Anda di halaman 1dari 9

KAPET BAD

Data Kota Banda Aceh Kabupaten Aceh Kabupaten Pidie


Besar
Curah Hujan (mm)
Terendah 53,5 23
Tertinggi 461 210
Rata-rata 123,5
Suhu (oC)
Terendah 26,0 26 24
Tertinggi 28.4 28,4 30
Rata-rata 27.3
Ketinggian Tempat
Jenis Tanah (%)
Podzolit Coklat 13,85 5,86
Podzolid Merah Kuning 31,55 45,36
Litosal 2,4 1,95
Latosal 15,88 0,96
Regosol 4,9 5,58
Aluvial 11,05 6,31
Hidromorf Kelabu 7,12 12,98
Renzina & Litosal 13,25 19,10
Lain-lain 1,9
Kedalaman Tanah (%)
>90 cm 56,22 42
60-90 cm 26,41 16
30-60 cm 15,51 24
<30 cm 1,86 18
Topografi/ Kemiringan (%)
0-2% 14,26 27,37
3-15% 17,99 17,85
16-40% 23,58 19,78
40% > 44,17 35
Kesuburan
Gambut
Penyinaran Matahari (%)
Terendah 13,2
Tertinggi 56
Rata-rata
A. KAPET BAD
1. KOTA BANDA ACEH
a) Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang umumnya terdapat di Kota Banda Aceh secara umum dan khususnya di
daerah pesisir ini didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dan Regosol dengan
tekstur tanah antara sedang sampai kasar.
Sebagai hasil erosi partikel-partikel tanah diendapkan melalui media air sungai atau aliran
permukaan pada daerah rendah. Pada daerah pesisir terjadi endapan di tempat-tempat tertentu
seperti Krueng Aceh dan anak-anak sungai lainnya, seperti pada belokan sungai bagian dalam.
Hasil sedimentasi oleh aliran permukaan setempat dijumpai sebagai longgakan tanah pada
bagian tertentu.
b) Geomofologi
Daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi menjadi :
1. Dataran terdapat di pesisir pantai utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian
Kecamatan Kuta Raja
2. Pesisir pantai wilayah barat di sebagian Kecamatan Meuraxa
Sedangkan daerah yang termasuk pedataran sampai dengan elevasi ketinggian 0 hingga lebih
dari 10 m, kemiringan lereng 0 - 2 % terletak antara muara-muara sungai dan perbukitan. Dari
kondisi geologi Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko yang memanjang dari
Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan daerah
rawan gempa dan longsor.
Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan Darul Imarah
dan Darussalam, sehingga Banda Aceh adalah suatu daratan hasil ambalasan sejak Pilosen
membentuk suatu Graben. Ini menunjukkan ruas-ruas patahan Semangko di Pulau Sumatera dan
kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh, dan kedua patahan yang merupakan sesar aktif
tersebut diperkirakan bertemu pada pegunungan di sebelah Tenggara, sehingga dataran Banda
Aceh merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila terjadi gempa di sekitarnya.
Gambar berikut menjelaskan struktur patahan semangko yang melintasi wilayah Kota Banda Aceh
c) Topografi
Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan 70%
wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke arah hulu
dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas permukaan
laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih
dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.
2. KABUPATEN PIDIE
a) Topografi
Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Pidie bisa dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Daerah dengan kedalaman < 30 cm : 0,41 % dari seluruh areal
2. Daerah dengan kedalaman 30-60 cm : 3,56 % dari seluruh areal
3. Daerah dengan kedalaman 60-90 cm : 1,25 % dari seluruh areal
4. Daerah dengan kedalaman > 90 cm : 94,78 % dari seluruh areal
b) Jenis Tanah
keadaan tanah di Kabupaten Pidie dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Tanah Podzolid (Coklat) : 5.86 % dari luas wilayah
2. Tanah Padsolid (Merah Kuning) : 45,36 % dari luas wilayah
3. Tanah Organosal/Litosol : 1,95 % dari luas wilayah
4. Tanah Latosal : 0,96 % dari luas wilayah
5. Tanah Regosal : 5,58 % dari luas wilayah
6. Tanah Alluvial : 6,31 % dari luas wilayah
7. Tanah Hidromorf : 12,98 % dari luas wilayah
8. Tanah Renzina : 19,10 % dari luas wilayah
9. Lain-Lain : 1,90 % dari luas wilayah
c) Kemiringan Tanah
Kemiringan atau lereng di kabupaten Pidie dapat di rinci sebagai berikut:
1. daerah dengan kemiringan antara 0 – 3 % seluas 68,699 Ha atau 16,51 % dari luas wilayah
2. daerah dengan kemiringan antara 3 -15 % seluas 33,698 Ha atau 8,10 % dari luas wilayah
3. daerah dengan kemiringan antara 15 – 40 % seluas 32,269 Ha atau 7,76 % dari luas
wilayah
4. daerah dengan kemiringan lebih besar40 % seluas 281,389 Ha atau 67,63 % dari luas
wilayah
d) Iklim
Kabupaten Pidie beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan hujan. Suhu udara rata-
rata sekitar 24 – 30o C. Pada tahun 2005, jumlah hari hujan adalah 115 hari, dengan curah hujan
rata-rata 232,67 mm, tertinggi pada bulan desember (614 mm) dan terendah bulan juni (52
mm).
KAPET BANK SEJAHTERA
Data Kota Kendari Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe
Curah Hujan (mm)
Terendah
Tertinggi
Rata-rata 2,859,3
Suhu (oC)
Terendah 19,58 10
Tertinggi 32,83 31
Rata-rata 26,20 24-28
Ketinggian Tempat (%)
0-25 8,11
25-100 31,62
100-500 39,38
500-1000 13,66
1000 > 7,23
Jenis Tanah (%)
Podzolik 28,15
Podzolik coklat kelabu 19,51
Podzolid Merah Kuning 26,59
Litosal 18,85
Latosal 23,35
Regosol
Aluvial 4,80
Hidromorf Kelabu
Renzina & Litosal
Organosol 4,71
Mediteran 3,39
Campuran 35,59
Kedalaman Tanah (%)
>90 cm
60-90 cm
30-60 cm
<30 cm
Topografi/ Kemiringan (%)
0-2% 9,94 30,52
3-15% 8,84 32,61
16-40% 19,99 27,33
40% > 61,23 9,54
Kesuburan
Gambut
Penyinaran Matahari (%)
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
B. KAPET BANK SEJAHTERA
1. Kabupaten Konawe
Kabupaten Konawe beribu kota di Unaaha yang berjarak 73 km dari Kota Kendari. Secara geografis
terletak di bagian selatan khatulistiwa, yang melintang dari 02 0451 dan 040151 lintang selatan,
membujur dari 1210151 dan 1230301 Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Konawe yakni
sebagai berikut.
 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah;
 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan Laut Maluku;
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan;
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka.
a) Topografi
Wilayah topografi Kabupaten Konawe memiliki permukaan tanah yang bergunung dan berbukit
yang diapit dataran rendah yang berpotensial untuk dikembangkan, terutama sektor pertanian,
sektor kelautan dan perikanan dan sektor lainnya untuk mendukung ekonomi daerah.
Berdasarkan garis ketinggian wilayah Kabupaten Konawe dapat dibedakan atas 5 kelas luas
daratan menurut ketinggian di atas permukaan air laut antara lain:
Tinggi di atas permukaan laut Persentase
0-25 8,11
25-100 31,62
100-500 39,38
500-1000 13,66
1000 > 7,23
Jumlah 100

