Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nyamuk merupakan satu diantara serangga yang sangat

penting dalam dunia kesehatan. Nyamuk termasuk dalam filum

Arthropoda, ordo Diptera, family Culicidae, dengan tiga sub famili yaitu

Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex, Man-

sonia, Armigeres,) dan Anophelinae. Nyamuk merupakan ektoparasit

pengganggu yang merugikan kesehatan manusia, hewan, dan

lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai vektor

berbagai penyakit. Nyamuk tergolong serangga yang cukup tua di

alam dan telah mengalami proses evolusi serta seleksi alam yang

panjang sehingga menjadikan insekta ini sangat adaptif tinggal

bersama manusia (Harfiani, 2012).

Indonesia merupakan daerah tropis dan menjadi satu di antara

tempat perkembangan beberapa jenis nyamuk yang membahayakan

kesehatan manusia dan hewan. Pada manusia, nyamuk Anopheles

berperan sebagai vektor penyakit malaria, sedangkan Culex sebagai

vektor Japanese enchepalitis, Aedes aegypti sebagai vektor penyakit

demam berdarah dengue, serta beberapa genus nyamuk yaitu Culex,

Aedes, dan Anopheles dapat juga menjadi vektor penyakit filariasis.

Nyamuk juga menularkan beberapa penyakit pada hewan. Nyamuk

Culex sebagai vektor Dirofilaria immitis (Harfiani, 2012).

1
2

Dari 576, 424 kabupaten/kota di Indonesia, 73,6% merupakan

daerah endemis malaria dan sekitar 45% penduduk Indonesia berisiko

tertular malaria. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2001, jumlah kasus malaria adalah sekitar 15 juta orang dengan

kematian rata-rata 38 ribu orang per tahun.4 Pada tahun 2007, jumlah

populasi berisiko terjangkit malaria sekitar 116 juta orang sementara

jumlah kasus malaria klinis yang dilaporkan 1.775.845 kasus atau

Annual Malaria Incidence (AMI ) = 15,3 per 1.000 penduduk. 4 Jumlah

kasus malaria klinis yang dilaporkan sekitar 930.000 dan yang

terjangkau pemeriksaan darah sekitar 52,4% serta jumlah kasus positif

malaria sekitar 311.790 kasus dengan Annual Parasite Incidence (API)

adalah 2,6 per 1.000 penduduk (Solikhah, 2013).

Propinsi Sulawesi Selatan saat ini memiliki status endemisitas

rendah. Annual Parasite Incidence (API) yang tercatat sebesar 0,008

‰ sedangkan tahun 2008 meningkat menjadi 0,31 ‰ dengan kasus

tertinggi di Kabupaten Bulukumba dan Selayar. Angka ini berubah

menjadi 0,47 ‰ pada tahun 2009 dengan kasus tertinggi di Kabupaten

Selayar dan Enrekang. API Propinsi Sulawesi Selatan menurun

menjadi 0,35 ‰ pada tahun 2010 Kabupaten Bulukumba dan Luwu

Utara merupakan daerah dengan kasus tertinggi, tahun 2011 sebesar

0,38 ‰ dan kasus tertinggi ditemukan kembali di Kabupaten

Bulukumba, Selayar, dan Luwu Utara (Ishak, dkk.,2013).


3

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui identifikasi jentik nyamuk dalam praktikum

kesehatan lingkungan.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui jenis jentik nyamuk yang terdapat

di Danau UMI.

b. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian tubuh yang ada

pada jentik nyamuk.

C. Prinsip kerja

Alat penangkap jentik yang digunakan adalah cidukan, dimana

alat tersebut hampir sama fungsinya dengan gayung untuk mengambil

wadah air di sungai yang berisikan jentik.

Alat sederhana ini digunakan untuk mengambil jentik yang ada

di sungai dalam jumlah yang banyak, yang kemudian akan

diidentifikasi menggunakan mikroskop dalam laboratorium untuk

mengetahui jenis jentik yang telah diambil.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Nyamuk

1. Pengertian jentik

Jentik adalah tahap larva dari nyamuk, jentik hidup di airdan

memiliki perilaku mendekat atau menggantung pada permukaan air

untuk bernapas (Sayono, 2011).

