Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN HIPERTENSI DI


PUSKESMAS SINGOTRUNAN
BANYUWANGI
2018

OLEH :
NI KOMANG PURNAYUNI TRIYANTI

2015.01.024

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2018
bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti


bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya


hygiene sanitasi bagi keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang
dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluargadalam menata lingkungan
luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,


seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipersepsikan keluarga.

B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg ( Wijaya, 2016).

Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas
tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik.
Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg
atau lebih (Chobaniam, 2010).

2. Etiologi Hipertensi

Menurut Sunardi (2012), penyebab hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:


1) Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan
hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,
kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress
emosi, obesitas dan lain-lain.
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan
dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam
menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat
badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas)
memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dipicu oleh penyakit
lainnya. Sekitar 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder.
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan
hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan
darah. Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung
koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat.
3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Sugihartono (2011), hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga


golongan yaitu :

1) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan


peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik
dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam
arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan
atas yang nilainya lebih besar.
2) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik
terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,
sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara
dua denyutan.
3) Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan
diastolik.

Pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah


satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi. Menurut American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension (2013), tekanan darah
dibagi dalam berbagai tingkatan, yaitu :

Klasifikasi Sistolik Diastolik Satuan

Optimal <120 <80 mmHg

Normal 120 – 129 80 – 84 mmHg

Normal tinggi 130 – 139 84 – 89 mmHg

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99 mmHg

Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109 mmHg

Hipertensi derajat 3 ≥180 ≥110 mmHg

Hipertensi sistolik ≥140 <90 mmHg


terisolasi

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2009).
5. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price,
gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit
tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat
dan pusing (Price, 2011).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi
yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan
sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang
pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2013).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga,
kadang kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan
tekanan darah intrakranial (Corwin, 2009).
6. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti :
hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolami (meningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium dapat meningkatkan hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus adanya pembentukan plak ateromatosa.
7) Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan mengindikasikan
pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
8) Kadar oldesteron urin dan serum : untuk menguji oldesteronisme primer
(penyebab).
9) Urinalisa : darah protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengidentifikasikan
adanya feokomositoma, VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk
pengkajian feokomositoma bila hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat : hiperurisemia telah terjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
12) Steroid urin : kenaikan dapat mengidentifikasi hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindromcushing’skadar renin dapat
juga meningkat.
13) CT Scan : mengkaji adanaya tumor serebral, encelopati.
14) EKG : dapat menunjukan adanya pembesaran jantung, pola regangan dan
gangguan konduksi, dimana kuas penginggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
15) IVP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal/ureter.
16) Photo Dada : menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup dan
pembesaran jatung.
(Muttaqin, Arif, 2009)
7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan non farmakologis
a. Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekan darah bersamaan dengan penurunan aktivitas
renin dalam plasma dan kadar aldosterone dalam plasma.
b. Aktivitas, klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, bersepeda, dan berenang.
2) Penatalaksanaaan farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeberian atau pemulihan obat anti hipertensi yaitu :
a. Mempunyai efektifitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah dan terjangkau.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium
dan golongan penghambat konvensi renin angiotensin.
(Muttaqin, Arif, 2009)
8. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah
arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas
hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah
terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara


langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari
kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara
lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down
regulation, dan lain-lain.

Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik


secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1) Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2) Otak
a. Stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit arteri perifer
5) Retinopati
(Sunardi, 2012)
9. Pencegahan Terjadinya Hipertensi
1) Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu:
a. Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5 – 3 gram sodium/hari, senilai
dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.
b. Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium/hari,
senilai 1,25-3,75 gram garam dapur.
c. Diet berat, boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang
dari 1,25 gram garam dapur/hari.

Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangakan retensi


(penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.

2) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas


Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan
menurunkan berat badan bagi penderita yang obesitas. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai berikut:
a. Hindari penggunaan lemak hewani, margarin, dan mentega terutama
goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak.
b. Batasi konsumsi daging, hati, sea food (udang, kepiting), minyak
kelapa dan santan.
c. Batasi konsumsi kuning telur
d. Konsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang.
e. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis, seperti sirup,
dodol, kue, dan lain-lain.
f. Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan
nangka.
3) Diet tinggi serat
Diet hipertensi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan
berserat tinggi. Beberapa contoh jenih bahan makanan yang mengandung
serat tinggi yaitu:
a. Golongan buah-buahan seperti jambu biji, pepaya, apel, belimbing,
mangga, apel, pisang, dan lain-lain.
b. Golongan sayuran tomat, wortel, tauge, sayuran hijau, dan lain-lain.
c. Protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai,
kacang biji, dan biji-bijian
4) Diet rendah kalori bagi yeng mengalami obesitas
Orang yang obesitas (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga dengan seseorang yang berusia diatas 40
tahun.pencegahan hipertensi dapat di tanggulangi dengan salah satunya
dengan cara pembatasan asupan kalori, yang harus diperhatikan yaitu:
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25%,
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi zat gizi,
c. Aktivitas olahraga yang ringan.
5) Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lemah beraktivitas sehari penuh untuk
menetralisir tekanan darah.
6) Pola aktivitas
Jenis latihan atau aktivitas yang dapat mengontrol tekanan darah
yaitu, berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik. Kegiatan atau
pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik maupun mental yang
memerlukan energi atau kalori yang lebih banyak.
7) Pengobatan
Pada hipertensi esensial tidak dapat dicegah karena hipertensi ini
adalah hipertensi ideopatik yang disebabkan karena genetik dan karena
pengaruh lingkungan. Untuk hipertensi esensial hanya dapat dicegah
terjadinya komplikasi yaitu dengan:
a. Mengatur berat badan bagi penderita hipertensi dengan obesitas.
b. Merubah pola makan, seperti mengurangi pemakaian garam, alkohol,
merokok, dan lain-lain.
c. Olahraga dengan teratur.
(Muttaqin, Arif, 2009)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi
1. Identitas
Identitas berupa nama klien, alamat, jenis kelamin, umur, status, agama,
suku bangsa, tingkat pendidikan, sumber pendapatan, dan pekerjaan

2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu apa yang telah dirasakan klien saat ini
seperti nyeri dada, pusing, batuk, panas, sesak, gatal, jantung berdebar,
nyeri sendi, atau penglihatan kabur.
2) Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir yaitu apa yang pernah
dirasakan kien sejak tiga bulan terakhir seperti pernah terasa nyeri pada
dada, kepala terasa pusing, sesak nafas, nyeri sendi, diare, gatal, dan lain-
lain sesuai dengan apa yang pernah dialami klien tiga bulan terakkhir.
3) Penyakit saat ini: apakah penyakit yang sedang dialami klien saat ini seperti
sesak napas, rematik, diare, hipertensi, penyakit kulit, jantung, mata, DM,
stroke dan lain-lain. Selain itu apakah penyakit yang diderita saat ini sudah
cukup lama dirasakan, atau bahkan selama tiga bulan terakhir klien pernah
menderita sakit yang berbeda.
4) Riwayat penyakit keluarga: apakah di dalam keluarga terdapat riwayat
penyakit seperti, hipertensi, DM, sesak napas, jantung, penyakit kulih,
rematik, dan lain-lain.
3. Status Fisiologis
1) Tanda-tanda vital berupa suhu, tekanan darah, nadi, respirasi, berat badan,
dan tinggi badan.
2) Bagaimana postur tulang belakang lansia apakah tegap, membungkuk,
kifosis, skoliosis, atau lordosis.

4. Pengkajian head toe to

1) Kepala
Kebersihan kepala, warna rambut, terdapat kerontokan pada rambut atau
tidak, kepala terasa nyeri, terdapat kaku kuduk, dan kepala terasa pusing.

2) Mata
Konjungtiva : anemis atau tidak

Sklera : ikterik atau tidak

Strabismus : ya atau tidak

Penglihatan : kabur atau tidak

Peradangan : ya atau tidak

Riwayat katarak : ya atau tidak

Penggunaan kacamata : ya atau tidak

Keluhan : ya atau tidak

Jika ya, jelaskan :jika ditemukan terdapat kekurangan atau


kelainan maka dijelaskan bagian apakah yang
terdapat kelainan dan kelainan tersebut seperti
apa.

3) Hidung
Bentuk : simetris atau tidak

Peradangan : ya atau tidak

Penciuman : ya atau tidak

Jika ya, jelaskan : penjelasan bagaimana bentuk hidung simetris


atau tidak, penciumannya masih tajam atau tidak, jika salah satu penciuman
mengalami penurunan maka lubang hidung bagian manakah yang
mengalami penurunan, terdapat pergerakan cuping hidung atau tidak.

4) Mulut dan tenggorokan


Kebersihan : bersih atau tidak

Mukosa : kering atau lembab

Peradangan/stomatitis : ya atau tidak

Gigi geligi : karies atau tidak, ompong atau tidak

Radang gusi : ya atau tidak

Kesulitan mengunyah : ya atau tidak


Kesulitan menelan : ya atau tidak

5) Telinga
Kebersihan : bersih atau tidak

Peradangan : ya atau tidak

Pendengaran : terganggu atau tidak

Jika terganggu, jelaskan : jika terdapat gangguan maka bagian manakah


yang mengalami gangguan.

Keluhan lain : ya atau tidak, jika iya keluhan seperti apakah


yang dirasakan. Seperti telinga terasa
berdenging atau telinga terasa nyeri terasa
nyeri.

Jika ya, jelaskan : jika terdapat keluhan lain, keluhan apakah


yang dialami klien, pada bagian manakah
yang dikeluhkan klien.

6) Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : ya atau tidak

JVD : ya atau tidak

Kaku kuduk : pada penderita hipertensi biasanya


mengalami kaku kuduk pada leher
belakang.

7) Dada
Bentuk dada : normal chest atau barrel chest atau
pigeon chest atau terdapat kelainan
yang lainnya.

Terdapat Retraksi dinding dada : ya atau tidak

Terdapat suara tambahan Wheezing dan ronchi : ya atau tidak

Terdapat suara jantung bawahan : ada atau tidak

Letak ictus cordis : ICS berapakah


Lainnya, terdapat nyeri dada atau tidak, jika terdapat nyeri dada bagian
manakah yang terasa nyeri, dan nyeri yang dirasakan hilang timbul atau
sering muncul, terdapat gerakan dinding dada.

8) Abdomen
Bentuk : distend atau flat atau terdapat kelaian. Jika
terdapat kelainan, jelaskan kelainan yang
terdapat seperti apa.

Terdapat nyeri tekan : ya atau tidak, jika iya jelaskan bagian


manakah terdapat nyeri tekan.

Terdapat kembung : ya atau tidak, jika iya jelaskan diperyt bagian


manakah terdapat kembung.

Bising usus : ada atau tidak, frekuensi berapa kali/menit

Massa : ya atau tidak, region ke berapa.

9) Genetalia
Kebersihan : baik atau tidak

Terdapat haemoroid : ya atau tidak

Terdapat hernia : ya atau tidak

10) Ekstremitas
Bagaimanakah kekuatan otot pada klien antara ekstrimitas atas dan
ekstrimitas bawah.

Postur tubuh : skolisis atau lordosis atau tegap (normal)

Rentang gerak : maksimal atau terbatas

Deformitas : ya atau tidak, jika iya ataupun tidak maka


jelaskan.

Tremor : ya atau tidak

Flebitis : ya atau tidak

Edema kaki : ya atau tidak, pitting edema atau tidak


Penggunaan alat Bantu : ya atau tridak, jika iya pada bagian mana yang
memerlukan alat bantu, kenapa, dan alat bantu jenis apakah yang
digunakan.

11) Integumen
Kebersihan : baik atau tidak

Warna : pucat atau tidak

Gangguan pada kulit : ya atau tidak, jika terdapat gangguan gangguan


seperti apakah dan di bagian manakah.

5. Pengkajian Fungsional
1) Hubungan dengan anggota keluarga apakah terjalin dengan dekat, biasa-
biasa saja pada anggota keluarga lainnya, atau bahkan tidak akrab.
2) Apakah hubungan dengan orang sekitarterjalin baik atau tidak, dikenal
dengan orang sekitar atau tidak, klien dapat beradaptasi dan berinteraksi
dengan warga sekitar atau tidak.
3) Kebiasaan lansia berinteraksi kerumah tetangga papakah sering, selalu,
jarang, atau bahkan tidak pernah berinteraksi.
4) Apakah klien termasuk seseorang yang mudah emosi, labil, stabil, atau
datar.
Masalah emosional
Untuk mengetahui masalah emosional yang dialami klien yaitu dengan cara
melontarkan berbagai pertanyaan dan pertanyaannya dibagi menjadi 2 tahap
yaitu:

Pertanyaan tahap 1

1) Apakah klien mengalami susah tidur?


2) Ada masalah atau banyak pikiran?
3) Apakah klien murung atau menangis sendiri?
4) Apakah klien sering was-was atau kuatir?
Lanjutkan pertanyaan tahap 2,jika ada 1 atau lebih jawaban ya

Pertanyaan tahap 2

1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan (1 kali dalam 1 bulan)
2) Ada masalah atau banyak pikiran
3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
4) Mengguanakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
5) Cenderung mengurung diri
Bila ada 1 atau lebih jawaban ya, maka ada masalah emosional atau ada gangguan
emosional pada klien.

1. Tingkat kerusakan intelektual


Dengan mengguanakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner)

Ajukan pertanyaan pada daftar dibawah ini :

NO Pertanyaan Benar Salah

1 Tanggal berapa hari ini?

2 Hari apa sekarang?

3 Apa nama tempat ini?

4 Dimana alamat anda?

5 Berapa umur anda?

6 Kapan anda lahir?

7 Siapa nama presiden Indonesia?

8 Siapa nama presiden Indonesia sebelumnya?

9 Siapa nama Ibu anda?

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


10
setiap angka baru, secara menurun

Jumlah

Tabel 2.2. Tingkat kerusakan intelektual SPMSQ (Short Portable Mental


Status Quesioner)

Interpretasi :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat

Identifikasi Aspek Kognitif

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

Nilai Nilai
No Aspek Kognitif Kriteria
Maksimal Klien

1 Orientasi Menyebutkan dengan benar :

Tahun :

Musim :
5
Tanggal :

Hari :

Bulan :

2 Orientasi Dimana sekarang kita berada?

Negara :

Propinsi :
5
Kab / kota :

Panti :

Wisma :

3 Registrasi Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,


meja, kertas), kemudian klien disuruh
menyebutkan kembali apa yang telah
3
disebutkan tadi :

1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4 Perhatian dan Meminta klien berhitung mulai dari 100,
kalkulasi kemudian kurangi 7 dsampai 5 tingkat.

Jawaban :

5 1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-3 (tiap poin
mempunyai nilai 1)

3 Jawaban :

1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
6 Bahasa Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut)

1.
2.
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :

“ tidak ada, dan, jika, atau, tetapi”


9
Klien menjawab
:……………………………..

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.

1. Ambil kertas
2. Lipat jadi 2
3. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah, nilai 1
poin)

“tutup mata anda”

Perintahkan pada klien untuk menulis


kalimat dan menyalin gambar

Total nilai 30

Tabel 2.3. Identifikasi Aspek Kognitif MMSE (Mini Mental Status Exam)

Interpretasi hasil :

24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang

0 – 17 : Gangguan kognitif berat

6. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


1) Kebiasaan merokok :

( 1 ) > 3 batang perhari

( 2 ) < 3 batang perhari

( 3 ) Tidak merokok

2) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari - Hari

Pola pemenuhan kebutuhan Nutrisi

Frekuensi makan :

( 1 ) 1 kali sehari

( 2 ) 2 kali sehari

( 3 ) 3 kali sehari

( 4 ) Tidak teratur

Jumlah makanan yang dihabiskan :

( 1 ) 1 porsi habis
( 2 ) ½ porsi yang dihabiskan

( 3 ) < ½ porsi yang dihabiskan

( 4 ) Lain – lain

Makanan tambahan

( 1 ) Dihabiskan

( 2 ) Tidak dihabiskan

( 3 ) Kadang – kadang dihabiskan

3) Pola Pemenuhan Cairan

Frekuensi Minum

( 1 ) < 3 Gelas Sehari

( 2 ) > 3 Gelas Sehari

Jika jawaban < 3 gelas sehari alasan :

( 1 ) Takut kencing malam hari

( 2 ) Tidak haus

( 3 ) Persediaan air minum terbatas

( 4 ) Kebiasaan minum sedikit

Jenis minuman :

( 1 ) Air putih ( 2 ) Teh ( 3 ) Kopi ( 4 ) Susu ( 5 ), atau klien mengkonsumsi


minuman lainnya.

4) Pola Kebiasaan Tidur

Jumlah waktu tidur :

( 1 ) < 4 Jam ( 2 ) 4 – 6 Jam ( 3 ) > 6 Jam

Gangguan tidur berupa ;

( 1 ) Insomnia ( 2 ) Sering terbangun ( 3 ) Sulit mengawali ( 4 ) Tidak ada


gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur :

( 1 ) Santai ( 2 ) Diam saja ( 3 ) Ketrampilan ( 4 ) Kegiatan keagamaan

5) Pola Eliminasi BAB

Frekuensi BAB :

1) 1 kali sehari
2) 2 kali sehari
3) Lainnya
Konsistensi :

( 1 ) Encer ( 2 ) Keras ( 3 ) Lembek

Gangguan BAB

1) Inkontinensia alvi
2) Konstipasi
3) Diare
4) Tidak ada
6) Pola BAK

Frekuensi BAK

1) 1 – 3 kali sehari
2) 4 – 6 kali sehari
3) > 6 kali sehari
Warna urine

1) Kuning jernih
2) Putih jernih
3) Kuning keruh

Gangguan BAK :

1) Inkontinentia urine
2) Retensi urine
3) Lainnya
7) Pola Aktifitas

Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan :

1) Membantu kegiatan dapur


2) Berkebun
3) Pekerjaan rumah tangga
4) Ketrampilan tangan
Pola pemenuhan kebersihan diri

Mandi :

