PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Hepatitis Virus menurut Silvia A.Price dkk 2005;488 - 490
1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal
dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-
anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air,
parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45
hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada
sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual
dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau
tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-
HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya
suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan
bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi
HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah
ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak
untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai
dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan
hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama
melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa
inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas
homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV,
hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu
terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga
mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh,
tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah
dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga
panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior
juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada
dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus
tersebut.
3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari.
Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor
pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan
negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant
assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA
untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian
melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-
rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV,
penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen
permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan
laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B
kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut
menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen
virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa
terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40
hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah
endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih
32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
Hepatitis Non-Virus
1. Zat kimia
Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat
infeksi virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu setelah
pemberian obat. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang setelah
pemberian obat tersebut dihentikan.Namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi
masalah hati serius jika kerusakan hati (hepar) sudah terlanjur parah.
Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (hepar) antara lain
halotan (biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa
(obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol
(pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol merupakan
obat yang aman.Namun jika dikonsumsi secara berlebihan parasetamol dapat
menyebabkan kerusakan hati (hepar) yang cukup parah bahkan kematian.
2. Alkohol
Alcohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Konsumsi
alkohol berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.Pemakaian
alkohol yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang
menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas
menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS yang
disebabkan pemakaian alkohol yang berlangsung lama dapat menginduksi dan
meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan
hiperlipidemia, berkurangnya penimbunan vitamin A dalam hepar, meningkatkan aktivasi
senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat karsinogen.
3. Adanya Penyakit
Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan
komplikasi pada hati (hepar). Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar
lemak dalam darah) dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati (hepar). Ketiga
kelainan tersebut membebani kerja hati (hepar) dalam proses metabolisme lemak. Akibat
yang biasa timbul adalah kebocoran sel-sel hati (hepar) yang berlanjut menjadi kerusakan
dan peradangan sel hati (hepar) yang biasa disebut steatohepatitis.
4. Autoimun
Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan yang
biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel atau
jaringan hati (hepar).Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat pula
dicetuskan oleh virus ataupun zat kimia tertentu.
2.3 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pada fase akut tirah baring penting di lakukan.
2. Diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat.
3. Pada pasien yang terus menerus muntah pemberian makanan di lakukan secara
intracranial.
4. Aktifitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati
kembali normal.
B. Penatalaksanaan Medis
Obat-obatan terpilih:
1.Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi
imun yang berlebihan.
2.Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3.Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4.Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5.Roboransia.
6.Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7.Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8.Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan
yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi
dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa
harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Meliputi : nama, usia: bisa terjadi pada semua usia, alamat, agama, pekerjaan,
pendidikan.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan
2. Pemeriksaan Fisik
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2,
(anoreksia)
f. Abdomen :
Perkusi : hypertimpani
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual
muntah .
c) Pola eliminasi
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di
atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya,
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien
pada wanita).
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis
kesakitan
3.3 INTERVENSI
c. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
d. Sarankan klien untuk tirah baring
e. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda, krek
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan akumulasi garam empedu di dalam jaringan
ditandai dengan pruritus.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa gatal klien berkurang,
dengan kriteria hasil:
setatus kenyamanan menigkat
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Dengarkan keluhan pasien
d. Berikan obat untuk mengurangi penyebab kecemasan
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin direk ditandai
dengan tubuh berwarna kuning
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpakan tidak terjadi depresi dengan
kriteria hasil:
mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh dan Mempertahankan
interaksi sosial
Intervensi:
a. Kaji secra verbal dan non verbalrespon klien terhadap tubuhnya
b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
d. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat
dengan kriteria hasil:
tidak terjadi peurunan beruat badan dan Tidak terjadi tanda tanda malnutrisi
Intervensi:
Intervensi:
PENUTUP
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
b) Etiologi
b. Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral
4.2. Saran