OLEH :
FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT NURSING TEAM
MODUL
MANAJEMEN DAN PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI UNIT RUANG RAWAT RUMAH SAKIT
I. DESKRIPSI MODUL
Modul ini terdiri dari Manajeman asuhan keperawatan profesional (MAKP),
Manajeman pengelolaan Staf dan Manajeman Logistik dalam keperawatan
dimana dalam manajemen pelayanan keperawatan di unit ruang rawat
mencakup: sistem klasifikasi pasien, kebutuhan perawat dan sistem
penjadwalan, metode pemberian asuhan keperawatan, kebutuhan sarana-
prasarana serta keterampilan spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan
ditambah dengan penerapan Supervisi dan delegasi dalam keperawatan.
II. KOMPETENSI
2|Page
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
3|Page
V. METODA
1. Ceramah, tanya, jawab
2. Studi kasus
3. Diskusi
4. Role play
5. Praktika dengan pendekatan pemecahan masalah
6. Praktik terintegrasi dengan kompetensi lainnya.
VI. MEDIA
1. Kasus serta situasi dan kondisi unit ruang rawat di RS
2. AVA
3. Flipchart/whiteboard
VII. EVALUASI
1. Tes tertulis
2. Tes lisan
3. Observasi
VIII. REFERENSI
Schober Madren and McKay Nancy :Collaborative Practice in the 21 st
Century. International Council of Nurses.
Baggs, J & Schmitt, M. (1981). Collaboration between Nurses and
Physicians. Image : Journal of Nursing Scholarship. Vol 20 (3)
Berger, KJ & William, M.B. (1992). Fundamental of Nursing : collaborating
for optimal health. Connecticut : Appleton & Lange
Congeniality. (1999). Communication, collegiality and collaboration can
improve relationship between MDs, RNs and patients. Nurse Week.
Depkes RI, Pusdiklat, 2002, Metode pembelajaran, Modul 2: Syaefudin,
Jakarta.
Lunandi, LG, 1990, Pendidikan Orang Dewasa, PT, Gramedia, Jakarta
Scwanburg, Managament and Leadership in Nursing, Philadelphia.
Watts, Nancy T., 1990, Hand of Clinical Teaching, Churchil Livingstone.
New York
WHO-DEPKES-UGM, 2001, 2003, Paketan Mentri SPMKK, Jakarta.
Yeung Rob, 2001, Coaching People (pelatihan karyawan), PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2003, Media Promosi Kesehatan
indonesia, Juli 2001, Jakarta.
IX. LAMPIRAN
1. Lembar Bacaan
2. Penugasan berupa kasus-kasus
4|Page
LEMBAR BACAAN
b. Metode Tim
Metode tim merupakan sistem pemberian asuhan keperawatan yang umum
digunakan. Dalam metoda ini seorang perawat profesional yang berijazah,
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dibidangnya memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Dalam memberikan asuhan kepada
sekelompok klien dilakukan melalui upaya kooporatif dan kolaboratif
(Douglas, 1992).
6|Page
Tugas dan tanggung jawab kepala perawat diruang perawatan
1). Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf.
2). Membantu staf menetapkan sasaran dari unit atau ruangan
3). Memberikan kesempatan dan bantuan kepada ketua tim untuk
pengembangan kepemimpinan / manajemen.
4). Menjadi narasumber atau konsultan bagi tim
5). Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan
6). Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Keuntungan:
1). Memanfaatkan semua kekuatan anggota tim.
2). Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
3). Pengambilan keputusan organisasi mendekati ”groos root”
4). Komunikasi diantara anggota tim baik karena sering diskusi
mengenaiasuhan keperawatan pasien.
5). Perasaan turut berkontribusi dalam tim terpeliharaan baik.
6). Meningkatnya kepuasan pasien.
7). Biaya efektif.
Kerugian:
1). Diperlukan pengalaman dan ketrampilan ketua tim.
2). Diperlukan staf yang adekwat.
3). Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat.
4). Dapat mengarah pada fragmentasi pelayanan bila konsep timtidak
diimplementasikan secara total.
