Anda di halaman 1dari 2

1.

Transparansi
Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangan-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Secara sederhana bisa diartikan
sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk
menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan, tetapi tidak terbatas pada ; visi, misi, sasaran usaha
dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan pengendali, kepemilikan saham
oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam
perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem
pengendalian risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan
pelaksanaan Good Corporate Governance serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian
penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.

Transparansi artinya ada keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan


perusahan. Transparansi mendorong diungkapkannya kondisi perusahaan yang
sebenanrnya sehingga setiap pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur
dan mengantisipasi segala sesuatu yang menyangkut perusahaan. Transparansi dapat
diimplementasikan dengan penyajian secara terbuka laporan keuangan yang akurat dan
tepat waktu, kriteria yang terbuka tentang seleksi personil, informasi adanya seleksi,
pengungkapan transaksi atau kontrak dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kedudukan istimewa, struktur kepemilikan kemungkinan risiko yang dihadapi oleh
perusahaan.

Demikian juga, manajemen dan karyawan juga dasarnya mereka juga berhak untuk
mengetahui kondisi riil suatu perusahaan. Seringkali perusahaan tidak transparan baik
terhadap pihak internal maupun eksternal perusahaan. Secara psikologis, karyawan dapat
bekerja dengan kondisi yang lebih nyaman dan kondusif. Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) yang terjadi ketika pihak manajemen dan karyawan tidak mengetahui adanya
informasi tersebut. Hal tersebut dapat merugikan mereka semua. Dengan demikian,
transparansi tersebut akan lebih memuaskan bagi pihak manajemen dan karyawan dan
dapat merugikan risiko terjadinya pemogokan ataupun tuntutan yang berlebihan dari
manajemen dan karyawan perusahaan.

Transparansi dapat juga diartikan sebagai ruang partisipasi dengan membuka akses
dan memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, bagi menjalankan
bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
mengungkapkan informasi baik yang bersifat mandatory maupun yang voluntary informasi
yang transparan dapat membantu pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan.

Pada organisasi yang menerapkan Corporate Governance, transparansi atau


keterbukaan menjadi hal yang wajib untuk diterapkan. Mulai dari keterbukaan akan proses
produksi, laporan keuangan sepanjang keterbukaan tersebut tidak menyangkut rahasia
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai