Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)


merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau
tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal
dopamine deficiency). Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang
berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari
neuron dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi
intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada
parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus
basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf
otonom.

Anamnesis
Pada anamnesis perlu menanyakan identitas pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga serta riwayat obat-obatan. Pada penyakit Parkinson
biasanya ditemukannya keluhan pasien dengan keluhan tremor terutama pada saat istirahat, kaku,
gerakan melambat dan pada saat berjalan. Ditanyakan onsetnya sudah berapa lama, mulai sejak
kapan. Perlu ditanyakan juga apakah ada gangguan tidur atau tidak.1

1
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pada fisik pada Parkinson dengan melakukan pemeriksaan TTV (tanda –
tanda vital). Pemeriksaan neurologis yaitu pemeriksaan motorik pada pasien dengan inspeksi dan
palpasi pada ekstermitas untuk melihat apakah ada atrofi atau hipertrofi otot. Pemeriksaan gerak
pasif seperti rigidity dan cogwheel phenomena. Pemeriksaan gerak aktif juga dilakukan seperti
periksa deltoid, bicep, tricep, wrist flexion, wrist extension, ekstensi dan flexi jari – jari. Tes
keseimbangan juga dapat dilakukan seperti tes Romberg dan pemeriksaan telunjuk hidung untuk
melihat koordinasi.

Meminta untuk melakukan mencatat dan mengikuti kemampuan, penderita disuruh menulis
kalimat sederhana dan menggambarkan sesuatu dan menggambar lingkaran konsentrasi diatas
kertas dan kertas disimpan sebagai hasil untuk follow up berikutnya. Tekanan darah diukur
dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi hipotensi ortostatik. Menilai
respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan, menghitung surut
dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang san gat, berarti belum berespon
terhadap medikasi.1

Pemeriksaan Penunjang

1. EEG (elektroensefalografi) ditemukannya perlambatan yang progresif


2. CT Scan kepala ditemukan biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar serta
hidrosefalus eks vakuo).

Diagnosis

2
1. Diagnosis Kerja
a. Parkinson Primer
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan
usia. Penyebabnya tidak diketahui tetapi sering menyerang pada usia lanjut.
2. Diagnosis Banding
a. Parkinson Plus
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lentikularis ),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal
(parkinsonismus juvenilis).
b. Parkinson Sekunder
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler.
 iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin.
 lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang
pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
Etiologi

1. Idiopatik
2. Obat : phenothiazines, metoklopramide, dan MPTP (narkoba)
3. Lingkungan : Toksin : Herbisida, pestisida, CO
4. Penyakit neurologis lain : penyakit Wilson dan tremor esensial
5. Parkinsonisme familial

Epidemiologi
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum
usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun.2

Patofisiologi

3
Hal ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang
dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah
mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan.
Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan
serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi sewaktu program
gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan
involunter. Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus, putamen, palidum,
nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra, lokus seruleus).3
Secara sederhana penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi sebagai berikut :
1. Piramidal : kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek superfisial yang
abnormal
2. Ekstrapiramidal : didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
Parkinson terjadi oleh karena penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron di pars
kompakta substansia nigra sebesar 40-50% yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofil akibat
multifaktorial.
1. Teori ketidakseimbangan dopaminergik dengan kolinergik (saraf dopaminergik menurun dan
atau kolinergik meningkat maka akan timbul Parkinson).
2. Teori ketidakseimbangan jalur langsung (eksitasi) dan jalur tidak langsung (inhibisi) : (bila
jalur langsung meningkat maka akan timbul gejala hipokinesia (parkinson).

4
Gambar 1. Parkinson

Gambar 2. Substansia Nigra

Gejala Klinis

1. Gejala Motorik
a. Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai
suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson
adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta

5
melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor,
yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-
kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada
sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-
ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini
menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating
tremor).3
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang).
Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-
goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor
tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin
berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor
tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan
tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya
menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti
break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang
membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya
menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini
oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi
(cogwheel phenomenon).
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan
sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit
mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik

6
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa
ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan
berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya
sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila
berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti
topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
keluar dari mulut.
d. Flexed Posture
Kepala tampak mnunduk, badan terdorong kedepan, punggung dalam posisi kifosis,
lengan terletak didepan tubuh, dengan siku, panggul, dan lutut dalam posisi flexi.
2. Gejala non motorik
a. Disfungsi otonom2,3
 Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik.
 Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
 Pengeluaran urin yang banyak
 Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
 Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
 Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
 Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
 Gangguan sensasi,
 kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
 penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan
darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
 berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia).

Penatalaksanaan

7
1. Terapi Obat-obatan
a. Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala
dari penyakit Parkinson untuk mengaluskan pergerakan.
b. Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa
dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron
dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase).
Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya
dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan
benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-
Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
Levadopa dan Decarboxylase bisa dikombinasi dan mampu menembus sawar otak dengan
baik. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan
levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan
lama waktu pemakaiannya.Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan
saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat
aktifitas neuron di ganglia basal.3

Efek samping levodopa dapat berupa:


 Neusea, muntah, distress abdominal
 Hipotensi postural
 Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut.
Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi
jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
 Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka.
Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopa.

8
Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena
penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit.
Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
 Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah
yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
c. Agonis Dopamin
Agonis dopamin seperti bromokriptin , pergolid, pramipexol, ropinirol, kabergolin,
apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini
bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan
penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan
peningkatan gejala Parkinson.
d. MAOI (mono amin oksidase inhibitor)
MAO Inhibitor diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine
dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat
memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan
selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson.
Yaitu untuk mengaluskan pergerakan. Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan
dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan
dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-
amphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia. Kombinasi
dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat ini tidak bisa
diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah stomatitis. 3,5

2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau
latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan
penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik
yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar

9
selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan
makanan di dalam mulut.
Prognosis
Penyakit Parkinson bukan penyakit yang fatal tetapi berkembang secara progresif sesuai
dengan waktu serta tidak dapat diprediksi. Dengan terapi yang adekuat pasien dapat cukup lama
hidup produktif setelah didiagnosis. Angka harapan hidup penderita penyakit Parkinson
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan yang sehat.2,3,4

Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau
tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal
dopamine deficiency).

10

Anda mungkin juga menyukai