Referat Besok Finaal
Referat Besok Finaal
REFERAT
Oleh:
Abdurrozzaq 122011101086
Annafira Yuniar 132011101026
Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
1
PSIKOTROPIKA ( ANTIPSIKOTIK)
YANG MENGINDUKSI GANGGUAN METABOLIK
REFERAT
Oleh:
Abdurrozzaq 122011101086
Annafira Yuniar 132011101026
Dokter Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
diabetes tipe 2. Gejala pada sindrom metabolik meliputi kadar kolesterol tinggi,
peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah dan obesitas. Terdapat dua
hubungan langsung antara gangguan psikiatri dan sindrom metabolik. Yang
pertama terkait kurangnya pengaturan pola makan dan olahraga pada pasien
dengan gangguan jiwa (psikiatrik), kedua penggunaan obat-obatan anti psikotik
yang beresiko tinggi terhadap timbulnya efek metabolik.
Sejak diperkenalkannya obat antipsikotik generasi kedua yang dimulai
dengan clozapine dan diikuti dengan risperidone, olanzapine, quetiapine,
ziprasidone, aripiprazole, asenapine, iloperidone, dan obat potensial lainnya,
seperti lurasidone terdapat perhatian yang lebih besar terhadap efek samping
penambahan berat badan dan gangguan metabolik. Meski efek metabolik pada
masing-masing obat anti psikotik tidak seragam, tetapi prevalensi terjadinya
gangguan metabolik pada penggunaan anti psikotik lebih besar dibandingkan
penggunaan obat-obatan golongan lainnya, terutama pada penggunaan jangka
panjang obat golongan olanzapine dan clozapine.
Berdasarkan terapi dengan regimen anti psikotik, pasien skizofrenia
memiliki resiko paling besar terhadap terjadinya efek metabolik, diikuti dengan
pasien dengan gangguan bipolar karena keduanya seringkali membutuhkan
pengobatan dengan anti psikotik yang dapat menimbulkan peningkatan gula darah
dan kolesterol pada level yang amat tinggi sehingga terjadi kenaikan berat badan
yang signifikan. Sebenarnya efek samping gangguan metabolik tersebut tidak
hanya ditimbulkan oleh obat golongan anti psikotik saja, namun juga dapat timbul
sebagai akibat penggunaan anti depresan seperti amitriptilin dan pengobatan
dengan agen anti mania misalnya valproat. Oleh karena itu, perlu dicari solusi
agar klinisi dapat mengontrol efek samping metabolik tersebut.
4
BAB 1 PSIKOTROPIKA (ANTIPSIKOSIS)
5
B. Golongan Butirofenon
Indikasi utama obat golongan ini , semisal haloperidol ,adalah untuk
psikosis. Haloperidol mampu menenangkan keadaan mania penderita psikosis
yang karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal
timbul pada 80% penderita yang diobati haloperidol. Struktur haloperidol berbeda
dengan fenotiazin pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin.
Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif untuk fase mania
penyakit manik depresif dan skizofrenia.
Pada beberapa organ ,golongan ini mempunyai efek yaitu menenangkan dan
menyebabkan tidur pada orang yang eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang
kuat dibanding CPZ namun keduanya sama-sama memperlambat gelombang teta
jika dilihat dengan EEG. Keduanya juga sama-sama kuat dalam menurunkan
ambang konvulsi. Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya
dalam plasma tercapai dalam 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 27 jam
dan masih ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini
ditimbun dalam hati dan 1% obat diekskresikan lewat empedu. Ekskresinya
lambat melalui ginjal.
6
atas menggunakan risperidone (1 mg to 3 mg/hari) atau olanzapine (5 mg to 20
mg/hari). Hasilnya terdapat perbaikan pada nilai skor PANSS pada kedua
kelompok. Efek samping ektrapiramidal terlihat pada 9,2% pasien kelompok
risperidone dan 15,9% pasien kelompok olanzapine. Secara umum skor total dari
Extrapyramidal Symptom Rating Scale menurun pada kedua kelompok di akhir
penelitian. Peningkatan berat badan juga didapatkan di dua kelompok namun
lebih jarang terjadi pada pasien yang menggunakan risperidone1.
7
BAB III. EFEK METABOLIK PSIKOPTROPIKA (ANTIPSIKOTIK)
Pada pengobatan menggunakan psikotropika selain diperoleh efek primer
yaitu sesuai target sindrom (indikasi penyakit) ,efek sekunder yang biasanya
membantu memperbaiki keadaan sementera semisal karena efek sedatif, terdapat
juga efek samping yang mana bisa menimbulkan berbagai macam gangguan,
salah satunya gangguan metabolik. Berbagai efek metabolik yang merugikan
terkait dengan obat psikotropika, termasuk antipsikotik,stabilisator mood dan
antidepresan diantaranya adalah diabetes mellitus, dislipidemia, endokrin,
hiperkalsemia ,hiperglikemia, hiperprolaktinemia, hyperosmolar, hyponatremia,
ketoacidosis , metabolisme lipid dan penambahan berat badan. Selain itu
berdasarkan beberapa penelitian, disebutkan bahwa efek samping dari obat
psikotropika muncul juga karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
jenis kelamin dan umur. Berikut efek metabolik terutama Sindrom metabolik
yang sering ditemukan pada penggunaan psikotropika golongan antipsikotik.
8
menyebabkan peningkatan berat badan adalah amitriptilin, doxepin,
paroxetin, sedangkan obat-obatan yang memperbaiki mood dan menyebabkan
peningkatan berat badan adalah valproate, lithium karbonat, carbamazepin.
Pengobatan Clozapine dan Olanzapine secara klinis terkait dengan
risiko penambahan berat badan yang signifikan, dengan agen lain yang
memiliki tingkat risiko yang relatif lebih rendah. Peningkatan berat badan
bisa jadi karena perbaikan setelah penurunan berat badan yang mungkin
terjadi karena sakit atau diet. Perubahan signifikan dalam gaya hidup dan efek
samping yang disebabkan obat juga dapat menyebabkan penambahan berat
badan. Penelusuran riwayat yang cermat dapat membantu dalam
mengidentifikasi penyebab kenaikan berat badan. Pasien mungkin tidak
menyadari penyebab kenaikan berat badannya seperti halnya pasien tidak
menyadari adanya peningkatan nafsu makan. Pasien cenderung menyalahkan
diri sendiri ketika makan berlebihan bahkan ketika kenaikan berat badan dan
nafsu makan akibat diinduksi obat.
9
Penelitian Preklinis telah menunjukkan perbedaan antara antipsikotik
dalam respon terhadap pelepasan insulin. Best et al. (2005) mempelajari efek
clozapine dan haloperidol pada sel β pankreas tikus in-vitro. Para penulis
menunjukkan efek kontras clozapine dan haloperidol pada fungsi sel β pankreas.
Clozapine tidak berpengaruh pada membran potensial sel β saatkadar glukosa
darah puasa tapi hyperpolarizedmembran potensial ketika konsentrasi glukosa
tinggi. Sebaliknya haloperidol depolarized membran pada keadaan puasa dan saat
kadar glukosa terstimulasi. Efek dari dua obat pada aktivitas listrik hanya
sebagian menjelaskan efeknya pada pelepasan insulin. Clozapine menghambat
sekresi insulin dalam respon terhadap glukosa, yang dapat menjelaskan
hiperglikemia dan diabetes yang terkait dengannya, namun tidak mempengaruhi
'pelepasan insulin basal'. Menariknya, haloperidol tidak berpengaruh pada
pelepasan insulin.
10
Kemudian olanzapine juga mengubah metabolisme jaringan adiposa,
komposisi lemak dan distribusi lemak. Clozapine juga memberi efek pada
neurotransmitter – 5HT, H1, DA dan blokade alfa 1 yang berperan dalam
peningkatan nafsu makan pasien serta kenaikan kadar leptin dan prolaktin.
Berbagai reseptor telah ditemukan memiliki peranan penting terhadap
nafsu makan dan peningkatan berat badan pada pasien yang mengkonsumsi
anti psikotik. Reseptor-reseptor tersebut antara lain penurunan 5 HT dapat
meningkatkan nafsu makan, begitu pula dengan penurunan H1, adrenergik
beta 3 mengatur metabolisme energi dan termogenesis.
Leptin yang disekresikan oleh sel adiposa putih memiliki korelasi
yang kuat dengan massa lemak tubuh. Leptin juga mengatur sekresi insulin
dan metabolisme energi. Hubungan mengenai peningkatan berat badan dan
ambang batas BMI, beberapa studi menunjukkan hubungan yang sejalan
diantara keduanya, sedangkan penelitian lain menunjukkan sebaliknya.
Komorbiditas medis pada pasien dengan gangguan bipolar antara lain
penyakit kardiovaskular, obesitas, diabetes dan penyakit neurologis. Berikut
ini merupakan beberapa efek anti psikotik pada metabolisme glukosa dan
lemak yaitu clozapine dan olanzapine meningkatkan faktor resiko diabetes,
ketoasidosis diabetikum dan kadar lipid plasma. Pada penggunaan risperidone
dan Quetiapine, faktor resiko dislipidemia adalah sedang. Obat anti psikotik
golongan lain juga tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, efeknya pada
gangguan metabolik hampir sama. Korelasi obesitas pada pasien dengan
gangguan bipolar, faktor resiko meningkat apabila pasien berjenis kelamin
laki-laki, hipertensi, arthritis, mempunyai riwayat DM, mengalami >4 episode
mania, >1 usaha bunuh diri, paparan lenih dari 1 jenis psikotropika dan
terbatasnya fungsi pekerjaan serta keluhan gangguan makan.
11
selama perjalanan penyakit psikotik (Alison & Casey 2001), dengan penggunaan
obat antipsikotik atipikal. Penelitian obat psikiatri di Cina dari pasien yang
memenuhi kriteria DSM-IV untuk skizofrenia, empat puluh enam pasien
dibandingkan dengan 38 kontrol sehat, menariknya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara risperidone dan chlorpromazine dan tidak ada korelasi yang
nyata antara perubahan di Indeks Masa Tubuh dan perbaikan klinis.
12
metabolik secara signifikan lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang
dirawat dengan risperidone, dengan lebih dari sepertiga dari kelompok
menunjukan adanya pinggang yanghypertriglyceridemic (lingkar pinggang ≥ 90
cm, trigliserida ≥ 2,0 mmol / L).
13
Peneliti menyakini bahwa patogenesis hiperlipidemia berhubungan
dengan berat badan, adanya akumulasi lemak perut meningkatkan pelepasan asam
lemak bebas dalam hati dan mempercepat sintesis trigliserida hati (VLDL).
Mereka lebih lanjut menunjukkan bahwa lipid meningkat mengganggu
metabolisme glukosa, menyebabkan hiperglikemia dan DM tipe 2.
BAB III
14
PENUTUP
Kesimpulan
Seseorang dengan gangguan jiwa berat memiliki prevalensi perilaku
berisiko kesehatan yang tinggi pula. Mereka mungkin tidak mendapatkan
perawatan yang optimal untuk kondisi kesehatan mereka. Beban kondisi medis
mereka harus menghalangi pemulihan sepenuhnya dari kondisi kesehatan mereka.
Pengobatan menggunakan anti psikotik seringkali digunakan oleh klinisi dan
penggunaan atipikal anti psikotik terus meningkat seiring waktu. Antipsikotik
membuka dunia baru bagi penderita gangguan jiwa. Membuat penderita gangguan
jiwa dapat berpikir jernih, meningkatkan kemampuan kerja, keterampilan
interaksi sosial yang lebih baik dan sangat efektif bagi mereka dengan gangguan
pikiran yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berfungsi dalam
masyarakat.
15