Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS GOUT

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada

semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem

muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya

beberapa golongan penyakit misalnya penyakit gout arthritis.

Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan sesudah

menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada usia 50-60 tahun.

Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout adalah pria. Urat

serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 ml, lebih sedikit jika dibandingkn

dengan pria. Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada pria

hiperurisemia biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia remaja. Gout Akut

biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan gout adalah

rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien mungkin juga menderita demam dan

jumlah sel darah putih meningkat. Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan

pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering

terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan

semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan

siku dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan

gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan.
2. Tujuan Penulisan

Tujuan umum :

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

muskuloskeletal yaitu Gout Artritis

Tujuan khusus :

Mahasiswa dapat menjelaskan :

a. definisi penyakit Gout Artritis

b. etiologi penyakit Gout Artritis

c. manifestasi klinik Gout Artritis

d. Patofisiologi penyakit Gout Artritis

e. komplikasi penyakit Gout Artritis

f. pemeriksaan diagnostik penyakit Gout Artritis

g. penatalaksanaan penyakit Gout Artritis

h. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Gout Artritis
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Pengertian

Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu

artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria

sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa

menopause. Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah

salah satu penyakit inflamasi yang menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan

oleh penimbunan asam urat (kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme

purin, dalam jumlah berlebihan di jaringan. Penyakit ini sering menyerang sendi

metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan

perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar yang disebut sebagai tofi

(tophus) dan menyebabkan deformitas.

Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari

(depkes, 1992). Penyakit metabolik ini sudah dibahas oleh Hippocrates pada zaman

Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang

disebabkan karena terlalu banyak makan, anggur dan seks. sejak saat itu banyak teori

etiologis dan terapeutik yang telah diusulkan..

Gout adalah kerusakan metabolic yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi serum

asam urat dan deposit kristal asam urat dalam cairan sinovial dan disekitar jaringan

sendi. Gout juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan metabolisme purin herediter

yang menyebabkan Peningkatan asam urat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh dan
sendi.Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan efek genetic

pada metabolisme purin (hiperuresemia). Pada keadaan ini biasa terjadi over sekresi

asam urat atau detek renal yang mengakibatkan sekresi asam urat/kombinasi keduanya.

Artritis pirai (gout) adalah jenis artropati kristal yang patogenesisnya sudah diketahui

secara jelas dan dapat diobati secara sempurna. Secara klinis, artritis pirai merupakan

penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-

artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan

dapat menimbulkan batu saluran kemih. Kelainan ini dipengaruhi banyak faktor antara

lain gangguan kinetik asam urat misalnya hiperurikemia. Artritis pirai akut disebabkan

oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat

monohidrat. Tidak semua orang dengan hiperurikemia adalah penderita artritis pirai

atau sedang menderita artritis pirai. Akan tetapi risiko terjadi artritis pirai lebih besar

dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah.

2. Etiologi

Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap

pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari

penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik. Kelainan ini

berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperuresemia. Hiperuresemia

terjadi karena :

a. Pembentukan asam urat berlebihan

1) Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah

2) Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat berlebihan

karena penyakit lain seperti leukimia, terutama bila diobati dengan

sitostatistika, psoriasis, polisitemia vena dan mielofibrosis


b. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.

Disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada glomerulonefritis kronik atau

gagal ginjal kronik

c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak penting.

Tetapi beberapa kasus menunjukkan adanya hubungan dengan defek genetik dalam

metabolisme purin. Imkompletnya metabolisme purin menyebabkan pembentukan

kristal asam urat di dalam tubuh atau menimbulkan over produksi asam urat. Over

produksi asam urat ini dapat juga terjadi secara sekunder akibat beberapa penyakit

antara lain sickle cell anemia, kanker maligna, penyakit ginjal

d. Penurunan fungsi renal akibat penggunaan obat dalam waktu yang lama (diuretik)

dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam urat dari ginjal.Penyebab Gout dapat

terjadi akibat hiperusemia yang di sebabkan oleh diet yang ketat atau starpasi,

asupan makanan kaya purin (terong-terongan/jeroan) yang berlebihan atau kelainan

herediter.

3. Patofisiologi

Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi

keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga (2/3) Jumlah yang,

diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui feses.

