OLEH :
NI KOMANG PURNAYUNI TRIYANTI
2015.01.024
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg ( Wijaya, 2016).
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas
tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg
atau lebih (Chobaniam, 2010).
2. Etiologi Hipertensi
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2009).
5. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price,
gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit
tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat
dan pusing (Price, 2011).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi
yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan
sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang
pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2013).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga,
kadang kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan
tekanan darah intrakranial (Corwin, 2009).
6. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti :
hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolami (meningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium dapat meningkatkan hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus adanya pembentukan plak ateromatosa.
7) Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan mengindikasikan
pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
8) Kadar oldesteron urin dan serum : untuk menguji oldesteronisme primer
(penyebab).
9) Urinalisa : darah protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengidentifikasikan
adanya feokomositoma, VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk
pengkajian feokomositoma bila hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat : hiperurisemia telah terjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
12) Steroid urin : kenaikan dapat mengidentifikasi hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindromcushing’skadar renin dapat
juga meningkat.
13) CT Scan : mengkaji adanaya tumor serebral, encelopati.
14) EKG : dapat menunjukan adanya pembesaran jantung, pola regangan dan
gangguan konduksi, dimana kuas penginggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
15) IVP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal/ureter.
16) Photo Dada : menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup dan
pembesaran jatung.
(Muttaqin, Arif, 2009)
7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan non farmakologis
a. Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekan darah bersamaan dengan penurunan aktivitas
renin dalam plasma dan kadar aldosterone dalam plasma.
b. Aktivitas, klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, bersepeda, dan berenang.
2) Penatalaksanaaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeberian atau pemulihan obat anti hipertensi yaitu :
a. Mempunyai efektifitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah dan terjangkau.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium
dan golongan penghambat konvensi renin angiotensin.
(Muttaqin, Arif, 2009)
8. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah
arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas
hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah
terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu apa yang telah dirasakan klien saat ini
seperti nyeri dada, pusing, batuk, panas, sesak, gatal, jantung berdebar,
nyeri sendi, atau penglihatan kabur.
2) Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir yaitu apa yang pernah
dirasakan kien sejak tiga bulan terakhir seperti pernah terasa nyeri pada
dada, kepala terasa pusing, sesak nafas, nyeri sendi, diare, gatal, dan lain-
lain sesuai dengan apa yang pernah dialami klien tiga bulan terakkhir.
3) Penyakit saat ini: apakah penyakit yang sedang dialami klien saat ini seperti
sesak napas, rematik, diare, hipertensi, penyakit kulit, jantung, mata, DM,
stroke dan lain-lain. Selain itu apakah penyakit yang diderita saat ini sudah
cukup lama dirasakan, atau bahkan selama tiga bulan terakhir klien pernah
menderita sakit yang berbeda.
4) Riwayat penyakit keluarga: apakah di dalam keluarga terdapat riwayat
penyakit seperti, hipertensi, DM, sesak napas, jantung, penyakit kulih,
rematik, dan lain-lain.
3. Status Fisiologis
1) Tanda-tanda vital berupa suhu, tekanan darah, nadi, respirasi, berat badan,
dan tinggi badan.
2) Bagaimana postur tulang belakang lansia apakah tegap, membungkuk,
kifosis, skoliosis, atau lordosis.
1) Kepala
Kebersihan kepala, warna rambut, terdapat kerontokan pada rambut atau
tidak, kepala terasa nyeri, terdapat kaku kuduk, dan kepala terasa pusing.
2) Mata
Konjungtiva : anemis atau tidak
3) Hidung
Bentuk : simetris atau tidak
5) Telinga
Kebersihan : bersih atau tidak
6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya atau tidak
7) Dada
Bentuk dada : normal chest atau barrel chest atau
pigeon chest atau terdapat kelainan
yang lainnya.
8) Abdomen
Bentuk : distend atau flat atau terdapat kelaian. Jika
terdapat kelainan, jelaskan kelainan yang
terdapat seperti apa.
9) Genetalia
Kebersihan : baik atau tidak
10) Ekstremitas
Bagaimanakah kekuatan otot pada klien antara ekstrimitas atas dan
ekstrimitas bawah.
11) Integumen
Kebersihan : baik atau tidak
5. Pengkajian Fungsional
1) Hubungan dengan anggota keluarga apakah terjalin dengan dekat, biasa-
biasa saja pada anggota keluarga lainnya, atau bahkan tidak akrab.
2) Apakah hubungan dengan orang sekitarterjalin baik atau tidak, dikenal
dengan orang sekitar atau tidak, klien dapat beradaptasi dan berinteraksi
dengan warga sekitar atau tidak.
3) Kebiasaan lansia berinteraksi kerumah tetangga papakah sering, selalu,
jarang, atau bahkan tidak pernah berinteraksi.
4) Apakah klien termasuk seseorang yang mudah emosi, labil, stabil, atau
datar.
Masalah emosional
Untuk mengetahui masalah emosional yang dialami klien yaitu dengan cara
melontarkan berbagai pertanyaan dan pertanyaannya dibagi menjadi 2 tahap
yaitu:
Pertanyaan tahap 1
Pertanyaan tahap 2
1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan (1 kali dalam 1 bulan)
2) Ada masalah atau banyak pikiran
3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
4) Mengguanakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
5) Cenderung mengurung diri
Bila ada 1 atau lebih jawaban ya, maka ada masalah emosional atau ada gangguan
emosional pada klien.
Jumlah
Interpretasi :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Nilai Nilai
No Aspek Kognitif Kriteria
Maksimal Klien
Tahun :
Musim :
5
Tanggal :
Hari :
Bulan :
Negara :
Propinsi :
5
Kab / kota :
Panti :
Wisma :
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4 Perhatian dan Meminta klien berhitung mulai dari 100,
kalkulasi kemudian kurangi 7 dsampai 5 tingkat.
Jawaban :
5 1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-3 (tiap poin
mempunyai nilai 1)
3 Jawaban :
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
6 Bahasa Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut)
1.
2.
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
1. Ambil kertas
2. Lipat jadi 2
3. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah, nilai 1
poin)
Total nilai 30
Tabel 2.3. Identifikasi Aspek Kognitif MMSE (Mini Mental Status Exam)
Interpretasi hasil :
( 3 ) Tidak merokok
Frekuensi makan :
( 1 ) 1 kali sehari
( 2 ) 2 kali sehari
( 3 ) 3 kali sehari
( 4 ) Tidak teratur
( 1 ) 1 porsi habis
( 2 ) ½ porsi yang dihabiskan
( 4 ) Lain – lain
Makanan tambahan
( 1 ) Dihabiskan
( 2 ) Tidak dihabiskan
Frekuensi Minum
( 2 ) Tidak haus
Jenis minuman :
Frekuensi BAB :
1) 1 kali sehari
2) 2 kali sehari
3) Lainnya
Konsistensi :
Gangguan BAB
1) Inkontinensia alvi
2) Konstipasi
3) Diare
4) Tidak ada
6) Pola BAK
Frekuensi BAK
1) 1 – 3 kali sehari
2) 4 – 6 kali sehari
3) > 6 kali sehari
Warna urine
1) Kuning jernih
2) Putih jernih
3) Kuning keruh
Gangguan BAK :
1) Inkontinentia urine
2) Retensi urine
3) Lainnya
7) Pola Aktifitas
Mandi :
1) 1 kali sehari
2) 2 kali sehari
3) 3 kali sehari
4) < 1 kali sehari
Memakai sabun :
( 1 ) Ya ( 2 ) Tidak
Sikat Gigi :
1) 1 kali sehari
2) 2 kali sehari
3) Tidak pernah, alasan mengapa klien tidak melakukan sikat gigi.
Menggunakan pasta gigi :
( 1 ) Ya ( 2 ) Tidak
1) 1 kali sehari
2) > 1 kali sehari
3) Tidak ganti
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
JUMLAH
Interpretasi Skor
60 : Ketergantungan penuh
7. Pengkajian Lingakungan
1) Pemukiman
1. Jenis Bangunan :
2. Lantai :
3. Kebersihan Lantai :
( 1 ) Baik ( 2 ) Kurang
4. Ventilasi :
5. Pencahayaan :
( 1 ) Baik ( 2 ) Kurang.
( 1 ) Baik ( 2 ) Kurang
7. Sanitasi
9. Kepemilikan jamban :
2) Fasilitas
1. Peternakan :
2. Perikanan :
3. Taman :
4. Ruang pertemuan :
( 1 ) Ada ( 2 ) Tidak, jelaskan luasnya berapa meter
5. Sarana hiburan :
LEMBAR PERSETUJUAN
AHMAD KHOTIB
NIM. 2015.01.001
( ) ( )