PENDAHULUAN
1
yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian
yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan
berbagai informasi mengenai sifat-sifat material. Dalam bidang industri diperlukan
pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis
yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap material jadi, untuk memenuhi proses
selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai Mahasiswa Teknik
Industri hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva
tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan,
modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus
mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu material.
Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar
mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastic dari material
e. Kelentingan dari suatu material
f. Ketangguhan.
2
bahan uji sesuai dengan ketentuan untuk uji tarik yang belum sempurna dan
sedikitnya bahan uji yang tersedia membuatt seringnya terjadi gagal atau
rusaknya bahan uji tersebut.
b. Alat uji tarik yang digunakan adalah berupa alat manual, bernama Manual
Tensile Test. Proses pengamatan dan pengambilan data pada setiap bahan
ujinya yang tidak konstan karena beban yang diberikan berasal dari putaran
manual.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985].
Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan
desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik
digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Uji tarik juga
dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Percobaan ini
untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
lambat. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa
teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji
tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari
logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan
dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi
informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi
spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari
kurva uji tarik.
4
tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gambar 2.1.
Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang.
Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut.
Strain: ε = ΔL/L
ΔL: Pertambahan panjang,
5
L: Panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E=σ/ε
Untuk memudahkan pembahasan, Gambar.2.2. penulis modifikasi sedikit dari
hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara
tegangan dan regangan (stress vs strain). Selanjutnya kita dapatkan Gambar.2.2 yang
merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien
kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε)
selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva
yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva
SS (SS curve).
6
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang
tidak tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah
grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus
selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar
spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada
pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan
dengan standar baku pengujian. Uji tarik banyak digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan atau material dengan cara memberikan gaya yang
sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk
rekayasa teknik dan rekayasa teknik dan desain produk, karena menghasilkan
data kekuatan material pengujian tarik yang digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material.
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen
dengan dimensi seperti pada Gambar 2.3 berikut.
7
Untuk mendapatkan data-data pengujian lain dan mengkonversi ke
kurva tegangan-renggangan (α - e) dapat menggunakan rumus-rumus di
bawah ini :
𝐹
𝜎=
𝐴𝑜
Keterangan :
F : Beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
8
Gambar 2.5. Contoh Kurva Uji Tarik
9
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan
tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan
parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir
menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh,
benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat
permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya
regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan
10
sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan
demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi
patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter,
1993]:
1. Kekuatan tarik
6. Ketangguhan.
11
harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban
sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut
kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang
lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi
kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan
faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang
lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan
luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk
menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan
metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi
kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah
ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible).
Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan.
Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas,
kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami
perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit,
dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh yang tergantung pada
ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala
regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan
dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
12
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan.
Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya
menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh
dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang
sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar
daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur
pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang
membosankan
13
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda
uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania
Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya
0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya
dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut
terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.
14
Dimana, σ = tegangan
ε = regangan
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi
pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas
mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus
elastisitas rendah
15
atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas
keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah
energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan
pecah. Ketangguhan (S0) adalah perbandingan antara kekuatan dan kueletan.
Persamaan sebagai berikut.
UT ≈ su ef
atau
Plastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik dapat
dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Plastik didesain dengan variasi yang sangat
banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain.
Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya
yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industry.
16
17
.
1. Termoplastik
2. Termoset
Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan
ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya. Termoset lebih keras dan
lebih kuat daripada termoplastik dan memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik.
Aplikasi termoset biasanya pada komponen-komponen yang digunakan pada suhu
tinggi. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida.
18
Pemakaiannya dilakukan secara berulang, terutama menampung air panas, lapisan
polimer botol meleleh mengeluarkan zat karsinogenik dan dapat menyebabkan
Kanker. Pengunaan PET sangat luas antara lain : Botol-botol untuk air mineral, soft
drink, kemasan sirup, saus, selai, minyak makan.
5. PP atau PolyPropylene
Memiliki sifat tahan terhadapbahan kimia (chemical Resistance) yang baik
tetapi ketahan terhadap pukul (Impact Strenght) rendah. Juga baik digunakan untuk
tempat minuman maupun makanan. Jenis Plastik semacam ini lebih kuat dan ringan
dengan daya tembus uap yang rendah dan biasanya digunakan untuk botol minum
bayi.
