PENGGUNAAN SUSU BERKALSIUM TINGGI
PADA PENYAKIT OSTEOPOROSIS
Ni Luh Putu Yulina, Ellist Octaviani, Natalia Wahyu N'
Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan
di Indonesia, terutama di bidang
kesehatan, membuat usia harapan
hidup penduduk Indonesia mening-
kat. Masalah kesehatan yang se-
ting dialami oleh penduduk berusia
lanjut adalah osteoporosis. Penya-
kit. osteoporosis tidak hanya terjadi
di negara-negara maju, tetapi di
negara berkembang seperti Indo-
nesia juga perlu mendapat perhati-
an khusus. Fenomena mengon-
sumsi susu berkalsium untuk men-
cegah osteoporosis telah metam-
bah di banyak negara, termasuk di
Indonesia. Kalsium susu dianggap
sebagai sumber kalsium terbaik,
efektif, dan mudah didapat. Akan
tetapi, di negara-negara dengan
konsumsi susu berkalsium tinggi,
banyak diketemukan kasus osteo-
Potosis. Masalah ini menarik untuk
ditelaah lebih lanjut untuk menge-
tahui korelasi antara pengonsum-
sian susu berkasium terhadap
osteoporosis.
Osteoporosis
Definisi osteoporosis menurut
Konsensus di Kopenhagen adalah
+ Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Minat
Farmasi Sains dan Teknologi
suatu penyakit dengan karakteristik
massa tulang yang berkurang
dengan kerusakan mikroarsitektur
jaringan yang menyebabkan kera-
puhan tulang dan risiko fraktur
yang meningkat.
Osteoporosis dibedakan
dengan dekalsifikasi. Osteoporosis
pada klimaterium terjadi akibat
matriks kolagen tulang berkurang
sebagai bagian dari gangguan
jaringan ikat secara umum akibat
difisiensi estrogen. Aktivitas osteo-
kas meningkat sehingga resorpsi
tulang juga meningkat, walaupun
kadar kalstum dan hormon para-
tiroid dalam serum masih dalam
batas normal (Gonta,1996),
Adapun jenis-jenis dari as-
teoporosis adalah sebagai berikut,
Osteoporosis post-menopause (tipe
1), Osteoporosis involutionai (tipe
2), Osteoporosis idiopatik, Osteo-
porosis juvenil, dan Osteoporosis
sekunder.
Faktor-faktor Penyebab Osteo-
Porosis
Osteoporosis sering terjadi
pada wanita-wanita pascameno-
pause, tetapi terdapat juga pada
laki-laki usia lanjut. Osteoporosis
dapat terjadi sebagai efek samping
pemberian g/ukokortikoid yang kro-
60 Jurnal Saintifika Gadjah Mada, Vol. 2, No. 1, Juni 2005nis ataupun obat yang lain, sebagai
manisfestasi penyakit endoekrin
seperti tirotoksikosis atau Aiperpa-
ratiroidisme, sebagai gambaran
dari malabsorpsi; sebagi akibat dari
penyalahgunaan alkohol; atau tan-
pa penyebab yang jelas (idiopati),
Bentuk ostegporosis karena pasca-
menopause dapat disertai dengan
penurunan kadar 1,254 (OH), D
dan berkurangnya transpor kalsium
intestinal. Bentuk osteoporosis ini
tampak disebabkan oleh defisiensi
estrogen dan paling baik diobati
dengan estrogen dari siklik. Karena
terapi estrogen kontinu disertai
dengan peningkatan risiko karsino-
ma endometrium, di antara kom-
plikasi lain, anjuran untuk meng-
abati semua wanita pascameno-
pause dengan estrogen tidak diteri-
ma secara universal.
Osteoporosis \ebih sering ter-
jadi pada pria daripada wanita.
Adapun sebabnya beberapa faktor
sebagai berikut:
1. Penggunaan obat-obatan ste-
roid, seperti prednison.
2, Pengonsumsian alkohol. Hal ini
disebabkan alkohol bersifat tok-
sik terhadap sel yang memben-
tuk tulang dan menghambat
absorpsi kalsium dalam tulang.
3. Menurunnya kadar testosteron
Jumlah hormon festosteron
yang berkurang dalam tubuh dapat
menyebabkan ostegporosis, Pada
pria berusia di atas 70 tahun pe-
nurunan kadar hormon ¢estosteron
dalam tubuh dapat sebesar 40%.
Risiko Osteoporosis
Wanita Postmenopause
pada
Penelitian yang dilakukan oleh
3, Darmawan di daerah pedesaan
Bandungan, Semarang dari tahun
1982—1989, menunjukkan_ hal-hal
sebagai berikut.
Penggunaan Susu Berkalsium Tinggi pada Penyakit Osteoporosis 61Tabel 1. Hasil penelitian Osteoporosis di Bandungan, Jawa Tengah dibandingkan dengan
penelitian Epoz di Zoetermeer, Negeri Belanda
Bandungan Epoz B/E
L OP G24 OP Gr.2+ oP Gr.2+
N a % N n %
Warita total 537 | 186 | 346 | 3087 | 475 | ia | 2,24
tangan
<45 tahun 24] 36 ‘| 14,7__| 1456 2 06 {1837
45-55 tahun 146 52_ | 35,6 | 679 40 59 | 6,03
>55 tahun 147, 98 | 66,7 | 952 | 423 [44,4 | 1,50
Total kaki 537_| 108 | 19,7 | 3087 |" 222 7,2_| 2,73
<45 tahun 244 2 | 1456 6 0,4} 12,25
45-55 tahun 146, 32__| 219 [| 679 io 16 | 13,68
>55 tahun 147_ | 64__| 43,5 [| 952 [ 2065 | 21,6 | 2,01
Pria Totaltangan | 375 | 42_ | 11,2 | 2725 | 150 55 | 2,02
<45 tahun 123) 5 48 | 1315 i7_ [12 [4,00
45-55 tahun 124, 10 g3 | 679 25 37 | 224
>55 tahun 134 27__[ 206 | 731 | 108 [148 [139
Total kaki [375 {2 58 | 2725 30 iil | 5,27
<45 tahun 123 1 08 [1315 2 at [8,00
45-55 tahun 121 5 4t [679 5 07 [585
>55 tahun 131 is | 145 [| 731 23 32 | 3,59
‘Sumber: Darmawan J. Rheumatik Conditions in the Northen PART OF Central Java, An Epidemialogocal
‘Survey. Proefshrift,1968.hin.173-178
Osteoporosis merupakan pe-
nyakit yang dapat menyerang pria
dan wanita dewasa pada umum-
nya. Berdasarkan penelitian J.
Darmawan di Bandungan Jawa
Tengah, osteoporosis terbanyak
Menyerang wanita dewasa diban-
dingkan dengan pria dewasa
(Isbagio, 1995),
Pengaruh Kalsium terhadap
Densitas Mineral Tulang
Banyak penelitian menyebut-
kan bahwa pemasukan_ kalsium
yang rendah berhubungan dengan
rendahnya massa tulang, kecepat-
an hilangnya massa tulang dan
tingginya angka fraktur. Kalsium
merupakan mineral penting untuk
pertumbuhan tulang, mineral ini
diperiukan tubuh dalam jumlah
tertentu tanpa ada penyimpanan
dalam tubuh jika pemasukan kal-
sium berlebih.
Kalsium yang masuk dan
yang keluar dijaga agar seimbang.
Kalsium yang hilang harus digan-
tikan dengan asupan kalsium dari
luar, terutama dari makanan. Jika
homeostasis kalsium terganggu
pemasukan kalsium dari makanan
masih kurang untuk menggantian
kehilangan kalsium setiap harinya,
kalsium akan diambil dari tulang.
62 Jumal Saintifika Gadjah Mada, Vol. 2, No. 1, Juni 2005abel 2. Pedoman Pemasukan Kalsium berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
q Pedoman Pemasukan Kalsium
Umur (th) Wanita
25-50 1000 mg 1000 mg
50- 65 1000 mg 1500 mg
65+ 1500 mg 1500 mg
Pengaruh Vitamin D terhadap
Penyerapan Kalsium
Kalsium sukar diabsarpsi dari
| saluran pencernaan karena banyak
senyawanya yang relarif kurang
sukar larut dan juga karena kation
bivalen sukar diabsorpsi melatui
saluran pencernaan. Kalsitro! 1,25
(OH)2D3 dan metabolit vitamin D
yang Jain seperti 25 (OH)3 dan 1-
alpha (OH)D; membantu absorpsi
kalsium dari saluran pencernaan.
