: SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman yang bertujuan untuk memastikan bahwa
penanganan, pelaporan, penyelidikan, terhadap insiden nearmiss, kecelakaan, insiden
lingkungan, dan penyakit akibat kerja dilaksanakan secara konsisten.
III. REFERENSI
1) SMK3, PP No. 50 Thn 2012, kriteria 6.8, 8.2 & 8.3
2) Permenaker No. 03 Tahun 1998 tentang Cara Pelaporan & Investivigasi
Kecelakaan Kerja
3) ISO 9001:2015, klausul 7.1.4
4) ISO 14001:2015, Klausul 8.1, dan 10.2
IV. ISTILAH
1) Insiden adalah kejadian yang terkait pekerjaan di mana terjadinya atau
mungkin dapat terjadinya suatu peristiwa cidera, sakit penyakit, kematian, atau
pencemaran lingkungan. Kondisi darurat (Emergency) adalah bagian dari
Insiden.
2) Near Misses adalah Insiden yang tidak menyebabkan cidera atau sakit akibat
kasus tsb.
3) Kecelakaan (Accident) adalah Suatu insiden yang menyebabkan cidera, sakit
penyakit, atau kematian, atau pencemaran lingkungan
Berdasarkan tingkat keparahan, maka kecelakaan kerja dikategorikan sbb:
First Aid Injury (FAI) atau Kasus Cidera Ringan adalah kasus dimana orang
yang mengalami kecelakaan kerja dapat ditangani dengan kotak P3K,
tanpa memerlukan perawatan oleh dokter atau rujukan ke klinik/rumah
sakit.
Recordable Time Injury (RTI) adalah kasus dimana orang yang mengalami
kecelakaan tidak dapat melanjutkan pekerjaan pada saat itu juga
(kehilangan jam kerja) dengan mengikuti kategori ;
a. Mendapatkan medical treatment/perawatan medis
b. Lebih dari kasus first aid
c. Harus dilakukan transfer pekerjaan ke orang lain
d. Dapat hadir kembali bekerja keesokan harinya
c. Lost Time Injury (LTI) adalah kasus dimana orang yang mengalami
kecelakaan tidak dapat melakukan pekerjaan rutin pada keesokan
harinya. Jumlah hari LTI dihitung mulai esok harinya sampai orang tsb
dapat bekerja seperti biasanya.
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01
d. Serious Injury atau Kasus Cidera Berat adalah kasus dimana orang
yang mengalami LTI tidak dapat melaksanakan pekerjaan rutinnya
melebihi 14 hari, atau mengalami cacat permanen.
e. Fatalities adalah kasus kecelakaan yang mengakibatkan orang meninggal
dunia.
4) Lingkungan Hidup adalah lingkungan di mana sebuah organisasi beroperasi,
termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan
keterkaitannya.
VI. PROSEDUR
6.1 Umum
1. Setiap orang wajib melaporkan:
- Insiden K3 (cidera /nyaris celaka, dan penyakit akibat kerja), dan
- Insiden lingkungan (tumpahan bahan kimia minimal diperkirakan 100 liter,
atau asap hitam dari cerobong lebih dari 30 menit terus menerus)
yang dialami atau ditemuinya ke atasannya untuk kemudian dilaporkan ke HSE.
2. Setiap pelaporan kasus insiden menggunakan Form Laporan Insiden / Penyakit
akibat Kerja. Laporan awal tentang terjadinya inciden harus diserahkan ke HSE
dalam tempo 1 X 24 jam.
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01
3. Apabila korban insiden mengalami kasus LTI, Cidera Berat atau Fatatilities,
maka pengisian form tersebut diatas dilakukan oleh atasannya
(Supervisor/Manager).
4. Setiap Laporan Insiden dan penyakit akibat kerja diregistrasi di HSE pada Form
Insiden / Penyakit Akibat Kerja Log dan disampaikan ke Departemen dimana
terjadi kecelakaan kerja untuk ditindaklanjuti.
5. Investigasi diperlukan terhadap kasus insiden dan penyakit akibat kerja harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya pengulangan.
6. Berdasarkan hasil evaluasi HSE dan hasil evaluasi Tim Investigasi, HSE dan
Departemen dimana insiden terjadi menetapkan tindakan korektif dan preventif
yang diperlukan.
Analisa data yang dapat mendeteksi penyebab langsung (tindakan atau kondisi
tidak aman), penyebab dasar (faktor personel atau pekerjaan) dan
pengendalian manajemen.
Rekomendasi tindakan perbaikan yang bersifat pencegahan.
Pemantauan terhadap rekomendasi hasil investigasi.
7. Investigasi dilakukan oleh suatu tim dan jumlah anggotanya tergantung dengan
tingkatan kecelakaan, insiden dan ketidaksesuaian yang terjadi.
8. Salah satu anggota tim harus pernah mendapat pelatihan tentang investigasi
kecelakaan.
9. Jika insiden melibatkan karyawan kontraktor, maka perwakilan dari kontraktor
harus dilibatkan dalam tim investigasi yang dibentuk.
10. Laporan investigasi menggunakan form Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja.
11. Rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan yang diberikan oleh tim
investigasi selanjutnya dituangkan kedalam Form Nonconformity dan Corrective
Action-NCA yang harus ditindaklanjuti oleh Manager Bagian terkait. CAR/PAR
diterbitkan oleh Wakil Manajemen atau HSE sesuai Prosedur Ketidaksesuaian
dan Tindakan Perbaikan.
12. Rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan harus dilakukan penilaian
resiko guna mengetahui bahwa tindakan tersebut tidak menimbulkan resiko baru
yang lebih tinggi. Penilaian resiko dilakukan oleh Kepala Departemen terkait.
13. Semua Laporan Investigasi kecelakaan kerja serta rekomendasi tindakan
perbaikan dan pencegahan dilaporkan ke Top Manajement.
CATATAN REVISI
Rev Tanggal Alasan Revisi
01 1 Okt ‘17 Penyesuaian isi dengan penerapan persyaratan ISO 14001:2015
Tanda Tangan