Iklh2014 PDF
Iklh2014 PDF
REPUBLIK INDONESIA
INDEKS
KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
INDONESIA
TAHUN
2014
JAKARTA
2015
i
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
INDEKS
KUALITAS LINGKUNGAN
HIDUP INDONESIA
TAHUN 2014
Pengarah:
Dr. Henry Bastaman, MES., Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan
dan Peningkatan Kapasitas, Kementerian Lingkungan Hidup
Penanggung Jawab:
Ir. Laksmi Dhewanthi, MA., Asisten Deputi Data dan Informasi Lingkungan,
Kementerian Lingkungan Hidup
Penyusun:
Dida Gardera, Lindawati, Esrom Hamonangan, Dewi Ratnaningsih, Jetro Pande
Situmorang, Nuke Mutikania, Heru Subroto,Hasan Nurdin, Indira Siregar,
Darmanto, Wiyoga
Nara Sumber:
Prof. Dr. Akhmad Fauzi, Prof. Dr. Lilik Budi Prasetyo, Dr. Budhi Gunawan,
Dr. Driejana,Ir. Idris Maxdoni Kamil, M.Sc.,Ph.D., Dr. Herto Dwi Ariesyady,
Hernani Yulinawati, ST., MURP, Ph.D.
Gambar Peta:
http://id.wikipedia.org
Diterbitkan oleh:
Kementerian Lingkungan Hidup
ii
Kata Pengantar
Berbagai inisiatif yang dilakukan harus ditingkatkan dengan melibatkan lebih banyak lagi
pemangku kepentingan dan dilakukan dengan tepat sasaran. Oleh karenanya diperlukan tolok
ukur pencapaian yang dapat mudah dipahami dan bersifat implementatif. Hal ini mengingat bahwa
lingkungan hidup bersifat kompleks dan berbasis ilmiah dan diperlukan pemahaman operasional.
Dengan begitu dapat dilakukan perencanaan, implementasi dan evaluasi secara lebih optimal. Untuk
mengetahui tingkat pencapaian upaya-upaya tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun
2009 telah mengembangkan alat ukur yang mudah dipahami, yaitu Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH).
Melalui indeks ini akan mendorong proses pengambilan kebijakan yang lebih cepat dan tepat.
Seluruh data dan informasi yang dibutuhkan harus dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana. IKLH
adalah pengejawantahan parameter lingkungan hidup yang kompleks namun tetap mempertahankan
makna atau esensi dari masing-masing indikatornya. Pada IKLH 2012 yang diterbitkan pada tahun
2013 telah dilakukan penyempurnaan dengan tetap difokuskan pada media lingkungan: air, udara
dan lahan/hutan. Penyempurnaan ini meliputi pembenahaan metodologi perhitungan dan kriteria
baku mutunya (benchmark). IKLH akan terus disempurnakan kualitasnya agar dapat mencapai indeks
lingkungan hidup yang ideal dan mendekati kondisi realitas senyatanya di lapangan.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan amanat Undang undang Dasar 1945
sebagaimana tertuang dalam pasal 28H. IKLH sebagai indikator pembangunan bidang lingkungan
hidup menjadi acuan bersama bagi semua pihak dengan mengukur kinerja perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. IKLH sudah dinyatakan dalam Visi Misi Jokowi-JK, sebagai bagian
Berdikari Dalam Bidang Ekonomi, yaitu membaiknya Kualitas Hidup dengan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, telah menempatkan IKLH sebagai
salah satu ukuran utama untuk Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019. Tahun
iii
2015 merupakan baseline bagi kinerja lingkungan hidup sampai dengan Tahun 2019. Oleh karenanya
capaian pada Tahun 2014 ini harus merupakan acuan dasar untuk mempertajam prioritas program
dan kegiatan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Dalam kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota atas kesediaannya untuk berbagi data sehingga Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2014 dapat tersusun. Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi
bagi para pakar dan pihak lainnya yang telah membantu perumusan Laporan IKLH 2014 ini. Semoga
kerja sama erat yang baik ini dapat selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu.
iv
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 3
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan 22
B. Rekomendasi 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN
METODOLOGI PERHITUNGAN IKLH 25
PROFIL PROVINSI 32
DAFTAR GAMBAR vi
v
Daftar Tabel
BAB I
Tabel 1.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Bidang Lingkungan Hidup
BAB II
Tabel 2.1. Indikator dan Parameter EQI
Tabel 2.2. Indikator dan Parameter IKLH
BAB III
Tabel 3.1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2014
Tabel 3.2. Proporsi Kontribusi Provinsi terhadap IKLH Nasional
Tabel 3.3. Rentang Nilai IKLH
Tabel 3.4. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2013
Tabel 3.5. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2012
Tabel 3.6 Margin Error untuk IKLH
Tabel 3.7. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2011
vi
Daftar Gambar
BAB II
Gambar 2.1. Struktur IKLH
Gambar 2.2. Sungai-sungai yang dipantau di 33 provinsi
BAB III
Gambar 3.1. Peta IKLH 2014
*DPEDU.HFHQGHUXQJDQ7UHQG,./+ă
vii
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas lingkungan hidup Indonesia merupakan salah satu isu yang sangat penting ditengah
meningkatnya tekanan yang berpotensi mengubah kondisi lingkungan, baik sebagai dampak pertumbuhan
ekonomi maupun peningkatan jumlah penduduk. Dalam perdebatan akan kualitas lingkungan hidup,
satu hal yang sering sekali sulit untuk di jawab secara lugas berdasarkan data-data yang ada adalah
apakah kualitas lingkungan hidup Indonesia berada dalam kategori baik, sedang atau buruk.
Selama ini data kualitas lingkungan hidup hanya diperoleh melalui proses laboratorium ataupun
sarana berbasis teknologi lainnya, misalnya citra satelit. Hal ini sangat menyulitkan bagi masyarakat
awam untuk memahami angka pengukuran karena diperlukan latar belakang berbasis keilmuan teknis.
Selain daripada itu, indikator lingkungan hidup diukur secara parsial, yaitu berdasarkan media,
seperti air, udara, dan lahan sehingga sulit untuk mendapatkan gambaran yang dapat mewakili kondisi
lingkungan hidup secara utuh dan menyeluruh.
Sementara, pemahaman akan kualitas lingkungan hidup ini sangat penting untuk mendorong
semua pemangku kepentingan (stakeholder) melakukan aksi nyata dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkepentingan untuk mempermudah
masyarakat awam dan para pengambil keputusan mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah
daerah untuk memahami kualitas lingkungan hidup Indonesia.
Oleh karenanya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengembangkan suatu indeks
lingkungan berbasis provinsi sejak 2009 yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi
lingkungan hidup pada periode tertentu. Indeks ini diterjemahkan dalam angka yang menerangkan
apakah kualitas lingkungan berada pada kondisi baik, atau sebaliknya.