6. PS atau PolyStyrene
Merupakan Jenis Plastik yang digunakan untuk tempat minum atau makanan
sekali pakai. Mengandung bahan bahan Styrine yang berbahaya untuk kesehatan otak,
19
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi
dan sistem saraf.
C. Berdasarkan sumbernya
Pakaian yang Anda kenakan sekarang ini, telah melalui serangkaian proses
yang cukup panjang sebelum menjadi selembar baju yang siap pakai, dan semua
pakaian jenis apapun berasal dari kain yang dibuat dari serat serat kapas dan bahan
lainnya yang diproses dengan cara cara tertentu dan tentunya dengan bantuan mesin
mesin jenis tertentu yang bisa membuat serat serat kapas tersebut menjadi benang,
lalu menjadi kain hingga akhirnya bisa dipotong dan bisa dibuat menjadi baju atau
pakaian.
A. Pengertian Kain
Kain adalah suatu bahan dari hasil tenunan benang, baik dari benang kapas,
sutra atau sintesis, dimana prosesnya disebut dengan tekstil, biasanya digunakan
sebagai bahan untuk membuat baju ataupun produk tertentu yang menggunakan
bahan dasar kain dan memiliki banyak jenis yang diperuntukkan untuk fungsi serta
maksud tertentu dengan kualitas yang berbeda-beda.
Jenis-jenis kain sangat beragam dengan berbagai macam karakteristik, fungsi
dan kualitasnya. Dari berbagai ragam jenis-jenis kain yang tersedia, tidak bisa
sembarang kain digunakan untuk semua model pakaian, dikarenakan setiap model
pakaian memiliki karakteristik, fungsi dan tujuannya tersendiri. Pemilihan jenis-jenis
kain sangat menentukan kesesuaian dan kenyamanan dari model pakaian. Apabila
pemilihan jenis-jenis kain tersebut tidak sesuai, akan mengakibatkan pakaian menjadi
unfashionable dan uncomfortable. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sangat
penting bagi kita untuk mengetahui masing-masing karakteristik dari kain terutama
20
bagi para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang industri pakaian. Dikarenakan
kain ini sangat beragam dan akan membingungkan bagi orang awam, mari kita
mengenal lebih jauh karakteristik, fungsi dan kualitas dari jenis-jenis kain tersebut.
21
4. Treatments atau perawatan
Untuk meningkatkan kualitas kain, maka proses yang satu ini sangat penting,
yaitu proses treatments. Proses pada treatments ini dapat berupa penggosokan pada
beberapa area spesifik kain untuk dibersihkan. Selain itu, juga bisa dilakukan
pemutihan, atau penambahan warna pada kain. Ada juga industry yang melakukan
pemutihan kapas sebelum ditenun.
Penjelasan tersebut adalah proses dan cara pembuatan kain secara singkat
yang bisa memberikan gambaran secara umum pada Anda untuk dapat lebih
memudahkan Anda dalam membayangkan bagaimana sehelai baju yang Anda
kenakan saat ini awalnya adalah serat serat bahan baku kapas yang perlu untuk
dipisahkan dulu dari biji dan polong nya sebelum menjadi benang, hingga akhirnya
menjadi kain dan pakaian yang Anda kenakan sehari hari. Semoga hal tersebut dapat
membantu Anda untuk lebih bersukut atas semua pakaian yang Anda miliki saat ini.
Jenis jenis kain sangat beragam dan selain memberikan kenyamanan, fungsi
juga bisa mendukung model dari suatu baju atau pakaian. Pada kesempatan kali ini,
kita akan membahas mengenai jenis jenis kain pada baju yang sangat berperan
penting dalam industri pakaian khususnya usaha konveksi. Dikatakan memiliki peran
penting, dikarenakan kain menjadi faktor penentu dari pakaian yang akan dibuat. Bila
tidak menguasai karakteristik dari kain, bisa mengakibatkan pakaian yang dibuat
menjadi tidak sesuai dengan model dan fungsinya. Sebelum kita membahas mengenai
jenis-jenis kain, mari kita terlebih dahulu mengenal arti dari kain itu sendiri.