2. Pengertian Nyamuk

Nyamuk adalah serangga yang memiliki dua sayap yang

bersisik. Sayap ini mampu mengepak 1000 kali per menit, tubuh

langsing dan mempunyai enam kaki. Nyamuk memiliki ukuran yang

berbeda-beda tetapi jarang sekali ukurannya melebihi 15 mm.

Dalam bahasa Inggeris, nyamuk dinamakan “Mosquito”, yang

berasal dari bahasa Sepanyol atau Portugis yang berarti lalat kecil

yang digunakan sejak tahun 1583. Di negeri Inggris nyamuk dikenal

sebagai gnats. Tercatat lebih dari tiga ribu spesies nyamuk yang

beterbangan di muka bumi ini, baik di tempat yang beriklim panas

maupun beriklim dingin. Meskipun mampu hidup di kutub, sebagian

besar nyamuk lebih suka hidup di daerah yang beriklim tropis

dengan kelembaban tinggi seperti di Indonesia (Gunasegaran,

2013).

4
5

3. Morfologi nyamuk

Nyamuk dapat berperan sebagai vektor penyakit pada

manusia dan binatang. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya

membentuk probosis panjang untuk menembus kulit manusia

maupun binatang untuk menghisap darah. Nyamuk betina

menghisap darah untuk mendapatkan protein untuk pembentukan

telur yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk

betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap

darah (Hutabarat, 2016).

Pada stadium dewasa nyamuk dapat dibedakan jenisnya

misalkan nyamuk kulicini betina palpinya lebih pendek daripada

probosisnya. Sedangkan pada nyamuk kulicini jantan palpinya

melebihi panjang probosisnya. Sisik sayapnya ada yang lebar dan

asimetris (mansonia) ada pula yang sempit dan panjang (Aedes,

Culex) . Kadang-kadang sisip sayap membentuk bercak-bercak

berwarna putih dan kuning atau putih dan cokelat, juga putih hitam

(speckled). Ujung abdomen Aedes lancip sedangkan ujung

abdomen Mansonia seperti tumpul dan terpancung (Hutabarat,

2016).
6

Gambar 1. Morfologi Nyamuk


(Hutabarat, 2016)

4. Siklus hidup nyamuk

Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga dewasa

sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakan di atas

daun lembab atau kolam kering selama musim panas atau musim

gugur. Sebelumnya si induk memeriksa permukaan tanah secara

menyeluruh dengan reseptor halus di bawah perutnya reseptor ini

berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. Setelah

menemukan tempat yang cocok nyamuk mulai bertelur. Telur-telur

tersebut panjangnya kurang dari 1mm,tersusun dalam satu baris

secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies nyamuk

meletakan telurnya saling bergabung membentuk suatu rakit yang

bisa terdiri dari 300 telur (Mawardin, 2014).

5. Jenis nyamuk

Berdasarkan klasifikasinya nyamuk dapat dibedakan

jenisnya dilihat dari perbedaan bentuk morfologi nyamuk dewasa,

diantaranya (Rahayu, 2013). :


7

Gambar 2. Morfologi Nyamuk


(Rahayu, 2013)
a. Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit

demam berdarah dengue (DBD) melalui tusukanya. Nyamuk ini

berwarna gelap yang dapat diketahui dari adanya garis putih

keperakan dengan bentuk lyre pada toraknya dan mempunyai

gelang putih pada bagian pangkal kaki,proboscis bersisik hitam.

1) Klasifikasi :

Pylum : Arthropoda

Kelas : Aceloterata

Class : Insekta

Ordo : Diptera

Genus : Aedes

2) Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti :

a) Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-

bintik serta berwarna hitam.


8

b) Pada sayap aedes memiliki sisik sempit panjang dengan

ujung yang runcing

c) Aedes dewasa memiliki abdomen dengan ujung lancip,

warna hitam dengan belang putih pada abdomen dan

kaki.

d) Tidak membentuk sudut 90º

e) Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore

f) Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu

kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air hujan

b. Culex

Nyamuk dewasa dapat berukuran 4–10 mm (0,16–0,4

inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian

tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex yang

banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex

quinquefasciatus.

1) Klasifikasi

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Culicidae,

Genus : Culex;

2) Ciri-ciri Culex :
9

a) Culex betina memiliki antena berambut jarang (pilose)

palpus lebih.

b) pendek daripada probocsis.

c) Culex jantan memiliki antena berambut lebat (plumose),

palpus

d) sama atau melebihi panjang proboscis.

e) Palpi lebih pendek dari pada probocis.

f) Bentuk sayap simetris.Berkembang biak di tempat kotor

atau di rawa-rawa.

g) Penularan penyakit dengan cara membesarkan

tubuhnya.

h) Menyebabkan penyakit filariasis

c. Mansonia

Nyamuk dewasa berwarna coklat kekuning-kuningan dan

belang-belang putih Ada gambaran dua garis atau bundaran

yang bewarna putih.

1) Klasifikasi

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Genus : Mansonia

2) Ciri-ciri nyamuk Mansonia

a) Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º


10

b) Bentuk tubuh besar dan panjang

c) Bentuk sayap asimetris.

d) Menyebabkan penyakit filariasis

e) Penularan penyakit dengan cara membesarkan

tubuhnya.

f) Warna tubuhnya coklat kehitaman.

d. Anopheles

Hewan yang termasuk dalam kelas Hexapoda (insektor)

mempunyai satu pasang antena dan tiga pasang kaki. Dalam

daur hidupnya terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan

bentuk,perubahan sifat hidup dan perubahan struktur bagian

dalam insekta atau juga metamorphosis

1) Klasifikasi

Pylum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo : Diptera

Genus : Anopheles

2) Ciri-ciri nyamuk Anopheles

a) Kepala anophelni jantan memiliki antena yang berambut

lebat.(plumose), palpus terdiri atas probosis dengan

ujung agak bulat.

b) Kepala betina memiliki venasi sayap kosta dan subkosta.

c) Bentuk tubuh kecil dan pendek


11

d) Antara palpi dan proboscis sama panjang

e) Menyebabkan penyakit malaria

f) Pada saat hinggap membentu sudut 90º

g) Warna tubunya coklat kehitaman

h) Bentuk sayap simetris,bercak dan sisik gelap terang.

i) Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah.

B. Tinjauan umum tentang penyakit disebabkan nyamuk

Nyamuk membawa penyakit-penyakit berat seperti malaria,

demam berdarah, dan demam kuning. Penyakit-penyakit ini menyebar

dengan cepat dari satu orang ke orang lain. Lingkungan berperan

penting dalam transmisi penularan penyakit ini. Semakin bersih

lingkungan di sekitar kita maka semakin kecil pula populasi nyamuk

disekitar kita sehingga semakin kecil kemungkinan kita akan digigit

oleh nyamuk penular dan terhindar dari beberapa peyakit yang

disebutkan. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang dapat ditularkan

oleh nyamuk (Sunaryo, 2013):

1. Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

parasit jenis. Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan

berkeringat, yang ditularkan oleh nyamuk genus Anopheles, juga

penyakit ini dapat mengakibatkan kematian

2. Demam berdarah Dengue (DBD)


12

Demam Berdarah Dengaue adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti atau Aedes albopictus, yang ditandai demam mendadak 2-

7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, gelisah, nyeri ulu hati,

disertai bintik perdarahan di kulit, kadang mimisan, muntah darah,

bahkan dapat mengakibatkan kematian.

3. Filariasis

Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

cacing filaria, yang mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki

membesar seperti kaki gajah) yang ditularkan oleh berbagai jenis

nyamuk. Di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27 jenis nyamuk

yang disebabkan oleh genus Culex, Anopheles, Aedes dan

Mansonia

4. Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam

disertai nyeri otot yang bersifat epidemik dan endemic yang

disebabkan oleh Alvavirus yang ditularkan oleh beberapa jenis

nyamuk yaitu Aedes Aegypti, Aedes albopictus, Culex fatigans dan

Mansonia sp. Meskipun penyakit ini tidak mengakibatkan kematian

namun dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat di persendian

tubuh bahkan seperti kelumpuhan dan dapat berlangsung selama 2

bulan.

5. Enchephalitis
13

Encephalitis.Salah satu jenis penyakit Encephalitis adalah

Japenese Encephalitis (JE). Encephalitis adalah suatu penyakit

yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus

yang ditularkan oleh nyamuk genus

C. Tinjauan Umum tentang Pemberantasan Jentik

Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit

turun menyebabkan berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan.

Sebagaimana kita kenal, metode pemberantasan habitat nyamuk ini,

misalnya dengan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), masih

dianggap cara paling efektif. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah

memiliki program kajian yaitu dengan melakukan survei jentik pada

rumah-rumah warga. Jumantik kepanjangan dari Juru Pemantau Jentik

merupakan seorang petugas khusus yang secara sukarela mau

bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemantauan jentik

nyamuk DBD Aedes Aegypti di wilayah-wilayah dengan sebelumnya

melakukan pelaporan ke kelurahan atau puskesmas terdekat. Tugas

dari Jumantik pada saat memantau wilayah- wilayah diantaranya

(Wahyu, 2013) :

1. Menyambangi rumah-rumah warga untuk cek jentik.

2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat

tergenang air bersih apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup

dengan rapat. Untuk tempat air yang sulit dikuras diberi bubuk

larvasida (abate).
14

3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari

keberadaan jentik nyamuk.

4. Membasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam

rumah. Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam

seminggu, pada waktu pagi hari,apabila diketemukan jentik

nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi peringatan kepada

pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari

jentik-jentik nyamuk.

5. Selanjutnya jumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk

dilaporkan ke kelurahan atau puskesmas terdekat dan kemudian

dari Puskesmas atau kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau

vertikal. Selain petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik), tiap-tiap

masyarakat juga wajib melakukan pengawasan/pemantauan jentik

di wilayahnya (self Jumantik) dengan minimal tekhnik dasar 3M

Plus, yaitu (Wahyu, 2013);

a) Menguras Menguras adalah membersihkan tempat-tempat yang

sering dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang,

bak kamar mandi, ember air, tempat air minum, penampungan

air , lemari es.

b) Menutup Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada

tempat air yang ditampung seperti bak mandi, botol air minum,

kendi.
15

c) Mengubur Mengubur adalah menimbun dalam tanah bagi

sampah-sampah atau benda yang sudah tidak dipakai lagi

yang berpotensi untuk tempat perkembangbiakan dan bertelur

nyamuk di dalam rumah.

D. Tinjauan Umum tentang Pengendalian vektor nyamuk

1. Pengendalian lingkungan

Pengendalian dilakukan dengan cara mengelola lingkungan

(environmental managemen),yaitu memodifikasi atau memanipulasi

lingkungan, sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok

(kurang baik) yang dapat mencegah atau membatasi

perkembangan vektor (Febriana, 2014).

2. Pengendalian Kimia

Insekstisida secara umum adalah senyawa kimia yang

digunakan untuk membunuh serangga pengganggu atau hanya

untuk menghalau serangga saja (repellent). Kelebihan cara

pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera,meliputi

daerah yang luas,sehingga dapat menekan populasi serangga

dalam waktu yang singkat.Kekurangannya cara pengendalian ini

hanya bersifat sementara dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi dan mengakibatkan

matinya beberapa pemangsa. Selain itu yang perlu diperhatikan

mengenai Spesies serangga yang akan dikendalikan, ukuran,

susunan badannya, stadium sistem pernafasan, bentuk mulut,


16

habitat dan perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan

makannya (Febriana, 2014).

3. Pengendalian Mekanis

Pengendalian secara mekanis yang bisa dilakukan adalah

pemasangan kelambu dan pemasangan pelengkap nyamuk baik

menggunakan cahaya, lem atau raket pemukul. Cara yang hingga

saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan

penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan

mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang

sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M+1T menguras,

mengubur, dan telungkupkan (Febriana, 2014).

4. Pengendalian Biologis

. Beberapa jenis ikan sebagai pemangsa yang dapat

mengendalikan nyamuk vektor stadium larva adalah ikan kepala

timah, ikan gabus. Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk

mengendalikan vektor dengue ini, antara lain mengintroduksi

musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites spp. Predator

larva Aedes spp ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi

penyebaran virus dengue. Penggunaan insektisida yang berlebihan

tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga akan

membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara

ekologis (Febriana, 2014).


17

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Gelas plastik

b. Senter

c. Alat tulis

d. Cidukan jentik

e. Botol viral

f. Pipet tetes

g. Thermometer

h. pH meter

i. Petridish

2. Bahan

a. Air Bersih

b. Alkohol 70%

c. chloroform

B. Waktu dan Lokasi

Pengambilan sampel jentik dilakukan di Danau Universitas Muslim

Indonesia, pada hari Selasa tanggal 03 Mei 2016 UMI pukul 16.00

Wita.

C. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat cidukan dan gelas plastik.

17
18

2. Mengambil sampel jentik dengan alat cidukan.

3. Memasukkan sampel jentik kedalam botol viral atau gelas plastik.

4. Jentik yang ada di dalam botol viral diamati dengan senter.

5. Jentik pada botol minuman dikurangi airnya .

6. Jentik ditaruh pada pentridish.

7. Menuangkan beberapa tetes klorofom yang bertujuan untuk

membunuh jentik.

8. Dipindahkan dengan pinset.

9. Melalukan pemeriksaan jentik dengan alat mikroskop.


19

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil identifikasi nyamuk yang dilakukan dengan

menggunakan mikroskop, diketahui hasil identifikasi terhadap jentik

nyamuk yang terdapat pada danau UMI adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1
Hasil Identifikasi Jentik Nyamuk pada Danau UMI
Praktikum Kesehatan Lingkungan
2016
Jenis jentik Aedes Aegypti
nyamuk
Bentuk dan
bagian tubuh

Ukuran tubuh Kecil


Bentuk Besar dan pendek yang terdapat pada abdomen
Siphon terakhir

Warna tubuh Dibagian abdomen terdapat bintik-bintik kemudian


berwarna hitam
Bentuk Comb Seperti sisir
Bagian Terdapat stroot spine
thoraks
Gerak Lincah dan aktif
Sumber data: Primer 2016

19
20

B. Pembahasan

Pada praktikum pemeriksaan jentik nyamuk, praktikan

menemukan jentik nyamuk aedes dimana morfologi tubuhnya terdairi

dari pecten, comb scale, sifon. Pada sifon terdapat satu pasang bulu.

Pada abdomen dijumpai bulu-bulu kecil. Sifon pada tubuh jentik

berfungsi sebagai corong udara. Comb scale pada jentik bisa

mempermudah untuk membedakan antara jentik anopeles, aedes dan

culex karena hanya jentik nyamuk aedes yang memiliki comb scale.

Praktikum ini menggunakan klorofom yang bertujuan untuk

membunuh jentik tetapi tidak merubah morfologi tubuh jentik, ketika

klorofom dilarutkan pada jentik, jentik akan pingsan dan kemudian

mati. Penempatan jentik dengan posisi telungkup pada objek gelas

bertujuan agar pada saat dilihat di mikroskop jentik tampak berdiri

sehingga mempermudah dalam melakukan identiikasi jentik nyamuk.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan

nyamuk antara lain suhu dan pH, dimana hasil prngukuran suhu

diperoleh 34,9ºC dan pH sebesar 3,6. Pertumbuhan terhenti pada suhu

40ºC. Umumnya nyamuk tidak dapat bertahan lama bila suhu

lingkungannya meningkat 5-6ºC.

Sebuah penelitian mengungkapkan hasil bahwa terdapat jentik

nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus pada 29 rumah yang

dilakukan penelitian di Kota Jogjakarta dimana Faktor lingkungan yang

menyebabkan banyaknya jentik jentik nyamuk ialah karena kondisi


21

geografis seperti tingkat ketinggian dari permukaan laut,peralihan

musim yang panjang akan membuat jentik jentik nyamuk mudah

berkembang biak
22

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jenis jentik yang telah didapatkan di Danau UMI setelah melalui

pemeriksaan mikroskop adalah Aedes Aegypti.

2. Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki cirri-ciri ukuran tubuh yang

kecil, bentuk siphon besar dan pendek yang terdapat pada

abdomen terakhir, warna tubuh dibagian abdomen terdapat bintik-

bintik kemudian berwarna hitam dan bentuk comb seperti sisir.

B. Saran

1. Perlu diadakan pemeriksaan tiap minggu pada lokasi yang

berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk.

2. Perlunya pihak fakultas untuk menangani masalah arus listrik,

yang menghambat proses pada saat praktikum berlangsung.

22

Anda mungkin juga menyukai