Studi-studi tentang kualitas lingkungan berbasis indeks sudah banyak dilakukan oleh perguruan
tinggi di luar negeri, seperti Columbia University yang menghasilkan Environmental Sustainability Index
(ESI) dan Virginia Commonwealth University yang menghasilkan Environmental Quality Index (EQI). Di
Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengembangkan Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) untuk 30
ibukota provinsi sejak 2007. Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bekerja sama dengan
Dannish International Development Agency (DANIDA) juga mulai mengembangkan indeks lingkungan
berbasis provinsi yang pada dasarnya merupakan modifikasi dari Environmental Performance Index (EPI)
pada tahun 2009. EPI sendiri merupakan studi yang dipublikasikan oleh Yale University dan Columbia
University yang berkolaborasi dengan World Economic Forum dan Joint Research Center of the European
Commission pada tahun 2008.
Bagi Indonesia, penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup terkait erat dengan kebutuhan sasa-
ran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam Rencana Pembangunan Nasional sesuai den-
gan Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 yang memuat
sasaran dan arah kebijakan yang terkait dengan Isu Strategis 25 berupa Peningkatan Keekonomian
Keanekaragaman Hayati dan Kualitas Lingkungan Hidup. Pada Tahun 2015 ditargetkan angka sebesar
64,5 (dari nilai maksimum 100).
Selain itu dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP-
JMN) 2015-2019, IKLH juga menjadi ukuran utama untuk Sasaran Pokok Pembangunan Nasional RP-
JMN 2015-2019, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1.1
Sesuai dengan Rancangan RPJMN bahwa kebijakan pengelolaan kualitas lingkungan hidup
diarahkan pada peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup yang mencerminkan kondisi kualitas air,
udara dan lahan, yang diperkuat dengan peningkatan kapasitas pengelolaan lingkungan dan penegakan
hukum lingkungan.
Adapun strategi yang akan dilakukan yaitu berupa penguatan sistem pemantauan kualitas
lingkungan hidup; penguatan mekanisme pemantauan dan sistem informasi lingkungan hidup dan
penyempurnaan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH).
B. Tujuan
Tujuan disusunnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) adalah:
Memberikan informasi kepada para pengambil keputusan di tingkat pusat dan daerah tentang
kondisi lingkungan di tingkat nasional dan daerah khususnya tingkat provinsi sebagai bahan evaluasi
kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dalam fungsinya sebagai pendukung kebijakan, indeks dapat membantu dalam penentuan skala
prioritas yang disesuaikan dengan derajat permasalahan lingkungan sebagaimana diindikasikan oleh
angka indeks kualitas lingkungan hidup. Indeks kualitas lingkungan hidup juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sumber permasalahan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
6HPHQWDUDLWX,./+GDODPIXQJVLQ\DVHEDJDLµEDKDVD¶NRPXQLNDVLXQWXNSXEOLNGDSDWPHPEDQWX
meningkatkan kesadaran masyarakat awam sehingga indeks dapat menjadi alat penggerak bagi
keterlibatan publik.
C. Ruang Lingkup
Kerangka Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi oleh KLH adalah pengembangan
dari konsep yang dikembangkan oleh Virginia Commonwealth University (VCU) dan BPS dengan
menggunakan kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan sebagai indikator. Karena
keterbatasan data, kualitas lingkungan di wilayah pesisir dan laut serta kondisi keanekaragaman hayati
belum menjadi indikator dalam perhitungan IKLH.
BAB II
PENYUSUNAN
INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
A. Landasan Teori
Studi-studi tentang indeks kualitas lingkungan sudah banyak dilakukan oleh perguruan tinggi di luar
negeri, seperti Yale University dan Columbia University yang menghasilkan Environmental Sustainability
Index (ESI), Virginia Commonwealth University yang menghasilkan Environmental Quality Index (EQI)
dan oleh Yale University dan Columbia University yang berkolaborasi dengan World Economic Forum
dan Joint Research Center of the European Commission yang menghasilkan Environmental Performance
Index (EPI).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengadopsi Environmental Quality Indeks (EQI)
untuk mengukur kondisi lingkungan di Indonesia. Selain karena lebih sederhana dan mudah dipahami,
juga karena data yang tersedia relatif lengkap dan kontinu.
Indikator dan parameter ditetapkan oleh komite teknis yang dibentuk oleh tim penyusun EQI. Komite
ini terdiri dari para pakar, serta wakil-wakil dari pemerintah negara bagian dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM). Penetapan bobot pada awalnya dilakukan dengan tehnik Delphi, yaitu berdasarkan
pendapat dari akademisi, industriawan, LSM, dan pemerintah negara bagian. Selanjutnya hasil survei
tersebut diagregasikan menjadi bobot rata-rata untuk setiap indikator dan parameter.
EQI dihitung pada tingkat county (setingkat kabupaten/kota) dengan menggunakan rumus:
EQI dihitung pada tingkat county (setingkat kabupaten/kota) dengan menggunakan rumus:
௧ೖೌೝ × ೖೌೝ
= ܫܳܧσୀଵ ………2.1
௧௧್್
Selanjutnya indeks untuk tingkat negara bagian dihitung dengan menggunakan rumus:
௨௦_௨௧௬
ܸ = ܫܳܧσୀଵ ݕݎݐ݊ݑܥ_ܫܳܧ × …………………..2.2
௨௦_ௌ௧௧
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan DANIDA menunjuk tim
konsultan untuk menyusun indeks kualitas lingkungan pada tahun 2009. Tim konsultan kemudian
mengajukan konsep yang merupakan adopsi dari EPI. Selain itu BPS juga sejak tahun 2008
mengembangkan indeks kualitas lingkungan perkotaan. Dari berbagai seminar yang diadakan oleh BPS
dan focus discussion group (FGD) yang diadakan oleh KLH bekerjasama dengan DANIDA, akhirnya
diputuskan untuk mengadopsi konsep indeks yang dikembangkan oleh BPS dan VCU yang dimodifikasi.
Konsep IKLH, seperti yang dikembangkan oleh BPS, hanya mengambil tiga indikator kualitas
lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan. Berbeda dengan BPS, IKLH
dihitung pada tingkat provinsi sehingga dapat menghasilkan indeks tingkat nasional. Perbedaan lain
dari konsep yang dikembangkan oleh BPS dan VCU adalah setiap parameter pada setiap indikator
digabungkan menjadi satu nilai indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada
ketentuan yang mengaturnya, seperti:
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tatacara penghitungan indeks
pencemaran air (IPA).
Pada IKLH 2009 hingga 2011 dilakukan penyempurnaan agar IKLH lebih mencerminkan kondisi
senyatanya di lapangan. Hal yang disempurnakan adalah perubahan titik acuan dan metode perhitungan.
Sebagai pembanding atau target untuk setiap indikator adalah standar atau ketentuan yang berlaku
berdasarkan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti ketentuan tentang baku
mutu air dan baku mutu udara ambien. Selain itu dapat digunakan juga acuan atau referensi universal
dalam skala internasional untuk mendapatkan referensi ideal (Benchmark).
Pada IKLH 2012, struktur IKLH relatif sama dengan yang sebelumnya, yaitu terdiri dari 3 (tiga)
indikator, namun ada perubahan dalam pembobotan. Hal ini mengingat perlu adanya keseimbangan
antara indikator yang mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat).
Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani aspek-aspek
konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Isu hijau seharusnya memiliki kontribusi
yang sama terhadap IKLH, namun karena hanya diwakili 1 (satu) indikator, yaitu tutupan hutan, maka
bobotnya lebih besar dibanding indikator lainnya.
