Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus
untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk
sambungan dengan trachea (Wong, Donna L. 2003: 512). Atresia esofagus merupakan
kelainan kongenital yang ditandai dengan tidak menyambungnya esofagus bagian
proksimal dengan esofagus bagian distal. Atresia esofagus dapat terjadi bersama fistula
trakeoesofagus, yaitu kelainan kongenital dimana terjadi persambungan abnormal antara
esofagus dengan trakea. Atresia Esofagus meliputi kelompok kelainan kongenital terdiri
dari gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan dengan trakhea. Pada
86% kasus terdapat fistula trakhea oesophageal di distal, pada 7% kasus tanpa fistula
Sementara pada 4% kasus terdapat fistula tracheooesophageal tanpa atresia, terjadi 1 dari
2500 kelahiran hidup.
Kemungkinan atresia semakin meningkat dengan ditemukannya polihidramnion.
Selang nasogastrik masih bisa dilewatkan pada saat kelahiran semua bayi baru lahir
dengan ibu polihidramnion sebagaimana juga bayi dengan mukus berlebihan, segara
setelah kelahiran untuk membuktikan atau menyangkal diagnosa. Pada atresia esofagus
selang tersebut tidak akan lewat lebih dari 10 cm dari mulut (konfirmasi dengan Rongent
dada dan perut). Angka keselamatan berhubungan langsung terutama dengan berat badan
lahir dan kelainan jantung, angka keselamatan bisa mendekati 100%, sementara jika
ditemukan adanyan salah satu faktor resiko mengurangi angka keselamatan hingga 80%
dan bisa hingga 30-50 % jika ada dua faktor resiko.
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang cukup sering dengan
insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi atresia
esofagus di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi
bervariasi dari 0,4-3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Insidensi tertinggi terdapat di
Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup. Masalah pada atresia esofagus
adalah ketidakmampuan untuk menelan, makan secara normal, bahaya aspirasi termasuk
karena saliva sendiri dan sekresi dari lambung.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Atresia Esofagus ?
2. Apakah penyebab dari Atresia Esofagus ?
3. Bagaimana gambaran klinik pada Atresia Esofagus ?
4. Apa saja tanda dan gejala pada Atresia Esofagus ?
5. Bagaimana Patofisiologi Atresia Esofagus ?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Atresia Esofagus ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Atresia Esofagus.
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari Atresia Esofagus.
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala pada Atresia Esofagus.
4. Untuk mengetahui gambaran klinik pada Atresia Esofagus.
5. Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi Atresia Esofagus
6. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan dari Atresia Esofagus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Atresia Esofagus


Atresia berarti buntu. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus
buntu, sedang pada 1/4 – 1/3 kasus lainnya esofagus bagian bawah berhubungan dengan
trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esofagus dengan fistula). Atresia esofagus
sering juga disertai kelainan bawaan lainnya seperti kelainan jantung bawaan, kelainan
gastrointestinal, atau kelainan tulang. Atresia esofagus terjadi pada 1 dari 3000-4500
kelahiran hidup sekitar sepertiga anak yang terkena lahir premature. Pada lebih dari 85%
kasus, fistula antara trakea dan esofagus distal menyertai atresia (Ngastiyah, 1997).

Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus


untuk mengadakan pasase yang kontinu : esofagus mungkin saja atau mungkin juga tidak
membentuk sambungan dengan trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia esofagus
adalah kegagalan esofagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung
selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebua segmen
esoofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhan nya( congenital) dan tetap sebagai
bagian tipis tanpa lubang saluran.

Fistula trakeo esofagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus .
Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain
seperti penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esofagus dan
trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan
kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea.

B. Etiologi Atresia Esofagus

Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esofagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esofagus lebih berhubungan dengan
sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori
tentang terjadinya atresia esofagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan
dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus berlanjut.

3
Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esofagus dapat
terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula trakeoesofagus
akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan
dan belakang jaringan maka trakea akan membentuk atresia esofagus. Atresia esofagus
dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran
seperti :
 Trisomi
 Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia duodenal, dan
anus imperforata).
 Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent ductus
arteriosus).
 Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney,
tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
 Gangguan Muskuloskeletal
 Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac, tracheosofagealfistula,
ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
 Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esofagus memiliki kelainan lahir
 Atresia Esofagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
 Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu
thali domine .
 Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen
 Faktor gizi
 Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –masing
menjadi esopagus dan trachea .
 Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya
atresia.
 Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula
trachea esofagus
 Tumor esofagus.
 Kehamilan dengan hidramnion
 Bayi lahir prematur,

4
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada
alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi
dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.

C. Gambaran klinik pada Atresia Esofagus


Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih. Apabila liur tersebut masuk ke
dalam trakea akan terjadi aspirasi. Pada fistula trakeoesofagus, cairan lambung juga dapat
masuk ke dalam paru. Oleh karena itu, bayi sering sianosis. Pemberian minum dapat
menyebabkan batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis. (Ngastiyah, 1997).
Kelainan bawaan ini biasanya terdapat pada bayi yang lahir dengan kehamilan
hidramnion dan biasanya bayi dalam keadaan kurang bulan. Pada bayi kurang bulan ini,
pemberian minum sering menyebabkan bayi tersebut menjadi biru dan apnea tanpa batuk
– batuk. Jika terdapat fistula trakeoesofagus perut bayi tampak membuncit karena berisi
udara. Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7,5 – 10 cm dari bibir, kateter
akan terbentur pada ujung esofagus yang buntu dan bila kateter didorong terus akan
melingkar-lingkar di dalam esofagus yang buntu tersebut. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan memasukkan pipa radio-opak atau larutan kontras lipiodol ke dalam
esofagus dan dibuat foto toraks biasa. (Ngastiyah, 1997).

D. Tanda dan Gejala pada Atresia Esofagus


Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul:
 Batuk ketika makan atau minum
 Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau ketidakmampuan
untuk menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk
 Gelembung berbusa putih di mulut bayi
 Memiliki kesulitan bernapas
 Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa karena
kekurangan oksigen (sianosis)
 Meneteskan air liur
 Muntah-muntah

5
 Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan
bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi
esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
 Bila pada bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di
curigai terdapat atresia esofagus.
 Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena
aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
 Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh
karena itu bayi sering sianosis

E. Patofisiologi Atresia Esofagus


. Atresia esophagus merupakan penyakit pada bayi baru lahir dan merupakan kelainan
bawaan. Resiko tinggi terhadap atresia esophagus yaitu bayi baru lahir secara premature
dan menangis terus disertai batuk-batuk sampai adanya sianosis. Malformasi struktur
trakhea menyebabkan bayi mengalami kesulitan dalam menelan serta bayi dapat
mengalami aspirasi berat apabila dalam pemberian makan tidak diperhatikan (Price,
Sylvia A. 2005).
Pada perkembangan jaringan,terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan esopagus
pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi dapat terjadi
pada ibu hamil dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Bayi dengan
hipersalivasi ; berbuih, sulit bernafas, batuk dan sianosis. Tindakan pembedahannya
segera dilakukan pembedahan torakotomi kanan retro pleural.

6
F. Pathway

Kelainan Bawaan Faktor lain :


Faktor Gen
Defisiensi Vitamin
Atresia Obat-obatan
Esofagus
Alkohol
Kerongkongan Buntu Paparan Virus
Bahan Kimia

Udara mengalir Anxietas Kesulitan Menelan Mengeluarkan


ke fistula air liur

Gaster Perforasi Pneumonia


Akut aspirasi

Reflux Perut Kembung


Anorexia Pneumonia Batuk,
Gastrofageal Membuncit
berulang sesak
nafas
Kegagalan
Nafas

Gangguan Bersihan jalan


Sianosis pemenuhan nutrisi nafas tidak efektif

7
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan
tahapan-tahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal,
disini perawat mengumpulkan semua imformasi baik dari klien dengan cara
observasi dan dari keluarganya. Lakukan pengkajian bayi baru lahir observasi
manipestasi atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan,
tersedat, sianosis, apneu.
a. Sekresi berlebihan , mengalirkan liur konstan,sekresi hidung banyak.
b. Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.
c. Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam
kantong buntu.
d. Distensi abdominal.
e. Respon kekerasan setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi
batuk dan tersedat saat cairan kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.
f. Bayi sering premetur dan kehamilan munkun terkomplikasi oleh hydra amniaon
(cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).