5). Sering mendapat kesulitan dalam menetapkan waktu untuk
konferensi dan membuat rencana keperawatan.
7|Page
Keperawatan Tim
Pasien Pasien
c. Metoda Primer
8|Page
Tugas dan tanggung jawab perawat primer.
1). Memenuhi kebutuhan pasien secara total selama dirawat di rumah
sakit.
2). Melakukan pengkajian secara komprehensif dan merencanakan
asuhan keperawatan.
3). Mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan
asuhan keperawatan dan membuat rencana pulang pasien
4). Memberikan asuhan keperawatan pasien sesuai rencana dan
mengkoordinasikan dengan tim anggota kesehatan lain : dokter,
dietisien, perawat lain , menginformasikan keadaan pasien kepada
kepala ruangan, dokter, dan staf keperawatan.
5). Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat, membuat jadual perjanjian klinik,
mengadakan kunjungan rumah dan lain-lain.
9|Page
Kerugian:
1). Diperlukan perawat berpendidikan dan berpengalaman.
2). Diperlukan kemampuan komunikasi yang baik antara perawat
primer dengan rekan perawat ( Perawat asosiat).
3). Perawat primer dapat mengambil tanggung jawab rekan perawat
untuk mengimplementasaikan asuhan keperawatan yang diberikan.
4). Karena pindah keunit yang berbeda pasien dalam kondisi kritis
kemungkinan mempunyai beberapa perawat primer.
5). Biaya tinggi.
6). LOS menjadi singkat.
Keuntungan yang diperoleh rumah sakit adalah rumah sakit tidak harus
mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus
merupakan perawat yang bermutu tinggi.
Keperawatan primer
Perawat Primer
d. Metoda Moduler
10 | P a g e
Tugas dan tanggung jawab kepala perawat
1). Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatam pasien.
2). Memberikan motivasi pada staf perawat.
3). Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan
Keuntungan
1). Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
3). Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
4). Membaiknya kontinyuitas dan koordinasi asuhan.
5). Meningkatnya kepuasan pasien.
6). Biaya efektif
Kerugian.
1). Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi
pasien yang tidak diharapkan
2). Diperlukan pengalaman dan ketrampilan ketua tim.
3). Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat.
11 | P a g e
3) Praktek kerjasama Tim.
4) Kualitas sistem manajemen yang diterapkan.
5) Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.
6) Menggunakan”Critical pathway” (hasil) atau asuhan MAPS
(Multidisciplinary Action Plans) yaitu kombinasi”Clinical Path dengan
Care Plans).
7) Promosi praktek keperawatan profesional
12 | P a g e
Manajemen Kasus I
Administrator Keperawatan
Manajemen Kasus II
Administrator Keperawatan
f. Partnership model
Model ini kombinasi antara perawat primer dengan perawat vokasi (LPN/LVN)
atau perawat pembantu (asisten nurse) untuk bekerja bersama secara
konsisten.
Keuntungan
1. Biaya lebih efektif dari keperawatan primer.
2. Perawat primer dapat mendorong peningkatan dan melatih partnernya.
Kerugian
1. Kemungkinan perawat primer mengalami kesulitan dalam
mendelegasikan pada partnernya.
2. Partnership yang konsisten sulit dipertahankan karena jadwal yang
bervariasi.
Keuntungan
1. Pasien hanya kontak dengan petugas.
2. Perawat hanya bekerja di unit sehingga bisa menggunakan lebih banyak
waktu untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung.
13 | P a g e
3. Tim di supervisi oleh perawat profesional.
4. Perawat profesional bertanggung jawab dan gugat untuk pelayanan
secara luas dan berfungsi lebih tinggi.
Kerugian
1. Perubahan struktur organisasi yang besar.
2. Unit/deparatemen lain harus mengakui kepemimpinan keperawatan.
3. Kepala ruangan harus mensupervisi berbagai macam pegawai.
Pasien
14 | P a g e
IDENTIFIKASI SISTEM KLASIFIKASI PASIEN PADA
UNIT RUANG RAWAT
Definisi :
Suatu sistem yang dibangun untuk untuk menentukan beban kerja dan kebutuhan
jumlah perawat.
Tujuan :
Menentukan jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan
Perencanaan staf menjadi pasti yang disesuaikan kondisi pasien pada unit,
seperti perbandingan kebutuhan perawat antara register, staf nurse dan
asisten nurse
Menentukan sistem penugasan yang efektif
Tenaga perawat menjadi lebih dapat ditentukan sesuai dengan kemampuan
dan beban kerjanya
Menentukan anggaran biaya pelayanan keperawatan yang sebenarnya
Menggambarkan waktu yang akan digunakan untuk menentukan biaya
perawatan. Keuntungan dan kerugian dapat dipastikan
Memberikan kemampuan pada menejer keperawatan untuk mengendalikan
dan menguasi pelayanan
Sistem klaifikasi pasien menjadikan menejer keperawatan dapat membuat
standar mutu sesuai kondisi pasien dan hal ini menjadikan keputusan untuk
mengurangi kualitas dari berkurangnya waktu dan biaya personal (perawat)
secara terus menerus dan dapat meningkatkan prosedur secara efektif,efisien
sesuai protokol.
Keberimbangan produktivitas out put dan in put
Sistem klasifikasi pasien dapat membantu menentukan produktivitas fungsi
perawat agar sesuai antara pemasukan dan pengeluaran. Mengurangi biaya
pemasukan sama dengan mengurangi biaya keluar.dalam sistim perpektif
pembiayaan, sistem pengeluaran menjadi ukuran pasien keluar, pengeluaran
menjadikan kriteria dalam produktifitas kualitas perawatan.
15 | P a g e
Douglas (1992, dalam Sitorus, 2006) bahwa derajat ketergantungan klien dibagi
dalam tiga katagori:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/ 24 jam, Kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulansi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift )
e) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
16 | P a g e
b) Keadaan umum: tampak sakit ringan perlu pemantauan tanda-tanda
vital, test gula darah urin, terpasang drain atau infus yang sederhana
c) Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: membutuhkan
waktu 5-10 menit per-shift, sedikit bingung atau agitasi tapi terkendali
dengan obat.
d) Pengobatan dan tindakan: membutuhkan waktu 20-30 menit per-shift,
perlu sering dievaluasi keefektifan pengobatan dan tindakan, perlu
observasi status mental setiap 2 jam.
17 | P a g e
MANAJEMAN LOGISTIK KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat sehingga
manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan banagaimana cara mencapai
tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan
dipergunakan secara efisien dan efektif (Subagya, 1994).
B. TUJUAN LOGISTIK
Adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam
jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan dan dengan total biaya yang
terendah (manajemen bangsal keperawatan, 2004).
C. MANAJEMEN LOGISTIK
Kegiatan manajemen logistik meliputi berbagai fungsi: perencanaan,
penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pemeliharaan dan
pengendalian.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan proses menetapkan sasaran, pedoman dan dasar
ukuran untuk penyelenggaraan pengelolaan dan perlengkapan bidang
logistik.
18 | P a g e
Fungsi perencanaan terdiri dari:
1. Menghindari kekosongan peralatan
2. Menghindari pengumpulan peralatan
3. Menentukan anggaran.
4. Menyediakan jumlah dan jenis peralatan sesuai kebutuhan
b. Penganggaran
Pengukuran penyelenggaraan bidang logistik dan merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar sesuai dengan standar
yang berlaku.
c. Pengadaan
Merupakan proses pemenuhan kebutuhan barang atau jasa dengan kualitas
yang terbaik dan harga yang minimal
d. Penyimpanan
Merupakan proses penyelenggaraan penerimaan, penyimpanan,
penyaluran barang agar pada saat diperlukan dapat dilayani dengan cepat
dan tepat.
Barang yang diterima akan disimpan dalam gudang dan dikelola dengan baik.
19 | P a g e
jumlahnya masih kurang atau rusak, petugas harus menulis jenis
barang yang kurang atau rusak.
2) Pembongkaran dan pemeriksaan barang.
3) Penyelesaian penerimaan laporan (receiving report)
4) Pengiriman barang.
e. Pendistribusian
Merupakan proses dimana dilakukan pengurusan, penyelenggaraan dan
pengaturan pemindahan barang dari tempat penyimpanan ke tempat
pemakai (user).
f. Penghapusan
Merupakan kegiatan penelitian dan pelaksanaan penghapusan barang dari
pertanggung jawaban yang berlaku, sehingga barang tersebut dihapuskan
dari tata usaha material
g. Pengendalian
Merupakan tindakan yang memastikan pelaksanaan sesuai dengan rencana
yang ditentukan dengan menggunakan umpan balik untuk meyakinkan
bahwa tujuan tercapai.
D. PERALATAN KEPERAWATAN
20 | P a g e
2. Alat kesehatan untuk pelayanan keperawatan
Dalam pengadaan alat kesehatan diperhatikan aspek:
a. Mudah dibersihkan
b. Tidak mudah berkarat
c. Ukuran stadnar secara umum (dewasa, anak, bayi)
d. Aman penggunaan baik bagi petugas dan klien
e. Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
f. Untuk alat-aat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan ergonomi
g. Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat
h. Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur.
i. Alat rumah tangga.
j. Alat pencatatan dan pelaporan
5. Standar pengeloloaan
standar pencatatan alat
perencanaan peralatan yang terintegrasi dalam perencanaan RS
1) mengidentifikasi kebutuhan sesuai standar
2) menyusun perencanaan
3) melakukan koordinasi dgn unit kerja terkait
standar pengadaan alat
21 | P a g e
1) melaksanakan pengadaan sesuai prosedur
2) melaksanakan proses penerimaan
3) pelatihan cara penggunaan alat
standar penghapusan alat
1) sesuai dengan ketentuan
2) melaksanakan koordinasi
Contoh:
Standar peralatan keperawatan dan kebidanan
Alat tenun dan kebidanan diruang rawat inap dengan kapasitas 30 pasien pada
ruangan
22 | P a g e
MANAJEMAN PENGELOLAAN STAF
I. PENDAHULUAN
23 | P a g e
Langkah-langkah dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan:
4. Beban kerja ( jumlah hari kerja perawatan, jumlah jam kerja perawat, jumlah
dan klasifikasi klien dan jumlah jam perawatan). Kelebihan beban kerja atau
kekurangan beban kerja dapat mempengaruhi mutu asuhan yang diberikan.
Beban kerja berlebihan membuat perawat kelelahan, mudah sakit
meyebabkan menurunnya produktifitas dan kinerja.
24 | P a g e
5. Kualifikasi tenaga keperawatan sesuai persyaratan
Setiap unit pelayanan keperawatan berbeda membutuhkan kualifikasi tenaga
perawat yang berbeda pula. Unit pelayanan keperawatan khusus (ICU, ICCU,
Kanker, Anak , dll) membutuhkan tenaga perawat yang memiliki
sertifikat/kualfikasi khusus. Perawat yang bertugas di ICU dimana pasien
yang dirawat mempunyai masalah keperawatan kompleks (gangguan
hemodinamik atau pernapasan, dll), dipersyaratkan memiliki kompetensi
khusus.
3. Evaluasi faktor
Berdasarkan jumlah point, berdasarkan indikator kritikal
(relative value units)
25 | P a g e
b. Cek keadaran ( saraf ) tiap 2 – 4 jam
III Hygien dan eliminasi. 3
a. Mandi dibantu penuh ( di TT ) 3
b. Bed pan dg dibantu 2 orang
IV Pengobatan. 3
a. Oksigen terus menerus/ intra vena. 4
b. Transfusi drh/ infus terus menerus.
V Aktifitas/ mobilisasi 3
Berjalan dibantu 2 orang/ tukar posisi.