Sedangkan isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada umumnya berada
pada sektor industri dan perkotaan. indikator udara dan air yang mewakili isu coklat memiliki bobot
sama. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
IKLH
100%
Indeks Pencemaran
Indeks Pencemaran Air Indeks Tutupan Hahan
Udara
30 % 30 % 40 %
Parameter dari setiap indikator untuk perhitungan IKLH tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel
2.2. Perhitungan kualitas udara tetap menggunakan indeks pencemaran udara. Khusus untuk parameter
kualitas air, karena akan diperbandingkan dengan indeks tahun 2009 dan 2010 maka yang akan
dihitung tetap tiga parameter, yaitu TSS, DO dan COD.
Perhitungan IKLH untuk setiap provinsi dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
IKLH_Provinsi =(IPA×30%)+(IPU×30%)+(ITH×40%)
dimana:
IKLH_Provinsi= indeks kualitas lingkungan tingkat provinsi
IPA = indeks pencemaran air
IPU = indeks pencemaran udara
ITH = indeks tutupan hutan
Setelah didapatkan nilai indeks provinsi, kemudian dihitung indeks nasional dengan menggunakan
formula sebagai berikut:
ುೠೌೞುೝೡೞ ಽೠೌೞುೝೡೞ
൬ ା ൰
ುೠೌೞೞೌ ಽೠೌೞೞೌ
ܪܮܭܫ௦ = σଷଷ
ୀଵ ܪܮܭܫ௩௦ ×൝ ൡ…
ଶ
Perhitungan nilai indeks kualitas air mengacu pada baku mutu atau standar yang ditetapkan
oleh Peraturan Pemerintah (baku mutu air). Indeks Kualitas Udara mengacu kepada referensi standar
internasional, yaitu WHO dan European Union. Sedangkan untuk indeks tutupan lahan/hutan
menggunakan standar ideal tutupan hutan.
air sungai juga menjadi sumber air baku untuk berbagai kebutuhan lainnya, seperti industri, pertanian
dan pembangkit tenaga listrik di lain pihak sungai juga dijadikan tempat pembuangan berbagai macam
limbah sehingga tercemar dan kualitasnya semakin menurun.
Karena peranannya tersebut, maka sangat layak jika kualitas air sungai dijadikan indikator
kualitas lingkungan hidup. Selain kualitasnya, sebenarnya ketersediaan air sungai (debit air) juga perlu
dijadikan indikator. Namun karena data yang tidak tersedia, maka debit air untuk sementara tidak
dimasukkan sebagai indikator.
Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam
pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks
pencemaran (Pollution Indexă3,
Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang merupakan fungsi
dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i dan Lij menyatakan konsentrasi
parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku peruntukan air j. Dalam hal ini peruntukkan yang
akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Formula penghitungan indeks
pencemaran adalah:
Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi baku
peruntukan air j, dalam hal ini mutu air kelas II. Penghitungan indeks kualitas air dilakukan dengan
మ మ
൫ Τೕ ൯ ା൫ Τೕ ൯
ܲܫ = ඨ ಾ
ଶ
ೃ
dimana:
(Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij
(Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij
Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:
0HPHQXKLEDNXPXWXDWDXNRQGLVLEDLNMLND3,M
7HUFHPDUULQJDQMLND3,M
7HUFHPDUVHGDQJMLND3,M
4. Tercemar berat jika PIj > 10,0.
1. Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu sampel;
2. Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD, COD, Total
Phosphat, E. Coli dan Total Coliform;
3. 0HODNXNDQ QRUPDOLVDVL GDUL UHQWDQJ QLODL WHUEDLN ă WHUEXUXN MXPODK VDPSHO
GHQJDQQLODL3,M!PHQMDGLQLODLLQGHNVGDODPVNDODăWHUEXUXNăWHUEDLN
Setiap provinsi diwakili oleh satu sungai yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Pemantauan setiap sungai paling sedikit dilakukan empat kali setahun pada tiga lokasi sehingga
setidaknya ada 12 sampel (data) kualitas air sungai setiap tahunnya. Sedangkan sungai-sungai yang
dipantau dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2. Kualitas Udara
Gambar 2.2. Sungai-sungai yang dipantau di 33 provinsi
Kualitas udara terutama di kota-kota besar dan metropolitan sangat dipengaruhi oleh kegiatan
transportasi. Pada tahun 2008 kegiatan transportasi di Indonesia diperkirakan mengemisikan CO2,
CH4, dan N2O masing-masing sebesar 83 juta ton, 24 ribu ton, dan 3,9 ribu ton.
Data kualitas udara didapatkan dari pemantauan di 193 ibukota kabupaten/kota dengan
menggunakan metoda passive sampler. Pemantauan dilakukan empat kali per tahun di lokasi-lokasi
yang mewakili daerah permukiman, industri, dan padat lalu lintas kendaraan bermotor dan parameter
yang diukur adalah SO2 dan NO2.
Pada tahun 2014 pengukuran kualitas udara hanya dilakukan sebanyak dua kali per tahun
dianggap mewakili kualitas udara tahunan untuk masing-masing parameter. Nilai konsentrasi tahunan
setiap parameter adalah rata-rata dari nilai konsentrasi per triwulan. Selanjutnya nilai konsentrasi rata-
UDWDWHUVHEXWGLNRQYHUVLNDQPHQMDGLQLODLLQGHNVGDODPVNDODăXQWXNVHWLDSLEXNRWDSURYLQVL
Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula sebagai berikut:
dimana:
ூಿೀమ ାூೄೀమ IPU = Indeks Pencemaran Udara
= ܷܲܫ IPNO2 = Indeks Pencemar NO2
ଶ IPSO2 = Indeks Pencemar SO2
3. Tutupan Hutan
Hutan merupakan salah satu komponen yang penting dalam ekosistem. Selain berfungsi sebagai
penjaga tata air, hutan juga mempunyai fungsi mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim, dan
tempat tumbuhnya berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan hutan terbagi atas hutan primer dan hutan
sekunder. Hutan primer adalah hutan yang belum mendapatkan gangguan atau sedikit sekali mendapat
gangguan manusia. Sedangkan hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder
alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan berat seperti lahan bekas pertambangan,
peternakan, dan pertanian menetap.
Untuk menghitung indeks tutupan hutan yang pertama kali dilakukan adalah menjumlahkan luas
hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap provinsi. Nilai indeks didapatkan dengan formula:
dimana:
்ு
= ܪܶܫ … ITH : Indeks Tutupan Hutan
LTH: Luas Tutupan ber-Hutan
ௐ
LKH: Luas Wilayah Provinsi
BAB III
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Selain komparatif terhadap provinsi lainnya, angka indeks nasional dapat menjadi acuan, apabila
angka indeks provinsi berada dibawahnya (lebih kecil) artinya ada dalam kategori upaya yang harus
terakselerasi sedangkan apabila diatasnya (lebih besar) artinya ada dalam kategori pemeliharaan.
Secara konsepsi, perhitungan indeks termasuk Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) memiliki
sifat komparatif yang berarti nilai satu provinsi relatif terhadap provinsi lainnya. Dalam perspektif IKLH,
angka indeks ini bukan semata-mata peringkat, namun lebih kepada suatu dorongan upaya perbaikan
kualitas lingkungan hidup. Dalam konteks ini para pihak di tingkat provinsi terutama pemerintah provinsi
dapat menjadikan IKLH sebagai titik referensi untuk menuju angka ideal, yaitu 100. Semakin jauh dengan
angka 100, mengindikasikan harus semakin besar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang dilakukan.
