Anda di halaman 1dari 7

No. Dok.

: SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01

Tgl. Efektif : 01 Okt 2017


PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
Hlm. : 1 dari 7

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman yang bertujuan untuk memastikan bahwa
penanganan, pelaporan, penyelidikan, terhadap insiden nearmiss, kecelakaan, insiden
lingkungan, dan penyakit akibat kerja dilaksanakan secara konsisten.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini berlaku untuk setiap kasus Insiden yang terjadi di area kerja.

III. REFERENSI
1) SMK3, PP No. 50 Thn 2012, kriteria 6.8, 8.2 & 8.3
2) Permenaker No. 03 Tahun 1998 tentang Cara Pelaporan & Investivigasi
Kecelakaan Kerja
3) ISO 9001:2015, klausul 7.1.4
4) ISO 14001:2015, Klausul 8.1, dan 10.2

IV. ISTILAH
1) Insiden adalah kejadian yang terkait pekerjaan di mana terjadinya atau
mungkin dapat terjadinya suatu peristiwa cidera, sakit penyakit, kematian, atau
pencemaran lingkungan. Kondisi darurat (Emergency) adalah bagian dari
Insiden.
2) Near Misses adalah Insiden yang tidak menyebabkan cidera atau sakit akibat
kasus tsb.
3) Kecelakaan (Accident) adalah Suatu insiden yang menyebabkan cidera, sakit
penyakit, atau kematian, atau pencemaran lingkungan
Berdasarkan tingkat keparahan, maka kecelakaan kerja dikategorikan sbb:
First Aid Injury (FAI) atau Kasus Cidera Ringan adalah kasus dimana orang
yang mengalami kecelakaan kerja dapat ditangani dengan kotak P3K,
tanpa memerlukan perawatan oleh dokter atau rujukan ke klinik/rumah
sakit.
Recordable Time Injury (RTI) adalah kasus dimana orang yang mengalami
kecelakaan tidak dapat melanjutkan pekerjaan pada saat itu juga
(kehilangan jam kerja) dengan mengikuti kategori ;
a. Mendapatkan medical treatment/perawatan medis
b. Lebih dari kasus first aid
c. Harus dilakukan transfer pekerjaan ke orang lain
d. Dapat hadir kembali bekerja keesokan harinya
c. Lost Time Injury (LTI) adalah kasus dimana orang yang mengalami
kecelakaan tidak dapat melakukan pekerjaan rutin pada keesokan
harinya. Jumlah hari LTI dihitung mulai esok harinya sampai orang tsb
dapat bekerja seperti biasanya.
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01

Tgl. Efektif : 01 Okt 2017


PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
Hlm. : 2 dari 7

d. Serious Injury atau Kasus Cidera Berat adalah kasus dimana orang
yang mengalami LTI tidak dapat melaksanakan pekerjaan rutinnya
melebihi 14 hari, atau mengalami cacat permanen.
e. Fatalities adalah kasus kecelakaan yang mengakibatkan orang meninggal
dunia.
4) Lingkungan Hidup adalah lingkungan di mana sebuah organisasi beroperasi,
termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan
keterkaitannya.

V. TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


1. HSE Manager bertanggung jawab untuk mengevaluasi setiap kasus insiden yang
terjadi dan memastikan dilakukan investigasi penyebab terjadinya serta menetapkan
tindakan koreksi dan pencegahan yang diperlukan.
2. HSE Supervisor bertanggung jawab untuk:
a. Membuat dan mengevaluasi laporan kecelakaan kerja yang terjadi setiap bulan.
b. Membuat laporan dan merekomendasikan suatu tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk setiap kasus insiden.
c. Menyimpan dan memelihara seluruh rekaman yang menjadi tanggungjawabnya
dalam hal kesiap-siagaan dan tanggap darurat.
3. HR&GA bertanggung jawab untuk melaporkan kasus Kecelakaan Kerja, Insiden
Lingkungan dan Penyakit Akibat Kerja ke Instansi Pemerintah terkait sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
4. Setiap orang yang melihat terjadinya Insiden Kecelakaan berkewajiban untuk
memberikan bantuan kepada korban (bila mampu dan aman), melaporkan ke atasan
atau kebagian terkait dan memberikan keterangan (apabila diminta) untuk keperluan
investigasi kecelakaan.
5. Semua bagian bertanggung jawab untuk melaksanakan Prosedur ini.

VI. PROSEDUR
6.1 Umum
1. Setiap orang wajib melaporkan:
- Insiden K3 (cidera /nyaris celaka, dan penyakit akibat kerja), dan
- Insiden lingkungan (tumpahan bahan kimia minimal diperkirakan 100 liter,
atau asap hitam dari cerobong lebih dari 30 menit terus menerus)
yang dialami atau ditemuinya ke atasannya untuk kemudian dilaporkan ke HSE.
2. Setiap pelaporan kasus insiden menggunakan Form Laporan Insiden / Penyakit
akibat Kerja. Laporan awal tentang terjadinya inciden harus diserahkan ke HSE
dalam tempo 1 X 24 jam.
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01

Tgl. Efektif : 01 Okt 2017


PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
Hlm. : 3 dari 7

3. Apabila korban insiden mengalami kasus LTI, Cidera Berat atau Fatatilities,
maka pengisian form tersebut diatas dilakukan oleh atasannya
(Supervisor/Manager).
4. Setiap Laporan Insiden dan penyakit akibat kerja diregistrasi di HSE pada Form
Insiden / Penyakit Akibat Kerja Log dan disampaikan ke Departemen dimana
terjadi kecelakaan kerja untuk ditindaklanjuti.
5. Investigasi diperlukan terhadap kasus insiden dan penyakit akibat kerja harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya pengulangan.
6. Berdasarkan hasil evaluasi HSE dan hasil evaluasi Tim Investigasi, HSE dan
Departemen dimana insiden terjadi menetapkan tindakan korektif dan preventif
yang diperlukan.

6.2 Penanganan Kecelakaan yang memerlukan penanganan dokter, atau


kecelakaan Fatal (kematian)
1. Setiap pekerja yang mengetahui adanya kecelakaan harus melakukan tindakan
yang diperlukan dan memberikan pertolongan medik (P3K) bila mampu & aman
atau dibawa ke klinik perusahaan (bila ada) untuk dilakukan tindakan P3K. Serta
melaporkannya ke Supervisor terkait, HSE, dan atau Security.
2. Korban kecelakaan bila memerlukan perawatan lebih lanjut (selain P3K), harus
segera dibawa ke RS yang terdekat. Untuk keperluan ini Supervisor terkait harus
berkordinasi dengan HSE dan HR&GA.
Note : Surat Pengantar ke Rumah Sakit telah disediakan di klinik (bila sudah
terdapat klinik) atau disediakan di HR&GA.
3. Apabila korban meninggal dunia di tempat, maka tidak boleh dipindahkan
(kecuali dengan pertimbangan lain), sampai kedatangan Petugas
Kepolisian setempat.
4. Supervisor atau inspektor HSE harus segera menginformasikan kasus
kecelakaan ke Manager HSE serta pihak Manajemen yang terkait (Nomor
telepon di sediakan di beberapa lokasi).
5. Supervisor terkait dan atau HSE harus segera memblokade dan mengamankan
lokasi terjadinya kecelakaan, mengamankan barang bukti yang ada ditempat
kejadian kecelakaan dan selanjutnya digunakan sebagai bahan penyelidikan
kecelakaan.
6. HR&GA dan atau HSE harus segera melaporkan ke Pihak Kepolisian setempat
apabila terjadi kasus :
1. Kecelakaan Fatal / Kematian
2. Kecelakaan yang menyebabkan jatuh korban banyak.
3. Keracunan Massal
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01

Tgl. Efektif : 01 Okt 2017


PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
Hlm. : 4 dari 7

7. HR&GA harus segera melaporkan kecelakaan yang menimbulkan cacat dan


kematian, ke PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan Dinas
Tenaga Kerja (DISNAKER) tingkat II setempat paling lambat 2 X 24 jam.
8. Untuk pelaporan awal ke JAMSOSTEK dapat dilakukan melalui telepon.

6.3 Penanganan Penyakit Akibat Kerja


1. Penyakit akibat kerja di identifikasi melalui hasi pemeriksaan berkala atau dari
keluhan kesehatan dari pekerja.
2. Untuk yang bersifat keluhan, dilaporkan menggunakan form Laporan Insiden /
Penyakit akibat Kerja.
3. Wakil Manajemen berkoordinasi dengan HSE dan HR&GA untuk meminta
bantuan tenaga ahli kesehatan, dalam membantu melakukan penyelidikan.
4. Hasil penyelidikan diresumekan pada Laporan Investigasi Insiden / Penyakit
akibat Kerja.
5. HR&GA wajib melaporkan Penyakit akibat kerja yang terjadi kepada Kantor
Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan PerlindunganTenaga
Kerja setempat paling lama 2 x 24 jam setelah penyakit tersebut dibuat
diagnosanya.

6.4 Investigasi Insiden


1. HSE Dept Head akan membentuk tim investigasi untuk menentukan penyebab
kejadian, khusus untuk:
- Kejadian serious injury dan fatality bagi insiden K3, dan
- Kejadian tumpahan bahan kimia lebih dari 400 liter, atau asap hitam dari
cerobong lebih dari 180 menit terus menerus untuk insiden lingkungan
serta menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
2. Besar kecilnya Tim Investigasi serta pemilihan anggota tim, ditentukan
berdasarkan kasus insiden yang terjadi.
3. Minimum Tim Investigasi terdiri dari HSE Supervisor dan Supervisor (atasan)
korban yang mengalami insiden.
4. Pelaksanaan investigasi dilakukan setelah semua korban mendapatkan
perawatan medis yang diperlukan.
5. Investigasi kecelakaan dan Near Miss harus dilakukan sesegera mungkin untuk
menghindari hilangnya / kaburnya informasi dan bukti terkait dengan kasus
kecelakaan.
6. Investigasi yang dilakukan harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Pengumpulan data, melalui pemeriksaan tempat kejadian dan menggali
informasi melalui korban (jika memungkinkan) dan saksi.
Review hasil penilaian resiko sebelumnya atas aktivitas, produk atau jasa terkait
yang telah dilakukan sebelumnya.
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01

Tgl. Efektif : 01 Okt 2017


PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
Hlm. : 5 dari 7

Analisa data yang dapat mendeteksi penyebab langsung (tindakan atau kondisi
tidak aman), penyebab dasar (faktor personel atau pekerjaan) dan
pengendalian manajemen.
Rekomendasi tindakan perbaikan yang bersifat pencegahan.
Pemantauan terhadap rekomendasi hasil investigasi.
7. Investigasi dilakukan oleh suatu tim dan jumlah anggotanya tergantung dengan
tingkatan kecelakaan, insiden dan ketidaksesuaian yang terjadi.
8. Salah satu anggota tim harus pernah mendapat pelatihan tentang investigasi
kecelakaan.
9. Jika insiden melibatkan karyawan kontraktor, maka perwakilan dari kontraktor
harus dilibatkan dalam tim investigasi yang dibentuk.
10. Laporan investigasi menggunakan form Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja.
11. Rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan yang diberikan oleh tim
investigasi selanjutnya dituangkan kedalam Form Nonconformity dan Corrective
Action-NCA yang harus ditindaklanjuti oleh Manager Bagian terkait. CAR/PAR
diterbitkan oleh Wakil Manajemen atau HSE sesuai Prosedur Ketidaksesuaian
dan Tindakan Perbaikan.
12. Rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan harus dilakukan penilaian
resiko guna mengetahui bahwa tindakan tersebut tidak menimbulkan resiko baru
yang lebih tinggi. Penilaian resiko dilakukan oleh Kepala Departemen terkait.
13. Semua Laporan Investigasi kecelakaan kerja serta rekomendasi tindakan
perbaikan dan pencegahan dilaporkan ke Top Manajement.

6.5 Record dan Statistik Insiden


1. Setiap kasus Insiden dan penyakit akibat kerja direkap oleh HSE pada Form
Insiden / Penyakit Akibat Kerja - Log dan diupdate berdasarkan hasil investigasi
dan tindak lanjut yang ditetapkan.
2. Setiap bulannya data pada Insiden Log diresumekan dalam bentuk Monthly
Incident Statistic Report dan dilaporkan ke Top Manajemen serta bagian terkait.
3. Semua record/laporan insiden serta laporan investigasi, disimpan dan dipelihara
oleh HSE.

6.7 Komunikasi Hasil Penyelidikan Insiden


1. Hasil penyelidikan, tindak perbaikan dan pencegahan serta kemajuannya
dilaporkan pada saat rapat P2K3 oleh Wakil Manajemen dan atau Manager HSE.
2. HSE mengkomunikasikan hasil penyelidikan kecelakaan kepada pekerja melalui
media komunikasi, partisipasi dan konsultasi.
3. Statistik Insiden termasuk status investigasi Insiden dan Tindakan Koreksi dan
Pencegahan dilaporkan pada Tinjauan Manajemen.
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01

Tgl. Efektif : 01 Okt 2017


PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
Hlm. : 6 dari 7
No. Dok. : SOP/HSE/07
STANDARD OPERATING
PROCEDURES Rev. : 01

Tgl. Efektif : 01 Okt 2017


PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
Hlm. : 7 dari 7

CATATAN REVISI
Rev Tanggal Alasan Revisi
01 1 Okt ‘17 Penyesuaian isi dengan penerapan persyaratan ISO 14001:2015

Dibuat Oleh, Diperiksa Oleh, Disetujui Oleh,

Jabatan HSE Section Head HSE Department Head Factory Manager

Tanda Tangan

Nama Robby P Damanik David Atmodjo Patar H. Simanjuntak

Tanggal 01 Oktober 2017 01 Oktober 2017 01 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai