LAPORAN KASUS
Oleh :
NADIA SETYASIH
H1A011017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kasus “Seorang Anak Perempuan 13
bulan dengan Bronkopneumonia dan Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang” ini dapat
penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menempuh
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Bengkulu.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Lenny Elita,
Sp.A, M.Kes selaku pembimbing
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan.
NADIA SETYASIH
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................ 1
A. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
B. TUJUAN ..................................................................................................... 2
C. MANFAAT .................................................................................... ........... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 6
A. BRONKOPNEUMONIA... ......................................................................... 5
B. DIARE AKUT ........................................................................................... 22
BAB III. PENYAJIAN KASUS ...............................................................................27
A. IDENTITAS PENDERITA ........................................................................27
B. DATA DASAR ........................................................................................... 27
C.RESUME………………............................................................................. 34
D. DIAGNOSIS……........................................................................................35
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................35
F. PENATALAKSANAAN............................................................................. 36
G. ANJURAN PEMERIKSAAN……….........................................................37
H. PROGNOSIS……………….......................................................................37
I. CATATAN KEMAJUAN .......................................................................... 38
BAB IV. PEMBAHASAN............................................................................ ........... 41
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 44
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai gejala demam,
batuk, sesak napas, dan adanya ronki basah halus serta gambaran infiltrat pada foto
polos dada. Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernapasan yang serius dan banyak menimbulkan permasalahan yaitu sebagai
penyebab kematian terbesar pada anak terutama di negara berkembang. Pneumonia
disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau
bahkan kimia/benda asing yang teraspirasi. Pada neonatus Streptococcus group B
dan Listeriae monocytogenes merupakan penyebab pneumonia paling banyak. Virus
adalah penyebab terbanyak pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan
bertambahnya usia. Selain itu Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab
paling utama pada pneumonia bakterial. Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia
pneumoniae merupakan penyebab yang sering didapatkan pada anak di atas usia 5
tahun.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan faktor usia yang ikut menentukan dugaan
pola kuman penyebabnya dan gejala klinis ditunjang hasil laboratorium, foto polos
dada. Terapi empiris antibiotika tidak dapat ditunda bila diagnosis pneumonia telah
ditegakkan meskipun secara mikrobiologis sulit ditemulan patogen penyebabnya.
Berbagai macam pedoman terapi empiris antibiotika untuk penanganan pneumonia
pada anak, pertimbangan terapi tergantung umur dan kondisi penderita. Pemberian
imunisasi memberikan arti yang sangat penting dalam pencegahan pneumonia.
Berikut ini laporan kasus mengenai bronkopneumonia dan diare akut
dehidrasi ringan-sedang pada seorang anak perempuan berumur 13 bulan yang
dirawat di Rumah Sakit Dr. M Yunus Kota Bengkulu.
4
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan
mengelola penderita dengan bronkopneumonia dan diare akut dehidrasi ringan-
sedang, sekaligus mencoba membandingkan tindakan yang diberikan berdasarkan
kepustakaan yang ada, sehingga dapat mengarah kepada penatalaksanaan yang lebih
tepat dan rasional.
C. MANFAAT
Laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk belajar
mendiagnosis dan mengelola penderita bronkopneumonia dan diare akut dehidrasi
ringan-sedang,.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkopneumonia
1. Definisi Bronkopneumonia
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.
Bronkopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru
pada bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkus, bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.
2. Epidemiologi
3. Etiologi
33.8 juta episode baru di seluruh dunia dengan 3.4 juta episode pneumonia
berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi kematian
66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV, 99% di antaranya
terjadi di negara berkembang. Data di atas mempertegas kembali peran RSV
sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia anak-balita baik
sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan infeksi lain.
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang
bersumber dari data di Negara maju dapat dilihat di tabel.
Tabel 1.Etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia
dinegara maju
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir - 20 hari Bakteri Bakteri
E.colli Bakteri anaerob
Streptococcus grup B Streptococcus grup D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus
CMV
HMV
3 miggu – 3 Bakteri Bakteri
bulan Clamydia trachomatis Bordetella pertusis
Streptococcus Haemophillus influenza tipe
pneumoniae B
Virus Moraxella catharalis
Adenovirus Staphylococcus aureus
Influenza Virus
Parainfluenza 1,2,3 CMV
4 bulan – 5 Bakteri Bakteri
tahun Clamydia pneumonia Haemophillus influenza tipe
B
Mycoplasma Moraxella catharalis
pneumoniae
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumoniae
Virus Neisseria meningitides
Adenovirus Virus
Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
5 tahun – remaja Bakteri Bakteri
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza
Mycoplasma Legionella sp
pneumoniae
Streptococcus Staphylococcus aureus
7
pneumoniae
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
Faktor non-infeksi 9
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama menelan muntah atau sonde lambung.
zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah, dan bensin.
Bronkopneumoni lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskisis, pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung
pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.
4. Klasifikasi
Stridor Stridor
Sianosis sentral
Gizi buruk
Pneumonia Takipnue
Tarikan dinding
dada dalam (-)
5. Patogenesis
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
11
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Gambar 1 Patofisiologi
12
Patofisiologi :
6. Gejala klinis
7. Pemeriksaan fisik
- Ronki ±, resolusi
wheezing +
- Dullness (+) di lobus
- Dullness (-) yang terkena
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3
dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000
/mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah
bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan 1,6.
Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan,
hanya direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto
rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran
klinis. Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis
pneumonia hanyalah pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan
bahwa tambahan posisi lateral pada foto rontgen toraks tidak meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas penegakkan diagnosis.
lobaris atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar,
berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi
tumor paru disebut sebagai round pneumonia
- Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua
paru berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru disertai dengan peningkatan corakan peribronkial
Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk
pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok,
sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru2,5.
9. Diagnosis
2 bl-5 th Pneumonia + +
berat
Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan batuk dan atau
kesulitan bernafas
dengan bronkodilator
Tuberculosis (TB) - riwayat kontak positif dengan pasien
TB dewasa
- uji tuberculin positif (≥10 mm, pada
keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
- pertumbuhan buruk/kurus atau berat
badan menurun
- demam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang
jelas
- batuk kronis (≥ 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher,
aksila, inguinal yang spesifik.
Pembengkakan tulang/sendi punggung,
panggul, lutut, falang.
Asma - riwayat wheezing berulang, kadang
tidak berhubungan dengan batuk dan
pilek
- hiperinflasi dinding dada
- ekspirasi memanjang
berespon baik terhadap bronkodilator
11. Penatalaksanaan
berikan bikarbonat i.v. = 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg) sebagai dosis awal, dosis
selanjutnya tergantung gambaran klinis 6 jam setelah dosis awal
- Fisioterapi
Indikasi rawat
Kriteria rawat inap, yaitu :
Pada bayi
saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
frekuensi napas > 60 x/menit
distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
tidak mau minum / menetek
keluarga tidak bisa merawat dirumah
Pada anak
saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
frekuensi napas ≥ 50 x/menit
distress pernapasan
grunting
terdapat tanda dehidrasi
keluarga tidak bisa merawat dirumah
Kriteria pulang:
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan peroral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah
12. Komplikasi
13. Prognosis
14. Pencegahan
B. Diare Akut
1. Definisi
2. Etiologi
Golongan Virus :
1. Astrovirus 5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) 6. Norwalk virus
3. Enteric adenovirus 7. Herpes simplex virus *
4. Coronavirus 8. Cytomegalovirus *
Golongan Parasit :
1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia
2. Blastocystis homonis 6. Isospora belli
3. Cryptosporidium parvum 7. Strongyloides stercoralis
4. Entamoeba histolytica 8.Trichuris trichiura
23
3. Manifestasi Klinis
yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai
seperti: batuk, pilek, otitis media, campak.
b. Pemeriksaan Fisik
detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang,
minimal
Extremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,
sianotik
Kencing Normal Berkurang Minimal
Inspeksi:
Keadaan Baik,sadar *Gelisah,rewel *lesu,lunglai/tidak
umum sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
Rasa haus
Minum *haus ingin *malas minum atau
biasa,tidak haus minum banyak tidak bias minum
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah
lengkap dan tinja .
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
26
BAB III
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. HF
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 13 bulan
Alamat : Jl. Titian, Cempaka Permai
Masuk RSDK : 08 Februari 2016, pukul WIB 03.00 WIB
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dengan orangtua penderita tanggal 08 Februari 2016 pukul 15.00
WIB
a. Keluhan utama : sesak napas sejak 1 hari SMRS.
b. Riwayat penyakit sekarang :
4 hari SMRS anak batuk (+), dahak (-), pilek (+), sesak (-), ngik-ngik (-). 3 hari
SMRS, anak demam tinggi (+), menurun ketika diberikan obat penurun panas
kemudian naik kembali, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk (-), gusi
berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri tekan belakang
telinga (-), nyeri telan (-).
28
± 1 hari anak masih batuk dan makin bertambah parah, dahak tidak dapat
dikeluarkan, sesak (+), napas berbunyi grok-grok (+), sesak tidak berkurang
dengan perubahan posisi dan cuaca (+), dan tidak bertambah saat bermain, biru-
biru disekitar mulut (-), demam (+) tinggi terus menerus, bintik-bintik merah
seperti digigit nyamuk (-), gusi berdarah (-). Keluhan disertai muntah 4x/hari
setelah batuk ± @2 sendok makan, berisi dahak (+) warna putih encer (+)
bercampur susu, anak seperti haus sekali, BAB mencret 6x, banyak 1/5 gelas
belimbing, air lebih banyak dari ampas, warna kuning-hijau, lendir (+), darah (+),
berbau busuk. BAK tidak ada kelainan, anak tampak rewel, anak tampak haus,
namun beberapa kali teguk anak berhenti minum karena batuk. Pasien pernah
berobat ke dokter, diberi obat paracetamol dan obat batuk.
e. Riwayat sosial :
Lingkungan : memelihara binatang (-), tepat di sebelah rumah pasien tempat
pengumpulan dan pembakaran sampah hamper setiap pagi hari.
Tetangga ataupun teman bermain pasien tidak ada yang batuk lama.
29
h. Riwayat persalinan.
No Kehamilan dan Persalinan
k. Riwayat imunisasi :
BCG : 1 kali, umur 1 bulan, skar positif.
Polio : 4 kali, umur 0,2,4,6 bulan.
Hepatitis B : 3 kali, umur 0,1,6 bulan.
30
Kesan : Gizi baik, perawakan normal, arah pertumbuhan sesuai garis pertumbuhan
32
Perkembangan :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada tanggal 8 Februari 2016, pukul 15.00 WIB di ruang
Edelweiss kamar 4.
Kesan umum : tampak sakit sedang.
Tanda vital : Nadi : 124 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
RR : 50 x/menit
Suhu : 38,1C
Kepala : normosefal, ubun-ubun besar cekung, dan belum menutup.
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung
(+/+)
Hidung : nafas cuping hidung (+/+), ada sekret.
Telinga : tidak ada sekret .
Mulut : bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-).
Tenggorok : T1-1, faring tidak hiperemis.
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Kulit : tidak ikterus
Dada : simetris, ada retraksi subcostal dan intercostal.
Paru depan : I : simetris, statis, dinamis.
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
A : suara dasar vesikuler (+) meningkat
33
Vesikuler Vesikuler,
Vesikuler, ST (+) ST (+)
ST (+)
C. RESUME
Anak HF, 13 bulan, datang dengan keluhan batuk sejak 4 hari SMRS. 4 hari
SMRS anak batuk (+), dahak (-), pilek (+), sesak (-), ngik-ngik (-). 3 hari SMRS,
anak demam tinggi (+), menurun ketika diberikan obat penurun panas kemudian
naik kembali, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk (-), gusi berdarah (-),
mimisan (-), nyeri tekan belakang telinga (-), nyeri telan (-).
