Anda di halaman 1dari 12

Asuhan pada ibu Hamil dengan Malaria

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dinegara-
negara seluruh dunia, baik didaerah tropis maupun sub tropis, terutama dinegara berkembang
termasuk Indonesia. Malaria masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Indonesia, karena
tingginya angka kesakitan dan kematian pada usia produktif. Bahkan malaria yang
menyerang ibu hamil bisa menjadi ancaman bagi bangsa.
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit protozoa dari Genus plasmodium. Empat
spesies yang ditemukan pada manusia adalah Plasmodium Vivax, P. ovale, P. malariae dan P.
Falciparum. Badan kesehatan seduania (WHO) melaporkan tiga juta anak manusia meninggal
setiap tahun karena menderita malaria. Dan tiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria,
280 juta orang sebagai “Carrier” dan 2/5 penduduk dunia selalu kompak dengan malaria
(1,3,31).
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak
terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan dapat
disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum merupakan
parasit yang dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap morbiditas dam
mortalitas ibu dan janinnya (2,4,5).
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria
dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang
menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi densitas parasit
malaria berat (10).
Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil
umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil dari
berbagai tempat bervariasi antara 2-76% (6,13).
Berdasarkan hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan perlu mendapat
perhatian khusus. Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas pengaruh malaria
terhadap ibu dan janinnya serta kontrol terhadap malaria selama kehamilan.

II. Rumusan Masalah


a.Bagaimana Penanganan Penyakit malaria pada ibu hamil?
b.Bagaimana Pemberian Obat Malaria pada ibu hamil?
c.Bagaimana tanda-tanda ibu hamil terkena malaria?
d.Bagaimana pengaruh penyakit malaria terhadap janin dan ibu hamil?
III. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar Masyarakat dan bidan khususnya mengerti bagaimana dampak atau pengaruh
malaria terhadap keseatan ibu hamil.
b. Tujuan Khusus
- Agar dapat Memberikan konseling tentang bahaya malaria tersebut.
- Agar bidan mengerti penanganan penyakit malaria terhadap ibu hamil.
- Mengerti Obat apa yang harus kita berikan kepada ibu hamil.
IV. Manfaat
- Menambah wawasan pengetahuan mengenai penyakit malaria dan agar dapat memberikan
konseling kepada ibu hamil.

BAB II
TINJAUAN MATERI
A. Pengertian
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (WHO
1981). Empat spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah :

1. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka


kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang
meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozoitnya menginfeksi
sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi
penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
2. Plasmodium vivax. Spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah yang
muda (retikulosit), kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan oleh
plasmodium vivax.
3. Plasmodium malaria. Mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel darah
merah yang tua.
4. Plasmodium ovale. Predileksinya terhadap sel-sel darah merah mirip dengan
Plasmodium vivax (menginfeksi sel-sel darah muda). Ada juga seorang penderita
terinfeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara bersamaan.

Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksi. Infeksi campuran paling banyak
di sebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan plasmodium vivax atau
plasmodium vivax dan plasmodium malaria. Jarang terjadi infeksi campuran oleh tiga
spesies sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan
malarianya tinggi. Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.
falciparum dan P.vivax atau campuran keduanya, sedangkan P. malaria hanya ditemukan di
NusaTenggara Timur dan P. ovale ditemukan di Papua.
B. Gejala Klinis
Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu (disebut
paroksisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama sekali dari demam
(disebut periode laten). Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada penderita non-
imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala,
kehilangan nafsu makan, merasa mual di ulu hati, atau muntah. Masa tunas malaria sangat
tergantung pada spesies Plasmodium yang menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai
pada malaria falciparum, yang terpanjang pada malaria kuartana (Plasmodium malariae).
Masa tunas parasit malaria adalah 12 hari untuk malaria falciparum, 14 hari untuk malaria
vivax, 28 hari untuk malaria kuartana, dan 17 hari untuk malaria ovale. Malaria mempunyai
gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan splenomegali. Gejala yang klasik yaitu
terjadinya ’Trias Malaria’ secara berurutan ; periode dingin, periode demam, dan periode
berkeringat.

1. Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa
mekanisme terjadinya anemia adalah : pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan
eritropoiesis sementara, hemolisis oleh karena proses complement mediated immune
complex, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh
sitokin.
2. Splenomegali sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah tiga
hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa
merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.
3. Pola demam malaria. Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme, yang
berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak
serangan panas terjadi berbarengan dengan lepasnya merozoit-merozoit ke dalam
peredaran darah (proses sporulasi). Untuk beberapa hari pertama, pola panas tidak
beraturan, baru kemudian polanya yang klasik tampak sesuai spesiesnya. Pada malaria
falciparum, pola panas yang ireguler itu mungkin berlanjut sepanjang perjalanan
penyakitnya sehingga tahapan-tahapannya yang klasik tidak begitu nyata
terlihat.Suatu paroksisme demam biasanya mempunyai tiga stadium yang berurutan
sebagai berikut :

Stadium dingin/cold stage Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin.
Nadi penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari-jari sianotik. Kulitnya kering dan pucat,
penderita mungkin muntah dan pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung selama 15 menit-1 jam.
Stadium demam/hot stage Setelah menggigil/ merasa dingin, pada stadium ini penderita
mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan
sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa
mual atau muntah-muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa
sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 derajat celcius. Stadium ini
berlangsung selama 2-6 jam.
Stadium berkeringat/sweating stage, Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali,
sampai membasahi tempat tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan cepat,
kadang-kadang sampai di bawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat
terjaga, ia merasa lemah, tapi tanpa gejala lain. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.Sesudah
serangan panas pertama, terjadi interval bebas panas selama antara 48-72 jam, lalu diikuti
dengan serangan panas berikutnya seperti yang pertama; dan demikian selanjutnya. Gejala-
gejala malaria ’klasik’ seperti yang telah diuraikan tidak selalu ditemukan pada setiap
penderita, dan ini tergantung pada spesies parasit, umur dan tingkat imunitas penderita.
C. Pengaruh Malaria Selama Kehamilan
pada ibu
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada tingkat
kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah kehamilan). Ibu
hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat menderita malaria klinis
berat sampai menyebabkan kematian (4). Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan
kematian ibu hamil jarang dilaporkan (15). Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia
dipengaruhi paritas, sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama)
daripada multigravida (kehamilan selanjutnya) 2. Pada ibu hamil dengan malaria, gejala
klinis yang penting diperhatikan ialah demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan,
malaria berat lainnya.

Siklus hidup plasmodium dalam tubuh manusia

a. Anemia
Infeksi malaria akan menyebabkan lisis sel darah merah yang mengandung parasit sehingga
akan menyebabkan anemia hemolitik normokrom. Pada infeksi plasmodium falciparum dapat
terjadi anemia berat karena semua umur eritrosit dapat diserang. Eritrosit berparasit maupun
tidak berparasit mengalami hemolisis karena fragilitas osmotik meningkat. Selain itu juga
dapat disebabkan peningkatan autohemolisis baik pada eritrosit berparasit maupun tidak
berparasit sehingga masa hidup eritrosit menjadi lebih singkat dan anemia lebih cepat terjadi.
b. Sistem sirkulasi
Kerusakan endotel kapiler sering terjadi pada malaria falciparum yang berat karena terjadi
peningkatan permeabilitas cairan, protein dan diapedesis eritrosit. Kegagalan lebih lanjut
aliran darah ke jaringan dan organ disebabkan vasokonstriksi arteri kecil dan dilatasi kapiler,
hal ini akan memperberat keadaan anoksi. Pada infeksi plasmodium falciparum sering
dijumpai hipotensi ortostatik.
c. Edema pulmonum
Pada infeksi plasmodium falciparum, pneumonia merupakan komplikasi yang sering dan
umumnya akibat aspirasi atau bakteremia yang menyebar dari tempat infeksi lain. Gangguan
perfusi organ akan meningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi edema interstitial. Hal
ini akan menyebabkan disfungsi mikrosirkulasi paru. Gambaran makroskopik paru berupa
reaksi edematik, berwarna merah tua dan konsistensi keras dengan bercak perdarahan.
Gambaran mikroskopik tergantung derajat parasitemi pada saat meninggal.
d. Hipoglikemia
Pada wanita hamil umumnya terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang menyebabkan
kecenderungan hipoglikemia terutama saat trimester terakhir. Selain itu, sel darah merah
yang terinfeksi memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel darah normal.
e. Infeksi plasenta
Pada penelitian terhadap plasenta wanita hamil yang terinfeksi berat oleh falciparum
ditemukan banyak timbunan eritrosit yang terinfeksi parasit dan monosit yang berisi pigmen
di daerah intervilli. Disamping itu juga ditemukan nekrosis sinsisial dan proliferasi sel-sel
sitotrofoblas.
f. Gangguan elektrolit
Rasio natrium/kalium di eritrosit dan otot meningkat dan pada beberapa kasus terjadi
peningkatan kalium plasma pada saat lisis berat. Rasio natrium/kalium urin sering terbalik.
Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat, penimbunan parasit
di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun akibat infeksi
transplasental.b.
g. Malaria serebral
Malaria serebral merupakan ensefalopati simetrik pada infeksi Plasmodium falciparum dan
memiliki mortalitas 20-50%. Sejumlah mekanisme patofisiologi ditemukan antara lain
obstruksi mekanis pembuluh darah serebral akibat berkurangnya kemampuan deformabilitas
eritrosit berparasit atau akibat adhesi eritrosit berparasit pada endotel vaskuler yang akan
melepaskan faktor-faktor toksik dan akhirnya menyebabkan permeabilitas vaskuler
meningkat, sawar darah otak rusak, edema serebral dan menginduksi respon radang pada dan
di sekitar pembuluh darah serebral.
Pada janin
Malaria falciparum sangat berbahaya terutama pada trimester terakhir kehamilan diantaranya
adalah:
a. Kematian janin dalam kandungan.
Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat, penimbunan
parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun akibat infeksi
transplasental

b. Abortus
Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam tinggi
sedangkan abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat.
c. Persalinan prematur .
Umumnya terjadi sewaktu atau tidak lama setelah serangan malaria yang disebabkan oleh
febris, dehidrasi, asidosis atau infeksi plasenta.
d. Bayi berat lahir rendah
Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan berakibat terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
e. Malaria kongenital.
Plasenta merupakan barier utama dari parasit malaria, dan status kekebalan ibu berperan
menghambat transmisi tersebut. Oleh sebab itu pada banyak ibu-ibu yang non imun dan semi
imun terjadi transmisi malaria intra-uterin ke janin, sehingga menyebabkan penetrasi
langsung melalui villi chorion, separasi plasenta yang prematur, dan transfusi fisiologis darah
ibu ke sirkulasi darah janin di dalam uterus.

= Beberapa Sifat Perbandingan Dan Diagnostik Pada Empat Spesies Plasmodium Pada
Manusia.
Sifat falciparum P. vivax P. ovale P. malariae

Daur praeritrosit 5,5 hari 8 hari 9hari 10-15 hari


Hipnozoit - + + -
Jumlah merozoit 40.000 10.000 15.000 15.000
hati

Daur eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam


Eritrosit yg Muda dan Retikulosit dan Retikulosit Normosit
dihinggapi normosit normosit dannormosit
muda
Pembesaran - ++ + -
eritrosit

Titik-titik eritrosit Maurer Schuffner Schuffner Ziemann


(james)
Pigmen Hitam Kuning Tengguli tua Tengguli hitam
tengguli
Jumlah merozoit 8 – 24 12 – 18 8 – 10 8
Daur dalam 10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari
nyamuk pada 27°C

D. Penanganan Malarian pada ibu hamil


Infeksi malaria P. falciparum pada ibu hamil dalam trimester pertama kehamilan harus
dirawat dengan quinine (Kina). Setelah trimester II kehamilan maka ACT (amodiaquine dan
artesunat) akan digunakan untuk perawatan malaria.
Kombinasi artesunat-amodiaquin, mekanisme kerjanya dapat meningkatkan efikasi,
memperlambat resistensi, dapat membunuh parasit dengan konsentrasi yang tinggi dan
menurunkan penyebaran malaria. Terapi Terkini Malaria Falciparum menggunakan terapi
"artemisinin combination therapy (ACT)". Pedoman pengobatan malaria falciparum pada ibu
hamil dapat dilihat sbb. Pengobatan malaria falciparum pada kehamilan Trimester II dan III
Hari Jenis obat Jumlah tablet per hari
40-60 kg > 60 kg
Artesunat 3 4
H1
Amodiaquine 3 4
Artesunat 3 4
H2
Amodiaquine 3 4
Artesunat 3 4
H3
Amodiaquine 3 4
Sumber: Kebijakan penanganan malaria pada ibu hamil di daerah endemis (Depkes. RI, 2009)

Penggunaan obat-obat yang terdaftar sebagai antimalaria sudah diatur dan dibakukan
oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan daerah dan sensitivitas Plasmodium falciparum
terhadap obat-obat antimalaria. Artemisinin dipilih sebagai terapi kombinasi malaria yang
sangat penting saat ini karena kemampuan menurunkan parasitemia 10 kali lebih cepat
daripada obat-obat antimalaria lainnya: mempunyai efek samping yang minimal, tidak
ditemukan adanya efek toksis, terabsorbsi cepat secara oral, dapat diberi secara intravena dan
intramuscular dengan dosis pemberian dua kali sehari; dapat mengurangi karier gametosit
pada manusia. Walau telah tersedia obat pilihan namun dalam penanganan malaria, kesulitan
tidak hanya diawali dengan mendapatkan kepastian diagnosis dini tetapi juga sering diakhiri
dengan kegagalan pengobatan. Kegagalan pengobatan selain karena keterlambatan
mendapat pengobatan, juga karena ketidaktepatan regimen dan dosis obat yang
diberikan, serta kepatuhan penderita yang kurang memperhatikan pola minum obat
antimalaria.
Terdapat dua teori yang menjelaskan patogenesis infeksi malaria pada kehamilan, sbb.:
1. Teori sequestration: eritrosit yang terinfeksi terakumulasi di daerah pembuluh darah ibu
pada plasenta (ruang intervillous), sehingga mengakibatkan penurunan suplai makanan dan
oksigen ke janin dan meningkatkan resiko BBLR. Hal ini juga diperberat oleh status anemia
pada ibu sebagai akibat infeksi plasmodium pada eritrosit ibu.
2. Teori imunopathology: pada kehamilan normal respons imun selular (Th1) ditekan untuk
mencegah rejeksi oleh fetus. Infeksi malaria malah akan menstimulasi respons Th1 ini
sehingga menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Respons Th1 yang kuat selama
kehamilan juga terkait dengan anemia pada ibu, aborsi spontan, dan persalinan prematur.
Penyakit malaria ditandai dengan demam yang tinggi serta infeksi pada sel darah merah
(eritrosit) yang selanjutnya dapat menimbulkan anemia. Lalu, mengapa malaria memiliki
dampak yang serius pada kehamilan? Karena, setiap tahunnya lebih dari 30 juta
wanita di daerah endemis menjadi hamil. Kemudian malaria dalam kehamilan
memberikan kontribusi bagi terjadinya 2-15% anemia pada ibu hamil, 30% BBLR,
dan 3-5% kematian neonatus. Pada primigravida biasanya tidak memiliki imunitas
terhadap malaria dan sangat suseptibel. Namun pada daerah dengan transmisi malaria yang
tinggi, multigravida memiliki imunitas terhadap infeksi malaria dan mendapatkan
perlindungan pada kehamilan berikutnya. Sedangkan pada daerah dengan transmisi malaria
yang rendah, multigravida biasanya jarang terpapar dan tidak memiliki kekebalan.Kekebalan
multigravida di daerah dengan transmisi malaria yang tinggi disebabkan oleh resirkulasi dari
T-limfosit dari pembuluh darah intervillus menuju jaringan limfoid lokal yang selanjutnya
memfasilitasi imunitas lokal dimaksud. Komplikasi maternal pada daerah endemik mencakup
anemia, febrile illness, dan placental sequestration. Sedangkan komplikasi pada daerah non-
endemik mencakup resiko tinggi untuk menderita malaria cerebral, risiko kematian yang juga
tinggi, anemia, hipoglikemia, oedem paru, dan gagal ginjal.Sedangkan komplikasi pada janin
di daerah endemis meliputi BBLR, IUGR, dan pada daerah non-endemik meliput abortus
spontan, persalinan preterm, BBLR, dan malaria kongenital.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit parasit yang resikonya lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan
dengan mereka yang tidak hamil, terutama selama kehamilan pertama yang dapat
menyebabkan infeksi plasenta, abortus, meninggal dalam kandungan, anemia dan berat badan
lahir rendah. Pengaruh utama malaria selama kehamilan adalah terutama pada ibu dan
janinnya.
- Pada ibu dengan infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi komplikasi berat seperti
demam, anemia, hipoglikemia, malaria otak, edema paru merupakan yang utama
mempengaruhi wanita-wanita dengan kekebalan rendah.
- Pada malaria plasenta dapat menyebabkan kematian janin, abortus, hiperpireksia, prematuritas
dan berat badan lebih rendah.
Kontrol malaria selama kehamilan dapat dilakukan secara kemoprofilaksis, kemoterapi,
mengurangi kontak dengan vektor dan vaksinasi.
B. Saran
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Malaria adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu :
 Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di
dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
 Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke
tempat itu untuk bertelur.
 Menimbun / mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan
dijadikan tempat nyamuk bertelur.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL 24 MINGGU


Asuhan Kebidanan pada Ny “F” 25 th G1 P0 A0 Ah0
dengan Penyakit Malaria DI BPS LULU

NO. REGISTER : 2010101050


PENGKAJIAN DATA, Oleh : Bidan Lulu
Tanggal/jam : 5 Desember 2010/10.00 WIB
SUBYEKTIF
Biodata Istri Suami
1. Nama : Ny.Y TN.A
2. Umur : 25 tahun 30 tahun
3. Agama : Islam Islam
4. Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/Indonesia
5. Pendidikan : S1 PGSD DIII-Ekonomi
6. Pekerjaan : Guru SD PNS
7. Alamat : Jl.Pemuda no 30 Bantul Jl. Pemuda no.30 Bantul
8. No.Telp : 081381860755 08156980244
- Alasan Kunjungan saat ini: Ibu ingin memeriksakan kehamilan dan karena
jadwal kunjungan ulang.
- Riwayat Menstruasi : HPMT : 20 Juni 2010 HPL : 27 Maret 2011 Menarche
umur 13 tahun, siklus 28 hari, lama 7 hari, banyaknya 150 cc, sifat darah khas, keluhan tidak
ada
- Riwayat Perkawinan : Menikah umur 23 tahun, pernikahan ke 1 lama pernikahan 1 tahun.
Menikah syah.
- Riwayat kehamilan ini :
a) Tanda-tanda kehamilan: ibu mengatakan sudah 1 bulan tidak haid, kemudian dilakukan PP
test dan hasilnya (+) pada tanggal 1 Agustus 2010
b) Pergerakan janin pertama : pada usia kehamilan 20 minggu ibu mengatakan sudah
merasakan ada gerakan janin.
c) Keluhan yang dirasakan selama hamil dan penanganannya :
- TM I : mual, muntah, pusing,
- TM II : menggigil, sakit kepala ,lesu,demam, pucat, muka merah, kulit panas dan kering,
nyeri kepala, muntah-muntah,
- TM III : -

d) Imunisasi
TT I tanggal : 20 September 2010
TT II tanggal : 20 Oktober 2010
e) Konsumsi Fe

Riwayat Obstetri : G1 P0 A0 Ah0


Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Persalinan Nifas
ke - Lahir Umur Jenis penolong kompl JK BB Laktasi Kompli
kehamilan persalina ikasi lahir kasi
n
Ini - - - - - - - - -

7.Riwayat Konstrasepsi
No. Jenis Pasang Lepas
kontrasepsi Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
- - - - - - - - - -
9. Riwayat Kesehatan
- Penyakit yang pernah di derita oleh ibu dan suami : Ibu mengatakan sebelumnya belum
pernah menderita penyakit apapun, tetapi sekarang ini ibu menderita penyakit malaria.
Suami tidak pernah menderita penyakit apapun.
- Penyakit yang pernah diderita oleh keluarga : ibu mengatakan Keluarga ada yang menderita
anemia dan hipertensi
- Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
a) Pola Nutrisi
Makan : 3 kali sehari, porsi sedang, jenis nasi,sayur, lauk pauk, dan buah keluhan:-
Minum : 8 kali sehari, 1 gelas, jenis air putih, teh, susu
b) Pola eliminasi
BAB : 1 kali sehari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas, keluhan tidak
ada.
BAK : 5 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas, keluhan tidak ada.
c) Pola istirahat : 7 jam per hari, keluhan kadang susah tidur
d) Pola Seksualitas: 2 kali seminggu, keluhan kadang terasa sakit
e) Personal Hygiene: mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, mencuci rambut 3 kali
seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari
f) Pola aktivitas : Ibu melakukan kegiatan sehari-hari seperti memasak, menyapu, mencuci dan
melakukan jalan-jalan pagi.
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
a) Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok, tetapi suami merokok
b) Minum Jamu : Ibu mengatakan tidak pernah minum jamu-jamuan.
c) Minum-minuman beralkohol dll : Ibu mengatakan tidak pernah minum-minuman beralkohol
12. Riwayat Psikososialspiritual dan ekonomi :
- Ibu, suami dan keluarga senang dengan kehamilan ini
- Kelurga mendukung kehamilan ini
- Ibu mengikuti kegiatan arisan, pengajian dan PKK di desa
- Ibu mengerjakan sholat 5 waktu
- Ibu berencana akan memberikan ASI eksklusif
- Ibu berencana akan melahirkan di BPS Yana
- Ibu akan merawat bayinya sendiri, dibantu suami
- Ibu sudah mempersiapkan biaya persalinan
12.Hewan peliharaan dan keadaan lingkungan : Di rumah ibu memelihara ayam dan
itik, lingkungan tempat tinggal ibu bersih, aman dan nyaman

OBYEKTIF
I.Pemeriksaan Umum
1.Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Komposmentis
2.Vital Sign
a) Suhu : 38,5 0C
b) Nadi : 80 kali /menit
c) TD : 150/100 mmHg
d) Respirasi : 20 kali / menit
3. Antopometri
a) BB sebelum hamil: 50 kg BB selama hamil : 60 kg
b) TB : 155 cm
c) LILA : 23 cm
II. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe
Rambut : hitam, bersih, tidak rontok
Wajah : pucat, tidak ada edema, ada kloasma gravidarum
Hidung : tidak ada polip, tidak ada perdarahan
Mulut : bersih, tidak ada luka
Bibir : tidak ada stomatitis, pucat
Gigi : tidak ada karises
Lidah : tidak ada stomatitis, bersih
Gusi : tidak berdarah,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan pelebaran vena jugularis.
Telinga : simetris, tidak ada serumen, bersih
Payudara : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada pembekakan
Puting : menonjol, tidak lecet
Pengeluaran : belum ada kolostrum
Areola : Bersih, hiperpigmentasi
Abdomen : Simetris, tidak ada bekas luka, pembesaran sesuai umur kehamilan,ada linea nigra
Pemeriksaan Palpasi Leopold :
Leopold I : Fundus terisi bagian yang lunak kurang melenting dan kurang bundar kesimpulan bokong.
Leopold II : Teraba keras, mendatar seperti papan di sebelah kiri kesimpulan punggung kiri.
Leopold III : Perut bagian bawah teraba bulat, keras, melenting. Kesimpulan presentasi kepala.
Leopold IV :
TFU : setinggi pusat, 24 cm di atas sympisis
DJJ : 120/ menit
TBJ : ( TFU-12) x 155 = (24-12) x 155 = 12 x 155= 1860 gram
Genitalia : tidak ada odem, tidak ada varises,
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada oedem, jumlah jari normal
Pemeriksaan Panggul Luar :
Distansia Spinarum : 24 cm ( normal = 23-26 cm)
Distansia kristarum : 27 cm ( normal = 26-29 cm)
Distansia Boudelogue : 19 cm ( normal = 18-20 cm)
Lingkar Panggul : 83 cm (normal : 80-90 cm)
III. Data Penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal : 3 Desember 2010
Hasil : (+) Positif, terkena malaria dengan Hb : 10 gr %
b. Pemeriksaan Penunjang lain : USG/ foto Rontgen, hasil tidak dilakukan
c. Catatan Medik Lain :-

ASSESMENT :
Ny “ F” usia 25 tahun G2 P1 A0 Ah1usia kehamilan 24 minggu dengan penyakit malaria
PLANING : tanggal : 5 Desember 2010 Pukul : 10.00 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
TD : 150/100 mmHg
Suhu : 38,50 C
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
2. Menganjurkan kepada ibu untuk
 Memperbanyak istirahat di rumah agar ibu tidak terlalu kecapaian
 Memperbaiki status gizi ibu dengan menerapkan gizi seimbang yaitu terdiri dari, sumber
tenaga (karbohidrat), sumber vitamin dan mineral ( buah dan sayur). Sumber tenaga ( lauk
pauk baik nabati maupun hewani), dan susu, serta memilih makanan mudah cerna.
Ibu mengerti dan melaksanakan apa yang dikatakan bu bidan
3. Memberikan susu ibu hamil untuk memperbaiki status gizi ibu hamil
Ibu mengerti apa yang disampaikan bidan
4. Menyiapkan orang untuk donor darah jika sewaktu-waktu diperlukanPerlindungan pribadi
untuk mencegah kontak dengan vektor, misal : pemakaian kelambu.

5. Pemeriksaan hemoglobin dan parasitologi malaria setiap bulan.


6. Pemberian tablet besi dan asam folat serta imunisasi TT lengkap
7. ibu hamil dengan malaria, pada kunjungan ANC pertama diberi pengobatan dosis
terapeutik anti malaria

Memberikan Suplemen besi : 300 mg sulfas ferrosus (60 mg elemen besi)/hari, dan 1
mg folic acid/hari. Untuk pengobatan anemia moderat (Hb 7-10 g/dl) diberikan dosis besi 2x
lipat.Periksa Hb setiap kali kontrol.

Ttd

Bidan Lulu

Anda mungkin juga menyukai