Selain komparatif terhadap provinsi lainnya, angka indeks nasional dapat menjadi acuan, apabila
angka indeks provinsi berada dibawahnya (lebih kecil) artinya ada dalam kategori upaya yang harus
terakselerasi sedangkan apabila diatasnya (lebih besar) artinya ada dalam kategori pemeliharaan.
Untuk mendapatkan angka nasional ini, masing-masing provinsi memberikan kontribusi berdasarkan
jumlah penduduk dan luas wilayahnya terhadap total jumlah Indonesia. Untuk detailnya dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Berdasarkan perhitungan IKLH 2014, upaya yang lebih besar dalam pengelolaan lingkungan
hidup berlaku terhadap semua provinsi, karena pada dasarnya IKLH Nasional masih berada pada
posisi yang relatif kurang. Angka 63,42 dari IKLH Nasional ini memiliki arti kurang. Berikut ini adalah
klasifikasi penjelasan kualitatif dari angka Indeks.
Pembagian kategori penjelasan kualitatif ini didasari pada sebaran angka dalam perhitungan
indeks. Pembagian ini masih dapat disempurnakan lagi seiring upaya pencapaian dalam membangun
IKLH yang ideal. Kategorisasi penjelasan kualitatif ini dapat juga dijadikan dasar pembuatan kebijakan
dengan penggunaan bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami sebagai bahasa komunikasi,
terutama bagi publik. Sebagai contoh, Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta
EHUDGD GDODP NDWHJRUL ³ZDVSDGD´ +DO LQL GDSDW GLMDGLNDQ EDKDVD EHUVDPD GDUL VHOXUXK SHPDQJNX
kepentingan untuk berbuat sesuai dengan proporsi dan kemampuan masing-masing untuk memperbaiki
kualitas lingkungan hidup. Sebaliknya pada posisi teratas, yaitu Provinsi Papua Barat dengan kategori
³VDQJDWEDLN´KDUXVEHUDGDSDGDSRVLVLPHPSHUWDKDQNDQGDQMXJDVHODOXEHUXSD\DXQWXNPHQLQJNDW
SDGDSRVLVL³XQJJXO´
Esensi dari IKLH yang dilihat berdasarkan indikator media adalah sebagai berikiut:
1. Udara yang secara nasional memiliki angka indeks 80,54 masih relatif baik.
Ć Titik pantau dilakukan di 193 kabupaten/kota, mayoritas kota sedang dan kecil.
Ć Parameter NOx kecenderungan meningkat (memburuk). Hal ini seiring dengan pertambahan
kendaraan bermotor.
Ć Parameter SOx pada tahun 2014 relatif kurang valid sehingga mayoritas menggunakan
data tahun 2013 kecuali Provinsi Lampung, Jawa Timur dan Sulawesi tengah.
Ć Provinsi kepulauan Riau memiliki data SOx dan NOx tahun 2014 relatif kurang valid
sehingga untuk perhitungannya menggunakan data tahun 2013
Ć Provinsi Papua Barat tidak memiliki data terbaru, sehingga menggunakan data tahun 2012
Ć Provinsi Maluku Utara tidak memiliki data maka digunakan data dari Laporan Status
Lingkungan Hidup Daerah 2012 Provinsi Maluku Utara. Data yang didapatkan merupakan
pemantauan 1 jam (hourly) dengan standar perhitungan untuk 1 jam (hourly). Data ini
tentu saja tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan data passive sampler namun
sedikitnya dapat tetap menjadi gambaran.
2. Air yang secara nasional memiliki angka indeks 52,19 berada dalam kondisi sangat ku-
rang atau mengkhawatirkan.
Titik pantau dilakukan di 33 provinsi, pada umumnya sungai utama yang lintas-provinsi,
yaitu sebagai berikut :
Sungai yang dipantau dengan jumlah total 99 sungai dan anak sungai
Pada umumnya kondisi air di seluruh bagian Indonesia masih mengkhawatirkan, kecuali
di beberapa di wilayah Sumatera.
3. Tutupan Hutan yang secara nasional memiliki angka indeks 59.01 yang dapat diartikan
berada dalam kondisi relatif kurang.
Pada umumnya kondisi tutupan hutan di Jawa dan Sumatera adalah mengkhawatirkan.
B. Perbandingan IKLH 2011, IKLH 2012, IKLH 2013 dan IKLH 2014
Pada tahun 2014 diperoleh data tutupan hutan yang merevisi data tutupan hutan hingga tahun
2000. Oleh karenanya dilakukan revisi terhadap IKLH 2011, 2012 dan 2013 seiring dengan perhitungan
2014. Revisi data ini mempunyai konsekuensi pada perubahan atau revisi mengubah nilai indeks namun
tidak secara siginifikan. Selain daripada itu, sehubungan adanya penyempurnaan perhitungan IKLH
sejak tahun 2013, untuk melihat perkembangan IKLH baik pada tingkat nasional maupun tingkat provinsi,
dilakukan perhitungan ulang pada IKLH 2011, 2012 dan 2013 dengan struktur, indikator dan parameter
serta standar yang sama. Hasil perhitungan ulang IKLH 2013 dan 2012 adalah sebagaimana tercantum
pada tabel-tabel berikut:
Secara nasional, kondisi kualitas lingkungan hidup Indonesia yang diwakili IKLH relatif tetap
walaupun berkecenderungan meningkat, yaitu dari 63,20 menjadi 63,42. Pada laporan IKLH 2013,
angka IKLH 2013 adalah 63,13 dan berubah pada laporan ini menjadi 63,20. Sebagaimana
disampaikan sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya revisi data tutupan hutan tahun 2000 hingga
tahun 2013 seiring pembaruan data tutupan hutan tahun 2014.
Apabila dilihat dari medianya, kualitas udara sedikit meningkat dari 80,17 menjadi 81,12.
Demikian pula untuk kualitas air terdapat peningkatan, yaitu dari 51,82 menjadi 52,19. Sedangkan,
tutupan hutan relative tetap, yaitu 59,01.
Melihat kondisi realitas di lapangan dan kemungkinan adanya data yang kurang valid, maka
diasumsikan terdapat margin error. Margin error yang ditetapkan adalah sebesar 0,65 untuk IKLH
nasional dan 1,84 untuk IKLH di tingkat provinsi. Sehingga, IKLH 2014 yang meiliki nilai 63,42 dan
mengalami peningkatan sebesar 0,22 dari tahun 2013 yang sebesar 63,20 dapat dikatakan tetap
karena selisihnya berada dibawah angka margin error yang sebesar 0,65. Untuk lengkapnya Margin
Error adalah sebagai berikut :
Jika selisih angka masih di bawah atau sama dengan angka margin error, artinya tidak mengalami
perubahan yang signifikan pada kondisi senyatanya di lapangan. Sedangkan selisih di atas angka
margin error mengindikasikan adanya kecenderungan menurun atau membaik. Untuk perbandingan
indikator IKLH 2013 dan 2014, indeks udara, air dan tutupan hutan relatif tetap.
79.61 80.17
Sebagai perbandingan lebih lanjut, pada Tabel 3.7. berikut ini ditampilkan IKLH 2011.
Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa secara nasional kualitas lingkungan hidup
Indonesia mengalami penurunan, yaitu dari 65,76 pada tahun 2011 menjadi 63,96 pada tahun 2012
dan menjadi 63,42 pada tahun 2014. Apabila dilihat per media, kualitas udara, kualitas air dan tutupan
hutan pada tahun 2014 menunjukkan penurunan. Bahkan dengan mempertimbangkan margin error,
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup menunjukkan kecenderungan yang menurun dari tahun 2011 hingga
tahun 2014.
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Pemerintah telah mentargetkan peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebagai
bagian penting dari Rencana Kerja Pemerintah tahun 2015 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019. Target peningkatan IKLH mencakup seluruh sektor pembangunan, baik
di pusat maupun daerah yang tercermin pada meningkatnya kualitas air, udara serta tutupan hutan untuk
mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan dan kehidupan masyarakat dalam lingkungan
yang bersih dan sehat.
Peraturan Presiden (Perpres ) No. 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah 2015
mensyaratkan bahwa IKLH harus meningkat ke angka 64,50. Sementara Peraturan Presiden No. 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019 tentang perbaikan
kualitas lingkungan hidup menetapkan target kualitas lingkungan hidup berada pada posisi 66,5-
68,5 pada tahun 2019. Untuk mencapai target ini, tentu diperlukan aksi nyata dari semua pemangku
kepentingan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Peningkatan kualitas lingkungan hidup ini tentu harus didukung dengan penguatan kapasitas
pengelolaan lingkungan hidup yang antara lain mencakup kelembagaan, sumber daya manusia,
penegakan hukum lingkungan, dan kesadaran masyarakat.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan laporan IKLH sejak tahun 2009
sebagai bagian dari pertanggungjawaban pemerintah dalam pencapaian program-program terkait
target perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup kepada publik. Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan mengadopsi Environmental Quality Index (EQI) untuk mengukur kondisi lingkungan hidup
di Indonesia dengan menggunakan indikator kualitas udara, air dan tutupan hutan sebagai perhitungan.
Laporan IKLH yang berbasis provinsi ini juga dimaksudkan sebagai informasi kepada para
pengambil keputusan di tingkat pusat dan daerah tentang kondisi lingkungan hidup di tingkat nasional
dan daerah, yang bisa dipergunakan sebagai bahan evaluasi dalam pembuatan kebijakan pembangunan
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup yang diterjemahkan dalam angka diharapkan mempermudah
semua pemangku kepentingan (stakeholder) mulai dari pemerintah dan masyarakat (publik) dalam
memahami kualitas lingkungan hidupnya, apakah dalam kategori baik, sedang atau buruk. Dengan
mengetahui kualitas lingkungan hidup, maka sumber daya yang ada dapat dialokasikan secara lebih
akurat sehingga akan lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan perhitungan IKLH tahun 2014, angka IKLH Nasional yaitu 63,42 yang dapat diartikan
berada dalam rentang kondisi kurang, walaupun ada kecenderungan sedikit meningkat dibanding tahun 2013
yaitu 63,20. Namun pada tahun 2012 mencapai angka 63,96 dan pada tahun 2011 mencapai angka 65,76.
Secara rinci, IKLH 2014 menunjukkan bahwa indeks kualitas air, udara dan tutupan hutan,
cenderung tetap dari periode sebelumnya. Khusus untuk indeks tutupan hutan, walaupun memiliki angka
indeks yang sama dengan tahun 2013, namun kondisi ini jauh menurun jika dibandingkan dengan nilai
indeks tahun-tahun sebelumnya.
Indeks air secara nasional memiliki angka 52,19, yang berarti berada dalam kondisi sangat
kurang atau mengkhawatirkan. Kondisi yang tidak menggembirakan pula adalah tutupan hutan yang
secara nasional memiliki angka 59,01 atau relatif kurang. Namun demikian, kondisi udara secara
nasional memiliki angka 80,54 yang berarti masih berada dalam kondisi yang relatif baik.
Angka indikatif ini mungkin masih berada dalam ranah perdebatan namun Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup ini dapat menjadi acuan yang memberikan gambaran kualitas lingkungan secara
umum. Tentu diperlukan kajian yang lebih mendalam lagi untuk semakin mendekati kondisi senyatanya
yang dilihat dan dirasakan oleh publik. Namun IKLH sudah dapat dijadikan alat yang membantu proses
pembuatan keputusan atau kebijakan.
B. Rekomendasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus berupaya untuk menyempurnakan laporan
IKLH. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan IKLH,antara lain yaitu:
x IKLH perlu dikembangkan sebagai salah satu alat pendukung pembuatan keputusan
(Decision making support);
x IKLH dikembangkan sesuai dengan konsep yang holistik dan menyeluruh, sedangkan
kebutuhan akan ketersediaan data mengikuti konsep tersebut (Concept Driven
bukan Data Driven). Konsepsi IKLH yang ideal (struktur dan indikator) harus selalu
dikembangkan hingga ditemukan konsepsi yang sangat mendekati kondisi di lapangan;
x IKLH memiliki sifat dapat ditelusuri (Traceable) sehingga setiap angka indikatif dapat
ditemukannya sumber permasalahannya;
x IKLH didukung oleh data komprehensif namun disajikan secara sederhana dan dapat
dipahami pemangku kepentingan (Back-endNRPSUHKHQVLIăfront-end sederhana);
x Metodologi perhitungan IKLH perlu terus dikembangkan, termasuk memperkuat uji
statistik dan menentukan parameter kunci;
x Pembenahan dan penyempurnaan keterwakilan, kesahihan dan keakuratan sumber
data, terutama memastikan kualitas data mulai dari pengumpulan data melalui kegiatan
pemantauan.
Daniel C. Esty, C. K. (2008). 2008 Environmental Performance Index. New Haven: Yale Center
for Environmental Law and Policy.
Elshouf, Sef van den. (2012). CAQI Air Qulity Index : Comparing Urban Air Quality across
Borders - 2012, European Union, INTERREG IVC
Kementerian Lingkungan Hidup (2013). Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012 : Pilar
Lingkungan Hidup Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup
Kementerian Lingkungan Hidup (2014). Status Lingkungan Hidup Indonesia 2013 : Ketahanan
Lingkungan Hidup Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup
Sub Direktorat Statistik dan Jaringan Komunikasi Data Kehutanan, Direktorat Perencanaan
Kawasan Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. (2008). Statistik Kehutanan
Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kehutanan.
VCU Center for Environmental Studies. (2000, December 6). Virginia Environmental Quality
Index. Dipetik March 10, 2009, dari Virginia Commonwealth University: http://www.
veqi.vcu.edu/index.htm
LAMPIRAN
Metodologi perhitungan Indeks Kualitas Udara mengadopsi Program European Union melalui
(XURSHDQ 5HJLRQDO 'HYHORSPHQW )XQG SDGD 5HJLRQDO ,QLWLDWLYH 3URMHFW \DLWX ³&RPPRQ ,QIRUPDWLRQ WR
(XURSHDQ$LU´&LWHDLU,,GHQJDQMXGXOCAQI Air Quality Index : Comparing Urban Air Quality across
%RUGHUVă Common Air Quality Index (CAQI) ini digunakan melalui www.airqualitynow.eu sejak
2006. Indeks ini dikalkulasi untuk data rata-rata per-jam, harian dan tahunan. Sehubungan dengan baku
mutu udara Indonesia masih mengacu pada PP 41/1999 yang bersifat longgar maka dalam perhitungan
indeks mengadopsi Direktif EU (EU Directives) sebagai berikut:
Standar ini terkait dengan standar yang ditentukan oleh World Health Organisation
(WHO).
