Anda di halaman 1dari 13

TUGAS HUKUM PERUSAHAAN

Tanggung Jawab Perusahaan Kelompok

Dosen Pengajar : Dr.I Ketut Westra,SH.,MH. / Dr. Marwant,SH.,MH.

Oleh :

Ni Putu Winda Pramesti Dewi


(1503005138)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2017
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Perusahaan membahas lembaga
Tanggung Jawab Perusahaan Kelompok. Dan penulis juga berterimakasih kepada Bapak Dr.I
Ketut Westra,SH.,MH. selaku dosen mata kuliah Hukum Perusahaan Universitas Udayana yang
telah memberi tugas ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
membantu selama pembuatan makalah berlasung hingga terselesaikannya makalah ini. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan dipahami bagi siapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat bergua bagi diri saya sendiri maupun orang yang membacanya.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, penulis meminta maaf atas kekurangan dari makalah ini. Dan penulis juga berhadap para
pembaca member saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Denpasar, Mei 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Hukum antara Perusahaan Induk dengan Anak Perusahaan dalam
Perusahaan Kelompok dilihat dari Jenis Perusahaan Kelompok .........................................6

2.2 Tanggung Jawab Perusahaan Induk dan Tanggung Jawab dari Anak Perusahaan
dalam Suatu Kelompok Perusahaan.....................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................11

3.2 Saran ............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membahas mengenai perusahan tidaklah lengkap tanpa membahas pula mengenai


perusahaan kelompok. Perusahaan kelompok atau Group Company adalah susunan atau
gabungan dari beberapa perusahaan yang secara yuridis mandiri tetapi mempunyai kesatuan di
bidang ekonomi.1 Perusahaan kelompok ini dapat dilakukan dengan tiga prosedur, yaitu: 1)
prosedur residu; 2) prosedur penuh; dan 3) prosedur terprogram.

Di era sekarang pembahasan mengenai perusahan kelompok ini masih menjadi suatu
pembahasan yang hangat. Banyak memandang bahwa adanya perusahaan kelompok ini
merupakan monopoli pada jaringan usaha. Namu tidak dapat dipungkiri pula bahwa perusahaan
kelompok ini pun diperlukan untuk mempercepat proses pembangunan perekonomian dalam
suatu negara. Hubungan-hubungan yang ada diantara perusahaan anggota grup dapat diartikan
sebagai hubungan antara badan-badan hukum yang ada didalam suatu grup tersebut; yaitu badan
hukum dengan bentuk Perseroan Terbatas. Hubungan itu dapat terjadi antara lain karena adanya
keterkaitan kepemilikan yang banyak atau sedikit. Mempunyai keterikatan yang erat baik satu
sama lain; dalam kebijakan menjalankan usaha maupun dalam hal pengaturan keuangan dan
hubungan organisasi.Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perusahaan yang berada dibawah
satu pimpinan sentral atau pengurusan bersama dikelola dengan gaya dan pola yang sama.2

Apabila membahas mengenai variasi hubungan hukum antara perusahaan kelompok


dengan perusahaan anak ini, dapat dilihat dari klasifikasi perusahaan kelompok. Ditinjau dari
keterlibatan perusahaan kelompok dalam berbisnis sendiri diklasifikasikan menjadi: 1)
Perusahaan Holding Semata – mata; 2) Perusahaan Kelompok beroperasi. Adapun ditinjau dari
keterlibatan dalam pengambilan keputusan, terdapat dua model grup perusahaan yaitu: 1) Grup
Manajemen; 2) Grup Investasi.

1
Muhamad Sadi, 2016, Hukum Perusahaan di Indonesia, Jakarta: KENCANA, h. 185
2
Ratna Yuliani, 2013, Tanggung Jawab Perusahaan Induk terhadap Anak Perusahaan dalam Suatu Perusahaan
Kelompok, Naskah Publikasi: Universitas Muhamadiyah

4
Perbedaan karena klasifikasi ini membawa konsekuensi yang berbeda dalam hal
tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga. Perbedaan akan tanggung jawab ini dikarenakan
karena hubungan yang terjadi antara perusahan kelompok dengan perusahaan anaknya. Oleh
karena perlunya pembahasan lebih lanjut mengenai hubungan perusahan kelompok dengan anak
perusahaan yang akan menjelaskan pula bagaimana tanggung jawab perusahaan kelompok itu
terhadan anak perusahaannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan hukum antara perusahaan induk dengan anak perusahaan dalam
perusahaan kelompok dilihat dari jenis perusahaan kelompok?
2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan induk dan tanggung jawab dari anak perusahaan
dalam suatu kelompok perusahaan?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Hukum antara Perusahaan Induk dengan Anak Perusahaan dalam
Perusahaan Kelompok dilihat dari Jenis Perusahaan Kelompok

Menurut Emmy Pangaribuan, perusahaan kelompok sebagai suatu gabungan atau susunan
dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang terkait satu dengan yang lain
begitu erat sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk pada suatu pimpinan yaitu
suatu perusahaan induk sebagai pimpinan sentral. Apabila melihat hubungan antara perusahaan
kelomok ini akan terdapat variasi hubungan hukum antara perusahaan kelompok dan perusahaan
anak dapat dilihat dari klasifikasi perusahaan kelompok. Klasifikasi ini dilakukan dengan
menggunakan berbagai kriteria berupa tinjauan dari keterlibatannya dalam hal pengambilan
keputusan, dan keterlibatannya dalam hal equity.

Apabila dilihat dari segi variasi usahanya, suatu grup konglongmerat dapat digolongkan
ke dalam kategori, sebagai berikut:

1. Grup Usaha Vertikal

Dalam grup usaha seperti ini, jenis – jenis usaha dari masing – masing perusahaan satu
sama lainnya masih tergolong serupa. Hanya mata rantainya saja yang berbeda – beda. Misalnya
anak perusahaan yang menyediakan bahan baku, ada yang memperoduksi bahan setengah jadi,
bahkan bergerak dalam bidang ekspor – impor. Jadi suatu kelompok usaha yang menguasai suatu
jenis produksi dari hulu ke hilir.3

2. Grup Usaha Horizontal

Dalam grup usaha horizontal, bisnis dari masing – masing anak perusahaan tidak ada
kaitannya satu sama lainnya.4 Misalnya kelompok usaha itu mengabil bidang produksi tekstil

3
Muhamad Sadi, Op. Cit. h.187.
4
Ibid.

6
tapi juga mengambil produksi makanan, jadi bidang – bidang produksi yang diambil
perusahaannya berbeda – beda.

3. Grup Usaha Kombinasi

Dalam grup usaha kombinasi, bisnis anak perusahaannya, ternyata ada yang terkait dalam
suatu mata rantai produksi (dari hulu ke hilir), namun ada juga anak perusahaan yang bidang
bisnisnya lepas satu sama lainnya. Sehingga dalam grup tersebut terdapatlah kombinasi antara
grup vertikal dan grup horizontal.5

Ditinjau dari keterlibatan perusahaan kelompok dalam berbisnis, dibagi menjadi berikut:

1. Perusahaan holding semata – mata

Jenis perusahaan kelompok semata – mata ini secara de facto tidak melakukan bisnis
sendiri dalam prakteknya. Perusahaan kelompok ini hanya mengontrol anak perusahaannya.6

2. Perusahaan kelompok beroperasi

Dalam perusahaan kelompok ini di samping bertugas memegang saham dan mengontrol
anak perusahaannya, juga melakukan bisnis sendiri.

Ditinjau dari keterlibatan pengambilan keputusan, terdapat dua model grup perusahaan,
yaitu:

1. Grup Management

Grup Management yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk masih turut terlibat dalam
bidang managemen anak – anak perusahaannya, tetapi tidak melakukan investasi.

2. Grup Investasi

Grup Investasi yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk hanya memegang saham dari
anak perusahaan secara mayoritas, tanpa turut terlibat langsung dalam management perusahaan.

5
Ibid.
6
Ibid., h. 191

7
Mengenai Tanggung jawab kepada pihak ketiga terdapat perbedaan yang merupakan
konsekuensi dari perbedaan jenis perusahaan kelompok terutama ditinjau dari keterlibatannya
dalam pengambilan keputusan. Pada Grup Management, perusahaan induk ikut bertanggung
jawab atas kewajiban anak perusahaan terhadap pihak ketiga, sedangkan dalam grup investasi,
induk perusahaan tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap atas kewajiban anak
perusahaan.

Mekanisme ekspansi grup usaha dapat berupa ekspansi secara vertikal, itegrasi
perusahaan bergerak ke hilir maupun ke hulu. Sedangkan Ekspansi horizontal dilakukan melalui
diservasifikasi usaha.

Apabila melihat pengaturannya, di Indonesia belum membuat pengaturan khusus


berkenaan dengan grup perusahaan. Pengaturan grup perusahaan di Indonesia hanya diatur dalam
Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana telah direvisi
dengan Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007, itu pun hanya terbatas proses untuk menjadi
grup perusahaan, yaitu melalui penggabungan (merger), peleburan (konsolidasi), dan
pengambilalihan (akuisisi). Sedangkan pengaturan pelaksananya diatur dalam Peraturan
Pemeritah Nomor 27 Tahun 1998.

Setiap perusahaan di dalam perusahaan kelompok harus dipandang sebagai pemegang


hak dan kewajiban mandiri. Asas ini berlaku juga dalam hubungan antara perusahaan kelompok
terhadap pihak ketiga terhadap siapa perusahaan itu bertanggung jawab berdasarkan
kewajibannya. Perusahaan-perusahaan di dalam perusahaan kelompok bukan merupakan suatu
kesatuan yang merdeka atau bebas dalam arti ekonomi melainkan merupakan bagian dari
kesatuan keseluruhan ekonomi yang mencakup semua kelompok dalam perusahaan kelompok.

Kedudukan pihak ketiga yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan suatu
perusahaan kelompok, seperti kreditur, pemegang saham minoritas, dan pekerja, dapat dengan
mudah dipengaruhi oleh fakta keterikatan debitur (bagi kreditur), majikan mereka (bagi pekerja),
dan perusahaan mereka (bagi pemegang saham khususnya minoritas) dengan perusahaan lain,
seluruhnya menjadi mata rantai dari susunan suatu perusahaan kelompok. Emmy Pangaribuan
membagi pihak ketiga dalam perusahaan kelompok menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Kreditur.

8
2. Pemegang saham minoritas.
3. Buruh atau karyawan atau pekerja.

Pihak pertama dikatakan sebagai perusahaan induk, sementara pihak kedua adalah
anggota-anggota perusahan kelompok, dan pihak ketiga adalah pemegang saham (investor).
Hubungan ketiga pihak tersebut dalam perusahaan kelompok dapat dilihat dari segi pelaku
kegiatan. Pihak pertam dan kedua adalah pihak yang melakukan kegiatan perusahaan, dalam hal
ini menjalankan perusahaan untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Sementara pihak
ketiga dalam hal ini memberikan modal atau sebagai pihak yang mendukung kegiatan yang
dijalankan perusahaan.

2.2 Tanggung Jawab Perusahaan Induk dan Tanggung Jawab dari Anak Perusahaan
dalam Suatu Kelompok Perusahaan

A. Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Kelompok dengan Anak Perusahaanya

Jika misalnya ada klaim dari pihak luar karena adanya aktivitas bisnis dari anak
perusahaan akan timbul pertanyaan siapakah yang akan bertanggung jawab secara hukum dalam
masalah ini. Dalam ilmu hukum dikenal doktrin keterbatasan bertanggungjawab dari suatu badan
hukum. Maksudnya secara prinsipal setiap perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, maka
hanya badan hukum tersebut yang bertanggung jawab. Para pemegang saham tidak
bertanggungjawab, kecuali sebatas nilai saham yang dimasukannya.7

Pada pasal 40 ayat (2) KUHD menyebutkan bahwa pemegang saham tidak bertanggung
jawab lebih dari pada jumlah penuh dari saham – sahamnya. Prinsip yang sama juga berlaku oleh
perseroan terbatas yang menyatakan dengan tegas bahwa perseroan terbatas merupakan badan
hukum, dan tanggung awabnya hanya sebatas kepemilikan sahamnya. Meskipun demikian dalam
undang – undang ini tetap memuat beberapa pengecualian atas prinsip ini. Dalam Perseoroan
terbatas modal terbagi atas saham, merupakan modal perusahaan. Demikian pula badan hukum
yang merupakan subjek hukum maka ia dianggap dapat melakukan perbuatan hukum, yang
diwakili oleh pengurus atau organnya. Oleh karena kedudukannya sebagai subjek hukum, maka

7
Ibid., h. 194

9
segala perbuatan badan hukum menjadi tanggung jawab badan hukum itu sendiri. Bukan
merupakan tanggung jawab pengurusnya maupun tanggung jawab pribadi pengurusnya.8

B. Tanggung Jawab Induk Perusahaan Terhadap Perikatan Anak Perusahaan

Sebuah Perusahaan dalam menjalankan usahanya sudah pasti berhubungan dengan pihak
lain yaitu pihak ketiga. Perusahaan melakukan transaksi jual beli, kredit dari perbankan, sewa-
menyewa dan lain sebagainya. Biasanya kalau transaksinya dapat berjalan dengan lancar atau
tidak ada masalah kondisinya akan aman-aman saja, namun bila terjadi sebaliknya terjadi
masalah misalnya perusahaan melakukan wanprestasi maka yang dicari adalah yang menyangkut
tanggung jawab. Berhubung yang melakukan transaksi adalah suatu Perusahaan maka mengenai
masalah tanggung jawab dipengaruhi oleh statusnya, apakah berstatus badan hukum atau tidak.
Adanya perbedaan status tersebut berpengaruh pada siapa yang harus bertanggung jawab.9

C. Tanggung Jawab Induk Perusahaan karena Adanya Kontrak yang Bersifat Kebendaan

Induk perusahaan dapat melakukan kontrak-kontrak yang bersifat kebendaan dalam


hubungan dengan kegiatan anak perusahaan. Sehingga, tanggung jawab yuridis dari perbuatan
yang dilakukan oleh anak perusahaan sampai batas-batas tertentu dapat dibebankan kepada induk
perusahaan. Hal ini dapat terjadi misalnya dalam hal aset-aset dari induk perusahaan ikut
menjadi collateral terhadap hutang-hutang yang dibuat oleh anak perusahaan. Contohnya, dalam
usaha menyelamatkan grup konglomerat summa pada tahun 1992 tempo hari, saham-saham dari
grup konglomerat Astra milik pemilik grup Astra tersebut diagunkan untuk menjamin hutang-
hutangnya Bank summa sebagai anak perusahaan grup summa, walaupun kemudian ternyata
bahwa hal tersebut tidak dapat menolong grup summa yang sedang kesulitan kala itu. Karena
tidak terselamatkan, akhirnya diperintahkan oleh pemerintah agar Bank summa dilikuidasi. Dan,
sebagaimana kita ketahui, bahwa grup konglomerat Astra dan summa kala itu sama-sama
dimiliki oleh keluarga William Surdjadja.10

8
Gatot Supramono, 2007, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA
9
Ratna Yuliani, Op. Cit.
10
Ibid.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ditinjau dari keterlibatan pengambilan keputusan, terdapat dua model grup perusahaan,
yaitu: 1) Grup Management, yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk masih turut terlibat
dalam bidang managemen anak – anak perusahaannya, tetapi tidak melakukan investas; 2.) Grup
Investasi yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk hanya memegang saham dari anak
perusahaan secara mayoritas, tanpa turut terlibat langsung dalam management perusahaan.

Mengenai Tanggung jawab kepada pihak ketiga terdapat perbedaan yang merupakan
konsekuensi dari perbedaan jenis perusahaan kelompok terutama ditinjau dari keterlibatannya
dalam pengambilan keputusan. Pada Grup Management, perusahaan induk ikut bertanggung
jawab atas kewajiban anak perusahaan terhadap pihak ketiga, sedangkan dalam grup investasi,
induk perusahaan tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap atas kewajiban anak
perusahaan.

Dalam ilmu hukum dikenal doktrin keterbatasan bertanggungjawab dari suatu badan hukum.
Maksudnya secara prinsipal setiap perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, maka hanya
badan hukum tersebut yang bertanggung jawab. Para pemegang saham tidak bertanggungjawab,
kecuali sebatas nilai saham yang dimasukannya.11

Pada pasal 40 ayat (2) KUHD menyebutkan bahwa pemegang saham tidak bertanggung
jawab lebih dari pada jumlah penuh dari saham – sahamnya. Prinsip yang sama juga berlaku oleh
perseroan terbatas yang menyatakan dengan tegas bahwa perseroan terbatas merupakan badan
hukum, dan tanggung awabnya hanya sebatas kepemilikan sahamnya. Meskipun demikian dalam
undang – undang ini tetap memuat beberapa pengecualian atas prinsip ini.

11
Ibid., h. 194

11
3.2 Saran

Di era sekarang topik mengenai Perusahaan kelompok masih sangat hangat untuk
diperbincangakan terutama dalam masalah tanggung jawabnya pada pihak ketiga. Untuk
mengetahui mengenai tanggung jawabnya kepada pihak ketiga ada baiknya perlu diketahui
mengenai bagaimana hubungan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan agar dapat
lebih memahami mengenai tanggung jawab dari perusahaan kelompok.

12
Daftar Pustaka

Buku

Sadi, Muhamad. 2016. Hukum Perusahaan di Indonesia. Jakarta: KENCANA.

Supramono, Gatot. 2007. Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di
Pengadilan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Skripsi

Yuliani, Ratna. 2013. Tanggung Jawab Perusahaan Induk terhadap Anak Perusahaan dalam
Suatu Perusahaan Kelompok. Naskah Publikasi: Universitas Muhamadiyah

Peraturan Perundang – Undangan

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

13

Anda mungkin juga menyukai