22
Jenis Kain Katun Combed ini disusun dari benang kapas dimana pada saat
pemintalannya / spinning menggunakan mesin combing yang berfungsi untuk
membuang serat-serat pendek dari kapas yang tidak optimal pada mesin carding serta
telah melalui proses washing sehingga hasil kainnya lembut dan halus. Bahan ini
adalah yang terbaik dan biasa digunakan oleh produsen kaos internasional maupun
lokal. Kain katun combed adalah kain yang sangat umum dipakai produsen kaos baik
oleh merek clothing ataupun distro.
Sifat dari Kain Katun Combed :
D. Jenis benang
Bila kita mendengar jenis-jenis Kain Katun Combed seperti 20S, 24S, 30S
dan 40S, maka hal itu adalah berkaitan dengan ketebalan atau gramasi dari bahan
kain katun combed. Berikut sedikit penjelasannya;
23
1. Benang 20S
2. Benang 24S
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos
antara 170 sampai dengan 210 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt.
3. Benang 30S
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos
antara 140 sampai dengan 160 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt
atau gramasi 210 sampai dengan 230 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double
Knitt.
4. Benang 40S
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos
antara 110 sampai dengan 120 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt
atau gramasi 180 sampai dengan 200 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double
Knitt.
24
BAB III
METODE PERCOBAAN
25
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Manual Tensile Tester
26
4. Kain Sintetis
` 5. Jangka Sorong
27
g. Melakukan percobaan sampai bahan uji didapatkan putus area
penampangnya.
h. Percobaan dinyatakan selesai.
28
BAB IV
Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan Uji Polimer dan Kain Sintetis
0 130 0 170
1.3 133 0.105 174
3.31 134 0.205 178
5.72 135 0.305 181
7.26 136 0.42 184
9.145 136 0.51 185
11.21 137 0.615 188
12.39 138 0.715 189
11.93 138 0.83 191
9.17 138 0.92 193
7.475 138 1.1 195
5.14 139 1.325 198
29
3.255 140 1.105 199
0.98 140 0.075 199
A0 = P x L
=3x2
= 6 mm2
b. Tegangan
𝑷
𝐒=
𝐀𝟎
30
A0 = Luas penampang awal benda uji (mm2)
0 1.3 3.31
S = = 0 kg/mm2 S= = 0.216 kg/mm2 S= = 0.551 kg/mm2
6 6 6
c. Regangan
𝑳 − 𝑳𝟎
𝒆=
𝑳𝟎
31
4.2.2. Perhitungan pada Spesimen Uji Kain Sintetis
Dari data percobaan yang diperoleh pada tabel 4.1. maka dapat dihitung nilai
luas penampang, tegangan, dan regangan pada bahan uji kain sintetis dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Luas penampang
A0 = P x L
A0 = P x L
= 7 x 1.5
= 10.5 mm2
b. Tegangan
𝑷
𝐒=
𝐀𝟎
0 0.105 0.205
S= = 0 kg/mm2 S= = 0,01 kg/mm2 S = = 0.195 kg/mm2
10.5 10.5 10.5
32
0.305 0.42 0.51
S= = 0.029 kg/mm2 S= = 0.04 kg/mm2 S= = 0.048 kg/mm2
10.5 10.5 10.5
c. Regangan
𝑳 − 𝑳𝟎
𝒆=
𝑳𝟎
Dari data yang diperoleh hasil perhitungan diatas, maka didapatkan hasil
perhitungan pada spesimen uji polimer dan kain sintetis dalam bentuk tabel dan
grafik sebagai berikut.