Tabel 1. Referensi EU untuk Kualitas Udara
Adapun perhitungan indeksnya adalah membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar
EU Directives, apabila angkanya melebihi 1 berarti melebih standar EU, begitu pula sebaliknya apabila
sama dan di bawah 1 artinya memenuhi standard dan lebih baik.
Contoh Perhitungan :
IKLH 2012.
Langkah 1
Langkah 2
Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 untuk masing-masing kota atau kabupaten yang
merupakan perhitungan rerata dari keempat titik pemantauan.
Langkah 3
Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 untuk provinsi yang merupakan perhitungan rerata
dari kota atau kabupaten.
Tabel 3. Perhitungan Pemantauan Kualitas Udara Passive Sampler Tahun 2012 pada
Provinsi Sumatera Barat
Keterangan:
A: Transportasi C1: Komersial 1
B: Industri C2: Komersial 2
Langkah 4
Angka rerata NO2 dan SO2 provinsi dibandingkan dengan Referensi EU akan didapatkan Index
Udara model EU (IEU) atau indeks antara sebelum dinormalisasikan pada indeks IKLH.
Langkah 5
Index Udara model EU dikonversikan menjadi indeks IKLH melalui persamaan sebagai
berikut :
۷ ܉ܚ܉܌܃ ܠ܍܌ܖ۷۹ۺ۶ = െ ൬,ૢ ࢞ (ࡵࢋ࢛ െ , )൰
Langkah 1
Masing-masing titik pemantauan diasumsikan sebagai 1 (satu) data dan akan memiliki status mutu
air. Sebagai contoh diambil titik pantau Batang Hari, Hulu (BH1), Pemantauan Periode III, 11 September
2012, pada kondisi cerah dan hujan.
Langkah 2
Kemudian konsentrasi parameter dibandingkan dengan baku mutu. Apabila nilai (Ci/Lij) hasil
pengukuran lebih besar dari 1,0 maka digunakan nilai (Ci/Lij)baru yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Langkah 3
Setelah didapat angka rata-rata dan makisimalnya dari suatu titik, kemudian diberikan status mutu
air. Sehingga setiap titik akan memiliki Indeks Pencemaran Air melalui persamaan sebagai berikut:
dimana:
మ మ Lij : Konsentrasi Baku Peruntukan Air (j)
൫ Τೕ ൯ ା൫ Τೕ ൯ Ci : Konsentrasi Sample parameter kualitas air (i)
ܲܫ = ඨ ಾ
ଶ
ೃ
PIj : Pencemaran bagi peruntukan (j)
3,M &/M&/M«&L/LM
Langkah 4
Misalnya pada titik pantau BH1tersebut didapat angka 3,5 yang berarti status mutu air
tercemar ringan, evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut:
0HPHQXKLEDNXPXWXDWDXNRQGLVLEDLNMLND3,M
7HUFHPDUULQJDQMLND3,M
7HUFHPDUVHGDQJMLND3,M
Langkah 5
Langkah 1 dan 2 ini dirangkum dalam Tabel 6 dan denganl contoh Provinsi Sumatera Barat :
Langkah 6
Jumlah titik sampel yang memenuhi baku mutu air dijumlahkan dan dibuat dalam persentase
dengan membaginya terhadap seluruh jumlah sampel. Jika terdapat 15 titik mutu air memenuhi dari total
49 titik pantau, didapat 31% (15 dibagi dengan 49).
Langkah 7
Masing-masing persentase pemenuhan mutu air kemudian dikalikan bobot indeks, yaitu 70 untuk
memenuhi, 50 untuk ringan, 30 untuk sedang dan 10 untuk berat. Akan didapat masing-masing nilai
indeks per mutu air dan kemudian dijumlahkan menjadi indeks air untuk IKLH Provinsi. Untuk jelasnya
terangkum pada Tabel 7 dengan contoh Sumatera Barat.
Langkah 1
Menghitung persentase yang merupakan perbandingan luas tutupan hutan dengan luas wilayah
administrasinya (provinsi).
Langkah 2
Melakukan konversi persentase yang merupakan perbandingan luas tutupan hutan dengan luas
wilayah provinsi melalui persamaan sebagai berikut:
ହ
= ܪܶܫ100 െ ൬൫84,3 െ (ܶ × ܪ100)൯ × ହସ,ଷ൰
Indeks pencemaran
: 54,57
ACEH Air
Indeks pencemaran
: 91,20
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 72,60 Indeks Tutupan
: 72,17
Hutan
q
DATA UMUM
Ibu kota : Banda Aceh
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/8GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP2
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX
%DQGDU8GDUD 6XOWDQ,VNDQGDU0XGD
3HODEXKDQ/DXW %DORKDQ6DEDQJ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 3DEULN6HPHQ3XSXN0LQ\DN(PDVGDQ3HUDN
Indeks pencemaran
: 56,67
SUMATERA UTARA Air
Indeks pencemaran
: 87,23
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 61,53 Indeks Tutupan
: 45,89
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Medan
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/8GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 8 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD .XDODQDPX
3HODEXKDQ/DXW %HODZDQ0HGDQ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DN%XPL.HUWDV7HNVWLO%DQ0RELO
Indeks pencemaran
: 53,71
SUMATERA BARAT Air
Indeks pencemaran
: 89,16
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 68,91
IndeksTutupan Hutan : 65,13
DATA UMUM
Ibukota : Padang
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/8/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 7DELQJ
3HODEXKDQ/DXW 7HOXN%D\XU
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 6HPHQ3DGDQJ7HQXQ7LPDK%DWXEDUDGDQ*UDQLW
Indeks pencemaran
: 47,53
RIAU Air
Indeks pencemaran
: 60,30
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 52,59 Indeks Tutupan
: 50,60
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Pekan Baru
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/8/8GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD %DQGDU8GDUD,QWHUQDVLRQDO6XOWDQ6\DULI.DVLP,,3HNDQEDUX
Pelabuhan Laut : Bengkalis
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DN%XPL(PDV3HUDN%DXNVLWGDQ.HUWDV&XPEUXEEHUSODVWLN3O\ZRRG
Indeks pencemaran
: 52,75
JAMBI Air
Indeks pencemaran
: 91,26
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 62,04 Indeks Tutupan
: 47,09
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Jambi
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NP
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 6XOWDQ7DKDKD6\DULIXGGLQ
3HODEXKDQ/DXW .XDOD7XQJNDO
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ %DWXEDUD(PDV0LQ\DN%XPLGDQ.DUHW
Indeks pencemaran
: 66,19
SUMATERA SELATAN Air
Indeks pencemaran
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup : 89,25
Udara
Nilai : 61,62 Indeks Tutupan
: 37,47
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Palembang
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 6XOWDQ0DKPXG%DGDUXGGLQ,,7DODQJ%HWXWX
Pelabuhan Laut : Pelabuhan Palembang
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DNEXPL%DWXEDUD3XSXN3ROLSURSLOHQ.DUHW
DATA UMUM
Ibukota : Bengkulu
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NP