± 1 hari anak masih batuk dan makin bertambah parah, dahak tidak dapat
dikeluarkan, sesak (+), napas berbunyi grok-grok (+), sesak tidak berkurang
dengan perubahan posisi dan cuaca (+), dan tidak bertambah saat bermain, biru-
biru disekitar mulut (-), demam (+) tinggi terus menerus, bintik-bintik merah
seperti digigit nyamuk (-), gusi berdarah (-). Keluhan disertai muntah 4x/hari
setelah batuk ± @2 sendok makan, berisi dahak (+) warna putih encer (+)
bercampur susu, anak seperti haus sekali, BAB mencret 6x, banyak 1/5 gelas
belimbing, air lebih banyak dari ampas, warna kuning-hijau, lendir (+), darah (+),
berbau busuk. BAK tidak ada kelainan, anak tampak rewel, anak tampak haus,
namun beberapa kali teguk anak berhenti minum karena batuk. Pasien pernah
berobat ke dokter, diberi obat paracetamol dan obat batuk
Riwayat kontak TB dalam keluarga (-), tidak ditemukan penyakit yang sama
pada keluarga, riwayat alergi pada keluarga (-), asma (-).
Riwayat kehamilan dan kelahiran kesan tidak ada kelainan. Riwayat
pertumbuhan didapatkan gizi baik, sedangkan perkembangan didapatkan kesan
normal. Riwayat makanan kesan kuantitas cukup, riwayat imunisasi lengkap.
Dari pemeriksaan fisik sewaktu datang ke RS pasien tampak sakit sedang,
kompos mentis, demam (+), batuk (+), sesak (+). Tanda vital didapatkan nadi
124x/mnt, reguler, isi cukup; pernapasan 50x/mnt, reguler, kedalaman cukup;
suhu tubuh 38,10C aksila. Keadaan gizi secara klinis dan antropometri terkesan
gizi baik. Pemeriksaan mata tampak mata cekung, pemeriksaan THT terdapat
35
napas cuping hidung, terdapat sekret. Pada dada terdapat retraksi subcostal dan
interkostal. Pada paru didapatkan suara napas vesikuler meningkat, ronki basah
halus nyaring +/+, eksperium memanjang (-/-). Pemeriksaan fisik lainnya tidak
ditemukan adanya kelainan.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
1. Bronkopneumonia
2. Bronkiolitis
3. Bronkitis akut
4. Asma Bronkiale
Diagnosis Kerja
1. Bronkopneumonia.
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah (tanggal 08 Februari 2016)
Hemoglobin : 11,2 gram /dl
Hematokrit : 33 %
Lekosit : 18.000 /mm3
Trombosit : 182.000 /mm3
Kesan : Leukositosis
b. X-foto thorak : (tanggal 08 Februari 2016)
36
F. PENATALAKSANAAN
- Mengatur posisi kepala dan dada sedikit terangkat 10 – 30 derajat
sehingga leher agak terekstensi
- O2 kanul 2 liter/menit
- Infus KaEN 1 B 15 tetes makro/menit
- Paracetamol 3x1cth
- Cefotaxim 2x250 mg
- Pulv batuk pilek 3x1 pulv
- L-Bio sac 2x1
- Zinc syr 2x1 cth
- Oralit sach setiap kali mencret
- Fisioterapi dada
G. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum.
- Pemeriksaan feses rutin,
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
I. Follow-Up
Tanggal Pemeriksaan Fisik Assesment Terapi
9-2-2016 Keluhan Sesak napas (+) berkurang, batuk-pilek (+) Assesment : - Mengatur posisi kepala dan dada
berkurang, mencret berkurang 1. Bronkopneumonia.
Keadaan umum Tampak sakit sedang 2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedikit terangkat 10 – 30 derajat
sedang. sehingga leher agak terekstensi
- O2 kanul 2 liter/menit
Pemeriksaan Fisik - Infus KaEN 1 B 15 tetes
TV : nadi 118x/menit, i/t cukup
RR 48 x/menit makro/menit
Suhu 37C - Cefotaxim 2x250 mg
Kepala Normosefal, ubun-ubun besar cekung, dan - Pulv batuk pilek 3x1 pulv
belum menutup - L-Bio sac 2x1
Mata Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera
ikterik (-), mata cekung (+) - Zinc syr 2x1 cth
Hidung Nafas cuping (+), sekret (+) - Oralit sach setiap kali mencret
Mulut Bibir kering (+), sianosis (-), selaput lendir
kering (-), lidah kotor (-) - Fisioterapi dada
Tenggorok T1-1, faring hiperemis (-)
Leher Simetris, pembesaran limfonodi (-).
