Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Perusahaan membahas lembaga
Tanggung Jawab Perusahaan Kelompok. Dan penulis juga berterimakasih kepada Bapak Dr.I
Ketut Westra,SH.,MH. selaku dosen mata kuliah Hukum Perusahaan Universitas Udayana yang
telah memberi tugas ini.
Disamping itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
membantu selama pembuatan makalah berlasung hingga terselesaikannya makalah ini. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan dipahami bagi siapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat bergua bagi diri saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, penulis meminta maaf atas kekurangan dari makalah ini. Dan penulis juga berhadap para
pembaca member saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Hukum antara Perusahaan Induk dengan Anak Perusahaan dalam
Perusahaan Kelompok dilihat dari Jenis Perusahaan Kelompok .........................................6
2.2 Tanggung Jawab Perusahaan Induk dan Tanggung Jawab dari Anak Perusahaan
dalam Suatu Kelompok Perusahaan.....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di era sekarang pembahasan mengenai perusahan kelompok ini masih menjadi suatu
pembahasan yang hangat. Banyak memandang bahwa adanya perusahaan kelompok ini
merupakan monopoli pada jaringan usaha. Namu tidak dapat dipungkiri pula bahwa perusahaan
kelompok ini pun diperlukan untuk mempercepat proses pembangunan perekonomian dalam
suatu negara. Hubungan-hubungan yang ada diantara perusahaan anggota grup dapat diartikan
sebagai hubungan antara badan-badan hukum yang ada didalam suatu grup tersebut; yaitu badan
hukum dengan bentuk Perseroan Terbatas. Hubungan itu dapat terjadi antara lain karena adanya
keterkaitan kepemilikan yang banyak atau sedikit. Mempunyai keterikatan yang erat baik satu
sama lain; dalam kebijakan menjalankan usaha maupun dalam hal pengaturan keuangan dan
hubungan organisasi.Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perusahaan yang berada dibawah
satu pimpinan sentral atau pengurusan bersama dikelola dengan gaya dan pola yang sama.2
1
Muhamad Sadi, 2016, Hukum Perusahaan di Indonesia, Jakarta: KENCANA, h. 185
2
Ratna Yuliani, 2013, Tanggung Jawab Perusahaan Induk terhadap Anak Perusahaan dalam Suatu Perusahaan
Kelompok, Naskah Publikasi: Universitas Muhamadiyah
4
Perbedaan karena klasifikasi ini membawa konsekuensi yang berbeda dalam hal
tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga. Perbedaan akan tanggung jawab ini dikarenakan
karena hubungan yang terjadi antara perusahan kelompok dengan perusahaan anaknya. Oleh
karena perlunya pembahasan lebih lanjut mengenai hubungan perusahan kelompok dengan anak
perusahaan yang akan menjelaskan pula bagaimana tanggung jawab perusahaan kelompok itu
terhadan anak perusahaannya.
1. Bagaimana hubungan hukum antara perusahaan induk dengan anak perusahaan dalam
perusahaan kelompok dilihat dari jenis perusahaan kelompok?
2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan induk dan tanggung jawab dari anak perusahaan
dalam suatu kelompok perusahaan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Hukum antara Perusahaan Induk dengan Anak Perusahaan dalam
Perusahaan Kelompok dilihat dari Jenis Perusahaan Kelompok
Menurut Emmy Pangaribuan, perusahaan kelompok sebagai suatu gabungan atau susunan
dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang terkait satu dengan yang lain
begitu erat sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk pada suatu pimpinan yaitu
suatu perusahaan induk sebagai pimpinan sentral. Apabila melihat hubungan antara perusahaan
kelomok ini akan terdapat variasi hubungan hukum antara perusahaan kelompok dan perusahaan
anak dapat dilihat dari klasifikasi perusahaan kelompok. Klasifikasi ini dilakukan dengan
menggunakan berbagai kriteria berupa tinjauan dari keterlibatannya dalam hal pengambilan
keputusan, dan keterlibatannya dalam hal equity.
Apabila dilihat dari segi variasi usahanya, suatu grup konglongmerat dapat digolongkan
ke dalam kategori, sebagai berikut:
Dalam grup usaha seperti ini, jenis – jenis usaha dari masing – masing perusahaan satu
sama lainnya masih tergolong serupa. Hanya mata rantainya saja yang berbeda – beda. Misalnya
anak perusahaan yang menyediakan bahan baku, ada yang memperoduksi bahan setengah jadi,
bahkan bergerak dalam bidang ekspor – impor. Jadi suatu kelompok usaha yang menguasai suatu
jenis produksi dari hulu ke hilir.3
Dalam grup usaha horizontal, bisnis dari masing – masing anak perusahaan tidak ada
kaitannya satu sama lainnya.4 Misalnya kelompok usaha itu mengabil bidang produksi tekstil
3
Muhamad Sadi, Op. Cit. h.187.
4
Ibid.
6
tapi juga mengambil produksi makanan, jadi bidang – bidang produksi yang diambil
perusahaannya berbeda – beda.
Dalam grup usaha kombinasi, bisnis anak perusahaannya, ternyata ada yang terkait dalam
suatu mata rantai produksi (dari hulu ke hilir), namun ada juga anak perusahaan yang bidang
bisnisnya lepas satu sama lainnya. Sehingga dalam grup tersebut terdapatlah kombinasi antara
grup vertikal dan grup horizontal.5
Ditinjau dari keterlibatan perusahaan kelompok dalam berbisnis, dibagi menjadi berikut:
Jenis perusahaan kelompok semata – mata ini secara de facto tidak melakukan bisnis
sendiri dalam prakteknya. Perusahaan kelompok ini hanya mengontrol anak perusahaannya.6
Dalam perusahaan kelompok ini di samping bertugas memegang saham dan mengontrol
anak perusahaannya, juga melakukan bisnis sendiri.
Ditinjau dari keterlibatan pengambilan keputusan, terdapat dua model grup perusahaan,
yaitu:
1. Grup Management
Grup Management yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk masih turut terlibat dalam
bidang managemen anak – anak perusahaannya, tetapi tidak melakukan investasi.
2. Grup Investasi
Grup Investasi yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk hanya memegang saham dari
anak perusahaan secara mayoritas, tanpa turut terlibat langsung dalam management perusahaan.
5
Ibid.
6
Ibid., h. 191
7
Mengenai Tanggung jawab kepada pihak ketiga terdapat perbedaan yang merupakan
konsekuensi dari perbedaan jenis perusahaan kelompok terutama ditinjau dari keterlibatannya
dalam pengambilan keputusan. Pada Grup Management, perusahaan induk ikut bertanggung
jawab atas kewajiban anak perusahaan terhadap pihak ketiga, sedangkan dalam grup investasi,
induk perusahaan tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap atas kewajiban anak
perusahaan.
Mekanisme ekspansi grup usaha dapat berupa ekspansi secara vertikal, itegrasi
perusahaan bergerak ke hilir maupun ke hulu. Sedangkan Ekspansi horizontal dilakukan melalui
diservasifikasi usaha.
Kedudukan pihak ketiga yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan suatu
perusahaan kelompok, seperti kreditur, pemegang saham minoritas, dan pekerja, dapat dengan
mudah dipengaruhi oleh fakta keterikatan debitur (bagi kreditur), majikan mereka (bagi pekerja),
dan perusahaan mereka (bagi pemegang saham khususnya minoritas) dengan perusahaan lain,
seluruhnya menjadi mata rantai dari susunan suatu perusahaan kelompok. Emmy Pangaribuan
membagi pihak ketiga dalam perusahaan kelompok menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Kreditur.
8
2. Pemegang saham minoritas.
3. Buruh atau karyawan atau pekerja.
Pihak pertama dikatakan sebagai perusahaan induk, sementara pihak kedua adalah
anggota-anggota perusahan kelompok, dan pihak ketiga adalah pemegang saham (investor).
Hubungan ketiga pihak tersebut dalam perusahaan kelompok dapat dilihat dari segi pelaku
kegiatan. Pihak pertam dan kedua adalah pihak yang melakukan kegiatan perusahaan, dalam hal
ini menjalankan perusahaan untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Sementara pihak
ketiga dalam hal ini memberikan modal atau sebagai pihak yang mendukung kegiatan yang
dijalankan perusahaan.
2.2 Tanggung Jawab Perusahaan Induk dan Tanggung Jawab dari Anak Perusahaan
dalam Suatu Kelompok Perusahaan
Jika misalnya ada klaim dari pihak luar karena adanya aktivitas bisnis dari anak
perusahaan akan timbul pertanyaan siapakah yang akan bertanggung jawab secara hukum dalam
masalah ini. Dalam ilmu hukum dikenal doktrin keterbatasan bertanggungjawab dari suatu badan
hukum. Maksudnya secara prinsipal setiap perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, maka
hanya badan hukum tersebut yang bertanggung jawab. Para pemegang saham tidak
bertanggungjawab, kecuali sebatas nilai saham yang dimasukannya.7
Pada pasal 40 ayat (2) KUHD menyebutkan bahwa pemegang saham tidak bertanggung
jawab lebih dari pada jumlah penuh dari saham – sahamnya. Prinsip yang sama juga berlaku oleh
perseroan terbatas yang menyatakan dengan tegas bahwa perseroan terbatas merupakan badan
hukum, dan tanggung awabnya hanya sebatas kepemilikan sahamnya. Meskipun demikian dalam
undang – undang ini tetap memuat beberapa pengecualian atas prinsip ini. Dalam Perseoroan
terbatas modal terbagi atas saham, merupakan modal perusahaan. Demikian pula badan hukum
yang merupakan subjek hukum maka ia dianggap dapat melakukan perbuatan hukum, yang
diwakili oleh pengurus atau organnya. Oleh karena kedudukannya sebagai subjek hukum, maka
7
Ibid., h. 194
9
segala perbuatan badan hukum menjadi tanggung jawab badan hukum itu sendiri. Bukan
merupakan tanggung jawab pengurusnya maupun tanggung jawab pribadi pengurusnya.8
Sebuah Perusahaan dalam menjalankan usahanya sudah pasti berhubungan dengan pihak
lain yaitu pihak ketiga. Perusahaan melakukan transaksi jual beli, kredit dari perbankan, sewa-
menyewa dan lain sebagainya. Biasanya kalau transaksinya dapat berjalan dengan lancar atau
tidak ada masalah kondisinya akan aman-aman saja, namun bila terjadi sebaliknya terjadi
masalah misalnya perusahaan melakukan wanprestasi maka yang dicari adalah yang menyangkut
tanggung jawab. Berhubung yang melakukan transaksi adalah suatu Perusahaan maka mengenai
masalah tanggung jawab dipengaruhi oleh statusnya, apakah berstatus badan hukum atau tidak.
Adanya perbedaan status tersebut berpengaruh pada siapa yang harus bertanggung jawab.9
C. Tanggung Jawab Induk Perusahaan karena Adanya Kontrak yang Bersifat Kebendaan
8
Gatot Supramono, 2007, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA
9
Ratna Yuliani, Op. Cit.
10
Ibid.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ditinjau dari keterlibatan pengambilan keputusan, terdapat dua model grup perusahaan,
yaitu: 1) Grup Management, yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk masih turut terlibat
dalam bidang managemen anak – anak perusahaannya, tetapi tidak melakukan investas; 2.) Grup
Investasi yaitu grup perusahaan dimana perusahaan induk hanya memegang saham dari anak
perusahaan secara mayoritas, tanpa turut terlibat langsung dalam management perusahaan.
Mengenai Tanggung jawab kepada pihak ketiga terdapat perbedaan yang merupakan
konsekuensi dari perbedaan jenis perusahaan kelompok terutama ditinjau dari keterlibatannya
dalam pengambilan keputusan. Pada Grup Management, perusahaan induk ikut bertanggung
jawab atas kewajiban anak perusahaan terhadap pihak ketiga, sedangkan dalam grup investasi,
induk perusahaan tidak secara langsung bertanggung jawab terhadap atas kewajiban anak
perusahaan.
Dalam ilmu hukum dikenal doktrin keterbatasan bertanggungjawab dari suatu badan hukum.
Maksudnya secara prinsipal setiap perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, maka hanya
badan hukum tersebut yang bertanggung jawab. Para pemegang saham tidak bertanggungjawab,
kecuali sebatas nilai saham yang dimasukannya.11
Pada pasal 40 ayat (2) KUHD menyebutkan bahwa pemegang saham tidak bertanggung
jawab lebih dari pada jumlah penuh dari saham – sahamnya. Prinsip yang sama juga berlaku oleh
perseroan terbatas yang menyatakan dengan tegas bahwa perseroan terbatas merupakan badan
hukum, dan tanggung awabnya hanya sebatas kepemilikan sahamnya. Meskipun demikian dalam
undang – undang ini tetap memuat beberapa pengecualian atas prinsip ini.
11
Ibid., h. 194
11
3.2 Saran
Di era sekarang topik mengenai Perusahaan kelompok masih sangat hangat untuk
diperbincangakan terutama dalam masalah tanggung jawabnya pada pihak ketiga. Untuk
mengetahui mengenai tanggung jawabnya kepada pihak ketiga ada baiknya perlu diketahui
mengenai bagaimana hubungan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan agar dapat
lebih memahami mengenai tanggung jawab dari perusahaan kelompok.
12
Daftar Pustaka
Buku
Supramono, Gatot. 2007. Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di
Pengadilan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Skripsi
Yuliani, Ratna. 2013. Tanggung Jawab Perusahaan Induk terhadap Anak Perusahaan dalam
Suatu Perusahaan Kelompok. Naskah Publikasi: Universitas Muhamadiyah
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
13