I Makan dan Minum 2
a. Makan / minum sendiri 4
b. Makan/minum dibantu ( JT ) tiap 4 jam
II Pengkajian 2
a. Tanda vital ( T,N,P,S ) tiap 4 jam 2
b. Cek keadaran ( saraf ) tiap 2 – 4 jam
III Hygien dan eliminasi. 3
a. Mandi dibantu penuh ( di TT ) 3
b. Bed pan dg dibantu 2 orang
IV Pengobatan. 3
a. Oksigen terus menerus/ intra vena. 4
b. Transfusi drh/ infus terus menerus.
Misalnya:
26 pasien dengan jumlah jam keperawatan 109,5 jam sehingga rata – rata
jumlah jam keperawatan 5,3 jam
Berbagai metoda perhitungan tenaga perawat dapat digunakan, namun prinsip
dasarnya dapat mencakup beberapa hal dibawah ini
Perhitungan tenaga keperawatan didasarkan pada :
1. Derajat ketergantungan pasien.
26 | P a g e
a. Kualifikasi pasien ( SC, PC, TC,IC ).
b. Jumlah jam keperawatan ( 2,5 jam, 4,5 jam; 6 – 6,5 jam; 9 – 10 jam )
Swansburg
Rawat Inap : Jumlah TT 40, BOR 80% ( 32 )
Total care 30% : 12 ps x 6,5 jam = 78 jam.
Partial care 50% : 20 ps x 5 jam = 100 jam.
Self care 20 % : 8 ps x 2,5 jam = 20 jam
Total = 198 jam
27 | P a g e
Jam kerja / mg : 40 jam
140 shif : 5 hari = 28 perawat ( kebutuhan dasar unit ).
II. PENJADWALAN
Proses dimana ada personal staf keperawatan yang adekwat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan unit se hari – hari dan mencapai tujuan organisasi.
28 | P a g e
Manajer keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan
mengelola sumber daya keperawatan dari hari kehari. staf
Keharusan jadwal kerja sore, malam , “week end “ dan hari libur sering menimbulkan
frustasi perawat (Capuano,Fox dan Green, 1992 dalam management decision
making for nurse, 1998) oleh karena itu pengaturan penjadwalan menjadi factor
besar dalam mengembangkan ketidak puasan kerja atau meningkatkan
kepuasaan kerja dan mengadakan retensi staf. Upaya yang dapat memberikan
kepuasan pada staf adalah mengembangkan persepsi diantara staf bahwa mereka
dapat mengontrol penjadwalan, memilih shif dan ikut terlibat dalam kebijakan staf.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penjadwalan
Jadwal dikembangkan bersifat relatif permanen didasarkan kebutuhan staf
dan periode kerja yang menyenangkan.
Perawat dapat mengantisipasi waktu libur mereka karena jadwal
dikembangkan untuk kurun waktu 6 – 12 bulan
Perencanaan personel dibuat sesuai dengan alasan dan kenyataan.
Dapat dimodifikasi untuk antisipasi periode kelebihan beban kerja atau
bersifat sementara untuk memenuhi keadaan emergensi.
Jadwal dibangun berdasarkan persetujuan staf dan manajer.
Pola siklus jadwal dapat merefleksikan kebijakan, kelebihan beban /
menurunnya beban kerja dan pilihan staf.
Pola siklus di evaluasi secara periodik (6 bulan) untuk melihat memenuhi
philosofi, tujuan dan sasaran organisasi divisi keperawatan, dampak financial,
retensi staf, produktifitas, manajemen resiko dan kepuasaan staf serta
kepuasan pasien..
Refleksi pola kombinasi staf.
Keuntungan
Terpenuhinya kebutuhan pasien selama waktu beban kerja memuncak.
Perbaikan kepuasaan staf dan memaksimalkan pendayagunaan staf
PERMASALAHAN STAF
Berbagai permasalahan staf yang sering terjadi adalah :
1. Absensi / mangkir
Banyak hal yang membuat staf absen dari jadwal smestinya
a. demografi,: kodrat sebagai wanita ( melahirkan, menyusui )
b. kehidupan pribadi ( pengalaman traumatik, masalah keluarga )
29 | P a g e
c. Kebutuhan seseorang.
d. Kebijakan organisasi.
e. Perencanaan dan penjadwalan tidak sesuai dengan keinginannya
f.
Mengatasinya:
Ada daftar hadir, pola absen individu, pengembangan ketrampilan,
Sistem penghargaan dan sediakan pengobatan.
Cara mengatasi :
Perbaikan uraian kerja, perubahan sistem rekruitmen, penempatan yg tepat,
program orientasi dan penjadwalan.
3. “ Burn Out “ ( kejenuhan )
a. Terjadi karena individu merasa tidak mampu mengatasi masalah
atau tidak produktif
b. Tidak yakin terhadap peran dan tanggungjawabnya.
c. Merasa kurang diperhatikan.
d. Tidak tahu berbuat apa setelah berupaya semaksimal mungkin.
PENGEMBANGAN STAF
Tujuan unit keperawatan adalah memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
bermutu kepada masyarakat, dan tingkat pengetahuan dan kemampuan dari
perawat berhubungan langsung dengan jumlah staf yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu pengembangan dan pendidikan staf
merupakann fungsi penting bagi manajer keperawatan. Pelatihan yang baik dan
tepat dapat mengurangi kebutuhan staf, sehingga biaya pengembangan staf untuk
meningkatkan produktifitas menjadi efektif. Pengembangan ini diarahkan sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dari institusi rumah sakit. Kegiatan pengembangan dapat berupa :
30 | P a g e
1. “Induction, orientasion dan socialization. Kegiatan ini biasanya diberikan
pada staf perawat baru. Perawat baru di informasi dan dilatih untuk dapat
melalukan tanggung jawab terhadap pekerjaan dimana mereka ditempatkan.
a. Induction training, proses pengembangan awal setelah mereka di
rekruit. Proses ini meliputi semua aktifitas yang mendidik perawat baru
mengenai hal yang menyangkut organisasi Rumah Sakit. Induction
dimulai dengan seperti : tata cara, peraturan ,kebijakan, system yang
berlaku di organisasi (personal) dan prosedur yang diaplikasi untuk
semua karyawan rumah sakit. Induction dimulai dengan penjelasan
riwayat rumah sakit, filosofi, visi, misi ,tujuan, struktur organisasi,
kondisi rumah sakit dan karyawan, identifikasi karyawan (badges), jam
kerja, hari libur, peraturan sakit, system klasifikasi, standar
penampilan, evaluasi penampilan, dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
Pengelolaan staf merupakan proses yang kompleks. Manajer bertanggung jawab
untuk memberikan staf yang adekwat untuk memenuhi kebutuhan asuhan
keperawatan pasien, perhatian terhadap fluktuasi pasien merupakan tantangan
manajer untuk mengelola staf agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan.
Dalam mengembangkan jadwal manajer harus melibatkan staf dan melakukan
evaluasi secara periode untuk dilakukan perbaikan. Manajer mampu
membangun kepercayaan dan spirit team dalam staf serta mencari metoda inovatif
untuk mengatasi berbagai permasalahan staf.
31 | P a g e
SUPERVISI DAN DELEGASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENDAHULUAN
1. Definisi Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan mendapatkan sumber-sumber
yang diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugasnya. (Swanburg, 1999).
Korn (1987) mengatakan bahwa supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong,
memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara terus menerus
dengan sabar, adil, serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan
tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari
perawat
Supervisi dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Pada prinsipnya dalam
kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai pelaksana pasif,
melainkan diperlukan sebagai partner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat,
pengalaman yang perlu didengar, dihargai, diikutsertakan dalam usaha
perbaikan proses keperawatan.
2. Tujuan Supervisi
a. mengorientasi staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
b. melatih staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
c. memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan
d. memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan
dalam memberikan asuhan
e. mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman
32 | P a g e
3. Sasaran Supervisi
a. pelaksanaan tugas sesuai dengan pola
b. struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
c. staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue dan
sistematis
d. penggunaan alat yang efektif dan ekonomis
e. sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
f. pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objektif atau rasional
g. tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan kekuasaan, kedudukan
dan keuangan.