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 3DGDQJ.HPLOLQJ%DQGDU8GDUD)DWPDZDWL6RHNDUQR
3HODEXKDQ/DXW 3XODX%DDL%HQJNXOX
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ (PDVGDQ3HUDN%DWXEDUD,QGXVWUL.RQVWUXNVL
Indeks pencemaran
: 60,86
LAMPUNG Air
Indeks pencemaran
: 85,98
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 56,42 Indeks Tutupan
: 30,92
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD %DQGDU/DPSXQJ
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ-XPODK3XODX3XODXSXODX
%DQGDU8GDUD 5DGLQ,QWHQ%DQGDU/DPSXQJ
3HODEXKDQ/DXW %DNDXKHQL 3DQMDQJ%DQGDU/DPSXQJ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ (PDV3DNDLDQ-DGL6DSL3RWRQJGDQ3XSXN0DUPHU%LMLEHVL0DQJDQ
Indeks pencemaran
: 61,30
BANGKA BELITUNG Air
Indeks pencemaran
: 90,39
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 60,21 Indeks Tutupan
: 36,77
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Pangkal Pinang
/HWDN 6HEHODK7LPXU3XODX6XPDWHUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 'HSDWL$PLU%DQJNDGDQ+$6+DQDQGMRHGLQ
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ0XQWRNGDQ7RERDOL%DQJND3DQJNDO%DODP3HODEXKDQ8WDPD
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 7LPDKSHQJRODKDQND\XGDQSHULNDQDQ
Indeks pencemaran
: 64,29
KEPULAUAN RIAU Air
Indeks pencemaran
: 95,53
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 69,27 Indeks Tutupan
: 53,30
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD 7DQMXQJ3LQDQJ
/HWDN 3XODX6XPDWHUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD +DQJ1DGLP%DWDP%DQGDUD.LMDQJ7DQMXQJ3LQDQJ3HODEXKDQ/DXW
Pelabuhan : Batam
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 3DNDLDQ-DGLGDQ%DWXEDUDPHVLQNLPLDLQGXVWULORJDP
Indeks pencemaran
: 64,29
KEPULAUAN RIAU Air
Indeks pencemaran
: 95,53
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 69,27 Indeks Tutupan
: 53,30
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Jakarta
/HWDN 3XODX-DZD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD +DOLP3HUGDQD.XVXPDK
3HODEXKDQ/DXW 7DQMXQJ3ULRN
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 3XSXN7637HNVWLO3HPLQWDODQ%HQDQJ0RELOGDQ3HUDNLWDQ.D\X/DSLV)DUPDVL6XVX
3HUFHWDNDQ/RJDP
Indeks pencemaran
: 39,00
Air
JAWA BARAT
Indeks pencemaran
: 59,24
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indeks Tutupan
Nilai : 45,06 : 38,98
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Bandung
/HWDN 3XODX-DZD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD +XVHLQ6DVWUDQHJDUD%DQGXQJ
Pelabuhan Laut : Pelbuhan Cirebon
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DN7HNVWLO3DEULN7HK6XVX6XWUD$ODP%DWHUDL.HUWDV3XSXN6HPHQ6HQMDWD
$ODW7HOHNRPXQLNDVL3HVDZDW7HUEDQJ%DWLN7HQXQGOO
Indeks pencemaran
: 51,03
JAWA TENGAH Air
Indeks pencemaran
: 82,64
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 60,63 Indeks Tutupan
: 51,33
Hutan
DATA UMUM
Ibukota :Semarang
/HWDN 3XODX-DZD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD $KPDG<DQL6HPDUDQJGDQ$GL6XPDUQR6ROR&HSX&HSXGDQ7XQJJXO:XOXQJ
&LODFDS
3HODEXKDQ/DXW 7DQMXQJ0DV6HPDUDQJ3HODEXDKDQ7HJDOGDQ&LODFDS
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 6HPHQ 3XSXN .HUWDV 7HNVWLO %DWLN 7HQXQ 3HPLQWDODQ %HQDQJ .DUXQJ *RQL .D\X
/DSLV3HUNDSDODQGOO
Indeks pencemaran
: 39,00
D.I. YOGYAKARTA Air
Indeks pencemaran
: 82,01
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 49,53 Indeks Tutupan
: 33,08
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD <RJ\DNDUWD
/HWDN 3XODX-DZD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD $GLVXFLSWR
3HODEXKDQ/DXW
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 7HNVWLO%DWLN%DKDQ0RUL5RNRN&HUXWX(PDVGDQ3HUDN3HUFHWDNDQGDQ.RVPHWLN
Indeks pencemaran
: 49,11
JAWA TIMUR Air
Indeks pencemaran
: 73,20
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 56,48 Indeks Tutupan
: 49,47
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Surabaya
/HWDN 3XODX-DZD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD -XDQGD6XUDED\D$EGXO5DKPDQ6DOHK0DODQJ,VZDK\XGL0DGLXQ
3HODEXKDQ/DXW 7DQMXQJ3HUDN6XUDED\D
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 6HPHQ3HUNDSDODQ.HUWDV3XSXN%DWHUDL
Indeks pencemaran
: 42,86
BANTEN Air
Indeks pencemaran
: 53,15
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 43,67 Indeks Tutupan
: 37,16
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Serang
/HWDN 3XODX-DZD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 6RHNDUQR+DWWD6RHWWD
Pelabuhan Laut : Merak
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DN%DMD3LSD$VEHV6HPHQ6HQWUD$QHND,QGXVWUL7DQJHUDQJ
Indeks pencemaran
: 60,89
BALI Air
Indeks pencemaran
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup : 86,61
Udara
Nilai : 59,81 Indeks Tutupan
: 38,90
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD 'HQSDVDU
/HWDN 3XODX%DOL/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 1JXUDK5DL'HQSDVDU
3HODEXKDQ/DXW *LOLPDQXNGDQ%XOHOHQJ6LQJDUDMD
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 7HQXQXNLUDQSDKDWDQGDQ,QGXVWUL3DULZLVDWD
Indeks pencemaran
: 53,50
Air
NUSA TENGGARA BARAT
Indeks pencemaran
: 92,83
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indeks Tutupan
Nilai : 69,39 : 63,72
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Mataram
/HWDN .HSXODXDQ1XVD7HQJJDUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD %DQGDU8GDUD,QWHUQDVLRQDO/RPERNPHQJJDQWLNDQ%DQGDUD6HODSDUDQJ0DWDUDP
3HODEXKDQ/DXW $PSHQDQ0DWDUDP
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ (PDV3HUDNGDQ0DQJDQ
Indeks pencemaran
: 52,48
NUSA TENGGARA TIMUR Air
Indeks pencemaran 77 13
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Udara
Nilai : 62,98 Indeks Tutupan
: 60,23
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD .XSDQJ
/HWDN .HSXODXDQ1XVD7HQJJDUD/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD (O7DUL.XSDQJ
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ.XSDQJ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 6HPHQ.XSDQJ0DQJDQ0LQ\DN&HQGDQD
Indeks pencemaran
: 64,81
KALIMANTAN BARAT Air
Indeks pencemaran
: 84,57
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 68,31 Indeks Tutupan
: 58,73
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Pontianak
/HWDN 3XODX.DOLPDQWDQ/8/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 6XSDGLR
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ3RQWLDQDN
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ %DXNVLW,QWDQ,QGXVWULNRQVWUXNVL0LQ\DN.HODSD5RWDQ.DUHW
Indeks pencemaran
: 49,17
KALIMANTAN TENGAH Air
Indeks pencemaran
: 92,69
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 70,37 Indeks Tutupan
: 69,54
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Palangkaraya
/HWDN 3XODX.DOLPDQWDQ/8/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 7MLOLN5LZXW
3HODEXKDQ/DXW 3DQJNDODQ%XQ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ %DUDQJ.HORQWRQJ0LQ\DN.HODSD.DUHW5RWDQ0LQ\DN%XPL,QWDQ
DATA UMUM
Ibukota : Banjarmasin
/HWDN 3XODX.DOLPDQWDQ/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 6\DPVXGLQ1RRU
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ%DQMDUPDVLQ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ %DWXEDUD,QWDQ%LMLK%HVL.HUDMLQDQGDUL5RWDQ
, , ,
Indeks pencemaran
: 54,80
KALIMANTAN TIMUR Air
Indeks pencemaran
: 83,96
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 74,00 Indeks Tutupan
: 80,93
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Samarinda
/HWDN 3XODX.DOLPDQWDQ/8/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 7HPLQGXQJ6DPDULQGD6HSLQJJDQ%DOLNSDSDQ
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ6DPDULQGD
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ .D\X/DSLV*DV$ODP&DLU0LQ\DN%XPL7HQXQ.ULVWDO7LPDK
Indeks pencemaran
: 50,00
SULAWESI UTARA Air
Indeks pencemaran
: 88,55
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 65,69 Indeks Tutupan
: 60,30
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Manado
/HWDN 3XODX6XODZHVL/8/8GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 6DP5DWXODQJL
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ0DQDGR3DQWDL8WDUD0DQDGR
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DN.HODSD(PDV0DUPHU0DQJDQ*LSV.D\XGOO
Indeks pencemaran
: 60,67
SULAWESI TENGAH Air
Indeks pencemaran
: 85,99
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 76,40 Indeks Tutupan
: 81,01
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Palu
/HWDN 3XODX6XODZHVL/8/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 0XWLDUD3DOX
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ'RQJJDODGDQ3DQWRORDQ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ (PDV%LMLK%HVL1LNHO0LNDND\XRODKDQ3HQJDOHQJDQLNDQ8GDQJEHNXGOO
Indeks pencemaran
: 56,29
SULAWESI SELATAN Air
Indeks pencemaran
: 90,43
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 64,04 Indeks Tutupan
: 50,10
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Makassar
/HWDN 3XODX6XODZHVL/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD +DVDQXGGLQ8MXQJ3DQGDQJ3RQJWLNX7DQD7RUDMD
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ8MXQJ3DQGDQJ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ .LPLD.HUWDV/RJDP%DKDQ0DNDQDQ3DNDLDQ-DGL*LSV7HPEDJD6HPHQ0LQ\DN
1LNHO%DWXEDUD3HUFHWDNDQGOO
DATA UMUM
Ibukota : Kendari
/HWDN 3XODX6XODZHVL/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ CNDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD :ROWHU0RQJLVLGL.HQGDUL
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ.HQGDUL
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ .HORQWRQJ1LNHO0LQ\DN.HODSD$VSDO.DSXUGOO
Indeks pencemaran
: 48,49
GORONTALO Air
Indeks pencemaran
: 96,20
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 75,52 Indeks Tutupan
: 80,28
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD *RURQWDOR
/HWDN 3XODX6XODZHVL/8/8GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD -DODOXGLQ
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ*RURQWDOR
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ (PDV7HPEDJD7HNVWLO0DNDQDQ.D\XGOO
DATA UMUM
Ibukota : Kota Mamuju
/HWDN 3XODX6XODZHVL/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX
%DQGDU8GDUD 7DQSD3DQGDQJ0DPXMX
3HODEXKDQ/DXW
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ %LMLK%HVL1LNHO7HPEDJD7LPDK+LWDP*LSV6HPHQGDQ,QGXVWUL.HFLO/DLQQ\D
Indeks pencemaran
: 48,11
MALUKU Air
Indeks pencemaran
: 91,81
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 74,79
Indeks Tutupan Hutan : 82,04
DATA UMUM
Ibukota : Ambon
/HWDN .HSXODXDQ0DOXNX/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 3DWWLPXUD
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ$PERQ
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ (PDV0LQ\DN%XPL0LQ\DN.D\X3XWLKGOO
Indeks pencemaran
: 50,83
MALUKU UTARA Air
Indeks pencemaran
: 96,94
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 77,22 Indeks Tutupan
: 82,22
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD 7HUQDWH
/HWDN .HSXODXDQ0DOXNX/8/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
Jumlah kota : 2 kota
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD %DDEXODK
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ7HUQDWH-DLOROR6RDVLX
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DN%XPL1LNHO0LQ\DN.D\X3XWLK$VEHV
Indeks pencemaran
: 58,00
PAPUA BARAT Air
Indeks pencemaran
: 91,03
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 84,51 Indeks Tutupan
: 99,51
Hutan
DATA UMUM
Ibukota : Kota Manokwari
/HWDN 3XODX,ULDQ/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 5HQGDQL0DQRNZDUL-HIPDQ6RURQJ'DQ7RUHD)DN)DN
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ0DQRNZDUL3HODEXDKQ6RURQJ3HODEXKDQ)DN)DN
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 0LQ\DN %XPL .D\X *HORQGRQJ GDQ .D\X /DSLV (PDV 3HUDN $OXPXQLXP $VEHV
7HPEDJD
Indeks pencemaran
: 54,67
PAPUA Air
Indeks pencemaran
: 84,24
Udara
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Nilai : 80,65 Indeks Tutupan
: 97,44
Hutan
DATA UMUM
,EXNRWD -D\DSXUD
/HWDN .HSXODXDQ0DOXNX/6/6GDQ%7
/XDV:LOD\DK NPñ
3HUVHQWDVL7HUKDGDS/XDV,QGRQHVLD
-XPODK3HQGXGXNULEX
.HSDGDWDQ3HQGXGXNSHUNP
-XPODKNRWD NRWD
-XPODKNDEXSDWHQ NDEXSDWHQ
-XPODK3XODX3XODX SXODX
%DQGDU8GDUD 6HQWDQL-D\DSXUD
3HODEXKDQ/DXW 3HODEXKDQ-D\DSXUD
,QGXVWULGDQ3HUWDPEDQJDQ 7HPEDJD0LQ\DN%XPL.D\X/DSLV$OXPXQLXP$VEHV0DUPHU.D\X*HORQGRQJDQ
Pertambangan 33,54%
Industri Pengolahan
g 2,85
Listrik dan Air Bersih 0,26
Konstruksi 11,25
Perdagangan,
g g Hotel, Restoran 8,71
Angkutan/Komunikasi 9,04
Bank/Keuangan/Perumahan
g 4,06
Jasa 12,12