Thorak Simetris, statis, dinamis, retraksi subcostal
dan intercostal (+).
BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)
Jantung SD vesikuler (+) meningkat, ronkhi basah
Pulmo halus nyaring (+/+) berkurang, eksperium
memanjang (-)/(-)
Abdomen Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+)
normal.
Hepar tak teraba.
Lien tak teraba.
Ekstremitas Sup Inf
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refil < 2 II < 2 II
Tanggal Pemeriksaan Fisik Assesment Terapi
10-2-2016 Keluhan: Sesak napas (-), batuk (+) berkurang, pilek Assesment : - Infus KaEN 1 B 15 tetes
(-), mencret (-) 1. Bronkopneumonia.
makro/menit
Keadaan umum Tampak sakit sedang 2. Diare akut dengan dehidrasi
ringan-sedang. - Cefotaxim 2x250 mg
Pemeriksaan Fisik
- Pulv batuk pilek 3x1 pulv
TV: Nadi 118x/menit, i/t cukup - L-Bio sac 2x1
RR 38 x/menit
- Zinc syr 2x1 cth
Suhu 36,8C
- Oralit sach setiap kali mencret
Kepala Normosefal, ubun-ubun besar datar, dan
- Fisioterapi dada
belum menutup
Mata Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera
ikterik (-), mata cekung (-)
Hidung Nafas cuping (-), sekret (-)
Mulut Bibir kering (-), sianosis (-), selaput lendir
kering (-), lidah kotor (-)
Tenggorok T1-1, faring hiperemis (-)
Leher Simetris, pembesaran limfonodi (-).
Thorak Simetris, statis, dinamis, retraksi subcostal
dan intercostal (-).
Jantung BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)
Pulmo SD vesikuler (+) normal, ronkhi basah halus
nyaring (+/+) semakin berkurang,
eksperium memanjang (-)/(-)
Abdomen Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+)
normal.
Hepar tak teraba.
Lien tak teraba.
Ekstrmitas Sup Inf
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refil < 2 II < 2 II
11-2-2016 Keluhan: Sesak napas (-), batuk (+) sedikit, pilek (-), Assesment : -
mencret (-) 1. Bronkopneumonia.
Tanggal Pemeriksaan Fisik Assesment Terapi
Keadaan umum Tampak sakit sedang 2. Diare akut dengan dehidrasi - Boleh pulang
ringan-sedang.
- Cefixime sirup 2x0,2 cc
Pemeriksaan Fisik
- Zinc syr 2x1 cth
TV: Nadi 116x/menit, i/t cukup
- Apialys drop 1x0,6 cc
RR 36 x/menit
Suhu 36,8C
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien ini ditegakkan
diagnosis bronkopneumonia.
Dari anamnesis didapatkan :
- Keluhan utama sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak tidak berkurang dengan
perubahan posisi dan cuaca, dan tidak bertambah saat bermain sesak. Napas
berbunyi grok-grok.
- Pasien juga mengalami demam tinggi terus menerus sejak 3 hari. Menurun kjika
diberi obat penurun panas.
- Pasien mengalami batuk sejak 4 hari SMRS. Batuk berdahak tetapi sulit
dikeluarkan.
Dari pemeriksaan fisik pada waktu pasien datang ke RS didapatkan :
- Demam (suhu 38,10C), takipneu (RR 50 x/menit), napas cuping hidung (+). Hal
ini menunjukkan adanya kesulitan bernapas pada pasien.
- Pada pemeriksaan paru didapatkan suara vesikuler meningkat, ronki basah halus
nyaring pada seluruh lapang paru, retraksi subcostal dan interkostal.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang menandakan
adanya infeksi bakteri. Pada pemeriksaan foto toraks AP ditemukan infiltrat
periphiler bilateral, terutama dextra dan penebalan hilus kanan. Kesan
bronkopneumonia.
Diagnosis banding yang paling lazim dari bronkopneumonia adalah
bronkiolitis karena tidak adanya demam yang tidak terlalu tinggi, usia pasien 3-6
bulan, pada bronkiolitis insidens tertinggi pada usia 3-6 bulan, tidak adanya batuk
kering, dan tidak ditemukan mengi.
Diagnosis banding asma bronkiale dapat disingkirkan atas dasar bahwa pada
penderita ini tidak dijumpai keadaan yang mendukung asma berupa : riwayat atopy
pada keluarga, serangan/episode sesak yang berulang-ulang, mulainya mendadak
tanpa infeksi yang mendahului, ekspirasi yang sangat memanjang.
42
Selain itu dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien ini
ditegakkan diagnosis diare akut dehidrasi ringan-sedang. Dipikirkan diare akut
karena adanya pertambahan frekuensi defekasi yakni lebih dari 3 kali disertai
perubahan konsistensi tinja yang menjadi cair, berampas tetapi tidak ada darah
dengan onset 2 hari. Pada pasien ini frekuensi mencret 6 kali, dengan volume 1/5
gelas belimbing, konsistensi cair, terdapat lendir, darah tidak ada dan berbau busuk
maka dicurigai penyebab diare adalah bakteri. Pasien ini juga mengalami dehidrasi
yang ditandai dengan keadaan umum pasien rewel, pasien seperti haus sekali, BAK
yang sedikit, ubun-ubun cekung, mata cekung, bibir dan mukosa kulit kering, turgor
kulit menurun. Menurut WHO dengan penilaian berdasarkan keadaan umum anak
rewel, mata cekung, dan mulut kering, maka pasien ini masuk dalam kategori
dehidrasi derajat ringan-sedang.
Tatalaksana awal pada pasien ini diberikan:
- O2 kanul 1 liter/menit untuk mengatasi sesak napas yang dialami pasien
- Infus KaEN 1 B 15 tetes makro/menit karena intake sulit pada pasien ini. Dipilih
KaEN 1 B karena tidak ditemukan perut kembung dan bising usus menurun yang
menandakan kekurangan kalium, dengan kebutuhan Na+ pasien ini 33-44
mEq/hari yang tercukupi dalam infus KaEn 1 B sebesar 38,5 mEq/L.
- Antibiotik cefotaxim 2x250 mg untuk infeksi bakteri gram negatif karena dalam
kasus ini disertai diare akut yang paling banyak disebabkan oleh bakteri gram
negatif.
- Pulv batuk pilek 3x1 pulv. Kortikosteroid adalah sebagai anti inflamasi sehingga
dapat meringankan obstruksi. Obat mukolitik dipertimbangkan pemberiannya
dalam kaitannya dengan adanya hipersekresi mucus, selain itu dipertimbangkan
juga efek bronkodilator dan antihistamin.
- L-Bio sac 2x1 membantu melindungi sistem saluran cerna.
- Zinc syr 2x1 cth untuk menurunkan frekuensi buang air besar dan volume feses
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Diberikan
selama 10 hari dengan dosis usia > 6 bulan adalah 20 mg per hari.
- Oralit sach sebanyak 100-200 ml setiap kali mencret untuk ikut membantu
menggantikan elektrolit yang hilang.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Garna, herry, dkk. 2005. Pedoman diagnosis dan terapi. Bandung : UNPAD
2. Hegar, badriul. 2010. Pedoman pelayanan medis. Jakarta : IDAI.
3. Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit standar
WHO. Jakarta : Depkes
4. Price, Sylvia Anderson.1994. Pathophysiology : Clinical Concepts Of
Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC
5. Smeltzer, Suzanne C.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume
I.Jakarta : EGC
6. Sastroasmoro, sudigdo, dkk. 2007. Panduan pelayanan medis dept. IKA.
Jakarta : RSCM
7. Rahajoe, Nastini.N.2008.Buku Ajar Respirologi,Edisi 1.Jakarta : IDAI
8. Nelson .2000.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15,Volume 2.Jakarta :EGC.