5. Karakteristik Supervisi
a. mencerminkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan yang
sesungguhnya
b. mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang
ada
c. kegiatan yang berkesinambungan dan teratur
d. dilaksanakan oleh atasan langsung
e. menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan
33 | P a g e
3) Pekerjaan seorang supervisor hanya untuk mencari kesalahan
4) Praktik modelsupervisi ini masih banyak terjadi, termasuk dalam
pelayanan keperawatan
b. Model Ilmiah
1) Dilaksanakan secara berencana dan terus menerus
2) Sistematis dan menggunakan prosedur
3) Ada data yang obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil/ nyata
4) Menggunakan rating scale, check list, pedoman wawancara, dsb.
5) Ada upaya perbaikan dan umpan balik hasil
6) Berkaitan erat dengan penelitian
c. Model Klinis
Supervisi klinik adalah satu cara untuk mensupport perawat dimana
mereka harus mempertahankan kompetensi sebagai perawat.
34 | P a g e
b. One To One Supervision
One to one supervision adalah hubungan antara supervisor dan
supervisee yang mengarah pada tujuan belajar yang diinginkan. Tipe ini
memberikan kebebasan berkreasi pada individu dan lebih berfokus
sesuai dengan masalah individu.
c. Group Supervision
Group supervision adalah “Clinical Supervision” dimana group perawat
bertemu bersama. Keuntungan tipe ini adalah masukan dari sejumlah
orang, pertukaran pengalaman juga berorientasi pada konseling dan
pendekatan keperawatan, menerima support dari mereka sendiri
terutama perawat baru.
35 | P a g e
atau respon terhadap kebijakan/ keputusan organisasi serta mengelola
proses kelompok.
b. Pengawas Perawatan
Beberapa ruang atau unit pelayanan berada dibawah unit pelaksana
funsional (UPF), pengawas bertanggung jawab dalam supervisi
pelayanan keperawatan pada areanya yaitu bebrapa kepala ruang yang
di UPF yang bersangkutan
c. Kepala Seksi
Bebrapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi (Kasie).
Kepala seksi mengawasi pengawas UPF dalam melaksanakan tugasnya
secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
d. Kepala Bidang
Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervisi kepala seksi secara
langsung dan semua perawat tidak langsung. Jadi supervisi berkaitan
dengan struktur organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab,
siapa yang menjadi supervisor dan siapayang disupervisi.
a. Preceptorship
Preceptorship adalah dosen atau instruktur dan memiliki arti yaitu cara
belajar perawat yang dinamik sebagai interaktif proses yang tidak bisa
direncanakan karena banyak hal tidak terduga karena menekan
kebutuhan individu. Preceptorship juga mengidentifikasi pengalaman
perawat dengan tanggung jawabnya pada sekelompok klien, dimana
melakukan pembelajaran seperti mengajar, instruktur, supervise dan role
model.
36 | P a g e
b. Mentorship
Mentor adalah perawat profesional yang berpengalaman memelihara
dan menuntun perawat baru untuk menjadi atau berkembang menjadi
perawat profesional.
Mentoring adalah fenomena yang kompleks dan menyenangkan, natural
dan sangat berarti untuk keuntungan individu dalam membagi
pengalaman dan pengetahuan dengan teman.
Peran mentor:
1) Peran sebagai inspirasi
2) Peran sebagai investor
3) Peran sebagai supporter
b. Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan, sehingga
mungkin terjadi kesenjangan fakta dan dapat dilakukan secara tertulis
37 | P a g e
6) Berjaga-jaga ditempat apabila ada pertanyaan atau permintaan
bantuan
7) Mengatur istirahat jam personil
8) Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul saat itu serta
solusinya
9) Mengecek kecukupan alat/ sarana/ fasilitas sesuai kondisi
operasional
10) Mencatat fasilitas/ sarana yang rusak kemudian melaorkannya
11) Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
d. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
1) Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinyu untuk
15 menit
2) Melihat dengan seksama hal-hal yang terjadi misal: keterlambatan
pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan
e. Sebelum pulang kerumah(15 menit)
1) Membuat daftar masalah yang belum diselesaikan
2) Berusaha menyelesaikan persoalan tersebut besok harinya
3) Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dan hasilnya
4) Lengkapi laporan harian sebelum pulang
5) Membuat daftar pekerjaan untuk besok
6) Membawa pulang dan mempelajarinya dirumah sebelum pergi
bekerja
Kepala ruang adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi tanggung
jawab atau wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan
disatu ruang rawat inap (Depkes RI, 1999).
