Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

EPILEPSI

A. PENGERTIAN
Epilepsi adalah kompleks gejala yang terdiri dari beberapa gangguan fungsi otak yang
dicirikan dengan kejang berulang. Epilepsi mungkin disertai dengan hilangnya kesadaran,
pergerakan berlebihan atau kehilangan tonus otot atau pergerakan otot da gangguan perilak,
alam perasaan sensasi dan persepsi. (Brunner& suddarth. 2013)
Epilepsi adalah otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya
serangan paroksisimal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara
berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratoris. (Bararah, taqiyyah. 2013)

B. ETIOLOGI
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik) sering terjadi pada:
1. Trauma lahir, asphyxia neonatorum.
2. Cedera kepala, infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat atau alkohol.
4. Demam, gangguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia).
5. Tumor otak
6. Kelainan pembuluh darah.

C. MANIFESTASI KLINIS
Kejang berkisar dari episode tertegun sementara sampai pergerakan konvulsif yang
memanjang disertai dengan hilang kesadaran. Kejang diklasifikasikan sebagai kejang parsial,
umum, dan tidak diklasifikasikan berdasarkan area otak yang terganggu. Aura sensasi
premonitory atau peringatan dapat terjadi sebelum kejang ( mis, melihat cahaya berkilau,
mendengar suara).
1. Kejang parsial sederhana
Hanya satu jari tangan atau tangan yang bergetar, mulut daoat terhentak-hentak secara tidak
terkontrol, pasien dapat berbicara kacau, pening atau dapat mengalami penglihatan, suara
bau, atau pengecapan yang tidak biasa atau tidak menyenangkan semua tanpa kehilangan
kesadaran.
2. Kejang parsial kompleks
Pasien tetap tidak bergerak atau bergerak secara otomatis tetapi tidak sesuai dengan waktu
dan tempat, dapat mengalami emosi ketakutan, kemarahan, elasi/kesenangan, atau
iritabilitas yang berlebihan dan tidak mengingat episode kapan kejang tersebut berakhir.
3. Kejang umum (kejang grand mal)
Kejang umum mengenai kedua hemisfer otak. Terjadi kekakuan yang intens diseluruh
tubuh, diikuti dengan perubahan relaksasi dan kontraksi otot (kontraksi tonik-klonik
umum).
a. Kontraksi otot diafragma dan otot dada secara bersamaan menghasilkan “pekikan”
epileptik yang khas.
b. Lidah terkunyah, pasien mengalami inkontinensia urine dan feses.
c. Pergerakan konvulsif berlangsung selama 1 sampai 2 menit.
d. Pasien kemudian rileks dan terbaring dalam kondisi koma yang dalam, bernafas dengan
berisik.
4. Status prostiktal
Setelah kejang, pasien seringkali mengalami kebingungan dan sulit dibangunkan serta dapat
tertidur selama berjam –jam. Banyak yang mengeluh sakit kepala, sakit otot, keletihan dan
depresi.
D. WOC
Tumor serebri, gejala sisa Gerakan mekanik
meningitis, ensefalitis, pada otak
E.kontusia
v serebri, trauma lahir. Potensial membran sel saraf
menurun

Asitilkolin tertimbun
Muatan listrik lepas dari sel saraf
dipermukaan otak

Adanya sikatrik kejang


pada permukaan
otak Hiperaktivitas neuron
Menekan otak
Peningkatan
Rusak suatu area pengeluaran energi
dari jaringan listrik

Kebutuhan energi menurun


Reflek menelan
hilang Metabolisme meningkat
Regurgirasi aspirasi

Obstrusksi jalan nafa Pengeluaran energi listrik oleh


sel-sel saraf motorik dapat
Ketidakef meningkat sampai 1000/dt
hipoventilasi
ektifan
pola nafas
Hipoxia jaringan Aliran darah serebral
meningkat
Hipoxia jaringan otak
Peningkatan TIK

Gangguan perfusi
jaringan serebral Gangguan kesadaran
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan : untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnnormal,
gangguan degeneratif serebral.
b. Elektroensefalogram (EEG): Untuk mengklasifikasi tipe kejang, wkatu serangan.
c. Magnetik Resonance Imaging (MRI)
d. Kimia darah: hipoglikemia, peningkatan BUN, kadar alkohol darah.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaana epilesi dan status epileptikus direncanakan sesuai dengan kebutuhan saat
ini dan jangka panjang serta direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien karena beberapa
kasus muncul akibat kerusakan otak dan kasus lainnya di sebabkan oleh perubahan kimiawi
otak. Tujuan terapi adalah untuk menghentikan kejang dengan segera, untuk memastikan
oksigenasi serebral yang adekuat dan untuk mempertahankan status bebas kejang.
Jalan napas buatan dan oksigenasi yang adekuat (intubasi jika perlu) dipasang, begitu juga
selang IV untuk pemberian obat dan mendapatkan sampel darah untuk analisis.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dapatkan riwayat kejang secara lengkap. Tanyakan tentang faktor atau peristiwa yang
mempresipitasi terjadinya kejang, dokumentasikan tanpa alkohol. Kaji apakah pasien
mengalami aura sebelum kejang epilepsi, yang dapat mengidentifikasikan asal mula kejang
(mis, melihat kilauan cahaya dapat mengidentifikasikan bahwa kejang berasal dari dalam lobus
oksipital). Pantau atau kaji kondisi neurologis selama dan setelah kejang. Kaji tanda tanda vital
dan neurologis secara kontinu. Pasien dapat meninggal akibat gangguan pada jantung atau
depresi pernapasan. Kaji efek epilepsi pada gaya hidup.
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan kejang
b. Riwayat kejang demam
c. Tumor intrakranial
d. Trauma kepala terbuka, stroke.
2. Riwayat kejang
a. Berapa sering terjadi kejang.
b. Gambaran kejang seperti apa.
c. Apakah sebelum kejang ada tanda tanda awal.
d. Apa yang dilakukan pasien setelah kejang.
3. Riwayat penggunaan obat
a. Nama obat yang dipakai
b. Dosis obat
c. Berapa kali penggunaan obat
d. Kapan putus obat.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Abnormal posisi mata
c. Perubahan pupil
d. Gerakan motorik
e. Tingkah laku setelah kejang
f. Apnea
g. Cyanosis
h. Saliva banyak
i. Psikososial
j. Usia.
k. Jenis kelamin
l. Pekerjaan
m. Peran dalam keluarga
n. Strategi koping yang digunakan
o. Gaya hidup dan dukungan yang ada.
5. Pengetahuan pasien dan keluarga
a. Kondisi penyakit dan pengobatan
b. Kondisi kronik
c. Kemampuan membaca dan belajar.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
b. Radiologi.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

2.

3.

4.

5.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Intoleransi Aktivitas b. d........
Tujuan :

KriteriaHasil :
1.
2.
3. dst

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL

2.

Tujuan :

KriteriaHasil :

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
3.

Tujuan :

KriteriaHasil :

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
K. REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai