Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN KESEHATAN ILMU PERILAKU

Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan


dan Nifas pada Suku Dayak Sanggau,
Tahun 2006

Edy Suprabowo*

Abstrak
Menurut WHO, kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di berbagai negara di dunia dengan angka kematian rata-rata 400 per
100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Kalimantan Barat adalah 442 / 100. 000 kelahiran hidup berada di atas angka rata-rata dunia tersebut Tujuan
umum penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menganalisa praktek budaya masyarakat Suku Dayak Sanggau yang berpengaruh terhadap kehamilan,
kelahiran, dan nifas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pengambilan data dilakukan dengan metoda wawancara mendalam, diskusi kelompok ter-
arah, dan observasi. Analisis yang digunakan adalah analisi tema. Penelitian diadakan di wilayah kerja Puskesmas Sanggau pada bulan Mei 2006. dengan
informan ibu hamil, ibu nifas, bidan kampung dan ketua adat, dan ibu usia subur. Penelitian menemukan adanya bentuk praktek budaya yang memba-
hayakan dan mendukung terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas pada masyarakat Suku Dayak Sanggau. Praktek budaya yang membahayakan pada
kehamilan : anjuran bekerja keras, mengurangi tidur, mengangkat peranakan. Pada persalinan : pemeriksaan dalam, tempat persalinan di dapur, nyurung,
mencari badi melalui balian, pemotongan dan perawatan tali pusat, mengeluarkan tembuni dengan tangan, memandikan bayi dengan air sungai, memberi
minum air jahe ditambah tuak. Pada masa nifas: pantang makan, nyandar, dan hubungan seksual pada masa nifas. Praktek yang mendukung adalah pen-
dampingan suami saat istri melahirkan, pelayanan bidan kampung yang komperhensif.
Kata kunci : Praktek tradisional kehamilan, persalinan , delivery, nifas

Abstract
According to WHO data, maternal mortality is still the main public health problem in many developing countries with mortality rate of 400 per 100.000 live
birth. Maternal mortality rate in West Kalimantan Province is 442 per 100 000 live birth, higher than average mortality rate in developing countries. The
objective of this study is to identify and analyse cultural practices among Dayak Sanggau tribe relating to pregnancy, birth, and postpartum periods. This
study is a qualitative study employing in-depth interview, focus group discussion and observation methods. Analysis method employed in this study is the-
matic analysis. Study was conducted in Sanggau Community Health Center work area in May 2006 with pregnant mothers, postpartum mothers, village
midwife, head of cultural committee, and women at reproductive age. The study found that there were cultural practices which can either harm or support
healthy and safe pregnancy, delivery, and postpartum periods among the researched community. Harmful cultural practices during pregnancy period include
messages related to hard working, less sleeping time, and inappropriate uterus massage; during delivery: non sterile intravaginal examination, unclean place
of birth (in the kitchen), nyurung, finding badi through balian, non sterile umbilical cord cutting, and non sterile placenta extraction by hand, taking river water
for baby bathing, and give ginger water with local alcoholic beverage (tuak) to infant; during postpartum period: fasting, nyandar, and sexual intercourse at
postpartum period. The supportive practices include husband’s company during delivery and comprehensive service from village midwife.
Key words : Traditional practice, pregnancy, delivery, post partum.

* Kepala Puskesmas Sanggau, Kalimantan Barat

112
Suprabowo, Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang lembaga peradilan ini berbagai masalah sengketa internal
dihadapi berbagai negara di dunia terutama negara dan eksternal yang timbul di masyarakat dapat disele-
berkembang. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), saikan.7 Uraian di atas mengindikasikan bahwa ada
angka kematian ibu di seluruh dunia diperkirakan 400 pratek budaya di dalam masyarakat yang dapat memba-
per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan wilayah, di hayakan kehamilan, persalinan dan nifas.
negara berkembang 440/100.000 kelahiran hidup, di
Afrika 830/100.000 kelahiran hidup, di Asia, Metode
330/100.000 kelahiran hidup dan Asia Tenggara 210 Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
orang per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia termasuk metode pengumpulan data meliputi wawancara men-
dalam 13 negara penyumbang angka kematian ibu terbe- dalam, diskusi kelompok terarah (DKT) dan observasi
sar di dunia.1 Berdasarkan hasil SDKI tahun 2002-2003 langsung. Wawancara mendalam dilakukan terhadap: ke-
angka kematian ibu di Indonesia adalah 307/100.000 ke- tua adat, dukun beranak, ibu hamil dan ibu nifas serta
lahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target yang DKT pada ibu usia subur. Data kualitatif yang
ingin dicapai oleh pemerintah pada tahun 2010 sebesar dikumpulkan meliputi pengetahuan, kepercayaan, prak-
125/100.000 kelahiran hidup angka tersebut masih ter- tek bidan kampung pada persalinan, kehamilan, dan ni-
golong tinggi. Di Kalimantan Barat, angka kematian ibu fas. Observasi dilakukan terhadap praktek budaya
adalah 442/100.000 kelahiran hidup.2 Pada profil kese- masyarakat Suku Dayak Sanggau dalam proses persali-
hatan Kabupaten Sanggau tahun 2004, jumlah kematian nan dan gambaran keadaan wilayah secara umum.
ibu pada sarana kesehatan tercatat 20 orang, sedangkan Pengolahan data dimulai dengan melakukan pe-
kematian di luar sarana kesehatan tidak diketahui. Dari meriksaan terhadap kelengkapan hasil DKT maupun
medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau ke- wawancara mendalam. Selanjutnya, dilakukan pembua-
matian ibu bersalin tahun 2004 sebanyak 5 orang dan 4 tan transkrip data dari rekaman ke tulisan segera setelah
orang diantaranya dari suku dayak. pelaksanaan wawancara dan DKT. Setelah itu, data
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku de- dikelompokan sesuai dengan sub topik atau tema yang
ngan latar belakang budaya berbeda yang sangat mem- ditentukan, yang dilanjutkan dengan pengkodingan,
pengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat termasuk peringkasan informasi dan pembuatan matriks data.
perilaku kesehatan. Banyak praktek-praktek budaya yang Kemudian dilakukan penafsiran guna memberi makna
berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan pada berbagai kategori tersebut dan menemukan pola,
masyarakat, sehingga berisiko lebih besar untuk me- hubungan dan membuat temuan-temuan umum. Untuk
ngalami infeksi.3 Pada beberapa budaya, pantang makan validasi data digunakan triangulasi sumber, triangulasi
pada ibu hamil dapat berpengaruh terhadap asupan gizi.4 metoda dan analisa data yang dilakukan adalah analisa
Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah sangat tematik. Tema yang akan ditampilkan dalam pemba-
mempengaruhi kesehatan ibu. Di Nigeria, masyarakat hasan ini antara lain meliputi: (1) Istilah-istilah yang
yang berpengetahuan rendah akan pasrah pada sayatan berhubungan dengan proses kehamilan, persalinan, nifas
gishiri yang merupakan tindakan pembedahan pada vagi- dan kematian ibu pada masyarakat Suku Dayak Sanggau.
na yang dilakukan oleh dukun beranak pada kasus per- (2) Pengetahuan, kepercayaan dan persepsi pada
salinan macet.5 Persepsi masyarakat terhadap kematian masyarakat Suku dayak Sanggau tentang kehamilan, per-
ibu sebagian besar diwarnai oleh penyebab non medis salinan dan nifas. (3) Praktek-praktek budaya yang mem-
seperti: agama, kepercayaan dan faktor supranatural.6 bahayakan terhadap kehamilan, persalinan dan nifas pa-
Persepsi tersebut menyebabkan perhatian terhadap kese- da masyarakat Suku Dayak Sanggau. (4) Praktek-praktek
hatan ibu menjadi lebih rendah. Masyarakat akan budaya yang mendukung terhadap kehamilan, persalinan
bersikap pasrah jika dihadapkan pada ibu yang mengala- dan nifas pada masyarakat Suku Dayak Sanggau.
mi gawat pada saat hamil, melahirkan dan nifas.
Penduduk di Kabupaten Sanggau terdiri dari berbagai Hasil
suku dengan suku mayoritas adalah suku Dayak, Melayu Istilah setempat
dan Tionghoa. Masyarakat Suku Dayak Sanggau seba- Beberapa istilah lokal yang berhubungan dengan ke-
gian besar tinggal di daerah pedalaman yang sulit di- hamilan, persalinan, dan nifas pada masyarakat Suku
jangkau dengan alat transportasi baik darat maupun su- Dayak Sanggau antara lain adalah: Ngidam
ngai. Mata pencaharian suku ini sebagian besar adalah (ngeraah),kaki bengkak selama hamil (bosu,muntut),
petani dan buruh perkebunan, sedangkan tingkat pen- serotinus (kandung babi), keguguran (mulus, kelabuh),
didikan mereka masih sangat rendah, sebagian besar presentasi bokong (lipat kajang) presentasi kaki (turun
tidak tamat SD.7 Masyarakat Suku Dayak Sanggau masih tangga) (Lihat tabel 1) Praktek budaya pada kehamilan,
menjunjung tinggi adat istiadat yang terlihat pada ter- persalinan, dan nifas masyarakat Suku Dayak Sanggau
peliharanya hukum dan lembaga peradilan adat. Melalui pada dasarnya adalah tindakan atau kegiatan yang di-

113
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 3, Desember 2006

Tabel 1. Beberapa Istilah Lokal Terkait Kehamilan, Persalinan dan Nifas menyehatkan bayi dan ibunya, memperlancar proses per-
Istilah Setempat Arti
salinan, diungkapkan oleh informan ibu hamil sebagai
berikut:
ngeraah Ngidam “.. ya.. biar sehat bayinya dan juga ibunya lah ...”
bosu,muntut Kaki bengkak selama hamil
kandung babi Serotinus Pengetahuan masyarakat Suku Dayak Sanggau ten-
mulus, kelabuh Keguguran tang makanan yang sehat selama masa kehamilan dapat
lipat kajang Presentasi bokong dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu aspek jenis
turun tangga Presentasi kaki
dan aspek jumlah makanan. Dari segi jenisnya, makanan
yang dianggap sehat untuk ibu hamil adalah sayuran hi-
lakukan oleh masyarakat sebagai suatu upaya kesehatan jau, ikan dan daging, sebagaimana yang diungkapkan
diluar ilmu kedokteran. Pada penelitian ini praktek bu- oleh informan ibu hami sebagai berikut:
daya dilihat dari variabel pengetahuan, kepercayaan dan “... yang bagus tu.. sayur yang hijau-hijau macam
persepsi masyarakat Suku Dayak Sanggau termasuk daun ubi..”
praktek tradisional yang dilakukan oleh dukun bayi yang “... ikan kalau ada juga bagus”
lebih dikenal dengan bidan kampung. Dari segi banyaknya makanan yang dimakan
masyarakat Suku Dayak Sanggau sebagian besar berang-
Pengetahuan tentang Kehamilan gapan bahwa ibu hamil harus banyak makan, alasan
Pengetahuan tentang kehamilan mencakup tanda-tan- masyarakat karena makanan tersebut untuk dua orang
da kehamilan, pemeriksaan kehamilan, makanan, dan yaitu ibu dan bayinya, seperti yang dikatakan informan
obat-obat yang berpengaruh terhadap kehamilan. bidan kampung sebagai berikut:
Pengetahuan masyarakat Suku Dayak Sanggau tentang “.. ibu hamil tu harus banyak makan biar kuat kerja
tanda-tanda kehamilan bervariasi, umumnya mereka karena yang makan berdua ibu dan anaknya bah..”
menyebutkan “pembesaran perut” karena dalamnya ada Sehubungan dengan obat-obat yang diminum oleh
bayi yang disertai “ngeraah” (ngidam). Beberapa menye- ibu selama hamil, masyarakat Suku Dayak Sanggau tidak
butkan “tidak datang bulan” , “lemah badan”, “ pusing- mengenal obat-obat kampung dan selama masa kehami-
pusing” (sakit kepala) dan tidak ada nafsu makan, seper- lan mereka tidak berani meminum obat sembarang, de-
ti yang diungkapkan informan DKT ibu usia subur: ngan alasan takut mengalami gangguan pada janin mere-
“....tandanya perut besar ada anak kecil di dalam pe- ka. Umumnya para informan menyatakan bahwa obat
rut.....” yang diminum harus obat yang berasal dari bidan,
“....ngeraah, pusing-pusing...” “...nda beranilah minum obat sembarangan takut
“.... badan lemah nda ada nafsu makan..” nanti bayinya nda sehat..”
“...nda dapat min lagi..”
Pengetahuan masyarakat Suku Dayak Sanggau ten- Pengetahuan tentang Persalinan
tang pemeriksaan kehamilan yang bervariasi dapat Pengetahuan tentang persalinan meliputi: tanda-tan-
dikelompokan menjadi: ketersediaan tenaga, segi man- da persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,
faat dan sesuai kebutuhan (situasional). Dari segi keterse- kelainan selama persalinan, dan obat-obatan.
diaan tenaga masyarakat sebenarnya tahu dan mau Tanda-tanda persalinan yang diketahui oleh
memeriksakan kehamilan ke bidan. Pada umumnya masyarakat Suku Dayak Sanggau meliputi keluar lendir
mereka menyatakan selama hamil paling tidak harus darah atau calak, perut mulas, sakit pinggang, pecah air
memeriksakan kehamilan sebanyak 3-4 kali. Pemeriksaan ketuban atau piying ntutup. Menurut mereka, tanda-tan-
kehamilan ke bidan kampung biasanya dilakukan untuk da tersebut akan muncul ketika saat melahirkan sudah ti-
meluruskan letak bayi melalui teknik mengangkat kan- ba, yang biasanya terjadi pada usia kehamilan 9 bulan
dungan seperti hasil wawancara mendalam dengan in- dan 10 hari atau 40 minggu, seperti dinyatakan oleh in-
forman ibu hamil sebagai berikut: forman DKT ibu usia subur:
“... kame’ mau bah periksa ke bu bidan, tapi bu “...tandanya keluar calak, perut mulas....biasa umur
bidan bah jarang ada di sini jadi terpaksa kame nda 9 bulan 10 hari..”
periksa......biasa 3 sampai 4 kali bah kame’ periksa se- “...sakit pinggang gak, perut mulas trus keluar piying
lama hamil” ntutup..”
Beberapa informan juga yang menyatakan memerik- Hampir semua informan menyatakan bahwa peno-
sakan kehamilan mereka tidak secara rutin. long persalinan adalah dukun bayi yang mereka sebut
“...hamilkan sudah biasa jadi kalau nda sakit kame’ (bidan kampung). Setiap persalinan umumnya ditolong
nda periksa...” oleh tiga orang bidan kampung dengan tugas yang berbe-
Dari segi manfaat, masyarakat Suku Dayak Sanggau da, yang meliputi pendorong perut ibu, pemegang ibu
menganggap bahwa pemeriksaan kehamilan dapat dan penerima bayi.

114
Suprabowo, Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas

“... kalau kame’ disini dengan bidan kampung.... abis Pendapat masyarakat Suku Dayak Sanggau tentang
dekat gampang manggilnya” lama waktu setelah melahirkan ibu boleh beraktivitas ju-
“... kalau dengan bidan kampung semua diurus bayi, ga bervariasi. Ada yang berpendapat jika sehat ibu dapat
ibu dan tembuninya..” langsung bergerak, ada juga yang berpendapat setelah
“... biasa bertiga bidan kampungnya.. kan ada yang tiga hari baru boleh bergerak, tetapi sebagian besar
megang, ada yang ndorong ada gak yang nangkap menyatakan bahwa setelah melahirkan langsung dapat
bayinya..” melakukan aktifitas seperti biasanya, seperti yang di-
Sehubungan dengan tempat persalinan, semua infor- ungkap informan DKT ibu usia subur:
man menyatakan bersalin rumah sendiri ruangan bersalin “..tiga hari baru boleh jalan biar kuat”
yang bervariasi, ada yang menyebutkan di kamar dengan “..kalau saya langsung jak jalan yang penting kuat”
alasan supaya tidak dilihat banyak orang dan agar mudah Pendapat mereka tentang obat-obatan cenderung pa-
membersihkannya. Namun, beberapa informan menya- da ramuan tradisional yang diberikan oleh bidan kam-
takan bersalin di dapur, dengan alasan mudah member- pung seperti minuman yang terbuat dari campuran tuak,
sihkan karena air mudah diperoleh. Mereka membuat liak (jahe) dan gula. Tujuannya agar badan hangat se-
lobang pada lantai atau dialasi dengan plastik. Berikut hingga darah dan darah beku dapat cepat keluar dan air
pernyataan informan DKT ibu usia subur: susu lancar. Namun ada juga yang minum kopi supaya
“... Biasanya kalau melahirkan di kamar biar nda badan hangat dan tidak lemah. Selain minuman, mereka
malu...biasa dibuat lobang biar gampang member- juga memberikan bedak yang terbuat dari kunyit, liak,
sihkannya...” dan kencur pada perut ibu dengan tujuan agar kandu-
“...kalau kame di dapur biar gampang member- ngan cepat kembali muda, seperti yang dikatakan infor-
sihkannya kan banyak air...” man DKT ibu usia subur:
Pengetahuan masyarakat tentang kelainan yang terja- “.. kalau habis melahirkan dikasih minum air liak
di selama proses persalinan dapat dilihat dari aspek ke- dicampur tuak...biar badan panas..darah kotor cepat
sehatan dan kepatuhan. Dari segi kesehatan informan keluar”
menyatakan kelainan yang terjadi biasanya perdarahan “...iya biar badan panas dan air susu cepat keluar”
dan tembuni yang tinggal dalam rahim. “... minum kopi biar badan kuat nda lemah..”
“...biasanya tembuninya tinggal dalam perut..” Menurut masyarakat, makanan yang baik untuk ibu
“...perdarahan juga sering waktu melahirkan..” nifas adalah makan nasi dicampur garam dan sayur daun
Dari segi kepatuhan, menurut informan kelainan ter- bungkal, selain itu dapat ditambah ikan asin atau ikan
jadi akibat si ibu atau suaminya melanggar pantang yang teri.
biasa dipercayai masyarakat setempat. Seperti yang di- “....kalau habis melahirkan hanya makan nasi pakai
ungkap informan DKT ibu usia subur: garam dan daun bungkal”
“...bisa jak karena ibunya atau suaminya melanggar Masyarakat Suku Dayak Sanggau tidak mempunyai
pantang..” konsep hubungan suami istri setelah melahirkan yang je-
Masyarakat tidak pernah mengenal obat-obat yang di- las. Hubungan suami istri bisa dilakukan, seminggu, dua
gunakan selama proses persalinan, seperti yang minggu atau satu bulan setelah melahirkan, seperti
terungkap dari informan berikut ini. pernyataan informan DKT ibu usia subur berikut:
“... nda ada obat-obatan yang diberikan,... biasanya “...biasanya sebulan sesudah melahirkan..”
kalau tidak lancar dikasih minum air selusuh” “...kalau menurut saya dua minggu..”
“...seminggu gak boleh kalau suaminya mau gi-
Pengetahuan tentang Nifas mana..”
Pengetahuan masyarakat tentang masa nifas meliputi
aspek waktu, mobilisasi, obat-obat, makanan, dan Kepercayaan tentang Kehamilan
hubungan seksual. Kepercayaan masyarakat Suku Dayak Sanggau pada
Masyarakat Suku Dayak Sanggau tidak mengenal isti- saat hamil meliputi pantangan dan anjuran. Pantangan
lah nifas karena itu digunakan istilah masa setelah yang dilakukan masyarakat yang berhubungan dengan
melahirkan. Menurut masyarakat Suku Dayak Sanggau ibu hamil meliputi pantang makan dan pantang perbua-
lamanya masa nifas bervariasi ada yang menyatakan satu tan. Pantangan makan pada saat hamil menurut
minggu, dua minggu dan satu bulan mereka tidak tahu masyarakat Suku Dayak Sanggau tidak terlalu banyak
secara pasti berapa lamanya masa nifas, seperti diungkap mereka hanya melarang ibu hamil untuk tidak makan
informan DKT ibu usia subur sebagai berikut: daging binatang yang hidup didalam lobang seperti treng-
“... seminggu ..” giling, daging ular dan daging labi-labi (sejenis kura-ku-
“.. sebulan bah..” ra) dengan alasan takut kalau melahirkan akan susah
“...bisa gak dua minggu..” keluar (persalinan macet). Keyakinan tersebut didapat

115
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 3, Desember 2006

secara turun temurun dan harus ditaati agar tidak terke- makanannya seperti: daging rusa selama tiga bulan, da-
na badi (kualat atau dampak melanggar pantang), seper- ging ayam selama satu bulan, daging babi selama delapan
ti pendapat informan: hari, daging sapi satu bulan, telur satu bulan, sayuran
“...yang nda boleh makan daging labi-labi, ular, yang bersifat dingin juga satu bulan dan sayuran berbum-
tenggiling nanti kena badinya..anaknya susah lahir” bu satu bulan. Jika dilanggar maka bayi dan ibu akan
Pantangan perbuatan menurut masyarakat meliputi terkena badi, karena ibu yang habis melahirkan badan-
perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh suami nya bersifat dingin dan jika dimakan maka akan sakit.
maupun istri yang sedang hamil. Perbuatan yang tidak “..pantang untuk ibu habis melahirkan banyak nda
boleh dilakukan istri seperti duduk ditengah lawang boleh makan daging babi delapan hari, ayam sebulan,
(pintu), duduk di tangga, menjahit bantal, merendam sapi sebulan, ular setahun rusa tiga bulan pokoknya
pakaian, dan duduk diatas lesung. Pantangan yang tidak banyaklah..”
boleh dikerjakan suami adalah memasang pukat (jaring Anjuran yang diyakini baik untuk ibu yang habis
untuk menangkap ikan), memasang tajur (pancing), melahirkan adalah duduk nyandar (kaki lurus badan
mengisi peluru, menambal perahu, menangkap binatang nyandar didinding) selama satu bulan biar darah putih
yang hidup dalam lobang dan membendung parit (anak tidak naik ke kepala, takut jadi gila bisa juga buta.
sungai) dan sawah. Alasan dilakukan pantangan tersebut Makanan yang dianjurkan nasi putih dengan garam dan
agar ibu melahirkan dengan lancar, seperti yang disam- daun bungkal selama tiga hari
paikan informan ibu hamil: “..sebaiknya makan nasi dengan garam sayur daun
“....banyak pantangnya nda boleh duduk di lawang, bungkal ...tiga hari biasanya..”
duduk dilesung, menjahit bantal.....kalau suami nda
boleh najur, masang pukat....pokoknya banyak bah” Persepsi tentang Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Anjuran yang harus dipatuhi masyarakat Suku Persepsi masyarakat terhadap kehamilan, persalinan
Dayak Sanggau adalah ibu hamil harus banyak bekerja dan nifas adalah pandangan masyarakat terhadap bahaya
tidak boleh banyak tidur karena diyakini kalau banyak kehamilan, bersalin dan nifas juga pandangan terhadap
tidur bayinya akan lengket pada tulang belakang ibu se- kejadian kematian ibu. Masyarakat Suku Dayak Sanggau
hingga akan susah waktu melahirkan. mempunyai pandangan tersendiri terhadap bahaya ke-
“...kalau ibu hamil jangan banyak tidur harus hamilan, persalinan dan nifas. Menurut sebagian besar
banyak kerja, nanti bayinya lengket ke tulang belakang informan saat yang berbahaya adalah saat melahirkan
susah lahirnya” karena pada saat itu ibu bisa mengalami perdarahan, per-
salinan macet, sedangkan pada saat hamil dan nifas tidak
Kepercayaan tentang Persalinan berbahaya karena hamil dan nifas bersifat alami. Tetapi
Kepercayaaan masyarakat tentang pantang dan anju- ada sebagian kecil informan yang mengatakan bahwa
ran pada saat persalinan tidak sebanyak seperti pada saat hamil, bersalin dan nifas berbahaya. Menurut mereka pa-
hamil. Pantangan tentang makanan tidak ada, sedang da saat hamil jika ibu tidak sehat nantinya susah
pantang perbuatan biasanya untuk pihak suami yaitu melahirkan, sedangkan pada saat melahirkan bahaya jika
sama dengan pantangan waktu hamil. Anjuran yang terjadi perdarahan, partus macet. Pada masa nifas berba-
diyakini harus dilakukan adalah membuka semua yang haya karena badan lemah, demam.
tersumbat atau tertutup, misalnya membuka tutup tem- “..yang bahaya tu waktu melahirkan bisa mati, tapi
payan mengosongkan peluru dalam senapan, membuka kalu hamil sih nda..kan udah biasa perempuan hamil”
bendungan air sawah. Tujuannya adalah agar persalinan Sedang persepsi masyarakat terhadap kejadian kema-
lancar, seperti yang disampaikan informan ketua adat: tian ibu mereka berpandangan bahwa kalau ibu mati itu
“...nda ada pantangan lain sama jak waktu sudah ajalnya, sudah waktunya, mereka memandang
hamil..trus waktu mau melahirkan harus membuka se- dari sudut agama.
mua yang tertutup atau tersumbat macam tempayan trus “..itulah kalau mati sudah panggilan tuhan”
peluru dalam senapang juga harus dikeluarkan..” “..sudah sampai janjinya bah..”
Sedangkan persepsi mereka tentang penyebab kema-
Kepercayaan tentang nifas tian ibu bervariasi dari segi medis dan dari segi non
Kepercayaan masyarakat tentang pantangan dan an- medis. Dari segi medis mereka beranggapan kematian
juran pada saat nifas ditujukan pada ibu yang habis ibu disebabkan oleh perdarahan, sakit, sedangkan dari
melahirkan. Pantangan yang banyak berupa pantangan segi non medis mereka menganggap penyebabnya kare-
makan. Ibu yang baru melahirkan dipantang untuk tidak na hantu.
makan daging, telur, ikan, sayuran yang bersifat dingin “..biasanya akibat penyakit..”
seperti labu air, timun, perenggi (waluh), dan sayuran “..karena darah banyak keluar..”
berbumbu, lamanya pantangan tergantung dari jenis “..karena hantu..”

116
Suprabowo, Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Praktek Bidan Kampung ditenggelamkan di sungai atau digantung di pohon kayu


Praktek yang dilakukan oleh bidan kampung selama yang tinggi, seperti pernyataan berikut:
kehamilan adalah melakukan pengangkatan peranakan “... kalau emak tunggu 15 menit nda keluar, emak
(kandungan) untuk membetulkan letak janin dan pengu- masukkan tangan kedalam barang perempuan tu de-
rutan untuk membuat tubuh ibu merasa enak. Hal terse- ngan mengikuti tali pusat, dah itu baru tembuninya
but biasanya dilakukan tiga kali selama masa kehamilan. emak tarik....tembuninya dikerjakan dikasih garam
Seperti yang dikatakan informan berikut: terus digantung dipohon tinggi atau di tenggelamkan di
“...iya biasa kalau mereka periksa ke emak minta di- sungai..”
urut juga emak angkat peranakannya biar letak bayinya Dari observasi diketahui bahwa bayi yang baru lahir
benar....biasa tiga kali selama kehamilan” segera dimandikan dengan air di dalam ember. Setelah
Praktek yang dilakukan oleh bidan kampung selama itu, bayi dibungkus dengan kain dan diserahkan kepada
proses persalinan meliputi; pemeriksaan presentasi ibunya. Perut ibu diberi bedak yang terbuat dari kunyit
(letak) janin dengan memasukan tangan ke dalam vagi- dan liak yang ditumbuk agar ibu merasa hangat.
na; pertolongan mengeluarkan janin dengan mendorong Kemudian perut ibu dililit dengan kain setagen agar pera-
perut ibu atau nyurung, pemotongan dan perawatan tali nakan ibu cepat kembali normal. Setelah itu ibu diberi
pusat, membantu mengeluarkan tembuni dengan tangan minum tuak dicampur air rebusan jahe, agar darah kotor
(manual placenta). Bidan kampung memastikan letak cepat keluar dan merangsang keluarnya ASI (Air Susu
terendah janin dengan pemeriksaan dalam (vaginal Ibu). Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan infor-
touche). Pada saat pemeriksaan dalam, tangan dukun man DKT ibu usia subur.
tidak menggunakan sarung tangan kare dan suci hama “.. kalau habis melahirkan dikasih minum air liak
(strerilisasi). Tangan hanya dicuci dengan air yang dicampur tuak...biar badan panas..darah kotor cepat
dicampur daun sirsak, seperti dinyatakan oleh informan keluar”
bidan kampung sebagai berikut: “...iya biar badan panas dan air susu cepat keluar”
“....biasanya emak kalau ingin tahu kepala atau pan- Pada saat nifas praktek budaya yang dilakukan hanya
tat yang dibawah, caranya emak memasukkan tangan melakukan pengurutan pada ibu.
emak kedalam barang perempuan (vagina) tu...untuk
mencuci tangan emak memakai air ditambah dengan Pembahasan
daun sirsak” Istilah atau bahasa daerah setempat yang berhubu-
Praktek pertolongan persalinan tersebut dikonfir- ngan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas penting
masikan melalui observasi peneliti pada observasi prak- untuk diketahui dan diidentifikasi. Dengan memahami
tik pertolongan persalinan oleh bidan kampung. Dari istilah setempat secara benar akan mempermudah
hasil observasi, pertolongan persalinan dilakukan oleh melakukan pendekatan dan intervensi. Memahami istilah
tiga orang bidan kampung. Bidan kampung pertama setempat juga akan mengurangi hambatan dalam berko-
bertugas sebagai bidan utama yang mendorong bayi, munikasi dengan masyarakat, sehingga hal-hal penting
memotong dan merawat tali pusat; bidan kampung yang akan disampaikan dapat diterima secara utuh
kedua bertugas menerima bayi; bidan kampung ketiga
bertugas menenangkan dan memegang ibu. Bidan kam- Pengetahuan
pung utama mendorong perut ibu (nyurung) tanpa meli- Sebagian besar masyarakat Suku Dayak Sanggau
hat kelengkapan pembukaan kandungan. Tali pusat dipo- mempunyai pengetahuan tentang kehamilan yang tergo-
tong dengan menggunakan sembil (bambu) diatas balok long baik yang mendukung kesehatan ibu hamil.
kayu setelah tembuni lahir. Pemotongan harus dilakukan Pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan kemungki-
di atas mata tali pusat agar tidak terjadi perdarahan. nan di dapat dari inner proses yang merupakan akumu-
Setelah pemotongan, tidak dilakukan pengikatan. Ujung lasi pengalaman yang didapat sebelumnya. Pengetahuan
tali pusat dibubuhi kopi dan dimanterai oleh bidan kam- tentang pemeriksaan kehamilan sudah tergolong baik,
pung utama. Pada pangkal tali pusat juga diberi ramuan perilaku memeriksakan kehamilan pada bidan kampung
yang terdiri dari jelaga, daun nangka kering dan air ludah terjadi akibat tenaga kesehatan yang tidak tersedia.
bidan kampung yang makan sirih, dengan tujuan agar Dalam perilaku, ketersediaan tenaga merupakan faktor
tali pusat cepat lepas. enabling. 8 Namun, sebagian kecil masyarakat Suku
Hasil wawancara mendalam dengan bidan kampung Dayak Sanggau berpengetahuan yang membahayakan
diketahui bahwa jika setelah 15 menit placenta tidak kehamilan, yaitu menganggap tidak perlu memeriksakan
lahir, bidan kampung akan mengeluarkan placenta de- kehamilan jika tidak ada gangguan. Pengetahuan yang
ngan tangan yang tidak menggunakan sarung tangan. rendah tentang pemeriksaan kehamilan pada sebagian
Tembuni yang sudah keluar dibersihkan, diberi garam kecil informan disebabkan oleh kurang informasi dari
dan disimpan dalam keranjang bambu, kemudian petugas kesehatan ataupun media lainnya. Hal ini dise-

117
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 3, Desember 2006

babkan oleh petugas yang jarang di tempat serta sarana sudah tergolong baik, karena mereka beranggapan darah
informasi dan transportasi yang kurang. Pengetahuan se- keluar yang melebihi biasanya dapat membahayakan ke-
bagian besar masyarakat Suku Dayak Sanggau tentang selamatan ibu. Menurut mereka jika perdarahan terjadi
nutrisi untuk ibu hamil ternyata sudah tergolong cukup. maka mereka harus segera merujuk ke fasilitas kese-
Pengetahuan tersebut kemungkinan didapat secara turun hatan. Pengetahuan tersebut mungkin didapat dari
temurun, dan pengalaman sebelumnya yang didukung pengalaman-pengalaman sebelumnya. Selain itu,
oleh ketersediaan sumber makanan. Pengetahuan masyarakat Suku Dayak Sanggau tidak mengenal peng-
masyarakat tentang penggunaan obat-obatan selama gunaan obat-obatan selama proses persalinan, mereka
masa kehamilan sudah tergolong baik yang mungkin di- hanya mengenal air selusuh (air yang sudah dimantrai)
dapat dari pengalaman sebelumnya. untuk memperlancar proses persalinan. Penggunaan
Pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda persali- obat-obatan selama proses persalinan hanya boleh di-
nan meliputi keluarnya lendir bercampur darah atau lakukan oleh tenaga kesehatan. Pada proses persalinan
calak, perut mulas, sakit pinggang, pecahnya air ketuban pemberian obat dilakukan jika ada kelainan selama pro-
atau piying ntutup. Tanda-tanda tersebut akan muncul ses persalinan seperti pemberian oksitoksin pada induk-
jika saat melahirkan tiba, biasanya pada umur kehamilan si persalinan.9
9 bulan dan 10 hari atau 40 minggu. Fenomena yang Masyarakat Suku Dayak Sanggau tidak mengenal
mendahului permulaan persalinan adalah sekresi vagina konsep masa nifas, mereka tidak tahu berapa lamanya
bertambah banyak, ada lendir darah (bloody show), nye- masa nifas. Menurut meraka lamanya masa nifas tergan-
ri pinggang terus menerus, terjadi his (kontraksi uterus tung masing-masing kondisi ibu. Masa nifas dimulai sete-
yang menyebabkan rasa mulas). 9 Itu berarti bahwa lah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kan-
pengetahuan masyarakat Suku Dayak Sanggau tentang dungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
tanda-tanda persalinan tergolong baik. Pengetahuan nifas berlangsung kurang lebih enam minggu.12 Aktifitas
tersebut kemungkinan di dapat dari inner proses yang ibu nifas biasanya tergantung dari kondisi kesehatan ibu,
merupakan akumulasi dari pengalaman yang didapat se- ada yang beranggapan setelah tiga hari baru boleh ber-
belumnya. Pengetahuan tentang pilihan tenaga penolong aktifitas. Semakin cepat mobilisasi ibu semakin mengu-
persalinan pada bidan kampung sesuai dengan hasil rangi resiko terjadinya trombopleblitis. Ramuan tradi-
penelitian di Kabupaten Jayapura dan Puncak Jaya. sional yang diberikan pada masa nifas yang mengandung
Sebagian besar ibu meminta pertolongan persalinan pa- alkohol tidak baik bagi kesehatan ibu dan produksi
da dukun beranak dan teman sebaya.10 Di Kabupaten ASInya. Selain itu, pantang makan selama masa nifas
Sintang Kalimantan Barat sebagian besar masyarakat menyebabkan asupan gizi ibu menjadi berkurang dengan
memilih persalinan pada dukun beranak. Pilihan pada segala resikonya. Hubungan suami istri yang dilakukan
tenaga bidan kampung tersebut disebabkan oleh keter- pada masa nifas dapat meningkatkan resko demam nifas,
batasan tenaga tenaga bidan yang belum mencakup selu- hal tersebut disebabkan proses persalinan belum sembuh
ruh desa.11 sempurna.13
Pemilihan tempat persalinan di rumah tempat tinggal
di kamar tidur atau dapur karena pertimbangan merasa Kepercayaan
lebih familiar dan tidak perlu susah-susah membawa ibu Kepercayaan pada masa kehamilan yang berlaku pa-
keluar dari rumah. Masyarakat di Jayapura dan Puncak da masyarakat Suku Dayak Sanggau dapat dibedakan
jaya melaksanakan persalinan di rumah agar tidak susah atas pantangan dan anjuran. Pantangan pada ibu hamil
membawa keluar rumah dan lebih banyak keluarga yang meliputi pantang makan dan pantang perbuatan.
bisa membantu.10 Masyarakat juga memilih dapur seba- Pantangan makan ternyata tidak terlalu banyak, mereka
gai tempat melahirkan dengan alasan lebih mudah untuk hanya melarang ibu hamil untuk tidak makan daging bi-
membersihkannya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian natang yang hidup didalam lobang seperti trenggiling,
tentang konsep tata ruang bersih dan kotor pada suku daging ular dan daging labi-labi (sejenis kura-kura).
kerinci. Kelahiran dianggap sebagi proses yang kotor ma- Tujuan pantang tersebut selain takut akan terjadi ham-
ka proses tersebut harus dilakukan di ruang kotor yaitu batan pada persalinan juga takut kalau anak yang di-
dapur.3 Bagaimanapun, pemilihan dapur sebagai tempat lahirkan akan memiliki sifat seperti hewan tersebut.
persalinan akan meningkatkan resiko infeksi nifas dan in- Pantang tersebut secara langsung tidak berdampak pada
feksi pada bayi. kesehatan ibu. Pantangan yang ditujukan pada ibu dan
Menurut masyarakat, kelainan yang sering terjadi pa- suami bertujuan untuk memperlancar proses kehamilan.
da saat melahirkan meliputi kelainan yang bersifat medis Pantangan tersebut bersifat netral karena tidak berpe-
yaitu perdarahan dan retensio placenta (ari-ari yang ngaruh langsung terhadap kesehatan ibu. Anjuran pada
tertinggal dalam rahim), serta kelainan akibat melanggar ibu hamil meliputi pengurangan waktu dan banyak
pantang. Pengetahuan masyarakat tentang perdarahan melakukan pekerjaan sehari-hari yang seperti ke sawah,

118
Suprabowo, Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas

mencari kayu, menyadap karet. Hal tersebut bertujuan di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang yang
agar bayi dalam kandungan tidak lengket pada tulang be- menemukan bahwa kejadian kematian merupakan
lakang ibu sehingga mengalami kesulitan pada saat takdir.6 Cara pandang tersebut sangat berbahaya karena
melahirkan, dapat membahayakan kandungan dan kese- masyarakat akan bersikap apatis jika berhadapan dengan
hatan ibu. ibu yang dalam keadaan kritis, mereka tidak berusaha
Pada masa persalinan berlaku hanya anjuran perbua- untuk merujuk ke fasilitas kesehatan.
tan pada suami. Anjuran tersebut bertujuan untuk mem-
perlancar proses persalinan. Pantangan pada masa per- Praktek Budaya
salinan secara tidak berdampak langsung pada kesehatan Pada penelitian ini praktek budaya terhadap kehami-
ibu. Bidan kampung akan berupaya mengetahui pelang- lan, persalinan, dan nifas dapat di bagi menjadi praktek
garan pantang yang dilakukan oleh suami apakah selama budaya yang mendukung dan membahayakan. Praktek
kehamilan. Jika hal tersebut terjadi, maka suami wajib budaya tersebut didapat dari pengetahuan, kepercayaan,
menghilangkannya, misalnya membongkar kembali tam- persepsi dan tindakan yang dilakukan oleh bidan kam-
balan pada perahu. Kewajiban suami mendampingi istri pung pada masyarakat Suku Dayak Sanggau. Paktek bu-
saat melahirkan akan meringankan beban psikis istri se- daya yang membahayakan kehamilan adalah adanya an-
hingga merasa lebih tenang. juran selama hamil ibu harus tetap beraktifitas rutin.
Tujuan pantangan pada masa nifas untuk menjaga Masyarakat Suku Dayak Sanggau sebagian besar beker-
kesehatan ibu dan anak. Jika ibu melanggar pantang ja sebagai petani dengan ibu rumah tangga melakukan
makan daging dan telur sebelum waktunya, maka pekerjaan tersebut mendampingi suami. Porsi pekerjaan
anaknya akan menderita penyakit gatal-gatal dan hernia. wanita di ladang lebih berat daripada pria. Pada saat
Makanan yang dimakan ibu akan diteruskan ke anak hamil, hal tersebut tetap dilakuakn sehingga memperbe-
melalui air susu. Sedangkan jika pantang makan sayuran sar resiko aborsi pada trimester pertama dan lahir pre-
yang berjenis dingin akan menyebabkan ibu sakit yang matur pada trimester keempat. Padahal mereka seharus-
sesuai dengan konsep “panas dingin”. Makanan yang di- nya tidak melakukan pekerjaan yang terlalu berat.13
pantang pada dasarnya bernilai gizi tinggi yang sangat Teknik mengangkat peranakan yang dilakukan minimal
diperlukan oleh ibu. Pada saat nifas ibu dianjurkan untuk tiga kali selama masa kehamilan olah bidan kampung da-
makan nasi dengan garam, sayur daun singkong, dan pat membahayakan bagi keselamatan ibu dan janinnya.
daun bungkal. Makanan yang dianjurkan pada ibu nifas Tindakan tersebut dapat menyebabkan robeknya kan-
tersebut tampaknya bernilai gizi yang rendah. Dengan dungan (ruptur uteri) dan kematian janin.
demikian, pelaksanaan pantangan dan anjuran tersebut Pada masa persalian, banyak praktek budaya yang
maka akan berakibat pada penurunan asupan gizi ibu membahayakan kesehatan ibu dan bayinya. Penolong
berkurang, yang berpengaruh terhadap kualitas dan persalian yang dipilih adalah bidan kampung karena se-
kuantitas air susu ibu. Hal tersebut akan mempengaruhi lalu ada jika dibutuhkan. Pertolongan persalinan oleh
asupan gizi pada bayi dengan segala resikonya. Selain bidan kampung tentu akan berisiko kematian ibu tinggi.
itu, ibu nifas dianjurkan untuk nyandar yaitu dalam po- Meskipun terlatih, pertolongan dukun kampung terbuk-
sisi punggung tegak dan kaki lurus. Hal tersebut di- ti tidak menurunkan tingkat kematian ibu.15 Tindakan
lakukan selama sekitar satu bulan, tetapi ada yang ku- mengetahui letak terendah bayi (presentasi) dengan
rang dari itu. Hal tersebut bertujuan agar darah putih memasukkan tangan kedalam rongga vagina tanpa meng-
tidak naik ke kepala yang dapat menyebabkan ibu men- gunakan sarung tangan. Sebelum melakukan tindakan
jadi gila dan buta. Hal yang sama juga ditemukan pada tersebut bidan kampung mencuci tangan dengan air yang
penelitian pada masyarakat Sunda di Kabupaten dicampur daun sirsak. Tindak tersebut dapat
Sukabumi14 dan di Kabupaten Serang dan Pandeglang.6 meningkatkan resiko infeksi pada ibu dan janin.
Anjuran tersebut membuat ibu tidak beristirahat dengan Persalinan yang dilakukan di dapur tidak memenuhi azas
nyaman sehingga dapat mengganggu kesehatan ibu dan bersih alat, bersih tempat, ini akan memperbesar resiko
meningkatkan resiko tromboplebitis. terjadinya infeksi, terutama infeksi nifas.Untuk memper-
Sebagian besar informan beranggapan saat yang mudah proses persalinan bidan kampung melakukan
berbahaya adalah pada waktu ibu bersalin, sedangkan dorongan(nyurung) pada perut ibu (pundus uteri).
pada saat hamil dan nifas dianggap tidak berbahaya. Hal Tindakan tersebut sangat berbahaya karena dapat menye-
tersebut sangat membahayakan kesehatan ibu hamil dan babkan sobeknya rahim (ruptur uteri). Tindakan tersebut
ibu nifas karena mereka menganggap keadaan tersebut dilakukan tanpa mempertimbangkan kelengkapan pem-
normal, sehingga tidak ada upaya pencegahan. Persepsi bukaan kandungan. Tindakan tersebut dilakukan beru-
kematian sebagian besar informan lebih banyak dipan- lang-ulang sampai bayi lahir. Bidan kampung tidak
dang dari aspek agama yang merupakan takdir. Hal ini segera merujuk persalinan lama rumah sakit atau
sejalan dengan penelitian pada masyarakat Suku Sunda puskesmas. Biasanya mereka berusaha untuk mencari

119
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 3, Desember 2006

penyebab hambatan tersebut melalui teknik perdukunan sehingga gampang mengalami luka pada saat melakukan
(belian). Upaya tersebut dapat memperlambat rujukan hubungan suami istri. Pada saat kehamilan anjuran un-
sehingga membahayakan keselamatan ibu dan bayi. tuk tidak minum obat sembarangan dan anjuran untuk
Dari hasil observasi pemotongan tali pusat dilakukan periksa kebidan sangat mendukung kesehatan ibu dan
setelah placenta lahir, pemotongan dilakukan dengan janin. Suami wajib mendampingi istri akan membuat istri
menggunakan sembilu hal tersebut sejalan dengan tenang, dan segera dapat memberikan bantuan untuk
penelitian Hasil penelitian Giay10 alat pemotongan tali mencari pertolongan jika terjadi. Pelayanan bidan kam-
pusat pada masyarakat di Jayapura dan Puncak Jaya pung yang komprehensip akan memberikan kemudahan
adalah bambu, silet bekas, gunting steril, silet yang dire- dan kenyamanan ibu.
bus dengan kulit gaba-gaba. Pemotongan tali pusat sete-
lah placenta lahir dapat menyebabkan perdarahan pada Kesimpulan
bayi, sedangkan pemotongan dengan sembilu akan Sebagian besar informan mengetahui hal yang
meningkatkan resiko infeksi pada bayi. Pemotongan tali berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas
pusat dilakukan di atas mata tali pusat, yang diyakini seperti: tanda-tanda kehamilan, tanda-tanda persalinan,
tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak diper- pemeriksaan kehamilan, dan obat-obatan yang
lukan pengikatan. Ujung tali pusat yang telah dipotong berhubungan dengan ibu hamil, namun ada sebagian ke-
diberi kopi dan kemudian dilakukan mantera. Pangkal cil informan yang tidak memahami pentingnya memerik-
tali pusat diberi ramuan jelaga bercampur daun nangka sakan kehamilan, menurut mereka memeriksakan ke-
kering dan air ludah orang yang mengunyah sirih. hamilan hanya kalau ada kelainan saja. Tetapi semua in-
Praktek tersebut dapat menyebabkan infeksi pada masa forman tidak mengetahui konsep nifas. Akibat ketidak
neonatus. Apabila tembuni (plasenta) tidak lahir selama tersediaan tenaga menyebabkan masyarakat memerik-
limabelas menit, dilakukan penarikan dengan cara sakan kehamilannya ke bidan kampung. Semua infor-
memasukkan tangan ke dalam rahim mengikuti tali man juga berpendapat bahwa penolong persalinan
pusat. Praktek tersebut dapat menyebabkan robeknya adalah bidan kampung.
rahim dan meningkatkan resiko infeksi pada ibu. Setelah Semua informan mengetahui pantangan dan anjuran
memotong tali pusat, bayi dimandikan dengan air yang selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Pantangan sela-
diambil dari sungai hal ini dapat menyebabkan bayi ma kehamilan, persalinan, dan nifas ada yang dapat
mengalami hypotermi (suhu tubuh dingin) ini sangat membahayakan kesehatan ibu, seperti pantang makan,
berbahaya bagi bayi. Sedangkan ibu diberi minuman minum ramuan air jahe dicampur tuak setelah
tuak dicampur air jahe dengan tujuan untuk membuat melahirkan, anjuran jangan banyak tidur pada ibu hamil,
tubuh hangat, segar, dan melancarkan air susu. Padahal, anjuran makan nasi dengan garam dan daun bungkal dan
menurut panduan gizi selama kehamilan dan laktasi ibu anjuran nyandar pada ibu nifas. Namun banyak juga pan-
nifas sebaiknya tidak mengkonsumsi alkohol.16 tangan dan anjuran yang bersifat netral seperti tidak
Pantangan makan dan anjuran pada masa nifas dapat boleh duduk di depan pintu, duduk di tangga, merendam
menurunkan asupan gizi ibu yang akan berpengaruh ter- pakaian dan lain-lain. Tidak ditemukannya pantangan
hadap kesehatan ibu dan produksi air susu. Hal tersebut dan anjuran yang mendukung kesehatan ibu.
tidak sesuai dengan panduan yang menganjurkan untuk Sebagian besar informan berpandangan bahwa per-
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, salinan itu berbahaya sedangkan kehamilan dan nifas
sayuran yang banyak mengandung vitamin A, buah, dan tidak berbahaya. Bahaya persalinan menurut mereka per-
daging setiap hari serta banyak minum. Pada masa nifas darahan dan partus macet. Sebagian besar persepsi
ibu juga dianjurkan untuk nyandar yaitu duduk dengan masyarakat tentang penyebab kematian ibu adalah faktor
badan tegak bersandar kedinding dan kaki lurus, ini medis seperti perdarahan dan penyakit lain namun ada
bertujuan mencega darah putih naik ke kepala yang satu orang informan yang menyatakan penyebab diluar
dapat menyebabkan ibu gila dan buta. Ini sejalan dengan medis yaitu hantu dan satu orang informan tidak tahu.
penelitian di Kabupaten Serang dan Pandeglang yang Sedangkan kejadian kematian sebagian besar berpan-
menemukan hal yang sama. Posisi tersebut akan menye- dangan dari sudut agama, seperti sudah takdirnya.
babkan ibu merasa tidak nyaman sehingga istirahat ibu
menjadi terganggu, selain itu aliran darah menjadi tidak Daftar Pustaka
lancar yang berakibat pembengkakan pada kaki, dan ter- 1. WHO.a Maternal Mortality in 2000: Estimates Developed by WHO,
UNICEF and UNFPA Geneva: WHO, 2004
jadi tromboplebitis.6
2. BPS dan ORC. Macro Survei Demograpi dan Kesehatan Indonesia
Hubungan suami istri pada saat nifas boleh di- 2002-2003, Claverton, Maryland, USA: ORC Macro, 2003
lakukan, tergantung pada keinginan suami istri. Praktek 3. Adji Triana R Konsep Kebersihan dalam Proses Kelahiran dan
tersebut dapat menyebabkan infeksi pada masa nifas Perawatan Bayi di Desa Kemantan Kebalai, Kerinci. Jakarta: Fakultas
karena organ reproduksi wanita belum kembali normal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986 (skripsi
Sarjana Tak Diterbitkan)

120
Suprabowo, Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas

4. Anggorodi, Rina A. Pantangan Makan pada Orang Sunda di Kabupaten 10. Giay, Zakharias. Bidan di Desa Terpencil dan Hubungannya dengan
Subang. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Perbaikan Perilaku Kesehatan Maternal pada Masyarakat Lokal Papua
Indonesia, 1986 (Skripsi Sarjana Tak Diterbitkan) Studi di DAS Membrana Kabupaten Jayapura dan Puncak Jaya Propinsi
5. Royston, Erica and Amstrong, Sue. Preventing Maternal Deaths ter- Papua
jemahan.Pencegahan Kematian Ibu alih bahasa Farida Zaman. Jakarta: 11. Handanu, Sidig, W. Analisis terhadap Pemilihan Persalinan Pada Dukun
Binarupa Aksara, 1994 Bayi di Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Sintang Propinsi
6. Martha Evi, Madi Bayana C, Amelia Tiara, Zahara Rita, Narulitasari Kalimantan Barat, Jakarta: FKM-UI, 2001 (Tesis tidak diterbitkan)
Nurul, Achadi Endang, Ronsman Carine Menggali Hambatan dan 12. Bari Abdul S, Adriansz George, Hanifa Gulardi W, Waspodo Djoko.
Pendukung penyediaan dan Pemanfaatan Pelayanan Bidan di Desa di Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Ed
Masyarakat di Indonesia (Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten) I, Cet 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo, 2002
Jakarta: tidak di Publikasikan. 2006. 13. Wiknjosastro, H, Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi, Ilmu
7. Anyang Tambun. Eksistensi Hukum Adat dan Peradilan Adat di Kebidanan, Ed 3, Cet 7. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2005.
Kalimantan Barat. Disampaikan pada Sarasehan Menempatkan 14. Azwar Yuswardi. Studi Analisis Faktor Faktor tidak Langsung Penyebab
Peradilan Adat Kedalam Sistem dan Praktek Peradilan Formal di Kematian Ibu Bersalin di Kabupaten Sukabumi. Jakarta: FKM-UI, 1999
Indonesia Sanggau, 2003 (Tesis Tidak Diterbitkan)
8. Green, L. Health Promoting Planning, an Educational and 15. WHO.b Making Pregnancy Safer: The Critical Role of The Skilled
Environmental Approach, Mayfield Publishing Company 1991 Attendant; a join statement by WHO, ICM FIGO Geneva: WHO, 2004
9. Oxorn, Harry. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan, ter- 16. Institute of Medicine. Nutrition during Pregnancy and Lactation, an im-
jemahan, editor Hakimi. Jakarta: Yayasan Essensia Medica, 1996 hal: plementation guide, USA: National Academy of Sciences, 992 page 27-
83-104 29

121

Anda mungkin juga menyukai