Selain menurut ketinggianya dapat diklasifikasi menurut kemiringan tanah dan jenis tanah
sebagaimana telah dijelaskan dibawah ini:
Tingkat kemiringan tanah Persentase
Persentase Derajad
00-02 0-1,8 30,52
03-15 1,8-13,5 32,61
16-40 13,5-36 27,33
41> 36-90 9,54
Jumlah 100

b) Jenis Tanah
Adapun jenis tanah Kabupaten Konawe meliputi tanah Latosol dengan luas 363,380 ha atau
23,35 persen, tanah Padzolik dengan luas 438,110 ha atau 28,15 persen, tanah Organosol
seluas 73,316 ha atau 4,71 persen, tanah Mediteran seluas 52,888 ha atau 3,39 persen, tanah
Aluvial seluas 74,708 ha atau 4,80 persen, dan tanah Campuran seluas 553,838 ha atau 35,59
persen.
c) Iklim
Keadaan iklim seperti daerah – daerah lain di Indonesia di Kabupaten Konawe dikenal dengan
dua musin yaitu Musim Kemarau dan Musim Hujan. Akan tetapi keadaan musim tersebut dapat
dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayah permukaan.
Musim tersebut di Kabupaten Konawe pada biasanya pada bulan November sampai dengan
Maret, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik,
setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan tersebut terjadi musim hujan. Bulan April
penentuan curah hujan arus angin tidak mengarah pada satu arah kadang kurang, kadang
lebih. Musim tersebut dikenal sebagai musim pancaroba. Sedangkan pada bulan Mei dan
Agustus arah angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia dengan kurang
mengandung uap air. Hal ini diakibatkan minimnya curah hujan di daerah Kabupaten Konawe.
Akan tetapi pada Agustus sampai dengan Oktober terjadi perubahan cuacah menjadi musim
kemarau dengan ini sebagai akibat perubahan kondisi alam tidak menentu dan musin tersebut
sering menyimpan dari kebiasaan.
d) Hidrologi
Kabupaten Konawe mempunyai sungai besar yang sangat potensial dalam pengembangan
pertanian, dan irigasi serta pembudidayaan perikanan darat bahkan dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) seperti: Sungai Konaweeha dan Sungai Lahumbuti. Sedangkan sungai –
sungai besar yang lain seperti: Sungai Lapoa sekarang telah termasuk wilayah Kabupaten
Konawe Selatan. Sungai Lasolo, Kokapi, Toreo, Andumowu dan Sungai Molawe menjadi bagian
wilayah Konawe Utara.
Sungai Konaweeha merupakan sungai yang terbesar di daerah Kabupaten Konawe mempunyai
debit air yang sangat kuat ± 200 m 3 per detik. Pada sungai tersebut telah dibangun bendungan
air wawotobi yang mampu mengairi beberapa persawahan yang ada di kabupaten konawe
dengan luas persawahan ± 18.000 hektar. Selain dari beberapa sungai tersebut di atas masih
terdapat Rawa Aopa yang berpotensial untuk pengembangan usaha perikanan darat.
2. KOTA KENDARI
a) Tinggi Wilayah
Dilihat berdasarkan ketinggian wilayah Kota Kendari di atas permukaan laut, Kecamatan
Mandonga merupakan wilayah tertinggi berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan
laut, selanjutnya wilayah Kecamatan Abeli dan Kecamatan Kendari Barat berada pada
ketinggian 3 meter di atas permukaan laut.
b) Keadaan Iklim
Suhu, Kelembaban, dan Curah Hujan
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, di Kota Kendari hanya dikenal dua musim yakni
musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang
bertiup diatas wilayahnya. Menurut data yang diperoleh dari Badan Metereologi, Klimatologi dan
Geofisika Stasiun Metereologi Maritim Kendari tahun 2010 terjadi 258 hari hujan dengan curah
hujan 2,859,3 mm.
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam factor. Permengabedaan ketinggian dari
permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang
sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah
Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis.
Keadaan Iklim
Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata.