Tanggung Jawab Kepala Ruang:
1. Manajemen personalia/ ketenagaan : penerimaan, seleksi, orientasi,
pengembangan staf, penilaian kinerja, promosi dan penyediaan ketenagaan
staf keperawatan.
2. Manajemen operasional : perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan
dalam pelayanan keperawatan
3. Manajemen kualitas pelayanan : pengembangan standar asuhan
keperawatan, program kendali mutu, program evaluasi tim, persiapan
akreditasi pelayanan keperawatan
4. Manajemen finansial : budget, cost control dalam pelayanan keperawatan.
38 | P a g e
IV. PENUTUP
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi
memberikan pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan
tugasnya secara efektif dan efisien.
39 | P a g e
INSTRUMEN SUPERVISI
ASUHAN KEPERAWATAN LANGSUNG
RSI SITI HAJAR MATARAM
40 | P a g e
PENDELEGASIAN TUGAS DALAM PEMBERIAN ASUHAN
KEPERAWATAN
Delegasi adalah suatu pelimpahan tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas
dari seseorang keorang lain yang dianggap mampu melaksanakannya.
Contoh pendelegasian:
Dari kepala ruangan kepada ketua Tim:
1. Menyusun daftar dinas staf pelaksana
2. Menentukan tingkat ketergantungan pasien
3. Melakukan audit proses keperawatan
4. Memantau mutu pelayanan keperawtan (BOR,ALOS,TOI)
5. Memantau mutu asuhan keperawtan khusus: angka kejadian infeksi luka
infuse, infeksi luka operasi, kejadian dekubitus, pasien jatuh, kenyamanan
dankepuasan, injuri akibat restrain,dll)
41 | P a g e
Prinsip-prinsip dasar delegasi dalam pelayanan dan asuhan keperawatan
a. Delegator seseorang yang memberikan delegasi
b. Delegasi seseorang yang menerima pendelegasian
c. Pertanggungjawaban – Pemberi delegasi bertanggung jawab terhadap tanggung
tanggap yang diberikan untuk mencapaui tujuan
d. Otoritas harus diberikan pada penerima delegasi agar tujuan tercapai
Accontable – Penerima delegasi harus memegang tanggung gugat terhadap
tujuan dan yang akan dicapai
42 | P a g e
FORMAT 1. PROFIL UNIT RUANG RAWAT
PRAKTIK SISTEM PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
DI RUMAH SAKIT
3. KELAS / KUALIFIKASI RS
Klas :
BOR :
LOS :
Jenis Pelayanan :
1. IDENTITAS
Nama Unit :
Kapasitas TT :
BOR :
43 | P a g e
2. RENCANA OPERASIONAL
Tujuan Unit :
Rencana Kegiatan :
Anggaran :
44 | P a g e
3. STRUKTUR ORGANISASI
45 | P a g e
5. GAMBARAN TENTANG PERAWAT: JUMLAH, KUALIFIKASI,
PENGALAMAN
46 | P a g e
7. PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DAN DOKUMENTASINYA
47 | P a g e
10. GAMBARAN PENGELOLAAN LOGISTIK UNIT RUANG RAWAT
48 | P a g e
12. KEBIJAKAN DAN PERATURAN-PERATURAN APA SAJA YANG
MENGATUR PRAKTIK KEPERAWATAN
Mataram, ..............................2010
Kelompok .........
Anggota:
1. ..................................................
2. ..................................................
3. ..................................................
4. ..................................................
5. ..................................................
6. ..................................................
49 | P a g e