1) 1 kali sehari
2) 2 kali sehari
3) 3 kali sehari
4) < 1 kali sehari
Memakai sabun :

( 1 ) Ya ( 2 ) Tidak

Sikat Gigi :

1) 1 kali sehari
2) 2 kali sehari
3) Tidak pernah, alasan mengapa klien tidak melakukan sikat gigi.
Menggunakan pasta gigi :

( 1 ) Ya ( 2 ) Tidak

Kebiasaan berganti pakaian bersih :

1) 1 kali sehari
2) > 1 kali sehari
3) Tidak ganti

TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (INDEKS


BARTHEL)

NO JENIS AKTIFITAS NILAI PENILAI


Bantuan Total AN

1 Makan 5 10

2 Minum 5 10

3 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 - 10 15


tidur & sebaliknya

Kebersihan diri: Cuci muka, menyisir,


4 0 5
mencukur

Aktivitas dikamar mandi (toileting)


5 5 10
Mandi
6 5 15
Berjalan dijalan yang datar (jika tidak
7 mampu berjalan, lakukan dengan kursi 0 5
roda)

Naik turun tangga

8 Berpakaian termasuk mengenakan 5 10


sepatu
9 5 10
Mengontrol defekasi
10 5 10
Mengontrol berkemih
11 5 10
Olah raga/`latihan
12 5 10
Rekreasi/pemanfaatan waktu luang
13 5 10

JUMLAH

Tabel 2.4. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari-hari (Indeks


Barthel)

Interpretasi Skor

60 : Ketergantungan penuh

65 – 125 : Ketergantungan ringan


130 : Mandiri

7. Pengkajian Lingakungan

1) Pemukiman

1. Jenis Bangunan :

( 1 ) Permanen ( 2 ) Semi permanen ( 3 ) Non


permanen

2. Lantai :

( 1 ) Semen ( 2 ) Tegel ( 3 ) Keramik ( 4 ) Tanah

3. Kebersihan Lantai :

( 1 ) Baik ( 2 ) Kurang

4. Ventilasi :

( 1 ) < 15 % luas lantai ( 2 ) 15 % luas lantai

5. Pencahayaan :

( 1 ) Baik ( 2 ) Kurang.

6. Pengaturan penataan perabot :

( 1 ) Baik ( 2 ) Kurang

7. Sanitasi

Penyediaan air bersih ( MCK ) :

( 1 ) PDAM ( 2 ) Sumur ( 3 ) Mata air ( 4 ) Sunga

8. Penyediaan air minum :

( 1 ) Air rebus sendiri ( 2 ) Beli (Aqua) ( 3 ) Air biasa


tanpa rebus

9. Kepemilikan jamban :

( 1 ) Pribadi ( 2 ) Tetangga (3) jika klien jamban menumpang


pada tetangga atau klien tidak mempunyai jamban jelaskan mengapa.
10. Jenis Jamban :

( 1 ) Leher angsa ( 2 ) Cemplung terbuka ( 3 ) Cemplung tertutup ( 4


) Lainnya.

11. Jarak dengan sumber air :

( 1 ) < 10 meter ( 2 ) > 10 meter

12. Sarana pembuangan air limbah ( SPAL ) :

( 1 ) Lancar ( 2 ) Tidak Lancar

13. Pengelolaan sampah :

( 1 ) Ditimbun ( 2 ) Dibakar ( 3 ) Daur ulang ( 4 ) Dibuang


sembarang tempat( 5 ) Dikelola dinas.

14. Polusi Udara :

( 1 ) Pabrik ( 2 ) Rumah Tangga ( 3 ) Industri

2) Fasilitas
1. Peternakan :

( 1 ) Ada ( 2 ) Tidak ( 3 ) jika mempunyai ternak, maka


sebutkan ternak apakah yang dimiliki klien.

2. Perikanan :

( 1 ) Ada ( 2 ) Tidak (3) jika ada maka sebutkan jenis ikan


apakah

Sarana olah raga :

( 1 ) Ada ( 2 ) Tidak, ( 3 ) jika ada dimanakah dan jenis srana olahraga


apakah yang tersedia.

3. Taman :

( 1 ) Ada ( 2 ) Tidak, jelaskan luasnya berapa meter.

4. Ruang pertemuan :
( 1 ) Ada ( 2 ) Tidak, jelaskan luasnya berapa meter

5. Sarana hiburan :

( 1 ) Ada ( 2 ) Tidak (3) jika ada sarana hiburan maka


sebutkan dimana dan sarana apakah yang tersedia.

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SINGOTRUNAN
Mahasiswa,

AHMAD KHOTIB
NIM. 2015.01.001

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai