Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM “MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA”

MAR 27

Posted by Al Hudri, S.Pd.I

2 Votes

MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas personal dari mata kuliah

Sejarah Pendidikan Islam

Dosen : Drs. Basri, M.Pd.I


Oleh :

AL HUDRI

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (TARBIYAH)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

LA TANSA MASHIRO

LEBAK

__________________

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan kenikmatanYang tiada terhingga
kepada kita semua terutama ni`mat Iman dan Islam..

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita semua sang Pembela kebenaran
pencegah kedzoliman yaitu Nabi Muhammad saw beserta keluarganya,para sohabatnya dan kita sebagai
umatnya sampai akhir zaman.

Pada kesempatan ini Alhamdulillah saya telah selesai mengerjakan tugas makalah dari Mata
Kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang di beri judul “Masuknya islam ke indonesia”.

Saya Menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan masih banyak kesalahan dan kekurangan
karna kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.

Akan tetapi saya mengharapkan kritikan dari Bapak dosen yang bersifat membangun,dan semoga
makalah ini ada manfaatnya,amin

Rangkasbitung,19 Mei 2012

Penulis
__________________

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Perumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Teori-teori masuknya islam ke indonesia

2. Penyebaran islam di indonesia

3. Proses awal penyebaran islam di indonesia

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

__________________

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh para
khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sampai
abad ke-8 saja, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol.
Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga Nusantara.

Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil
rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia
datang ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah asal mereka.
Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat. Selain berdagang, para pedagang muslim
tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada penduduk lokal.

Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau
199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau Islam menjadi mayoritas,
namun Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam. Dalam kajian ilmu sejarah, tentang masuknya
Islam di Indonesia masih “debatable”. Oleh karena itu perlu ada penjelasan lenih dahulu tentang
penegrtian “masuk”, antara lain:

1. Dalam arti sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim).

2. Dalam arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat Islam.

3. Dalam arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).

Selain itu juga masing-masing pendapat penggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa
tulisan dari sumber barat, dan timur. Disamping jiga berkembang dari sudut pandang Eropa Sentrisme
dan Indonesia Sentrisme.

Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik
dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya
pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan
Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan
perkembangan islam di kawasan Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Dalam makalah ini kami mencoba merumuskan masalah lebih spesifik lagi, diantaranya yaitu sebagai
berikut :

1. Teori-teori masuknya islam ke Indonesia

2. Penyebaran islam di Nusantara

3. Proses awal penyebaran islam diindonesia

__________________

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia


Menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang
dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam
masuk ke Indonesia karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Setidaknya ada
tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah,
teori Gujarat, dan teori Persia.

1. Teori Gujarat, Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bahwa agama Islam
baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari
Kambay(Gujarat), India.

2. Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bahwa
agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa
kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.

3. Teori Mekkah, Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru
sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini mengatakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak
abad ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa pada abad ke-
7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.

B. Penyebaran Islam di Nusantara

Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi
mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal
kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Mengenai tempat asal kedatangan Islam
yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur
Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai
datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13
M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran
para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar
abad ke-13 M. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17,
jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua
Barat.

Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak
benar, HAMKA berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa
menemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatera (Barus). Pada saat
nanti wilayah Barus ini akan masuk ke wilayah kerajaan Srivijaya.
Pada tahun 674M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan, memerintahkan mengirimkan
utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga).
Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.

Pada tahun 718M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga masuk Islam pada masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).

Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat :

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut pendapat sebagian besar
orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di
Indonesia adalah aliran Syi’ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam
di Indonesia didominasi Mazhab Syafi’i.

Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah
binti Maimun (1082M) di Gresik.
1. Masa kolonial

Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk
berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke
Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya
kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi
atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan
tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang,
para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren)
menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima
perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap
penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-
syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda. Belanda
mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi:

Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara
kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di
Jawa.
Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang Guru Besar ke-Indonesiaan
di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah.
Dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah
mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut
dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin
yang akan melakukan ibadah Haji, karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap
penjajahan.
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din Afghani dan
Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan dalam
menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim
Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah
pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun
1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun
kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.
2. Demografi

Sebagian besar ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di pulau
Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim banyak
yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara dan enklave tertentu di
Indonesia Timur seperti Kabupaten Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain.

Pengadaan transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-besaran dilakukan oleh pemerintahan
Suharto selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah
penduduk Muslim disana. Untuk pertamakalinya, pada tahun 1990an ummat Kristen menjadi minoritas
di Maluku. Kebijakan transmigrasi ini, yang telah melebarkan kesenjangan sosial dan ekonomi,
mengakibatkan sejumlah konflik di Maluku, Sulawesi Tengah, dan sebagian wilayah Papua.
3. Arsitektur

Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi salah
satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu
forum tanya jawab di situs Era Muslim, disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan
ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.

Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di Indonesia. Menurut
data Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribumasjid yang dikelola oleh lembaga
tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004,
jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang
sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800
ribu buah.
4. Pendidikan

Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan
unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia.Selain itu, dalam pendidikan
Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan),
dan Madrasah Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring
dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir
disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas
Islam lainnya.
5. Politik
Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh dan peranan
ummat Islam. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam, namun ada beberapa
daerah yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.

Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Bila sebelumnya
hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan Pembangunan-akibat adanya kebijakan
pemerintah yang membatasi jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang
berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang
Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.

C. Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia

1. Perdagangan dan Perkawinan

Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli.
Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat
Islam).

2. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian
berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur).

3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitau:

a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-
lambang budaya).

b. Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok


Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.

Dari ketiga model perkembangan Islam itu, secara relitas Islam sangat diminati dan cepat berkembang di
Indonesia. Meskipun demikian, intensitas pemahaman dan aktualisasi keberagman islam bervariasi
menurut kemampuan masyarakat dalam mencernanya.

Ditemukan dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan memiliki
hubungan komunikasi “ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat. Proses terjadinya
hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia pesantren memiliki komunikasi dan kemudian
menjadi tulang punggung dalam melawan colonial.

__________________

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Agama Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang
muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Indonesia karena
para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Setidaknya ada tiga teori yang mencoba
menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori
Persia.

Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi
mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal
kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Mengenai tempat asal kedatangan Islam
yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur
Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam dipercayai
datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13
M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran
para pedagang asalPersia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar
abad ke-13 M. Melalui Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17,
jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua
Barat.

Anda mungkin juga menyukai