adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding
kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu
dicapai dalam kehidupan ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar
pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO, yaitu: (1) learning to know, yang berarti
juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be, dan (4) learning to live together.
Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya
tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi
kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus
dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari
Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan
melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi
dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai
dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual
maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama
kelompoknya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus
memperhatikan teori-teori yang melandasinya. Ada beberapa teori belajar yang mendukung
1. Teori Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat periode yaitu:
operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode operasi formal (11-15) tahun. Sedangkan konsep-
konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget yaitu: skemata
(dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan informasi baru dengan
informasi lama yang telah dimiliki seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru
dan lama yang semula tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi
lama); dan equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).
1. Teori Bruner
Teori belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: a)
enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak
tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh
tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu situasi
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif disebut dengan skemata atau struktur,
yaitu kumpulan dari skema-skema. Artinya seorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata. Skemata ini
berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, intelegensi terdiri dari tiga aspek yaitu:
1. Struktur (structure)
Terbentuk dari hubungan fungsional anak antara tindakan fisik, tindakan mental dan
perkembangan berpikir logis anak dalam berinteraksi dengan lingkungan
2. Isi (content)
Isi disebut juga dengan content, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada
respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi.
3. Fungsi (function)
Fungsi adalah cara yang digunakan organisme dalam mencapai kemajuan intelektual.
Menurut piaget perkembangan intelektual anak terdiri dari dua fungsi yaitu
a. Organisasi, yaitu kemampuan untuk mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses
psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan.
b. Adaptasi, yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan
dengan dua cara yaitu:Pertama asimilasi
A. Tahap-Tahap Perkembangan
Berdasarkan hasil penelitiannya, piaget menemukan empat tahapan perkembangan
kognitif yaitu:
1. Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan
2. Tahap pra operasi (2-7 tahun)
Tahap pra operasi terbagi atas dua yaitu pertama pemikiran prakonseptual (sekitar usia 2-4
tahun Kedua periode pemikiran intuitif (sekitar usia 4-7 tahun).
3. Tahap operasi konkrit (7-11 tahun)
Pada tahap ini umumnya anak sudah berada di Sekolah Dasar, sehingga semistanya guru
sudah mengetahui benar kondisi anak pada tahap ini.
C. Sikus Belajar
Prinsip belajar piaget adalah kontruktivis yaitu pengajaran efektif yang menghendaki
guru agar mengetahui bagaimana para siswa memandang fenomena yang menjadi subjeks
pengajaran. Pengajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada, melalui langkah-
langkah intermediet dan berakhir degan gagasan yang telah mengalami modifikasi.
Strategi yang digunakan adalah
a. Fase deskriptif
Siklus belajar deskriptif menghendaki hanya pola-pola deskriptip (misalnya seriasi,
klasifikasi, konsurvasi).
b. Fase Empiris Deduktif
Yaitu, para siswa menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks
khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin
tentang terjadinya pola itu.
c. Fase Hipotesis-Deduktif
Yaitu dimulai dengan pernyataan berupa suatu pertanyaan sebab.
http://catatantanti.blogspot.co.id/2012/08/teori-belajar-piaget-bruner-dan-gestalt_5.html
https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/teori-teori-belajar-piaget-bruner-vygotsky/