahakan akh teknologi kekayaan intelektual dan hasil kegiatan litbang
kepada badan usaha, pemerintah, dan masyarakat
2. berhak menggunakan pendapatan yang diperoleh dari hasil alih teknologi dan
pelayanan jasa Iptek untuk mengembangkan diri.
4. Perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan penyebaran informasi hasil
kegiatan litbang dan kekayaan intelektual yang dimiliki selama tidak mengurangi
kepentingan perlindungan kekayaan intelektual.
5. Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
mengalokasikan anggaran yang memadai untuk memacu akselerasi penguasaan,
pemanfaatan, dan pemajuan Iptek. Sedangkan badan usaha diminta mengalokasikan
sebagian pendapatannya untuk meningkatkan kemampuan perekayasaan, inovasi dan
difusi teknologi dalam meningkatkan kinerja produksi dan daya saing barang/jasa yang
dihasilkan.
6. Adanya sanksi administratif bagi pelanggaran ketentuan perizinan dalam melaksanakan
kegiatan litbang dan penerapan Iptek yang beresiko tinggi dan berbahaya, serta sanksi
pidana bagi pelaku kegiatan litbang dan penerapan Iptek yang beresiko tinggi dan
berbahaya tanpa memperoleh izin dari Pemerintah, dengan ancaman pidana penjara
paling lama 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp.50 juta.

UU ini diharapkan dapat memberikan landasan hukum bagi pelaksanaan kerja dan pertumbuhan
kelembagaan Iptek; disamping mendorong pertumbuhan dan pendayagunaan Sumber Daya Iptek
secara lebih efektif; menggalakkan pembentukan Jaringan Iptek sehingga kapasitas dan
kemampuannya dapat bersinergi secara optimal; serta mengikat semua pihak untuk berperan
serta secara aktif. (FK)

Makalah 1 | makalah 2 | makalah 3

FUNGSI DAN PERAN PEMERINTAH DALAM SISTEM NASIONAL PENELITIAN,


PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEK

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional


Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maka Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah berfungsi untuk menumbuhkembangkan motivasi, memberikan
stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sisnas P3
Iptek di Indonesia.

Untuk melaksanakan fungsi diatas, Pemerintah berperan mengembangkan instrumen kebijakan


yang merupakan faktor pendukung yang dapat mendorong pertumbuhan dan sinergi antara unsur
kelembagaan, sumberdaya, dan jaringan Iptek.

Instrumen kebijakan yang dapat dikembangkan adalah :

1. dukungan sumbet. daya berupa dukungan keahlian dan kepakaran, dukungan informasi
dan kekayaan intelektual, serta dukungan sarana dan prasarana;
2. dukungan dana berupa pembiayaan bagi perguruan tinggi, lembaga litbang, dan badan
usaha dalam melaksanakan kegiatan litbang dan penerapan Iptek, atau sebagai bantuan
pembiayaan bagi lembaga penunjang untuk memperkuat daya dukung serta
meningkatkan aliran investasi di bidang Iptek;
3. pemberian insentif berupa keringanan pajak, penanggulangan resiko, penghargaan dan
pengakuan, atau bentuk insentif lain yang dapat mendorong pendanaan kegiatan litbang,
perekayasaan, inovasi dan difusi teknologi dari badan usaha dan masyarakat, serta
meningkatkan alih teknologi dari badan usaha asing yang melakukan kegiatan usaha di
Indonesia;
4. penyelenggaraan program Iptek guna meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan
pemajuan Iptek yang strategis serta menggali potensi nasional dan daerah;
5. pembentukan lembaga yang belum atau tidak dapat dikembangkan oleh masyarakat,
namun diperlukan untuk memperkuat Sisnas P3 IPTEK.

Lembaga yang dapat dibentuk oleh Pemerintah adalah lembaga litbang dan lembaga penunjang,
baik yang berdiri sendiri sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) maupun
sebagai Unit Kerja Departemen atau Pemerintah Daerah tertentu.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga litbang non-departemen
yang sudah ada pada saat undang-undang ini dibuat, disamping lembaga litbang non-departemen
lainnya seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta lembaga penunjang
nondepartemen seperti Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOS), Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), dan Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Dengan kualitas sumberdaya manusia yang tersedia serta sarana dan prasarana Iptek yang
dimiliki, BPPT diharapkan dapat berperan dalam penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Iptek
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Sisnas P3 Iptek. (FK)

Makalah 1 | makalah 2 | makalah 3

ANTISIPASI PENGELOLAAN PENDAPATAN BERDASARKAN UU NO. 18 TAHUN


2002

Undang?Undang RI No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnas P3 Iptek), merupakan angin segar bagi
lembaga litbang pemerintah khususnya BPPT dalam melakukan pengelolaan pendapatan dari
hasil abh teknologi dan/atau pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat
pada pasal 16 ayat (3) yang berbunyi Terguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah berhak
menggunakan pendapatan yang diperolehnya dari hasil alih teknologi danlatau pelayanan lasa
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan diril'

Penjelasan dari ayat tersebut sebagai berikut:

Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan agar Perguruan tinggi dan lembaqa litbang pemerintah
dapat secara bertahap meniadi mandiri dan tidak terlalu bergantung pada dukungan pemblayaan
Pemerintah. Ketentuan ini merupakan lex-spesialis terhadap kewajiban perguruan tinggi dan
lembaga litbang pemerintah untuk menyetorkan, pendapatan yang diperoleh dari Alih teknologi
atau jasa ilmu pengetahuan dan teknologi kepada pemerintah

Dibandingkan dengan UU No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
mensyaratkan bahwa seluruh pendapatan lembaga litbang pemerintah dari pelayanan jasa
teknologi harus segera disetor ke Kas Negara, maka berdasarkan undang-undang ini BPPT dapat
menggunakan pendapatannya untuk mengembangkan diri sehingga kesulitan yang terjadi pada
saat awal tahun anggaran dimana diperlukan adanya pembiayaan segera tanpa menunggu
terbitnya Surat Pengesahan DIKS, dapat dieliminir.

Tetapi perlu dicermati bahwa penerapan dari UU No. 18 tahun 2002 akan diatur dengan
Peraturan Pemerintah, yang apabila PP tersebut mensyaratkan pendapatan yang diterima harus
dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maka semua tata cara
penerimaan dan pengeluaran pendapatan tetap seperti yang berlaku sekarang, seperti:

1. Kewajiban melakukan pembahasan pada awal tahun anggaran,


2. Pola pengeluaran (MAK) yang kaku,
3. Pembahasan revisi memakan waktu,
4. Penetapan besarya pendapatan yang dapat digunakan kembali,
5. Penetapan tarif yang kurang fieksibel,
6. Besarya uang harian/lumpsum perjalanan, lembur, uang makan yang harus sesuai standar
pemerintah.

Dengan demikian perlu diantisipasi dan dicermati bersama bagaimana dan seperti apa PP yang
sedang disiapkan untuk pelaksanaan UU No. 18 tahun 2002. BPPT harus memberikan
usulanusulan/masukan yang segar dan profesional agar kita dapat memanfaatkan peluang
undang?undang ini secara optimal.

Salah satu usulan yang mungkin dapat disisipkan dalam PP yang sedang disiapkan adalah agar
pendapatan lembaga litbang yang diperoleh dari pelayan jasa teknologi dikelola oleh iembaga
litbang tersebut dan hanya dilaporkan tentang penggunaannya pada akhir tahun kepada
Departemen Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran. (BN)

Anda mungkin juga menyukai