Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis adalah penyakit radang hati yang di sebabkan oleh firus hepatitis.
Sebelumnya hepatitis di bedakan menjadi 3 yaitu hepatitis A, Hepatitis B, dan hepatitis
non-A non-B.Saat ini, sudah di temukan virus hepatitis C,D,E,F,G dan lainnya. Virus
hepatitis G di temukan pada tahun 1996. Hepatitis yang akan di bahas di sini adalah
hepatitis A dan hepatitis B, mengingat tingginya prevelensi kedua kedua penyakit
tersebut di Indonesia di bandingkan dengan hepatitis lainnya.
Hepatitis A berupa infeksi hati akut.Karena sifat menularnya maka penyakit ini
disebut juga hepatitis infeksiosa.Penykit ini masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia karena masih sering menyebabkan KLB. Penyakit ini termasuk common soure
yang penularan utamanya melalui makanan dan sumber air, namun bias di tularkan
melalui hubungan seksual.
Insiden hepatis virus yang meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah di tularkan, memiliki morbiditas
yang tinggi dan menyebabkan penderitannya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama.
Enam puluh sampai 90% dari kasus-kasus hepatitis virus di perkirakan
berlangsung tanpa di laporkan .keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan
mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalah diagnosis di perkirakan turut menjadi
penyebab pelapor dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di
Amerika Serikat telah memiliki antibody terhadap virus Hepatitis A, banyak orang yang
tidak dapat meningkat kembali episode atau kejadiana sebelumnya yang memperlihatkan
gejala hepatitis.
Suatu studi Jakarta melaporkan bahwa anti-VHA kadang – kadang di temukan
meningkat pada bayi lahir, dan di temukan pada 20% bayi. Angka prevelensi ini terus
meningkat pada usia di atas 20 tahun. Di Swedia, prevelensi anti-VHA hanya sebesar 5%
dari populasi, yang di temukan pada usia 30 tahun. Angka kematiam sangat rendah, bias
hanya sebesar 0,3%.
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Hepatitis adalah Inflamasi kronis atau akut pada hati (wong,1996).


Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-
bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)

2.2 Etiologi
Hepatitis Virus menurut Silvia A.Price dkk 2005;488 - 490
1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal
dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-
anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air,
parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45
hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada
sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual
dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau
tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-
HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya
suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan
bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi
HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah
ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak
untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai
dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan
hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama
melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa
inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas
homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV,
hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu
terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga
mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh,
tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah
dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga
panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior
juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada
dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus
tersebut.
3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari.
Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor
pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan
negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant
assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA
untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian
melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-
rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV,
penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen
permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan
laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B
kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut
menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen
virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa
terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40
hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah
endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih
32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
Hepatitis Non-Virus

1. Zat kimia
Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat
infeksi virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu setelah
pemberian obat. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang setelah
pemberian obat tersebut dihentikan.Namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi
masalah hati serius jika kerusakan hati (hepar) sudah terlanjur parah.
Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (hepar) antara lain
halotan (biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa
(obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol
(pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol merupakan
obat yang aman.Namun jika dikonsumsi secara berlebihan parasetamol dapat
menyebabkan kerusakan hati (hepar) yang cukup parah bahkan kematian.
2. Alkohol
Alcohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Konsumsi
alkohol berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.Pemakaian
alkohol yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang
menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas
menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS yang
disebabkan pemakaian alkohol yang berlangsung lama dapat menginduksi dan
meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan
hiperlipidemia, berkurangnya penimbunan vitamin A dalam hepar, meningkatkan aktivasi
senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat karsinogen.
3. Adanya Penyakit
Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan
komplikasi pada hati (hepar). Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar
lemak dalam darah) dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati (hepar). Ketiga
kelainan tersebut membebani kerja hati (hepar) dalam proses metabolisme lemak. Akibat
yang biasa timbul adalah kebocoran sel-sel hati (hepar) yang berlanjut menjadi kerusakan
dan peradangan sel hati (hepar) yang biasa disebut steatohepatitis.
4. Autoimun
Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan yang
biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel atau
jaringan hati (hepar).Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat pula
dicetuskan oleh virus ataupun zat kimia tertentu.

2.3 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

2.4 Menifestasi Klinis


Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
1. Masa tunas
Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas.Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari.Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang,
bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi.Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.
Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.
2.5 Komplikasi
Menurut Silvia A.Price dkk 2005;491-492
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan
hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien. Komplikasi tersering adalah
perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10% paasien
heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid
dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk. Komplikasi
lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma heatoseluler sekunder.
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut yang
terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan pigmen yaitu :
1. Urobilirubin direk
2. Bilirubun serum total
3. Bilirubin urine
4. Urobilinogen urine
5. Urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
1. protein totel serum
2. albumin serum
3. globulin serum
4. HbsAG
c. Waktu protombin
1. respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1. AST atau SGOT
2. ALT atau SGPT
3. LDH Amonia serum
e. Radiologi
1. foto rontgen abdomen
2. pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
3. kolestogram dan kalangiogram
4. arteriografi pembuluh darah seliaka
f. Pemeriksaan tambahan
1. Laparoskopi
2. biopsi hati

2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pada fase akut tirah baring penting di lakukan.
2. Diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat.
3. Pada pasien yang terus menerus muntah pemberian makanan di lakukan secara
intracranial.
4. Aktifitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati
kembali normal.

B. Penatalaksanaan Medis
Obat-obatan terpilih:
1.Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi
imun yang berlebihan.
2.Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3.Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4.Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5.Roboransia.
6.Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7.Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8.Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan
yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi
dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa
harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

2.8 Pencegahan Hepatitis


Pencegahan dapat di lakukan dengan cara vaksinasi. Vaksin di berikan dengan
rekomendasi untuk jadwal pemberian 2 dosis bagi orang dewasa berumur 18 tahun dan
lebih tua, dan dosis ke 2 di berikan 6-12 bulan setelah dosis pertama. Anak berusia
lebih dari 2 tahun dan remaja di beri 3 dosis; dosis ke 2 di berikan 1 bulan setelah dosis
pertama, dan dosis ke 3 di berikan 6-12 bulan berikutnya. Anak berusia kurang 2 tahun
tidak divaksinasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

3.1 PENGKAJIAN

A. Identitas Pasien

Meliputi : nama, usia: bisa terjadi pada semua usia, alamat, agama, pekerjaan,
pendidikan.

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas

2. Riwayat penyakit sekarang

Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri

perut kanan atas

3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita

sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan

perawatan rumah sakit.

4. Riwayat penyakit keluarga

Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya

berkaitan dengan penyakit pencernaan.

2. Pemeriksaan Fisik

1. Review Of Sistem (ROS)

a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,

konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C


b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada

tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2,

tidak ada ronchi, whezing, stridor.

c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada

pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.

d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap

e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi

(anoreksia)

f. Abdomen :

Inspeksi : abdomen ada benjolan

Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan

Palpasi : pada hepar teraba keras

Perkusi : hypertimpani

2. Pengkajian fungsional Gordon

a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit

maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

b) Pola nutrisi dan metabolik

Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual

muntah .

Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc

c) Pola eliminasi

BAK : urine warna gelap,encer seperti teh


BAB : Diare feses warna tanah liat

d) Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di

atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya,

e) Pola istirahat tidur

Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,

atralgia, sakit kepala dan puritus.

f) Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat

g) Pola hubungan dengan orang lain

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien

malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.

h) Pola reproduksi / seksual

pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual

pada wanita).

i) Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi

j) Pola mekanisme koping

Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis

kesakitan

k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan


Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan

dari Allah SWT.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Keletihan berhubungan dengan gangguan metabolisme korbohidrat, lemak dan protein
ditandai dengan pasien cepat lelah
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan akumulasi garam empedu di dalam jaringan
ditandai dengan pruritus.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin direk ditandai
dengan tubuh berwarna kuning
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat
5. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
6. Resiko kerusakan integritas kulit berbubungan dengan pruritus.
7. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3.3 INTERVENSI

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan metabolisme korbohidrat, lemak


dan protein ditandai dengan pasien cepat lelah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu melakukan aktivitas
tanpa di sertai dengan kelemahan fisik dengan kriteria hasil:
 berpartisispasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
Intervensi:
a. Kolaborasi dengan tenaga medik rehabilitasi dalam merencanakan program terapi
yang tepat
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

c. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
d. Sarankan klien untuk tirah baring
e. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda, krek
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan akumulasi garam empedu di dalam jaringan
ditandai dengan pruritus.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa gatal klien berkurang,
dengan kriteria hasil:
 setatus kenyamanan menigkat
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Dengarkan keluhan pasien
d. Berikan obat untuk mengurangi penyebab kecemasan

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin direk ditandai
dengan tubuh berwarna kuning
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpakan tidak terjadi depresi dengan
kriteria hasil:
 mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh dan Mempertahankan
interaksi sosial
Intervensi:
a. Kaji secra verbal dan non verbalrespon klien terhadap tubuhnya
b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
d. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat
dengan kriteria hasil:
 tidak terjadi peurunan beruat badan dan Tidak terjadi tanda tanda malnutrisi
Intervensi:

a. Kaji adanya alergi makanan


b. Kolaborasi dengan hali gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
c. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
d. Berikan diet tinggi kalori, rendah lemak
e. BB pasien dalam batas normal
f. Monitor lingkungan selama makan
g. Monitor kadar albumin, total protein, HB, Ht

5. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyri pasien berkurang
dengan kriteria hasil:
 melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri dan
menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karateristik, durasi,
frekuensi dan kualitas.
b. Gunakan komunikasi teruperik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
c. Lakuman manajemen nyeri dengan teknik relaksai distraksi
d. Tingkatkan istirahat
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

6. Resiko kerusakan integritas kulit berbubungan dengan pruritus.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami
bagaimanan cara menangani pruritus dan tidak menggaruknya dengan kriteria
hasil:
 tidak ada luka lesi pada kulit

Intervensi:

a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering


b. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaiaan yang longgar
d. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada
area pruritus untuk tujuan menggaruk
e. Pertahankan kelembaban ruangan

7. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien dalam
rentang normal dengan kriteri hasil:
 suhu tubuh dalam rentang normal dan Nadi dan RR dalam rentang normal
Intervensi:

a. Monitor tanda vital : suhu badan


b. Monitor intake dan output
c. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat) untuk mencegah
dehidrasi.
d. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
e. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam.
8. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan polanpas pasien adekuat
dengan kriteri hasil:
 menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas dan
frekuensi pernapasan dalam rentang normal).
Intervensi:
a. Awasi frekuensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
c. Berikan posisi semi fowler
d. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
BAB IV

PENUTUP

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi

virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

b) Etiologi

a. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis : Hepatitis A, B, C, D, E

b. Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain

c) Klasifikasi dan penyebab

 Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral

 Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral

 Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral

 Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral

 Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral

4.2. Saran

Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah

agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa

keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hernia.

Anda mungkin juga menyukai