Musim ini dikenal sebagai musim pancaroba atau peralihan antara musim Hujan dan musim
Kemarau. Pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal
dari benua Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan kurangnya curah
hujan di daerah ini, sehingga terjadi Musim Kemarau.
Pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup banyak mengandung uap air
yang berasal dari benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada
bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim Hujan.
Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari tahun 2005 terjadi 205 hh
dengan curah hujan 2.850 mm.
Suhu Udara
Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi Kendari, selama tahun
2005 suhu udara maksimum 32,83 °C dan minimum 19,58 °C atau dengan rata-rata 26,20 °C.
Tekanan Udara rata-rata 1.010,5 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,67 persen.
Kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2005 pada umumnya berjalan normal, mencapai
12,75 m/detik.
3. KABUAPTEN KOLAKA
a) Keadaan iklim
Keadaan musim di daerah ini umumnya sama seperti di daerah lainnya di Indonesia,
mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara
bulan Nopember dan Maret di mana pada bulan tersebut angin Barat yang bertiup dari Asia dan
samudera pasific mengandung banyak uap air.
Musim kemarau terjadi antara bulan Mei dan Oktober di mana antara bulan tersebut angin
Timur yang bertiup dari Australia sifatnya kering dan kurang mengandung uap air. Khusus pada
bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini
dikenal sebagai musim pancaroba. Curah hujan di wilayah ini umumnya tidak merata, hal ini
menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah derah kering.
Wilayah daerah basah dengan curah hujan lebih dari 2.000 mm per tahun berada pada wilayah
sebelah utara jalur Kolaka meliputi Kecamatan Kolaka, Kecamatan Wolo, dan Kecamatan
Mowewe dengan bulan basah sekitar 5 sampai 9 bulan dalam setahun. Wilayah daerah kering
dengan curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun meliputi wilayah sebelah selatan dan
Timur meliputi Kecamatan Watubangga, Kecamatan Pomalaa, Kecamatan Wundulako,
Kecamatan Ladongi dan Kecamatan Tirawuta yang memiliki bulan basah antara 3 sampai 4
bulan dalam setahun.
Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan
ketinggian tempat dari permukaan laut. Makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut
akan semakin rendah suhu udaranya dan sebaliknya.
Oleh karena itu wilayah daratan Kabupaten Kolaka mempunyai ketinggian umumnya dibawah
1.000 Meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini
beriklim tropis. Suhu udara minimum sekitar 10ºC dan maksimum 31ºC atau rata-rata antara
24ºC – 28ºC.
b) Topografi
Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Kolaka padaumumnya tediri dari gunung dan bukit
yang memanjang dari utara ke selatan. Diantara gunung dan bukit terbentang datarandataran
yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian dengan tingkat
kemiringan sebagai berikut:
 Antara 0 - 2 % seluas 646 Km2 (9,94% dari luas daratan).
 Antara 2 - 15 % seluas 575 Km2 (8,84% dari luas daratan).
 Antara 15 - 40 % seluas 1.300 Km2 (19,99% dari luas wilayah daratan).
 Antara 40% keatas seluas 3.980 Km2 (61,23% dari luas daratan).
c) Geologi
Dari luas wilayah tersebut menurut jenis tanah terdiri dari 7 (tujuh) jenis tanah yaitu; tanah
podzolik merah kuning seluas 1.728 Km2 (26,59%) dari luas wilayah daratan kemudian tanah
podzolik coklat kelabu seluas 1.268 Km2 (19,51%), lithosol seluas 1.225 Km2 (18,85%) dan
selebihnya terdiri dari tanahregosol, Aluvial, rezina dan mediteran merah kuning.

Anda mungkin juga menyukai