Vitamin D pertama kali harus
diubah melalui serangkaian reaksi
dalam hati dan ginjal menjadi hasil
mukosa usus. Vitamin D mem-
punyai efek kuat dalam mening-
akhir yang aktif 1,25-dihidro-
kalsiferol. Perubahan zat ini dari
katkan absorpsi kalsium dari —_-vitamin D adalah sebagai berikut.
kalsiferol (vit D3)
hati
inhibisi
| 25,Hidroksikolekalsiferol
injal aktivasi horrnon
FON enaiaid
1,25-dihidroksikalsifero!
a4 epitel usus
i So
protein ATPase fosfatase alkali
pengikat GaP _Grangsang Cay
Absorpsi kalsium dari usus
inhibisi
Konsentrasi ion kalsium plasma
Penggunaan Susu Berkalsium Tinggi pada Penyakit Osteoporosis 63Senyawa yang paling penting
dinamakan vitamin D; yang meru-
pakan kolekalsiferol, Sebagian be-
sar zat ini dibentuk di dalam kulit
sebagai akibat penyinaran 7-defi-
drokalsifero! oleh ultraviolet dari
sinar matahari. Akibatnya, terpan-
carkan sinar matahari yang mencu-
kupi mencegah defisiensi vitamin
D.
Perubahan kolekalsiferol men-
jadi 25-hidrokalsifero! dalam hati
dan pengaturan umpan bafiknya.
Langkah pertama pengaktifan ko-
Jekalsiferol adalah mengubahnya
menjadi 25-hidrokaliferol; hal ini
terjad} dalam hati. Akan tetapi,
proses ini merupakan proses yang
terbatas karena 25-hidrokalsiferol
mempunyai efek penghambatan
umpan balik. Efek umpan balik ini
sangat penting, Pertama, mekanis-
me umpan balik mengatur dengan
tepat sekali konsentrasi 25-hidro-
kalsiferol dalam plasma. Kedua
perubahan vitamin D; menjadi 25-
hidrokalsiferol yang terkontrol ini
Menghemat vitamin D3 untuk
penggunaan lebih lanjut. £,25-aihi-
Grokalsiferol merupakan bentuk
aktif vitamin D3 dan terbentuk
dalam ginjal.
Perubahan 25-hidrokalsiferol
menjadi 4,25-dihidrokalsiferol
mMembutuhkan hormon paratiroid.
Tanpa adanya hormon ini tidak
atau hampir tidak terbentuk 1,25-
dihidrokalsiferol, Oleh karena itu
hormon paratiroid —menimbulkan
efek yang kuat dalam menentukan
efek fungsional vitamin D dalam
tubuh, khususnya efek dalam
mengabsorpsi kalsium dalam usus
dan efeknya dalam tulang. 125-
dihidrokatsifero} mempunyai bebe-
rapa efek pada epitel usus dalam
meningkatkan absorbsi kalsium
usus. Mungkin efek yang paling
penting adatah bahwa hormon ini
menyebabkan pembentukan pro-
tein pengikat kalsium dalam sito-
plasma sel epitel usus, Kecepatan
absorbsi kalsium tampaknya ber-
banding langsung dengan jumlah
protein pengikat kalsium tersebut.
Efek lain 1,25-dihidrokalsi-
ferol ini, yang mungkin memegang
peranan dalam’ meningkatkan
absorpsi kalsium adalah: (i) me-
nyebabkan pembentukan ATPase
yang dirangsang kalsium dalam
“brush border” sel epitel; dan (ii)
Menyebabkan pembentukan fosfa-
tase alkali dalam sel epitel (Guy-
ton,1983).
Pengaruh Susu Berkafsium
terhadap Osteoporosis
Susu mengandung formula
yang dapat memenuhi kebutuhan
kalsium tubuh. Pada usia yang
masih muda kalsium susu diserap
sebanyak 30%, tentu saja semakin
tua jumlah kalsium susu yang
dapat diserap semakin berkurang.
Dari 30-40% kalsium dari makanan
yang dapat diserap kurang dari
30% merupakan kalsium susu dan
pada wanita postmenopause hanya
bisa menyerap 20% kalsium dari
makanan, berarti dari kalsium susu
sangat sedikit terjadi penyerapan.
Pada wanita yang telah menopause
mengonsumsi susu berkalsium un-
tuk mengurangi kehilangan massa
tulang dan pengobatan ostecporo-
64 Jurnal Saintifika Gadjah Mada, Vol. 2, No. 1, Juni 2005sis tidak efektif. Karena dalam hal
ini pengaruh hormonal sangat be-
sar pengaruhnya dalam menjaga
massa tulang, dan meregulasi pro-
ses penyerapan kalsium (Heaney,
1996).
Penelitian menunjukkan se-
kresi asam lambung (HCI) menurun
dengan bertambahnya umur dan
wanita yang mengalami post-
menopause kekurangan produksi
HCl. Penyerapan kalsium dimulai
dari lambung, jika lambung mem-
produksi HCI dalam jumlah sedikit,
kalsium tidak larut dan tidak bisa
terionisasi yang nantinya kalsium
tersebut diterima dalam usus
halus. Ionisasi adalah proses ketika
sebuah atm mengubah struktur-
nya, jadi nantinya berkombinasi
dengan elemen yang lain sehingga
khelat kalsium lebih banyak di-
serap.
Susu mengandung lemak je-
nuh dalam jumlah yang tinggi. Se-
lain itu banyak mengandung pro-
tein pengeblok kalsium. Harvard
Nurses’ Health Study yang diikuti
lebih dari 75.000 wanita selama 12
tahun menunjukkan tidak ada efek
perlindungan dari —_ peningkatan
konsumsi susu terhadap risiko pa-
tah tulang. Kenyataannya pening-
katan pemasukan kalsium dari
produk susu dihubungkan dengan
tisiko fraktur yang tinggi. Di daerah
Asia sebagai contoh, yang kon-
sumsi produk-produk susu sangat
rendah pada wanita yang menga-
lami menopause angka fraktura
jauh lebih rendah daripada di
daerah Amerika Serikat dan Skan-
dinavia yang konsumsi produk
susunya sangat tinggi. Walaupun
demikian, ras juga mempengaruhi
hubungan masa konsumsi susu
berkalsium terhadap massa tulang.
Masa konsumsi susu ini sangat
penting untuik menentukan keada-
an massa tulang, pemasukan yang
lebih awal selama masa hidup bisa
mengurangi risiko fraktur pada
osteoporsis.
Pada tahun 1994 sebuah pe-
nelitian terhadap pria dan wanita
yang berusia tua di Sidney menun-
jukkan bahwa konsumsi produk
susu yang lebih tinggi dihubungkan
dengan peningkatan risiko fraktur
sampai dua kalinya dibandingkan
yang sedikit mengonsumsi.
Hal ini menjadi menarik un-
tuk ditelaah lebih lanjut. Hal ini ter-
jadi disebabkan oleh adanya meka-
nisme umpan balik dari kalsium
yang berlebihan yang tedapat di
dalam plasma sehingga akan
menghambat kerja dari hormon
paratiroid untuk mengaktivasi per-
ubahan 25-Hidrokolekalsiferol men-
jedi 1,25-dihidrokolekalsiferol (bi
gan perubahan vitamin D) sehitic
ga absorpsi kalsium dari usus
menjadi terhambat. Mekanisme ini-
lah -yang terjadi untuk menerang-
kan kecenderungan yang terjadi di
negara-negara yang tingkat kon-
sumsi susu berkalsium dalam jum-
lah tinggi malah risiko osteoporosis
besar disebabkan oleh adanya me-
kanisme inhibisi seperti yang telah
diterangkan di atas.
Penggunaan Susu Berkalsium Tinggi pada Penyakit Osteoporosis 65°Kesimpulan
Konsumsi susu berkalsium
pada usia muda dapat mencegah
terjadinya osteoporosis. Akan te-
tapi konsumsi susu berkalsium
pada saat sudah terkena osteo-
porosis tidak berguna untuk meng-
hambat terjadinya osteoporosis le-
bih lanjut karena absorpsi kalsium
sudah berkurang. Absorbsi kalsium
yang berlebihan justru akan me-
hingkatkan risiko terjadinya osteo-
porosis yang lebih besar disebab-
kan adanya mekanisme umpan
balik dari kadar kalsium: yang ber-
lebih. Jadi, untuk mendapatkan
hasil yang- maksimal untuk men-
cegah terjadinya osteoporosis,
susu berkalsium harus dikonsurnsi
secara teratur sejak usia muda dan
dalam jumlah yang benar.
Daftar Pustaka
Gonta P. 1996. Osteoporosis seba-
gai Problema Kiimakterium,
Jakarta: Cermin Dunia Kedok-
teran no, 112.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi
Manusia dan .Mekanisme Pe-
nyakit Ed.JII. Jakarta: Pener-
bit Buku Kedokteran EGC.
Heaney, Robert P. 1996. Muirition
and Risk for Osteopoross.
Nebraska: Academic Press.
Inc.
Isbagio, Harry, 1995. Pencegahan
dan Pengelolaan Osteopo-
rosis, Cermin Dunia Kedok-
teran, 100,
66 Jurnal Scintifike Gadjah Mada, Vol. 2, No. 1, Juni 2005