2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan atersia esophagus
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
b. Kerusakan (kesulitan) menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis.
c. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena
pembedahan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I
Tujuan: Pasien mempertahankan jalan napas yang paten tanpa aspirasi
Kriteria Hasil:
 Jalan napas tetap paten
 Bayi tidak teraspirasi sekresi
 Pernapasan tetap pada batas normal

8
No Intervensi Rasional
1. Lakukan pengisapan sesuai dengan Untuk menghilangkan penumpukan
kebutuhan. sekresi di orofaring.
2. Beri posis terlentang dengan kepala Untuk menurunkan tekanan pada rongga
ditempatkan pada sandaran yang ditinggikan torakal dan meminimalkan refluks sekresi
(sedikitnya 300). lambung ke esophagus distal dan ke dalam
trakea dan bronki.
3. Beri oksigen jika bayi menjadi sianotik. Untuk membantu menghilangkan distress
pernapasan.
4. Jangan gunakan tekanan positif (misalnya; Karena dapat memasukkan udara ke
kantong resusitasi/ masker). dalam lambung dan usus, yang
menimbulkan tekana tambahan pada
rongga torakal.
5. Puasakan Untuk mencegah aspirasi.
6. Pertahankan penghisapan segmen esophagus Untuk menjaga agar kantong buntu
secara intermitten atau kontinue, bila di tersebut tetap kosong.
pesankan pada masa pra operasi.
7. Tinggalkan selang gastrostomi, bila ada, Agar udara dapat keluar, meminimalkan
terbuka untuk drainase gravitasi. resiko regurgitasi isi lambung dengan
trakea.

9
b. Diagnosa II
Tujuan : Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat.
Kriteria Hasil : Bayi mendapat nutrisi yang cukup dan menunjukkan
penambahan berat badan yang memuaskan.

No Intervensi Rasional
1. Beri makan melalui gastrostomi Untuk memberikan nutrisi sampai pemberian
sesuai dengan ketentuan makanan oral memungkinkan.
2. Lanjutkan pemberian makan oral Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi bayi
sesuai ketentuan, sesuai kondisi
bayi dan perbaikan pembedahan.
3. Observasi dengan ketat. Untuk memastikan bayi mampu menelan tanpa
tersedak.
4. Pntau masukan keluaran dan berat Untuk mengkaji keadekuatan masukan nutrisi.
badan.
5. Ajarkan keluarga tentang teknik Untuk mempersiapkan diri terhadap
pemberian makan yang tepat. pemulangan.

c. Diagnosa III
Tujuan : Pasien mengalami rasa aman tanda ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil :- Bayi istirahat dengan tenang, sadar bila terjaga, dan
melakukan penghisapan non- nutrisi.
- Mulut tetap bersih dan lembab.
- Nyeri yang dialamianak minimal atau tidak ada.

No Intervensi Rasional
1. Beri stimulasi taktil (mis; membelai, Untuk memudahkan perkembangan optimal
mengayun). dan meningkatkan kenyamanan.
2. Beri perawatan mulut. Untuk menjaga agar mulut tetap bersih dan
membran mukosa lembab.
3. Beri analgesik sesuai ketentuan
4. Dorong orangtua untuk berpastisipasi Untuk memberikan rasa nyaman dan aman.
dalam perawatan anak.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia esofagus merupakan suatu kelainan kongenital dengan variasi fistula
trakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esofagus yang dapat
dicurigai sejak kehamilan, dan didiagnosa segera setelah bayi baru lahir. Bahaya utama
pada atresia esofagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang.
Atresia esofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran seperti
gangguan saluran pencernaan lain (hernia diafragmatika, atresia duodenal, dan anus
imperforata), faktor gizi, tumor esophagus, kehamilan dengan hidramnion, bayi lahir
prematur.
Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul yaitu batuk ketika makan
atau minum, bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau
ketidakmampuan untuk menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk),
memiliki kesulitan bernapas, meneteskan air liur.
Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan atersia esofagus
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
2. Kerusakan (kesulitan) menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis.
3. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena
pembedahan.

B. Saran
Dalam memberikan perawatan kepada bayi atau anak dengan gangguan atresia
esofagus perawat harus mengerti konsep dasar dan konsep keperawatan untuk
kesembuhan pasien yang optimal dan apabila atresia esophagus sudah dalam keadaan
darurat maka harus segera dilakukan tindakan operasi untuk memperbaiki esofagus agar
tidak terjadi kerusakan tenggorokan dan bayi bisa segera disusui.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC Buku Kedokteran

Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

http://documents.tips/documents/woc-atresia-esophagus.html Diakses pada Jumat, 29 Juli


2016 pukul 13.00

https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-atresia-esofagus/. Diakses
pada Senin, 1 Agustus 2016 pukul 10.00.

12

Anda mungkin juga menyukai