Anda di halaman 1dari 6

Prostat adalah organ tubuh yang terletak dibawah kandung kemih, hanya dimiliki kaum pria, bentuk

seperti buah kenari dengan ukuran normal 4 X 3 X 2 cm, berat sekitar 20 gram.
Fungsi prostat :
 menghasilkan cairan air mani untuk membantu kelancaran penyaluran sperma keluar dari penis
 mengatur penyaluran air seni dan air mani.
 Kontraksi otot prostat dan otot sekitarnya juga berperan dalam memompa air mani pada saat
ejakulasi.
Untuk berfungsi baik, prostat memerlukan hormon pria, yaitu testosterone, khususnya
dihidrotestosteron (DHT), yang terutama dihasilkan oleh testis. Sumber testesteron lain ialah kelenjar
anak-ginjal (kelenjar adrenal) walupun jumlahnya kecil.
Anatomi Prostat

Prostat tumbuh membesar pada masa pubertas kemudian tidak mengalami perkembangan yang
berarti sampai usia 40 tahun, setelah itu mulai tumbuh membesar secara perlahan.
Masalah prostat yang sering dihadapi oleh kaum pria ialah :
1. Peradangan (prostatitis)
2. Pembesaran prostat (Benign Postatic Hyperplasia = BPH)
3. Kanker prostat
Prostatitis
Prostatitis adalah radang pada kelenjar prostat akibat infeksi bakteri. Merupakan gangguan prostat
yang sering terjadi dan dapat terjadi pada pria usia muda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya prostatitis
1. Riwayat infeksi kandung kemih
2. Benign Postatic Hyperplasia (BPH) atau pembengkakan prostat.
3. Penyakit akibat hubungan seksual, seperti Gonore atau kencing nanah
4. Banyak minum alkohol
5. Makanan pedas
6. Cedera misalnya akibat bersepeda, angkat berat.
Gejala
Prostatitis akut ditandai demam menggigil, banyak kencing, kencing terasa sakit, nyeri pinggang
bawah dan sekitar dubur. Gejala prostatitis kronis biasanya lebih ringan berupa infeksi berulang pada
saluran kemih.
Pengelolaan
– Obat penurun suhu dan penghilang nyeri golongan NSAID
– Antibiotik
– Pada kasus tertentu diperlukan tindakan pembedahan

Benign Postatic Hyperplasia = BPH


BPH berarti pembesaran prostat dan merupakan masalah kesehatan yang umum ditemukan pada
pria. Diduga 50 % pria berusia 50-60 tahun dan 90% pria berusia 70-80 tahun menderita BPH.
Penyebab pasti BPH masih belum diketahui. Faktor yang diketahui berperan adalah bertambahnya
usia dan hormon DHT. Dengan bertambahnya usia, prostat diduga makin sensitif terhadap
rangsangan DHT.

Pembesaran terutama terjadi di bagian dalam yang kemudian menekan prostat bagian luar sampai
terbentuk semacam kapsul tipis. BPH tidak pernah tumbuh keluar dari kapsul sehingga pada
pemeriksaan colok dubur akan ditemukan permukaan prostat yang rata, mulus dan kenyal.
Gejala.
Prostat yang membesar akan menjepit uretra didalamnya sehingga aliran air seni menjadi tak lancar,
pembesaran prostat juga mengarah ke atas sehingga akan mengganggu proses penggosongan
kandung kemih. Karena BPH terjadi bertahap maka tidak semua penderita merasakan gejala,
keluhan penderita umumnya ialah :
1. Sering kencing (frequency)
2. Sering kencing di malam hari sehingga mengganggu tidur (nokturia)
3. Kencing tak bisa ditahan (urgency)
4. Kencing susah keluar, selain lama juga harus mengejan
5. Aliran air seni lemah dan kecil
6. Rasa tidak lampias
7. Selesai kencing sering masih menentes sehingga celana jadi basah

Diagnosis.
Untuk memastikan apakah seseorang menderita BPH, dokter akan melakukan :
1. Pemeriksaan colok dubur (DRE = Digital Rectal Exam). Pada BPH akan ditemukan permukaan
prostat yang rata, mulus dan kenyal.
2. Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Agent). Tes ini mengukur kadar antigen khusus yang
dihasilkan prostate dalam darah. Pada BPH nilai PSA masih dalam batas atas normal atau sedikit
meninggi.
3. USG transrektal (USG lewat dubur), untuk menilai ukuran prostat, jumlah sisa air seni dalam
kandung kemih dan kelainan lain.
4. Uroflowmetri, untuk mengukur kelancaran pancaran air seni saat berkemih.
Pengelolaan.
Dapat berupa :
1. Pemantauan/Watchful waiting
2. Obat
3. Pembedahan
Pemantauan / Watchful waiting.
Dilakukan bila keluhannya masih ringan atau sedang sehingga tidak mengganggu kegiatan rutin.
Diperlukan pemantauan berkala untuk evaluasi perkembangan.
Obat.
Sebagian besar BPH dapat ditangani dengan obat, ada 2 jenis :
1. Golongan alfa-blocker. Obat ini merelaksasi otot di sekitar prostat sehingga jepitan pada uretra
berkurang. Umumnya penderita mulai merasakan manfaat 1-2 minggu setelah pengobatan. Efek
samping obat ini antara lain gangguan pencernaan, hidung mampet, sakit kepala, lelah, inpotensi dan
gangguan ejakulasi. Contoh doxazosin (Cardura).
2. Golongan 5-alpa-reductase inhibitor. Obat golongan ini bekerja menghambat pembentukan
hormone DHT dalam prostat sehingga akan mengecilkan prostat yang membesar. Obat ini hanya
bermanfaat untuk prostat yang sudah sangat membesar dan diperluka waktu 3 – 6 bulan agar efek
obat ini nyata. Efek samping berupa gangguan ereksi, turunnya libido, jumlah semen berkurang.
Contoh finasterid (Prostacom).
Pembedahan
Hanya untuk BPH berat yang sering disertai komplikasi. Beberapa alternatif ialah :
1. Pemotongan sebagian prostat lewat uretra : TURP (Transurethral resection of the prostate)
2. Pemanasan dengan microwave atau radiofrekuesi,
5. Pembuangan sebagian prostat lewat uretra dengan laser
6. Prostatektomi
Efek samping pasca-operasi ialah : Perdarahan, impotensi, urgency, frequency, dan tak bisa tahan
kencing (inkontinen).

Kanker prostat
Kanker prostat adalah kanker nomor dua yang sering terjadi pada kaum pria setelah kanker paru-
paru. Penyebab kanker prostat sama seperti kanker lain hingga saat ini belum diketahui.
Gejala
Pada stadium awal kanker prostat sering tidak memberi gejala yang khas, berbeda dengan BPH yang
terutama mengenai bagian tengah prostat sehingga cepat menimbulkan penyepitan saluran kemih,
kanker prostat biasanya terjadi di bagian belakang prostat, sehingga pada stadium awal penderita
sering tidak merasakan gangguan berkemih. Tetapi karena kanker prostat terutama mengenai usia
diatas 50 tahun dimana prostat sering juga sudah membesar sehingga penderita sering berkonsultasi
dengan dokter dengan keluhan-keluhan seperti BPH.
Dengan makin berlanjutnya penyakit, kanker prostat akan menembus kapsul dan berkembang ke
jaringan sekitarnya, dimulai dari kelenjar getah bening dan sekitarnya kemudian sel kanker akan
menyebar lewat sistem peredaran darah ke tulang panggul dan tulang belakang.

Diagnosis
Untuk memastikan adanya kanker prostat perlu dilakukan pemeriksaan berikut :
1. DRE atau colok dubur, pada kanker prostat akan ditemukan benjolan yang keras, batas tak
Beraturan.
2. Pemeriksaan PSA, dimana akan ditemukan kadar PSA yang tinggi.
3. Pemeriksaan penunjang lain seperti USG transrectal, CT Scan dan MRI
4. Biopsi

Pengelolaan.
1. Prostatektomi. Operasi mengangkat seluruh prostat.
2. Radioterapi.
Dengan sinar radioaktif membunuh sel kanker dengan seminimal mungkin merusak sel sehat.
3. Implant biji radioaktif.
Biji radioaktif ditanamkan kedalam jaringan kanker sehingga efek terhadap sel sehat minimal.
4. Cryoterapi.
Teknik membunuh sel kanker dengan pembekuan.
5. Terapi hormonal.
Karena pembesaran prostat dipicu hormon, dengan manipulasi kadar hormone pembesaran
prostat akan terkendali.
6. Kemoterapi.
Untuk kanker prostat stadium lanjut, tujuannya untuk memperlambat penyebaran sel kanker.
"Kencing saya lancar dok..Tapi..", inilah pernyataan yang sering keluar dari pasien-pasien yang
dating kedokter spesialis urologi maupun dokter umum. Terkandang lancer itu diartikan sebagai aliran
kencing yang masih dapat keluar, namun sering kali seseorang mengabaikan kualitas kencing itu.
Padahal pasien tersebut mengalami penurunan kualitas kencing yang sering kali tidak disadari dan
diabaikan sampai pada akhirnya dating kedokter dalam kondisi terkomplikasi.

Gangguan saluran kencing bagian bawah atau disebut sebagai lower urinary tract symptoms (LUTS)
adalah istilah yang digunakan dalam menggambarkan keluhan dan kualitas kencing seseorang.
Secara singkat, keluhan ini dibagi menjadi keluhan penyimpanan (storage/iritatif), pengeluaran
(voiding/obstruktif), dan keluhan Pasca berkemih (post micturition symptom).

Keluhan storage diantaranya adalah kencing menjadi sering (frekuensi), terbangun di malam hari
untuk kencing (nokturia), nyeri ketika kencing (disuria), dan tidak kuat menahan kencing
(urgensi).Sementara keluhan voiding diantaranya :pancaran kencing menjadi lemah, sulit untuk
mengawali kencing atau harus menunggu beberapa saat untuk kencing (hesitansi), ada perasaan
tidak lampis setelah kencing, dan juga aliran yang terputus ketika kencing (intermitensi). Satu keluhan
lain adalah post micturition symptom ditandai dengan adanya aliran yang menetes pada saat akhir
kencing.

LUTS dapat terjadi karena adanya sumbatan saluran kencing bagian bawah (leher kandung kencing,
prostat, maupun urethra) yang disebut sebagai bladder outlet obstruction (BOO).Apabila keluhan ini
muncul pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun, maka kemungkinan penyababnya adalah suatu
pembesaran prostat jinak/benign prostatic hyperplasia (BPH). Hingga saat ini belum ada satu
teoripun yang mampu menjelaskan secara pasti mengapa pembesaran ini dapat terjadi, namun
beberapa penelitian mendapatkan adanya pengaruh proses penuaan, ketidakstabilan hormonal dan
gangguan regenerasi sel menjadi penyebab pertumbuhan jaringan prostatter sebut.

Banyak pasien bertanya kepada dokter, apakah ada pencegahan agar seorang pria tidak mengalami
pembesaran prostat tersebut. Dengan berat hati saya menjawab : tidak ada. Pembesaran ini memang
suatu proses alamiah dan memang berkaitan dengan penambahan usia. Angka kejadian gangguan
kencing yang diakibatkan pembesaran prostat ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 50%
pria dengan usia 50 tahun akan mengalami keluhan ini, semetara 90 % pria dengan usia diatas 80
tahun akan mengalami kondisi tersebut.
Apabila seseorang telah mengalami keluhan LUTS akibat BPH seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka sebaiknya pasien mulai berkonsultasi dengan dokter spesialis urologi. Seorang
urolog akan menentukan kondisi gangguan yang terjadi melalui proses Tanya jawab untuk
menentukan derajat keluhan yang terjadi, pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan colok dubur,
pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan prostatic spesific antigen (PSA) yang juga
merupakan pertanda keganasan prostat, dan juga pemeriksaan ultrasonografi (USG). Modalitas lain
yang dapat digunakan untuk menentukan derajat sumbatan kencing akibat BPH ini diantaranya
pemeriksaan uroflowmetri (tes pancaran kencing) dan urodinamik (pemeriksaan proses berkemih).
Setelah diagnosis dapat ditegakkan dengan baik maka kemudian baru dapat dilakukan penanganan
untuk mengatasi kelainan ini.

Beberapa alternative pengobatan dapat dilakukan sesuai dengan keluhan yang ditimbulkan. Pada
pasien yang belum mengalami komplikasi, pemberian obat-obatan seperti alfa-blocker maupun 5-
alpha reductaseinibitor masih dapat membantu meringankan keluhan. Namun apabila pembesaran
prostat ini telah menimbulkan komplikasi seperti : tidak bias mengeluarkan kencing (retensi urine),
infeksi saluran kencing berulang, batu dalam saluran kencing, divertikel kandung kencing, sampai
komplikasi terburuk adalah gagal ginjal, maka pilihan pengobatan yang dapat dilakukan adalah
tindakan pembedahan. Pembedahan juga diindikasikan pada penderita BPH yang telah menjalani
pengobatan dengan obat-obat diatas namun tidak mengalami perbaikan keluhan.

Saat ini standar emas pembedahan untuk BPH adalah melalui metoda minimal invasif (tanpa
sayatan) atau dikenal dengan nama trans urethral resection of the prostate (TURP), menggantikan
metoda operasi terbuka. Metoda ini dilakukan dengan cara peneropongan (endoskopi) melalui
saluran kencing, kemudan prostat akan direseksi sedikit demi sedikit sampai sumbatan yang
menghalangi urine keluar dapat dibebaskan sehingga pasien dapat kencing dengan lancar. Beberapa
teknik operasi minimal invasif yang dapat digunakan diantaranya Trans Urethral Needle Ablation
(TUNA), Trans Urethral Microwave therapy (TUMT), High Intensity Focused Ultrasound (HIFU),
namun pada metoda tersebut outcome yang dihasilkan tidak sebaik bila dibandingkan dengan
metoda standar emas (TURP). Seiring dengan adanya kemajuan teknologi, beberapa teknik baru
menggunakan laser dipakai dalam metoda operasi prostat. Greenlight laser, Holmium laser dan dioda
laser dipakai untuk mengatasi BPH, namun karena keterbatasan kesediaan alat dan biaya yang lebih
besar, saat ini laser masih belum menggantikan standar emas dalam penatalaksanaan BPH.
Sementara, operasi terbuka saat ini sangat jarang dikerjakan kecuali pada prostat dengan ukuran
yang sangat besar.

Jadi, setelah membaca uraian singkat ini, saya akan bertanya : "masih lancarkah kencing anda?".
Anda sendiri yang bisa menjawab.

Anda mungkin juga menyukai