Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEWIRANEGARAAN
WILAYAH SEBAGAI
RUANG LINGKUP
OLEH KELOMPOK :
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2016/2017
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan
Paper Wilayah Sebagai Ruang Lingkup ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Paper ini berisikan tentang hak dan kewajiban warga Negara asing yang
dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaaran
(KWN)
Paper ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk mendapatkan
nilai, namun di latar belakangi pula untuk memperluas wawasan khususnya
tentang warga Negara asing .Untuk itu penyusun berusaha menyusun paper ini
dengan sebaik-baiknya. Paper ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu diharapkan kritik dan saran yang objektif yang bersifat membangun guna
tercapainya kesempurnaan yang diinginkan.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, Paper Wilayah Sebagai Ruang Lingkup ini tidak akan sesuai
dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa kami
sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak I Ketut Keneng,SH.,MH
selaku dosen mata kuliah Kewarganegaraan yang selalu meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan tuntunan dalam pembuatan paper Wilayah
Sebagai Ruang Lingkup.
Om Santih,Santih, Santih, Om
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah: “Wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupanya.”
Ruang sebagai salah satu tempat untuk melangsungkan kehidupan manusia,
juga sebagai sumber daya alam merupakan salah satu karunia Tuhan kepada
bangsa Indonesia. Dengan demikian ruang wilayah Indonesia merupakan suatu
aset yang harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia secara
terkoordinasi, terpadu dan seefektif mungkin dengan memperhatikan faktor-
faktor lain seperti ekonomi, sosial, budaya, hankam, serta kelestarian lingkungan
untuk mendorong terciptanya pembangunan nasional yang serasi dan seimabng.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP WILAYAH SEBAGAI RUANG HIDUP BANGSA
Seseorang dalam kehidupannya sehari-hari membutuhkan ruang untuk
melakukan kegiatan. Seperti mialnya ruang untuk makan, ruang untuk berjalan,
ruang untuk bekerja, dan lain-lain. Sehingga secara fungsional, ruang dapat
diartikan sebagai tempat, wilayah, ataupun wadah yang dapat menampung
sesuatu atau bisa juga diartikan bahwa ruang merupak wadah seseorang atau
banyak orang untuk melakukan kegiatan.
Wilayah merupak suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengorganisasi daerah (area) di muka Bumi untuk berbagai tujuan. Suatu
wilayah mempunyai karakteristik tertentu yang memberikan ukuran-ukuran
kesamaan dan perbedaan dengan wilayah lain. Contoh: perbedaan wilayah pesisir
dan pedalaman.
1. Wilayah Formal
Wilayah formal dicirikan oleh sesuatu yang dimiliki atau melekat pada
manusia dan alam secara umum, seperti bahasa tertentu yang digunakan
penduduk, agama, kebangsaan, budaya, dan identitas politik serta tipe
iklim tertentu, bentuk lahan, dan vegetasi. Kesatuan ideologi seperti
negara. Contoh: daerah hutan hujan tropis.
2. Wilayah Fungsional
Wilayah fungsional berada di sekeliling titik pertumbuhan dan terjalin
dengan titik pertumbuhan melalui sistem transportasi, sistem komunikasi,
atau kelompok ekonomi, seperti manufaktur serta perdagangan. Contoh:
kota metropolitan Jakarta mendukung perkembang daerah lain melalui
jalur transportassi, jalur perdagangan dan bisnis, serta siaran radio dan
televisi.
2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Tata Ruang
a. Tata Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tepat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
b. Pola Ruang
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
c. Dasar Hukum Tata Ruang
Menurut Juniarso Ridwan, konsep dasar hukum penataan ruang,
tertuang di dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi:
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia...”
Menurut M. Daud Silalahi salah satu konsep dasar pemikiran tata
ruang menurut hukum Indonesia terdapat dalam UUPA No. 5 Tahun
1960. Sesuai dengan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, tentang pengertian hak
menguasai dari negara terhadap konsep tata ruang, Pasal 2 UUPA
memuat wewenang untuk:
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan,
persediaan, dan pemeilharaan bumi, air dan ruang angkasa
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang
angkasa.
Konsep tata ruang dalam tiga dimensi tersebut diatas terkait dengan
mekanisme kelembagaan dan untuk perencanaannya diatur dalam Pasal
14 yang mengatakan “Pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana
umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan
ruang angkasa, dan berdasarkan rencana umum tersebut Pemda mengatur
persediaan, peruntukkan dan penggunaan bumi, air, dan ruangan angkasa.
d. Klasifikasi Penataan Ruang
“klasifikasi penataan ruang pemerintah merupakan pengemban
dan penjaga kepentingan umum masyarakat, maka melalui
pemerintahannya, masyarakat harus menuntut agar ongkos-ongkos sosial
ini diperhitungkan dengan seksama dan ditentukan pula siapa-siapa saja
yang harus membayar ongkos-ongkos sosial ini.”
e. Kebijakan Penataan Ruang terhadap Lingkungan Hidup dikaitkan dengan
Perda K3.
Dalam rangka menerapkan penataan ruang untuk padda akhirnya
mewujudkan pengembangan wilayah seperti yang diharapkan, maka
terdapat paradigma yang harus dikembangkan sebagai berikut:
Otonomi Daerah (UU No.22/1999) atau (UU/32/2004) mengatur
kewenangan Pemerintah Daerah dalam pembangunan Globalisasi.
Pembangunan wilayah tidak terlepas dari pembangunan dunia, investor
akan menanamkan modalnya di daerah yang memiliki kondisi politik
yang stabil dan didukung sumber daya yang memadai pemberdayaan
masyarakat, pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi Good Governance iklim dan kinerja yang baik dalam
pembangunan perlu dijalankan.
Definisi budaya lokal berdasarkan visualisasi kebudayaan ditinjau dari
sudut struktur dan tingkatannya meliputi:
1. Superculture adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh
masyarakat. Contoh: kebudayaan nasional, culture lebih khusus
misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi, wilayah atau daerah.
Contoh: Budaya Sunda.
2. Subculture merupakan kebudayaan khusus dalam sebuah culture,
namun kebudayaan ini tidaklah bertentangan dengan kebudayaan
dalam sebuah culture, namun kebudayaan ini tidaklah bertentangan
dengan kebudayaan induknya. Contoh: budaya gotong royong.
3. Counter-culture, tingkatannya sama dengan sub-culture yaitu
merupakan bagian turunan dari culture, namun counter-culutre ini
bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh: budaya
individualism dilihat dari struktur dan tingkatannya budaya lokal
berada pada tingkat culture. Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial
budaya yang ada di Indonesia dimana terdiri dari masyarakat yang
bersifat majemuk dalam struktur sosial, budaya (multikultural)
maupun ekonomi.
Pandangan yang menyatakan bahwa budaya lokal adalah merupakan
bagian dari sebuah skema dari tingkatan budaya (hierarki bukan
berdasarkan baik dan buruk), dikemukakan oleh antropolog
terkemuka di Indonesia yang beretnis Sunda, Judistira K, Gaama.
Wilayah administratif tertentu, menurut Judistira bisa merupakan
wilayah budaya daerah, atau wilayah budaya daerah itu meliputi
beberapa wilayah administratif, ataupun disuatu wilayah adminstratif
akan terdiri dari bagian-bagian satu udaya daerah.