Serum asam urat normal dipertahankan antara 3,4 – 7,0 mg/dl pada pria dan 2,4 –

6,0 pada wanita, pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium

urat. Faktor-faktor yang merupakan presipitasi pembentukan kristal dan deposit di

jaringan antara lain ; penurunan PH cairan ekstraseluler, penurunan protein plasma

pengikat kristal-kristal urat, Trauma jaringan dan peningkatan kadar asam urat dari diet.
Biasanya menyerang satu persendian, terjadi secara tak terduga, terjadi pada

malam hari yang dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol dan pembelahan. Pada

level ini asam urat di dalam persendian menimbulkan respon inflamasi, selanjutnya

leukosit Poli Morfo Nuklear (PMN) menginfiltrasi persendian dan memfagosit kristal-

kristal urat yang menyebabkan kematian leukosit PMN, pengeluaran enzim-enzim

lisosom serta mediator-mediator inflamasi lainnya kedalam jaringan. Hal ini

menyebabkan sendi yang terserang terlihat kemerahan, panas, bengkak dan terasa nyeri.

Sekitar 50% serangan gout arthritis akut terjadi pada sendi metatarsophalangeal tumit,

sedangkan bagian tubuh lain yang juga mengalami serangan; ankle, tumit, lutut, jari-jari

tangan dan siku. Nyeri bertambah dalam beberapa jam yang disertai keluhan demam

serta peningkatan angka leukosit (white blood cell) dan sedimen rate.Serangan akut

gout ini dapat terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Hampir 60%

penderita mengalami serangan ulang setelah satu tahun.

4. Manifestasi klinis

Secara klinis ditandai dengan adanya atritis, tofi, dan batu ginjal. Yang penting

diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang

menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat.

Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk

tofi pada daerah-daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada

metatarsofalangeal digiti I, dan sebagainya.

Pada telinga misalnya, karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah

tertiup angin, kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian

pula di dorsum pedis, kalkaneus, dan sebagainya karena sering tertekan oleh sepatu.

Tofi itu sendiri terdirri dari kristal-kristal urat yang diklilingi oleh benda-benda asing
yang meradang, termasuk sel-sel raksasa. Serangan seringkali terjadi pada malam hari.

Biasanya sehari sebelum pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah

malam terbangun karena rasa sakit yang hebat sekali.

Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah

dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, daan nyeri sekali

bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu, lalu

menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit, tapi dapat merusak tulang. Sendi

lutut juga merupakan tempat prediksi kedua untuk serangan ini.

Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada

sinovial, tulang rawan, bursa dan jaringan lunak. Sering timbul tulang rawan telinga

sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan menifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-

10 tahun setelah serangan artritis akut pertama.

Pada ginjal akan timbul sebagai berikut; mikrotofi dapat terjadi di tubuli ginjal

dan menimbulkan nekrosis, pielonefritis kronis, Tanda-tanda arterosklerosis dan

hipertensi, nefrolitiasis karena endapan asam urat tanpa adanya riwayat gout, yang

disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi

kadar asam uaratnya karena menjadi faktor resiko dikemudian hari ini dan kemudian

terbentuknya batu asam urat di ginjal.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Serum asam urat

Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan

hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.


b. Angka leukosit

Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan

akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu

5000 – 10.000/mm3.

c. Eosinofil Sedimen rate (ESR)

Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate

mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di

persendian.

d. Urin spesimen 24 jam

Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan

asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam

urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin

meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi

pada pasien dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk

menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.

Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun

diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.

e. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material

aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan

diagnosis definitif gout.

f. Pemeriksaan radiografi

Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak

terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang

progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah

sinovial sendi.
6. Penatalaksanaan

Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati

serangan gout akut, dan unluk mencegah serangan gout akut di kemudian hari. Obat ini

juga dapat digunakan sebagai sarana diagnosis. Pengobatan serangan akut biasanya

tablet 0,5 mg setiap jam, sampai gejala-gejala serangan akut dapat dikurangi atau kalau

ternyata ada bukti timbulnya efek samping gastrointestinal. Dosis maksimurn adalah 4-

8 rng, tergantung dari berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien mengalami rasa mual

yang hebat, muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat harus

dihentikan. Gejala-gejala pada sebagian besar pasien berkurang dalam waktu 10-24

jam sesudah pemberian obat. Kolkisin dengan dosis 0,5-2 mg per hari ternyata cukup

efektif untuk mencegah serangan gout berikutnya secara sempurna atau mendekati

sempurna. Penggunaan kolkisin setiap hari cenderung memperingan episode gout

berikutnya, kalau memang serangan gout terjadi lagi. Penggunaan kolkisin jangka

panjang tak memperlihatkan efek samping yang berat.

Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati

artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka

kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.

Terdapat tiga obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi

pencegahan. Allopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-400 mg

per hari dapat menurunkan kadar asam urat serum. Probenesid dan Sulfinpirazin

merupakan agen urikosurik, artinya mereka dapat menghambat proses reabsorpsi urat

oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam urat.

Pemeriksaan kadar asam urat serum berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.
Mungkin dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung kadar purin yang

tinggi. Di antara jenis makanan ini termasuk jerohan seperti hati, ginjal, roti manis dan

otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi semacarn haring) sebaiknya dibatasi.

Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu gerakan sendi,

maka dilakukan pembedahan.

7. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :

a. Deformitas pada persendian yang terserang

b.Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih

c. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal


B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.

• Keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki atau sendi lain.

• Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau mengurangi

serangan.

• riwayat gout artritis di dalam keluarga

• obat untuk mengatasi gout

b. Pola nutrisi dan metabolic

• Peningkatan berat badan

• Peningkatan suhu tubuh

c. Pola aktivitas dan latihan

• Respon sentuhan pada sendi dan mcnjaga daerah sendi yang terkena.

• Sendi bengkak dan merah (pertama metatarsal, sendi tarsal, pergelangan kaki,

lutut atau siku).

d. Pola persepsi dan konsep diri

• Rasa cemas dan takut untuk melakukan gerakan atau aktifitas.

• Pesepsi diri dalam melakukan mobilitas.

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit

b.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman pengobatan dan

perawatan di rumah .
3. Intervensi

DP I : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit

Kriteria Hasil : Klien dapat menyatakan secara verbal bahwa nyeri berkurang, pasien

tampak rileks dan nyeri terkontrol.

Intervensi :

a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang

mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit yang nonverbal.

Rasional:

Membantu dalam mengendalikan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan

program.

b. Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan diberikan

bantalan.

Rasional:

Istirahat dapat menurunkan metabolisme setempat dan mengurangi pergerakan pada

sendi yang sakit.Bantalan yang empuk/lembut akan mencegah pemeliharaan

kesejajaran tubuh yang tepat dan menempatkan stress pada sendi yang sakit.

c. Berikan kompres hangat atau dingin.

Rasional:

Pemberian kompres dapat memberikan efek vasodilatasi dan keduanya mempunyai

efek vasodilatasi dan keduanya mempunyai efek membantu pengeluaran endortin

dan dingin dapat menghambat impuls-impuls nyeri.

d. Cegah agar tidak terjadi iritasi pada tofi, misal menghindari penggunaan sepatu yang

sempit, terantuk benda yang keras.


Rasional:

Bila terjadi iriitasi maka akan semakin nyeri. Bila terjadi luka akibat tofi yang pecah

maka rawatlah sucara steril dan juga perawatan drain yang dipasang pada luka.

e. Berikan masase lembut.

Rasional:

Meningkatkan relaksasi atau mengurangi tegangan otot.

f. Ajarkan klien untuk sering mengubah posisi tidur.

Rasional:

Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.Menstabilkan sendi,

mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.

g. Ajarkan penggunaan tehnik manajemen stress,misalnya relaksasi progresif, sentuhan

terapeutik, dan pengendalian nafas.

Rasional:

Meningkatkan relaksasi, memberikan kontrol dan mungkin meningkatkan

kemampuan koping.

h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan colchille, Allopurinol

(Zyloprin)

Rasional :

menurunkan kristal asam urat yang mempunyai efek samping, nausea, vomitus,

diare, oliguri, hematuri.Allopurinol menghambat asam urat.

DP II : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian

Kriteria Hasil : pasien dapat meningkatkan aktivitas sesuai kemampuan


Intervensi :

a. Kaji tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi.

Rasional:

Tingkat aktifitas / latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi dan proses

inflamasi.

b. Ajarkan pada klien untuk latihan ROM pada sendi yang terkena gout jika

memungkinkan.

Rasional:

Meningkatkan atau mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.

Latihan yang tidak adekuat dapat menimbulkan kakakuan sendi dan aktifitas yang

berlebihan dapat merusak sendi.

c. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktifitas untuk

memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak

terganggu.

Rasional:

Istirahat yang sistemik selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang

penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.

d. Lakukan ambulasi dengan bantuan misal dengan menggunakan tongkat dan berikan

lingkungan yang aman misalnya menggunakan pegangan tangga pada bak atau

pancuran dan toilet.

Rasional:

Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh.


e. Kolaborasi

Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.

Rasional:

Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktifitas yang berdasarkan pada

kebutuhan, individual dan dalam mengidentifikasi mobilisasi.

DP III: Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang

pengobatan dan perawatan di rumah .

Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan

dirumah.

Intervensi :

a. Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan oleh dokter

atau perawat.

Rasional : mengetahui respon dan kemampuan kognnitif klien dalam menerima

informasi.

b. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis, tujuan dan

efek samping

Rasional:

Penjelasan ini dapat meningkatkan koordinasi dan kesadaran pasien terhadap

pengobatan yang teratur.

c. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang teratur.

Rasional:

Memberikan struktur dan mengurangi kecemasan pada waktu menangani proses

penyakit yang kronis kompleks.


d.Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik.

Rasional:

Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis.

e. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan.

Rasional :

Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk

ikut serta secara lebih nyaman dalam aktifitas yang dibutuhkan atau diinginkan.

f. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit.

Rasional:

Memberikan pengetahuan pasien sehingga pasien dapat menghindari terjadinya

serangan berulang.

g. Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.

Rasional :

Bantuan dan dukungan dari orang lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu

artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria

sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa

menopause.

Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap

pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya,

penyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik.

Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi

keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga (2/3) Jumlah yang,

diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui feses. Serum asam

urat normal dipertahankan antara 3,4 – 7,0 mg/dl pada pria dan 2,4 – 6,0 pada wanita, pada

level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium urat.

B. Saran

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan

masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan

yang akan datang, diantaranya :

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang

rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid artritis, pendokumentasian harus

jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan rheumatoid artritis

maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien

yang mengalami rheumatoid artritis.

3. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan

keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan memotivasi klien dalam

proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily lyn, dan linda A. sowden 2009. Keperawatan pediatric, edisi 5. Jakarta :EGC

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta : EGC

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI : Jakarta.

icoel.2010. askep-anak/respiratory-distress-syndrome (online). http.wordpress.com. di akses

3 Desember 2010.

abhique.2010-respiratory-distress-syndrome.(online) http://www.slideshare.net. Di akses 3

Desember 2010.

http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/01/askep-neonatus-dengan-

respiratory.html.di akses 3 Desember 2010


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Tn.H DENGAN GOUT ARTRITIS
DI RT 05 RW 13 DESA SIDANEGARA KECAMATAN CILACAP TENGAH
KABUPATEN CILACAP

I. Pengkajian
A. Data Biografi
Nama : Tn. H
Umur : 63 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SR (Sekolah Rakyat) / SD
Pekerjaan sebelumnya : wiraswasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Tinggi Badan / Berat Badan : 160 / 55
Penampilan : Baik
Alamat : Jln. Kinibalu, Sidanegara RT 05/13, Cilacap
Tanggal masuk panti :
Tanggal pengkajian : 13 Maret 2014

B. Riwayat Masuk Panti


1. Alasanmasuk panti :
2. Proses masuk panti :

C. Riwayat Pekerjaan
1. Status pekerjaan saat ini :-
2. Pekerjaan sebelumnya : wiraswasta
3. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : rumah kos

D. Riwayat Lingkungan Hidup


1.Tipe tempat tinggal : rumah permanen
2. Jumlah kamar :3
3. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 2
4. Derajat privasi : baik
5. Tetangga terdekat :
6. Alamat/telepon : Rt 05/13, Sidanegara, Cilacap

E. Riwayat Rekreasi
1. Hobby/minat : -
2. Keanggotaan organisasi : -
3. Liburan : lebih suka dirumah saja

F. Sumber/Sistem Pendukung
1. Dokter :
2. Rumah sakit : RSUD Cilacap

G. Status Kesehatan Saat Ini


1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : sering merasa pegal linu di persendian
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien pernah menderita BPH (Benigna
Hiperplasi Prostat). Namun semenjak di operasi sudah tidak mengeluh gangguan kencing
lagi.
3. Keluhan-keluhan kesehatan utama : Nyeri persendian
4. Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan : bila merasa sakit klien langsung
berobat ke rumah sakit.
5. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa medis :
a. Obat-obatan
Nama Dosis
...................... ................................
...................... ................................
...................... ................................
Bagaimana/kapan menggunakannya :
Dokter yang menginstruksikan :
Tanggal resep :
b. Status Imunisasi
Tetanus.........Difteri.........Influensa.........Pneumoni...........Meningitis................
c. Alergi
1) Obat-obatan : Tn H mengatakan tidak punya alergi obat-obatan
2) Makanan : Tn H mengatakan tidak punya alergi makanan
3) Faktor-faktor lingkungan : Tn H mengatakan tidak punya alergi lingkungan seperti
debu, udara dingin dll.
d. Nutrisi
1) Diet : klien makan makanan biasa sehari-hari, tidak menghindari makanan pantangan
2) Pembatasan makanan atau minuman : Klien tidak melakukan karena tidak
mengetahui
3) Riwayat Peningkatan/penurunan berat badan : klien mengatakan berat badannya
stabil
4) Pola konsumsi makanan (misal :frekuensi, sendiri atau dibantu) : makan 3x sehari,
dilakukan sendiri)
5) Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (misal : pendapatan tidak
adekuat, kurang transportasi, masalah menelan atau mengenyang, stres emosional) :
tidak ada masalah yang mempengaruhi masukan makanan
6) Kebiasaan :

G. Status Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit masa anak-anak : klien tidak mengetahui
2. Penyakit serius / kronik : tidak ada
3. Trauma : tidak ada
4. Perawatan di Rumah Sakit (alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter) : Pernah dirawat di RS
urologi An-Nur Yogyakarta karena menderita BPH untuk dilakukan operasi kurang lebih
selama 2 minggu.
5. Operasi (perhatikan jenis, tanggal, alasan, dokter) : Operasi prostatectomy tgl 21 Sept 2011

H. Riwayat Keluarga
Gambarkan silsilah (kakek/nenek,orangtua,paman,bibi,saudara kandung,pasangan,anak-anak)
J. Tinjauan Sistem / Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : CM
Tanda-Tanda Vital : T : 150/90 mmHg
N : 88x/menit
R : 20x/menit
S : 36,7oC
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 157 cm

Saat dilakukan pengkajian, Ny.S dalam keadaan sehat. Sakit yang menyerang Ny.S selama 5
tahun ini hanyalah sakit hipertensi. Keluhan utamanya dalah :
  P - sakit kepala, nyeri di bagian leher
 Q - sakit kepala seperti ketimpa beban berat dan kekakuan leher
 R - di bagian kepal dan leher
 S - skala nyeri 4 dan mengganggu aktivitas

Obat-obatan
No. Nama Obat Dosis Keterangan
1. Captropil 25 mg Jika sedang timbul
gejala

Ny.S tidak pernah mendapat imunisasi. Ny.S tidak alergi terhadap lingkungan, makanan atau
obat-obatan apapun. Penyakit yang dimiliki Ny.S adalah hipertensi.
Klien tampak meringis dan lemah serta susah bernafas (nafas pendek)jika sedang merasakan
rasa nyeri. Klien juga mengatakan merasa pusing, sakit kepala seperti ditimpa beban berat,
nyeri di tengkuk leher. Klien mengatakan jika sedang mengalami nyeri Ny.S tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-harinya.
Ny.S terlihat sangat memfokuskan pandangan, ketika saya menanyakan bagaimana
penglihatan Ny.S? klien menjawab bahwa penglihatannya kabur karena tidak memakai kaca
mata, kalau menggunakan kaca mata Ny.S bisa melihat lebih jelas.

I. Aktivitas Hidup Sehari-hari


Ny.S kadang-kadang mengalami sesak nafas. Ny.S banyak minum air putih. Biasanya Ny.S
makan 3 kali sehari, pagi, siang dan malam dengan nasi dan lauk pauk. Kadang-kadang Ny.S
juga mengkonsumsi bubur, quaker atau roti. Pola eliminasi Ny.S lancar, BAK 5-6 kali sehari,
warna urine jernih, tidak ada keluhan saat BAK, BAB 1 kali sehari, konsistensi padat dan
tidak ada keluhan saat BAB. Ny.S sering olahraga ringan seperti jalan pagi disekitar daerah
rumahnya. Pola istirahat dan tidur Ny.S normal, biasanya tidur jam 9 malam dan bangunnya
jam 5 pagi, tidur Ny.S sangat nyenyak. Pada siang hari terkadang Ny.S juga tidur sekitar 2
jam. Ny.S mandi 2 kali sehari, pagi dan sore, menggunakan sabun dan menggosok gigi. Ny.S
terlihat rapi dan bersih. Di usianya yang sekarang, Ny.S sudah mengalami menopouse sejak
berumur 50 tahun. Psikologis Ny.S terlihat baik dan normal. Ny.S sangat bijak dan lebih
mengutamakan akhirat, tidak menyusahkan orang lain, kadang-kadang Ny.S marah-marah
jika ada sesuatu yang salah.
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum Ny.S baik, tingkat kesadaran composmentis (kesadaran penuh).
GCS 15 ( E : 4, M : 6, V : 5 ).
TD : 140/100 mmHg
S : 36,6 C
N : 84 x/menit
RR : 16 x/menit
Bentuk kepala bulat, penglihatan sudah berkurang, pendengaran normal, penciuman normal.
Keadaan leher bersih.

II. Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
1. DO :
- Klien tampak meringis Peningkatan tekanan Nyeri, sakit kepala
- Klien tampak lemah, letih, napas vaskuler serebral
pendek
- TD meningkat
- Skala nyeri 4 (mengganggu aktivitas)
DS :
- Klien mengatakan sakit kepala,
pusing dan kekakuan di daerah leher.
- Klien mengatakan sakit kepala
seperti di timpa beban berat
- Klien mengatakan jika kambuh bisa
sampai mengganggu aktivitas.
2.
DO : Penurunan persepsi
- Klien terlihat memfokuskan Proses penuaan sensori
pandangannya

DS :
- Klien mengatakan pandangannya
kabur

III. Prioritas Masalah


1. Nyeri, sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskular serebral.
2. Penurunan persepsi sensori b/d proses penuaan.
Konsep Dasar Lansia
Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan manusia ( Budi
Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4) No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun.

Klasifikasi Lansia
1. Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan
barang / jasa ( Depkes RI, 2003)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain ( Depkes RI,2003)

Karakteristik Lansia
Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GOUT

A. Pengertian
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam
urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang
berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau
ekresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus,yaitu artritis
akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat.

B. Etiologi GOUT
Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat. Karena itu,dilihat dari penyebabnya penyakit ini termasuk
dalam golongan kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik
asam urat yang hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:

1. Pembentukan asam urat yang berlebih.


a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit
lain, seperti leukemia,terutama bila diobati dengan sitostatika,psoriasis,polisitemia vera dan
mielofibrosis.

2. Kurang asam urat melalui ginjal.


a. Gout primer renal terjadi karena ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal yang sehat.
Penyabab tidak diketahui
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis
kronik atau gagal ginjal kronik..

3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak penting.

C. Patofisiologi
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah
diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout
akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.

1. Presipitasi kristal monosodium urat.


Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari
9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa,
tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh
berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan kristal.

2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)


Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit
PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala
disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.

4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara
permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan
pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

D. Manifestasi Klinis
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis,tofi dan batu ginjal. Yang penting diketahui
bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang menimbulkan rasa sakit
adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi
oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah
telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti 1 dan
sebagainya.
Pada telinga misalnya karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup
angin,kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum
pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal
urat yang dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa.
Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya pasien tampak
segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat
sekali.
Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah dalam,disebut
podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri ,nyeri sekali bila sentuh.
Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu,lalu menghilang. Sedangkan tofi
itu sendiri tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat
predileksi kedua untuk serangan ini.
Tofi merupakan penimbunan asm urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,tulang
rawan,bursa dan jaringan lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras.
Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan
artritis akut pertama.

Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:


1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Pielonefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi

Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah tanpa adanya
riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya dianjurkan
mengurangi kadar asam uratnya karena menjadi faktor resiko dikemudian hari dan
kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan serangan akut
Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
1. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan arthritis gout maupun
pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang sering ditemui diantaranya
sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap
Kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam
sampai nyeri, mual atau diare hilang. Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat
inflamammatory bowel disease.
2. OAINS
Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah indometasin.
Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam. Kontraindikasinya jika terdapat ulkus
peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal, dan riwayat alergi terhadap OAINS.
3. Kortikosteroid
untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang terserang
monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya triamsinolon 10-40 mg
intraartikular.

4. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin karena dalam
dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat
hiperurisemia.
5. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang.
B. Penatalaksanaan periode antara
1. Diet dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk, serta diet rendah purin.
2. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid, deuretik, aspirin,
dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat dari ginjal.
3. Kolkisin secara teratur
4. Penurunan kadar asam urat serum
a. Obat urikosurik, bekerja menghambat reabsorbsi tubulus terhadap asam urat yang telah
difiltrasi dan mengurangi peyimpanannya
b. Inhibitor xantin oksidase atau alopurinol, bekerja menurunkan produksi asam urat
dan meningkatkan pembentukan xantin serta hipoxantin dengan cara menghambat
enzim xantin oksidase.

E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah ( >
6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8mg% dan pada wanita 7mg%.
pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi bila dilakukan dengan cara enzimatik.
Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan dengan led meninggi sedikit. Kadar asam urat
dalam urin juga sering tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).
Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan
diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga
sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambarankristal asam urat (
berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.

Kriteria diagnostik Artritis Gout ( ARA 1977)


A. Kristal urat dalam cairan sendi
B. Tofus yang mengandung kristal urat
C. Enam dari kriteria dibawah ini:

1. Lebih dari satu kali serangan ertritis akut


2. Inflamasi maksimal pada hari pertama
3. Artritis monoartikular
4. Kemerahan sekitar sendi
5. Nyeri atau bengkak sendi metatarsofalangeal 1
6. Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal 1
7. Serangan unilateral pada sendi tarsal
8. Dugaan adanya tofus
9. Hiperurikemia
10. Pembengkakan asimetri sebuah sendi pada foto rontgen
11. Kista subkortikal tanpa erosi pada foto rontgen
12. Kultur mikroorganisme cairan sendi selama serangan inflamasi sendi negatif

Klasifikasi Gout
Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat
penurunan ekresi asam urat
Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang
bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN


AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi :
kekakuan pada pagi hari.
Tanda: Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot

KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan orang lain

MAKANAN ATAU CAIRAN


Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat :
mual,anoreksia,kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa

HIGIENE
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang
lain.

NEUROSENSORI
Gejala: Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi

NYERI / KENYAMANAN
Gejala: Fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan

KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata
dan membran mukosa

INTERAKSI SOSIAL
Gejala: Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

Kriteria hasil: Nyeri hilang atau terkontrol

INTERVENSI

Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
2. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
4. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun.
Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi
6. Berikan masase yang lembut

Kolaborasi
1. Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil
salisilat (aspirin)

RASIONAL
1. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program
2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
3. Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera
sendi.
4. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan
6. Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot,relaksasi, mengurangi tegangan otot,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

Diagnosa 2: intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otao

Kriteria hasil: Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan

INTERVENSI
Mandiri
1. Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
3. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Kolaborasi
1. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu. Berikan
obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid

RASIONAL
1. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4. Untuk menekan inflamasi sistemik akut

Diagnosa 3: Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang


Kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik

INTERVENSI
1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi
potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur,
usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil
2. Memantau regimen medikasi
3. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan
perhatiannya

RASIONAL
1. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan
keluarga dari kekhawatiran yang konstan
2. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan
agitasi,mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta


Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius
Nugroho , wahjudi. 2002. Keperawatan Gerontik. EGC : Jakarta
Pranarka, kris. 2010. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) Edisi ke 4. Balai
penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia: Jakarta
Prof .dr.H.M. Noer, Sjaifoellah. 2000. Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi ke 3. Balai penerbit
FKUI: Jakarta
R. Maryam,S, Fatma, M.dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Salemba
medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai