Anda di halaman 1dari 5

PROFESI (Profesional Islam)

Media Publikasi Penelitian; 2017; Volume 15; No 1.


Website: ejournal.stikespku.ac.id

Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran


di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
Deden Dermawan
Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia Sukoharjo
Jln Raya Solo Sukoharjo Km 9, Sukoharjo
deden_abm@yahoo.co.id

Kata Kunci Abstrak


Dzikir, Pasien dengan halusinasi mengalami ketidakmampuan membedakan
Halusinasi rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dari luar). Pasien
Pendengaran memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau
rangsangan yang nyata seperti mendengar suara padahal tidak ada yang
sedang berbicara atau mendengar suara. Tanda dan gejala yang dapat
diobservasi adalah mendengarkan suara atau kebisingan, dimana suara itu
memberi perintah kepada pasien untuk melakukan suatu aktifitas. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Dzikir untuk mengatasi pasien yang
halusinasi pendengaran. Jenis Penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan (nursing process). Populasi
adalah pasien dengan halusinasi. Teknik sampling: non probalility sampling
dengan pendekatan purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 10
responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa 5 dari 8 responden
mengatakan halusinasi berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 dari 8
responden mengatakan masih mendengar halusinasi setelah melakukan dzikir.
Kesimpulan: Dzikir efektif untuk mengurangi halusinasi pendengaran.

The Influence Of Psychoreligious Therapy: Dhikr For Auditory Hallucinations’ Patients


In RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta

Keywords Abstract
Dhikr, Patients with hallucinatory experience inability to distinguish internal and
Auditory external stimuli. The patient produce perception or opinion about the
Hallucinations environment without real existence object or real stimulation. It could be in
form of hearing voices when no one was talking or hearing unreal sound. The
signs and symptoms that can be observed are patient seems like listening
voice or noise which gave orders to the patient to perform activity. Based on
the problem above the researcher try to investigate the influence
of Dhikr towards auditory hallucinations patients. This research applied
descriptive qualitative approach by maximize the nursing process. The
population was patient with hallucinations. The sampling techniques was
non probalility sampling with purposive sampling approach. The sample of the
research were 8 respondents. The results showed that 5 of 8 respondents said
their hallucinations was decreased after performing dhikr, whereas 3 of 8
respondents said that they still hear hallucinations after performing dhikr.
Conclusion: Dhikr is effective to reduce auditory hallucinations.

70
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2017; Volume 15; No 1.
Website: ejournal@stikespku.ac.id

1. PENDAHULUAN Terapi psikoreligius Dzikir menurut bahasa


Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan berasal dari kata ”dzakar” yang berarti ingat.
teknologi informasi memberikan dampak Dzikir juga di artikan “menjaga dalam ingatan”.
terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada Jika berdzikir kepada Allah artinya menjaga
masyarakat. Disisi lain, tidak semua orang ingatan agar selalu ingat kepada Alla ta‟ala.
mempunyai kemampuan yang sama untuk Dzikir menurut syara‟ adalah ingat kepada Allah
menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta dengan etika tertentu yang sudah ditentukan
mengelola konflik dan stres tersebut (Zelika dan AlQur‟an dan hadits dengan tujuan mensucikan
Dermawan, 2015). hati dan mengagungkan Allah. Menurut Ibn
Penderita gangguan jiwa di dunia Abbas ra. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana,
diperkirakan akan semakin meningkat seiring agar manusia tetap terbiasa dzikir (ingat) kepada-
dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Nya ketika berada diluar shalat. Tujuan dari
Hampir 400 juta penduduk dunia menderita dzikir adalah mengagungkan Allah, mensucikan
masalah gangguan jiwa. Satu dari empat anggota hati dan jiwa, mengagungkan Allah selaku hamba
keluarga mengalami gangguan jiwa dan sering- yang bersyukur, dzikir dapat menyehatkan tubuh,
kali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak dapat mengobati penyakit dengan metode
memperoleh perawatan dan pengobatan dengan Ruqyah, mencegah manusia dari bahaya nafsu.
tepat. Di rumah sakit jiwa Indonesia sekitar 70% (Fatihuddin, 2010).
mengalami halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi suara (20%) 2. METODE PENELITIAN
halusinasi penglihatan (30%) dan adalah Penelitian ini dilakukan Di Ruang Arjuna
halusinasi penghidu pengecapan dan perabaan RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta pada tanggal
(10%) (Yosep, 2007). 30 Maret – 12 April 2017. Penelitian ini
Halusinasi merupakan terganggunya menggunakan desain deskriptif kualitatif dengan
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat pendekatan proses keperawatan (nursing proses).
stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering Populasi penelitian adalah pasien dengan
adalah halusinasi pendengaran (Auditory-Hearing halusinasi pendengaran, dengan kriteria inklusi
Voices or Sounds), pengelihatan (Visual-Seeing pasien dengan diagnosa halusinasi, pasien dengan
Persons or Things), penciuman (Olfactory- halusinasi pendengaran dan pasien kooperatif.
Smelling Odors), pengecapan (Gustatory- teknik pengambilan sempel non probalility
Experiencing Tastes) (Yosep, 2007). Pasien yang sampling pendekatan Purposive Sampling.
mengalami halusinasi disebabkan karena Penelitian menggunakan 8 pasien dengan
ketidakmampuan pasien dalam menghadapi halusinasi pendengaran. Instrumen penelitian
stressor dan kurangnya kemampuan dalam menggunakan Pedoman Wawancara, Lembar
mengontrol halusinasi (Hidayati, 2014). Observasi, Perekam, Buku dan alat tulis. Teknik
Data kunjungan rawat inap Rumah Sakit Analisa menggunakan transkrip wawancara dan
Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Januari-April Trianggulasi Sumber. Peneliti memberikan
2013 didapat 785 orang. Pasien dengan halusinasi tindakan Dzikir ketika pasien mendengar suara -
menempati urutan pertama dengan angka suara palsu, ketika waktu luang, dan ketika
kejadian 44% atau berjumlah 345 orang, pasien pasien selesai melaksanakan sholat wajib.
isolasi sosial menempati urutan kedua dengan
angka kejadian 22% atau berjumlah pasien 173
orang, pasien dengan resiko perilaku kekerasan
menempati urutan ketiga dengan angka kejadian
18% atau berjumlah pasien 141 orang pasien,
pasien dengan harga diri rendah menempati
urutan keempat dengan angka kejadian 12% atau
berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan
waham, defisit perawatan diri 4% atau 32 orang.
(Sulahyuningsih, 2016).

71
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2017; Volume 15; No 1.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

3. HASIL DAN PEMBAHASAN palsu tersebut muncul ketika malam hari, dan
3.1 Karakteristik Subjek Penelitian dalam keadaan emosi ketika suara palsu tersebut
muncul.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Pengkajian dari 8 responden sebanyak 6
responden berusia antara 25-45 tahun, hal itu
No Kode Nama Pendidikan Agama Usia Pekerjaan
menyebabkan masalah yang dialami oleh
1 R1 Tn. Sr SMP Islam 45 Buruh
pabrik
responden akan lebih bervariasi. Penjelasan oleh
Pieter dan Namora (2010) bahwa usia dewasa
2 R2 Tn. S SD Islam 52 Petani
muda berisiko lebih tinggi mengalami gangguan
3 R3 Sdr. WA SMA Islam 35 Pengang-
guran
jiwa terutama halusinasi karena pada tahap ini
4 R4 Tn. AS SMP Islam 41 Buruh
kehidupan penuh dengan stressor, masa dewasa
pabrik muda mengalami masa ketegangan emosi dan itu
5 R5 Tn. WR SMP Islam 47 swasta berlangsung hingga usia 30-an. Dalam usia
6 R6 Sdr. WW SMA Islam 32 Pengang-
tersebut individu akan mudah mengalami
guran ketidakmampuan menghadapi masalah sehingga
7 R7 Sdr. MS SMP Islam 22 Pengang- akan lebih mudah emosi.
guran Pengkajian permasalahan yang dilakukan
8 R8 Tn. SJ SMA Islam 49 Swasta kepada 8 responden, sebanyak 5 responden
mengatakan faktor yang menyebabkan klien
3.2 Pengkajian dibawa kerumah sakit adalah terdapat masalah
Pengkajian dari proses keperawatan dengan keluarga. Seperti pendapat Yosep (2007)
bertujuan mengumpulkan informasi atau data bahwa salah satu peyebab dari masalah halusinasi
tentang klien, untuk mengidentifikasi, mengenali adalah faktor perkembangan yang terganggu
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan misalnya rendah kontrol dan kehangatan keluarga
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan yang menyebabkan klien tidak mampu mandiri
lingkungan. Pengambilan data melalui peng- sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
kajian dengan mengamati (observasi), dan lebih rentan terhadap stress.
wawancara, dan studi dokumentasi. Metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang 3.3 Diagnosa Keperawatan
pasien antara lain dengan menggunakan: Diagnosa/perumusan diagnosa adalah
komunikasi (wawancara), pengamatan mengidentifikasi masalah melalui respon klien,
(observation), pemeriksaan fisik dan studi kasus menyelidiki dan menentukan faktor penunjang
(Dermawan, 2012). (penyebab, tanda dan gejala), mengidentifikasi
Peneliti melakukan pengkajian mengenai kemampuan pasien dalam mengatasi masalah.
halusinasi kepada 8 responden dengan melakukan Wahid dan Suprapto (2012)
observasi rata – rata klien mengalami tanda dan Berdasarkan pengkajian yang telah dilaku-
gejala yang sama yaitu mengarahkan telinga ke kan pada 8 responden didapatkan keluhan yang
arah tertentu, gelisah, terlihat terganggu, marah hampir sama antara R1, R2, R3, R4 R5, R6, R7,
tanpa sebab, mencoba berinteraksi dengan R8 yaitu mereka merasa mendengar bisikan yang
lingkungan, tidak berdaya, sering menangis menyuruh untuk melakukan sesuatu sehingga
sendiri, tertawa sendiri. Hal ini sejalan dengan menuruti halusinasinya, memukul seseorang
pendapat yang dikemukakan oleh Direja (2011) ketika emosi, mengarahkan telinga ke arah
tanda dan gejala halusinasi adalah pasien sering tertentu, sering tertawa sendiri, merasa takut
berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah ketika halusinasinya muncul, perubahan pola
tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah komunikasi, gelisah. Sehingga dari data tersebut
tertentu, menutup telinga, mendengar suara atau masalah keperawatan gangguan persepsi sensori:
kegaduhan. Mendengar suara yang mengajak pendengaran (auditori).
pasien bercakap-cakap, mendengar suara yang Hal ini sesuai dengan teori yang diung-
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. kapkan oleh Kim et all (2012) batasan
Wawancara dari 8 responden mengatakan karakteristik dari gangguan persepsi sensori:
mendengar suara palsu, sebagian besar suara auditori adalah halusinasi, marah, ketakutan,

72
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2017; Volume 15; No 1.
Website: ejournal@stikespku.ac.id

kurang konsentrasi, perubahan pola komunikasi, 3.5 Pelaksanaan Keperawatan


kegelisahan, respon emosional yang berlebih, Pelaksanaan implementasi keperawatan
perubahan alam perasaan yang cepat. terdapat pedoman yang harus diperhatikan setiap
perawat diantaranya: (a) tindakan yang dilakukan
3.4 Perencanaan Keperawatan konsisten dengan rencana dan terjadi setelah
Peneliti memilih tindakan aktifitas berbasis validasi rencana tersebut, (b) ketrampilan inter-
realita yang dapat mengalihkan halusinasi personal, intelektual, dan teknis dilakukan de-
pendengaran dengan dzikir seperti yang dikemu- ngan kompeten dan efisien di lingkungan yang
kakan oleh Bulechek, Butcher, Dochterman sesuai, (c) keamanan fisik dan psikologis klien
(2016). Untuk mengalihkan halusinasi pende- dilindungi, (d) dokumentasi tindakan dan respons
ngaran yang dialami oleh pasien peneliti klien dicantumkan dalam catatan perawatan
menggunakan tekhnik pengalihan dengan cara kesehatan dan rencana asuhan (Dermawan,
dzikir, agar responden dapat mengalihkan 2012).
halusinasi pendengaran yang dialami sehingga Peneliti melakukan implementasi di Ruang
pasien merasakan ketentraman jiwa. Arjuna sebanyak 3-8 pertemuan. Halusinasi yang
Dengan dilakukannya dzikir diharapkan didengar oleh pasien berbeda – beda waktu nya.
halusinasi pendengaran yang dialami responden Berdasar hasil observasi pasien melakukan dzikir
akan teratasi dengan tujuan: frekuensi berkurang, ketika mendengar suara palsu, ketika sedang
durasi berkurang, gejala halusinasi berkurang. sendiri, dan setelah sholat. Peneliti meminta klien
Seperti pendapat Fatihuddin (2010) Dzikir adalah untuk melakukan dzikir secara mandiri setelah
menjaga dalam ingatan agar selalu ingat kepada sholat magrib, isya dan shubuh. Dzikir juga
Allah ta‟ala. Dzikir dapat menyehatkan tubuh: dilakukan secara bantuan, diingatkan oleh
hidup orang shaleh lebih ceria, tenang, dan peneliti dan dapat dilakukan secara mandiri.
seolah-olah tanpa masalah, karena setiap masalah Responden melakukan dzikir dengan mengucap-
disikapi dengan konsep takwa. Fungsi dari dzikir kan lafal sebagai berikut: Subhanallah, Alham-
antara lain dapat mensucikan hati dan jiwa: dulilah, Allahuakbar, Lailahaillallah, bismilahi-
berdzikir dapat mengingatkan kita kepada Allah rohmanirohim. Pendapat Fatihuddin (2010)
dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan. waktu shubuh adalah waktu yang mulia untuk
Karena segala bentuk masalah adalah dari-Nya, urusan riski, waktu pagi sampai dhuhur adalah
dan dengan berdzikir dapat mengingatkan kita waktu yang baik untuk berkah rizki, waktu
agar selalu berfikir positif. Dzikir dapat maghrib baik dilakukan dzikir pada waktu kehe-
menyehatkan tubuh: orang-orang yang kurang ningan malam mampu melepaskan gelombang
dzikir, atau konsep hidupya kurang dikembalikan meta rohaniah sangat tajam sehingga gelora di
kepada Allah, hidupnya kelihatan super sibuk, hati semakin cepat menghadirkan keesaan Allah.
tidak ada jeda menikmati hidup, karena prosesi
hidupnya dikejar-kejar oleh bayangan material. 3.6 Evaluasi Keperawatan
Dzikir dapat mencegah manusia dari bahaya Evaluasi penelitian ini dengan menentukan
nafsu: dzikir bertugas sebagai pengendali nafsu, perkembangan kesehatan klien, untuk menilai
membedakan yang baik dan buruk. efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari
Pendapat ini diperkuat dengan penelitian tindakan keperawatan yang telah diberikan, untuk
sebelumnya yang dilakukan oleh Sulahyuningsih menilai pelaksanaan asuhan keperawatan,
(2016) bahwa terapi religius efektif untuk mendapatkan umpan balik, sebagai tanggung
meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pendengaran. Dengan berdzikir hati seseorang pelayanan keperawatan (Dermawan, 2012).
akan lebih tentram, kegiatan terapi religius dzikir Hasil perbandingan tersebut peneliti men-
dapat menurunkan gejala psikiatrik. Religius dapatkan hasil dari 8 responden sebanyak 5
mampu mencegah dan melindungi dari penyakit responden merasakan tanda dan gejala halusinasi
kejiwaan, mengurangi penderitaan, meningkatkan berkurang, merasa lebih tenang. Sebanyak 3
proses adaptasi mengontrol suara-suara yang responden tidak merasakan mengalami
tidak ada wujudnya seperti halusinasi pen- perubahan, 2 responden sedang berada dalam
dengaran. fase yang menyenangkan dan 1 responden dalam

73
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2017; Volume 15; No 1.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

fase yang menjijikan. Hal ini sesuai teori yang responden sebanyak 5 responden mengatakan
dijelaskan oleh Sulahyuningsih (2016) fase halusinasi berkurang setelah melakukan dzikir,
comforting yaitu fase menyenangkan. Klien dan 3 responden lainnya tidak mengalami
mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, perubahan.
rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan
tidak dapat diselesaikan. Klien tersenyum atau 5. REFERENSI
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons Bulechek, G.M., Butcher, H & Dochterman, J M.
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan 2016. Nurshing Intervention Classi-
halusinasinnya dan suka menyendiri. Pada fase fication (NIC) teen edition. United States
condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi of America. Elsevier
menjadi menjijikkan. Pengalaman sensori menji-
jikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Klien
melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Info Media.
Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan
dapat mengontrolnya. Meningkatnya tanda-tanda Penerapan Konsep dan Kerangka
sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut Kerja.Yogyakarta: Gosyen Publishing
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan Direja, A.D.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kepe-
realitas. rawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fatihuddin. 2010. Tentramkan Hati Dengan
4. SIMPULAN
Dzikir. Delta Prima Press.
Hasil pengkajian yang dilakukan kepada 8
responden mengenai halusinasi adalah yang Kim M.J, Gertrude K. McFarland, Audrey M.
dirasakan oleh responden umumnya memiliki Mclane. 2006. Diagnosa Keperawatan
ciri-ciri yang sama yaitu mengarahkan telinga ke (Poceket Guide to Nursing Diagnosa).
arah tertentu, sering mendengar suara palsu, Jakarta: EGC.
emosi ketika mendengar suara palsu tersebut,
merasa terganggu, tidak berdaya, tertawa sendiri, Pieter Z.H dan Namora. 2010. Pengantar
menangis tanpa sebab. Biasanya penderita halu- Psiokologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
sinasi mendengar suara palsu ketika malam hari. Kencana
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada 8 Sulahyuningsih, E. 2016. Pengalaman Perawat
responden adalah gangguan persepsi halusinasi: Dalam Mengimplementasikan Strategi
auditori. Perencanaan Keperawatan untuk Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada
diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori: Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa
auditori yaitu: melibatkan klien dalam aktifitas Daerah Surakarta. Jurnal Keperawatan
berbasis realitas yang mungkin mengalihkan Jiwa. Http.eprints.ums.ac.id/40858/
perhatian dari halusinasi (dzikir).
Pelaksanaan Keperawatan dilakukan 3-8 Wahid, A dan Suprapto, I. 2012. Dokumentasi
hari sejak 30 Maret – 15 April. Implementasi Proses Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
yang dilakukan kepada 8 responden dengan Medika
melakukan dzikir setiap waktu luang, ketika klien
mendengar suara palsu dan ketika setelah sholat. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Responden mengucapkan lafal dzikir: Subh- Refika Aditama.
anallah, Alhamdullilah, Allahuakbar, Lailaha Zelika, A.A dan Dermawan, D. 2015. Kajian
illallah, bismilahirohmanirohim. Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Perkembangan 8 responden setelah diberi- Pendengaran Pada Sdr.R di Ruang
kan tindakan selama 2 minggu sebagai evaluasi Nakula Rsjd Surakarta. Jurnal Kepera-
dalam tindakan keperawatan berdasarkan watan Jiwa. 12 (2). 8-15.
masalah keperawatan sebagai berikut: dari 8 www.ejournal.stikespku.ac.id.

74

Anda mungkin juga menyukai