Tabel 4.2. Data Hasil Perhitungan pada Spesimen Uji Polimer
Luas
Beban Panjang Tegangan Regangan
No Penampang
(Kg) (mm) (kg/mm2) (kg/mm2)
(mm2)
33
1 0 130 0 0
2 1.3 133 0.217 0.023
3 3.31 134 0.552 0.031
4 5.72 135 0.953 0.038
5 7.26 136 1.210 0.046
6 9.145 136 1.524 0.046
7 11.21 137 1.868 0.054
6
8 12.39 138 2.065 0.062
9 10.52 138 1.753 0.062
10 9.17 138 1.528 0.062
11 7.475 138 1.246 0.062
12 5.14 139 0.857 0.069
13 3.255 140 0.543 0.077
14 0.98 140 0.163 0.077
2
Tegangan ( Kg/mm2)
1.5
0.5
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Regangan ( Kg/mm2)
Dari kurva tegangan dan regangan pada gambar 4.1. dapat diperoleh data yang
saling berhubungan dengan sifat-sifat uji tarik sebagai berikut :
34
a. Kekuatan Tarik
Pmax
Su =
Ao
12.39
Su =
6
= 2.065 Kg/mm2
b. Kekuatan Luluh
Py
Ys =
Ao
11.21
Ys =
6
= 1.868 Kg/mm2
c. Modulus Elastisitas
𝑴𝒐 = 𝝉̅. 𝒆̅
35
dimana, 𝜏̅ = Rata-rata tegangan
𝑒̅ = Rata-rata regangan
𝑀𝑜 = 1.034 𝑥 0.051
= 0.053 Kg/mm2
d. Tegangan Patah
Pt
Pf =
Ao
0.98
Pf =
6
= 0.163 Kg/mm2
e. Elongasi
Lf - Lo
Ef = x 100 %
Lo
36
Berikut perhitungan elongasi pada spesimen uji polimer.
140 – 130
Ef = x 100 %
130
= 7.69 %
f. Kelentingan
𝝁𝒐 = 𝟏⁄𝟐 𝝉̅. 𝒆̅
𝑒̅ = Regangan luluh
Luas
Beban Panjang Tegangan Regangan
No Penampang
(Kg) (mm) (kg/mm2) (kg/mm2)
(mm2)
1 0 170 0 0
2 0.105 174 0.010 0.024
3 0.205 178 0.020 0.047
4 0.305 181 0.029 0.065
5 0.42 184 0.040 0.082
6 0.51 185 10.5 0.049 0.088
7 0.615 188 0.059 0.106
8 0.715 189 0.068 0.112
9 0.83 191 0.079 0.124
10 0.92 193 0.088 0.135
11 1.1 195 0.105 0.147
37
12 1.325 198 0.126 0.165
13 1.105 199 0.105 0.171
14 0.075 199 0.007 0.171
0.12
Tegangan ( Kg/mm^2)
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2
Regangan ( Kg/mm^2)
Dari kurva tegangan dan regangan pada gambar 4.2. dapat diperoleh data yang
saling berhubungan dengan sifat-sifat uji tarik sebagai berikut :
a. Kekuatan Tarik
Pmax
Su =
Ao
38
1.325
Su =
10.5
= 0.126 Kg/mm2
b. Kekuatan Luluh
Py
Ys =
Ao
1.1
Ys =
10.5
= 0.105 Kg/mm2
c. Modulus Elastisitas
𝑴𝒐 = 𝝉̅. 𝒆̅
𝑒̅ = Rata-rata regangan
𝑀𝑜 = 0.056 𝑥 0.103
= 0.006 Kg/mm2
39
d. Tegangan Patah
Pt
Pf =
Ao
0.075
Pf =
10.5
= 0.007 Kg/mm2
e. Elongasi
Lf - Lo
Ef = x 100 %
Lo
199 – 170
Ef = x 100 %
170
= 17 %
f. Kelentingan
𝝁𝒐 = 𝟏⁄𝟐 𝝉̅. 𝒆̅
40
𝑒̅ = Regangan luluh
4.3. Pembahasan
Pada praktikum uji tarik ini, kami membahas tentang seberapa kuat bahan
spesimen mampu mempertahankan beban yang diberikan oleh pemutar tuas sampai
terjadi fracture pada bahan uji. Adapun praktikum yang dilakukan di Laboratorium
FT UNSERA ini, bahan yang digunakan dalam uji percobaan yaitu bahan polymer
dan bahan sintetik.
Sebelum melakukan percobaan, pengamat mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, kemudian membentuk bahan uji sesuai dengan sketsa dan ukuran
yang sudah ditentukan oleh pembimbing. Setelah dibentuk sesuai sketsa dan ukuran
tersebut, pengamat mengukur kembali luas penampang dan diameter pada bahan uji,
yang mana didapat luas penampang pada bahan polimer 6 mm2 dan bahan kain
sintetik 10.5 mm2. Setelah itu, dilakukan kalibrasi uji tarik alat tensile dengan
memposisikan bahan uji pada pengait alat hingga mencapai beban 0 kg. Kemudian
dilakukan pengamatan pada bahan uji dengan memutar tuas secara perlahan dan
continue sampai bahan uji mengalami fracture. Adapun bahan uji yang sampai tidak
mengalami fracture dalam pengamatan, dapat mengulangi percobaan dengan
membentuk dan mengukur kembali bahan uji dan memutar tuas hingga pengujian
dapat berhasil mengalami fracture . Adapun hasil yang didapat pada bahan uji pada
polimer dan kain sintetis akan kami bahas diantaranya sebagai berikut.
Berdasarkan hasil pengamatan pada spesimen uji polimer yang telah dilakukan,
dalam gambar 4.1. menunjukkan bahwa kurva tegangan dan regangan pada specimen uji
polimer mengalami kenaikan secara bertahap hingga pada titik tertentu, kemudian menurun
41
hingga mendapatkan uji tarik 2.065 kg/mm2 pada titik tegangan 0.163 kg/mm2 dan titik
regangan 0.77 kg/mm2. Sebelum mengalami penurunan, bahan uji menghasilkan beban
maksimal sebesar 12.39 Kg dengan panjang 138 mm hingga pada akhir pengujian mengalami
penurunan sebesar 0.98 Kg dengan panjang 140. Hal ini menunjukkan bahwa bahan uji
memiliki tingkat deformasi elastis menjadi tingkat deformasi plastis karena terlihat dari hasil
pengujian bahan polimer tersebut mengalami pertambahan panjang sekitar 7.69 %.
Dalam gambar 4.2. menunjukkan bahwa kurva tegangan dan regangan pada
specimen uji sintetis mengalami kenaikan secara signifikan dan bertahap hingga pada titik
tertentu, kemudian semakin naik langsung mengalami penurunan hingga mendapatkan uji
tarik 0,126 kg/mm2 pada titik tegangan 0.003 kg/mm2 dan titik regangan 0.1 kg/mm2.
Sebelum mengalami penurunan, beban maksimalyang diberikan sebesar 1,325 Kg dengan
panjang 19,8 cm.
42
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan uji tarik, maka didapat hasil pengujian yang bervariatif, yang
mana pada specimen uji kain sintetis diperoleh hasil lebih cepat putus dan cenderung
lebih lama prosesnya tanpa mengalami penurunan beban secara bertahap, lain halnya
dengan dengan bahan polymer yang mengalami penurunan beban secara bertahap,
setelah tercapainya beban maksimum.
Adapun nilai yang diperoleh dari hasil pengujian uji tarik dari masing-masing
bahan uji diantaranya:
1) Polimer
a. Modulus elatisitas = 0.053 Kg/mm2
b. Kekuatan Tarik = 2.065 Kg/mm2
c. Kekuatan Luluh = 1.868 Kg/mm2
d. Elongasi = 7.69 %
e. Kelentingan = 0.026 Kg/mm2
f. Tegangan Patah = 0.007 Kg/mm2
2) Kain Sintetis
a. Modulus elatisitas = 0.006 Kg/mm2
b. Kekuatan Tarik = 0.126 Kg/mm2
c. Kekuatan Luluh = 0.105 Kg/mm2
d. Elongasi = 17 %
e. Kelentingan = 0.003 Kg/mm2
f. Tegangan Patah = 0.007 Kg/mm2
43
Adapun beberapa factor yang dapat mempengaruhi uji tarik pada kelompok
kami antara lain;
a. Lubang pengait yang terlalu besar .
b. Ukuran yang tidak sesuai spesifikasi.
c. Interfal pemutaran tuas beban yang terlalu cepat atau terlalu pelan.
d. Keakuratan alat dokumentasi (kamera perekam) yang tidak mampu
menangkap momentum putusnya bahan uji serta bebannya..
5.2. Saran
Supaya hasil uji tarik dapat optimal, sebaiknya bahan uji memiliki ukuran
yang ideal sesuai dengan spesifikasi bahan uji tersebut. Jika bahan tidak di buat
sesuai dengan ketentuan akan mempengaruhi hasil pengambilan data / hasil uji tarik
yang akan berdampak pada gagal nya praktikum. Dikarenakan alat uji tarik masih
tergolong manual penulis menyarankan agar praktikan selanjutnya diharapkan lebih
teliti dan konsentrasi untuk melakukan praktikum uji tarik ini. Berdasarkan
kesimpulan praktikum bahan yang disarankan dari kedua bahan uji praktikum
material yaitu dengan nilai uji tarik yang baik adalah polymer.
44