LP Novi
LP Novi
OLEH :
20173230032
KAB.MOJOKERTO
TH 2017
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
1.1. Definisi
a. Mobilisasi
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang (Ansari, 2011).
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk
aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas
dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong
untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya
dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Aziz AA, 2006)
Mobilitas/ mobilisatio adalah usaha gerak/ menggerakan(Brooker
Christine, 2001)
Mobilitas fisik yaitu keadaan ketika seseorang mengalami atau bahkan
beresiko mengalami keterbatasan fisik dan bukan merupakan immobile
(Doenges, M.E, 2000)
Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
b. Imobilisasi
Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
darimobilitas optimal (Ansari, 2011).
Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di tempat
tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau gangguan
pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga diartikan
sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus – menerus
selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis (Bimoariotejo,
2009).
Immobility (imobilisasi) adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed
rest) selama 3 hari atau lebih (Adi, 2005). Suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang
(Pusva, 2009).
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu
kedaaan dimana individu yangmengalami atau beresiko mengalami
keterbatsan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari
atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan
fisiologik (kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien penggunaa
kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gipsatau traksi), dan
pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).
Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan
tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada
munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas.
Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit,
menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus.
Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga
mempengaruhi beberapa organ tubuh. Misalnya pada system
kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system respirasi,
menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara
(ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh
Lindgren et al, 2004)
c. Jenis Imobilitas :
1) Imobilisasi fisik,merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2) Imobilisasi intelektual,merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir.
3) Imobilitas emosional,merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri.
4) Imobilitas sosial,merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat
5) mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
1.5 Etiologi
a. Penyebab
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang usia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Gangguan perkembangan otot
Kerusakan system saraf pusat
Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
Kekakuan otot
Kondisi-kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara lain:
(Restrick, 2005)
1) Fall
2) Fracture
3) Stroke
4) Postoperative bed rest
5) Dementia and Depression
6) Instability
7) Hipnotic medicine
8) Impairment of vision
9) Polipharmacy
10) Fear of fall
c. Faktor resiko
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi
pada usia lanjut, seperti pada tabel berikut:
Gangguan Artritis
muskuloskeletal Osteoporosis
Fraktur (terutama panggul dan femur)
Problem kaki (bunion, kalus)
Lain-lain (misalnya penyakit paget)
Gangguan neurologis Stroke
parkinson Penyakit
Lain-lain (disfungsi serebelar, neuropati)
Penyakit kardiovaskular Gagal jantung kongensif (berat)
Penyakit jantung koroner (nyeri dada yang sering)
Penyakit vaskular perifer (kardkasio yang sering)
Penyakit paru Penyakit paru obstruksi kronis (berat)
Faktoe sensorik Gangguan penglihatan
Takut (instabilitas dan takut akan jatuh)
Penyebab lingkungan Imobilisasi yang dipaksakan (di rumah sakit atau panti
werdha)
Alat bantu mobilitas yang tidak adekuat
Nyeri akut atau kronik
Lain-lain Dekondisi (setelah tirah baring lama metastasis luas pada
keganasan)
Malnutrisi
Penyakit sistemik berat (misalnya metastasis luas pada
keganasan)
Depresi
Efek samping obat (misalnya kekuatan yang disebabkan
obat antipsikotik)
EFEK HASIL
Penurunan konsumsi oksigen maksimum Intoleransi ortostatik
Penurunan fungsi ventrikel kiri
Penurunan volume sekuncup Peningkatan denyut jantung, sinkop
Perlambatan fungsi usus Penurunan kapasitas kebugaran
Pengurangan miksi Konstipasi
Gangguan tidur Penurunan evakuasi kandung kemih
Bermimpi pada siang hari, halusinasi
b. Efek Imobilisasi pada Berbagai Sistem Organ
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
b. Pemeriksaan Penunjang
Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang
didaerah yang sulit dievaluasi.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive,
yang menggunakan medan magnet, gelombang radio dan computer untuk
memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang. Dll.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT
↑ pada kerusakan otot.
DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
1 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan Latihan Kekuatan
berhubungan selama ...x 24 jam klien menunjukkan: Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan
dengan Kerusakan sensori Mampu mandiri total program latihan secara rutin
persepsi. Membutuhkan alat bantu
Membutuhkan bantuan orang lain Latihan untuk ambulasi
Membutuhkan bantuan orang lain dan alat Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien
Tergantung total dan keluarga.
Dalam hal : Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan
Penampilan posisi tubuh yang benar walker
Pergerakan sendi dan otot Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang
Melakukan perpindahan/ ambulasi : miring aman.
kanan-kiri, berjalan, kursi roda
Latihan mobilisasi dengan kursi roda
Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda
& cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Terapi Aktivitas
Bantu klien melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi.
Rencanakan jadwal antara aktifitas dan istirahat.
Bantu dengan aktifitas fisik teratur : misal: ambulasi, berubah
posisi, perawatan personal, sesuai kebutuhan.
Minimalkan anxietas dan stress, dan berikan istirahat yang
adekuat
Kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi, sesuai indikasi
4 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penil/vulva,
berhubungandenganKerusakan selama... x24 jm rambut, kulit
neurovaskuler Klien mampu : Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
Melakukan ADL mandiri : mandi, hygiene Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan
mulut ,kuku, penis/vulva, rambut, kuku, rambut, gigi dan mulut, perineal dan anus, sesuai kondisi
berpakaian, toileting, makan-minum, Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene
ambulasi sesudah makan dan bila perlu
Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter gigi bila ada lesi, iritasi,
kecemasan kekeringan mukosa mulut, dan gangguan integritas kulit.
Terbebas dari bau badan dan
mempertahankan kulit utuh Bantuan perawatan diri : berpakaian
Mempertahankan kebersihan area perineal Kaji dan dukung kemampuan klien untuk berpakaian sendiri
dan anus Ganti pakaian klien setelah personal hygiene, dan pakaikan pada
Berpakaian dan melepaskan pakaian ektremitas yang sakit/ terbatas terlebih dahulu, Gunakan pakaian
sendiri yang longgar
Melakukan keramas, bersisir, bercukur, Berikan terapi untuk mengurangi nyeri sebelum melakukan
membersihkan kuku, berdandan aktivitas berpakaian sesuai indikasi
Makan dan minum sendiri, meminta
bantuan bila perlu Bantuan perawatan diri : Makan-minum
Mengosongkan kandung kemih dan bowel Kaji kemampuan klien untuk makan : mengunyah dan menelan
makanan
Fasilitasi alat bantu yg mudah digunakan klien
Dampingi dan dorong keluarga untuk membantu klien saat makan
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika