Atresia Esofagus
Atresia Esofagus
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Atresia Esofagus ?
2. Apakah penyebab dari Atresia Esofagus ?
3. Bagaimana gambaran klinik pada Atresia Esofagus ?
4. Apa saja tanda dan gejala pada Atresia Esofagus ?
5. Bagaimana Patofisiologi Atresia Esofagus ?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Atresia Esofagus ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Fistula trakeo esofagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus .
Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain
seperti penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esofagus dan
trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan
kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea.
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esofagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esofagus lebih berhubungan dengan
sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori
tentang terjadinya atresia esofagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan
dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus berlanjut.
3
Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esofagus dapat
terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula trakeoesofagus
akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan
dan belakang jaringan maka trakea akan membentuk atresia esofagus. Atresia esofagus
dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran
seperti :
Trisomi
Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia duodenal, dan
anus imperforata).
Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent ductus
arteriosus).
Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney,
tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
Gangguan Muskuloskeletal
Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac, tracheosofagealfistula,
ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esofagus memiliki kelainan lahir
Atresia Esofagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu
thali domine .
Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen
Faktor gizi
Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –masing
menjadi esopagus dan trachea .
Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya
atresia.
Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula
trachea esofagus
Tumor esofagus.
Kehamilan dengan hidramnion
Bayi lahir prematur,
4
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada
alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi
dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.
5
Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan
bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi
esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
Bila pada bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di
curigai terdapat atresia esofagus.
Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena
aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh
karena itu bayi sering sianosis
6
F. Pathway
7
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan
tahapan-tahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal,
disini perawat mengumpulkan semua imformasi baik dari klien dengan cara
observasi dan dari keluarganya. Lakukan pengkajian bayi baru lahir observasi
manipestasi atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan,
tersedat, sianosis, apneu.
a. Sekresi berlebihan , mengalirkan liur konstan,sekresi hidung banyak.
b. Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.
c. Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam
kantong buntu.
d. Distensi abdominal.
e. Respon kekerasan setelah menelan makanan yang pertama atau kedua : bayi
batuk dan tersedat saat cairan kembali melalui hidung dan mulut trejadi sianosis.
f. Bayi sering premetur dan kehamilan munkun terkomplikasi oleh hydra amniaon
(cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan atersia esophagus
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
b. Kerusakan (kesulitan) menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis.
c. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena
pembedahan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I
Tujuan: Pasien mempertahankan jalan napas yang paten tanpa aspirasi
Kriteria Hasil:
Jalan napas tetap paten
Bayi tidak teraspirasi sekresi
Pernapasan tetap pada batas normal
8
No Intervensi Rasional
1. Lakukan pengisapan sesuai dengan Untuk menghilangkan penumpukan
kebutuhan. sekresi di orofaring.
2. Beri posis terlentang dengan kepala Untuk menurunkan tekanan pada rongga
ditempatkan pada sandaran yang ditinggikan torakal dan meminimalkan refluks sekresi
(sedikitnya 300). lambung ke esophagus distal dan ke dalam
trakea dan bronki.
3. Beri oksigen jika bayi menjadi sianotik. Untuk membantu menghilangkan distress
pernapasan.
4. Jangan gunakan tekanan positif (misalnya; Karena dapat memasukkan udara ke
kantong resusitasi/ masker). dalam lambung dan usus, yang
menimbulkan tekana tambahan pada
rongga torakal.
5. Puasakan Untuk mencegah aspirasi.
6. Pertahankan penghisapan segmen esophagus Untuk menjaga agar kantong buntu
secara intermitten atau kontinue, bila di tersebut tetap kosong.
pesankan pada masa pra operasi.
7. Tinggalkan selang gastrostomi, bila ada, Agar udara dapat keluar, meminimalkan
terbuka untuk drainase gravitasi. resiko regurgitasi isi lambung dengan
trakea.
9
b. Diagnosa II
Tujuan : Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat.
Kriteria Hasil : Bayi mendapat nutrisi yang cukup dan menunjukkan
penambahan berat badan yang memuaskan.
No Intervensi Rasional
1. Beri makan melalui gastrostomi Untuk memberikan nutrisi sampai pemberian
sesuai dengan ketentuan makanan oral memungkinkan.
2. Lanjutkan pemberian makan oral Untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi bayi
sesuai ketentuan, sesuai kondisi
bayi dan perbaikan pembedahan.
3. Observasi dengan ketat. Untuk memastikan bayi mampu menelan tanpa
tersedak.
4. Pntau masukan keluaran dan berat Untuk mengkaji keadekuatan masukan nutrisi.
badan.
5. Ajarkan keluarga tentang teknik Untuk mempersiapkan diri terhadap
pemberian makan yang tepat. pemulangan.
c. Diagnosa III
Tujuan : Pasien mengalami rasa aman tanda ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil :- Bayi istirahat dengan tenang, sadar bila terjaga, dan
melakukan penghisapan non- nutrisi.
- Mulut tetap bersih dan lembab.
- Nyeri yang dialamianak minimal atau tidak ada.
No Intervensi Rasional
1. Beri stimulasi taktil (mis; membelai, Untuk memudahkan perkembangan optimal
mengayun). dan meningkatkan kenyamanan.
2. Beri perawatan mulut. Untuk menjaga agar mulut tetap bersih dan
membran mukosa lembab.
3. Beri analgesik sesuai ketentuan
4. Dorong orangtua untuk berpastisipasi Untuk memberikan rasa nyaman dan aman.
dalam perawatan anak.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia esofagus merupakan suatu kelainan kongenital dengan variasi fistula
trakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esofagus yang dapat
dicurigai sejak kehamilan, dan didiagnosa segera setelah bayi baru lahir. Bahaya utama
pada atresia esofagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang.
Atresia esofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran seperti
gangguan saluran pencernaan lain (hernia diafragmatika, atresia duodenal, dan anus
imperforata), faktor gizi, tumor esophagus, kehamilan dengan hidramnion, bayi lahir
prematur.
Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul yaitu batuk ketika makan
atau minum, bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau
ketidakmampuan untuk menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk),
memiliki kesulitan bernapas, meneteskan air liur.
Masalah keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan atersia esofagus
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
2. Kerusakan (kesulitan) menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis.
3. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, ketidaknyamanan karena
pembedahan.
B. Saran
Dalam memberikan perawatan kepada bayi atau anak dengan gangguan atresia
esofagus perawat harus mengerti konsep dasar dan konsep keperawatan untuk
kesembuhan pasien yang optimal dan apabila atresia esophagus sudah dalam keadaan
darurat maka harus segera dilakukan tindakan operasi untuk memperbaiki esofagus agar
tidak terjadi kerusakan tenggorokan dan bayi bisa segera disusui.
11
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC Buku Kedokteran
https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-atresia-esofagus/. Diakses
pada Senin, 1 Agustus 2016 pukul 10.00.
12