Anda di halaman 1dari 10

PENGUKURAN ERGONOMI DENGAN SKALA RULA

(RAPID UPPER LIMB ASSESMENT)

A. Definisi Rula

Rula merupakan sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas
kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas upper limb (Adrian, 2013).

Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan 3 tabel skor dalam menetapkan evaluasi
factor resiko. Faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini yang telah di deskripsikan oleh
McPhee’ sebagai factor beban eksternal (external load faktor) yang meliputi:

 Jumlah gerakan,
 Kerja otot statis,
 Gaya,
 Tenaga/kekuatan,
 Penentuan postur kerja oleh peralatan, dan
 Waktu kerja tanpa istirahat.

B. Tujuan dari metode RULA adalah:

 Menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan


 Mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat
kerja
 Memberikan hasil yang dapat dimasukkan dalam penilaian ergonomic yang luas
 Mendokumentasikan postur tubuh saat kerja dengan ketentuan :
- Tubuh dibagi menjadi 2 group yaitu A (Lengan atas dan bawah, pergelangan tangan)
dan B (Leher, Tulang belakang, dan Kaki)
- Jarak pergerakan dari setiap bagian tubuh diberi nomer
- Scoring dilakukan terhadap kedua sisi tubuh, kanan dan kiri

1
C. Langkah-langkah dalan melaksanakan Analisa postur kerja

 Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan gambar


 Observasi dan pilih postur yang akan dianalisis
 Scoring and recording the posture (lihat table scoring)
 Action level (lihat table action level)
 Analisa postur
 Saran perbaikan

2
Sistem penilaian untuk postur dari bagian tubuh yang dianalisis atau the rula scoring sheet dapat dilihat
pada gambar berikut :

3
A. Arm and Wrist Analysis

1. Step 1 : Upper Arm Score


Skor posisi lengan bagian atas, kemudian sesuaikan kondisi berikut :
a. Nilai 1 atau 2 = Action Level 1
Untuk rentang ini postur kerja dapat bernilai 2 atau kurang untuk setiap grup dan
nilai konstraksi otot serta gaya sebesar 0. Rekomendasi: risiko pekerja terkena
factor-faktor risiko relative rendah dan dianggap masih dapat diterima, selama
pekerja tidak berada terlalu lama atau berulang-ulang pada kondisi tersebut.

b. Nilai 3 atau 4 = Action Level 2


Postur kerja berada di luar rentang aman, atau postur kerja sebenarnya masih
dapat diterima namun ditandai adanya gerakan repetitive, kontraksi otot statis,
atau pengeluaran gaya yang signifikan. Rekomendasi: diperlukan analisis lebih
lanjut dan perubahan mungkin dibutuhkan,

4
c. Nilai 5 atau 6 = Action Level 3
Postur kerja berada di luar rentang aman. Gerakan repetitif dan/atau kontraksi
otot statis dibutuhkan, dan mungkin diperlukan pengeluaran gaya yang
signifikan. Rekomendasi: analisis lebih lanjut dan perubahan dibutuhkan segera.
d. Nilai 7 = Action Level 4
Postur kerja berada di luar rentang aman, gerakan repetitif dan/atau kontraksi
otot statis dibutuhkan, dan mungkin diperlukan pengeluaran gaya yang
signifikan. Rekomendasi: analisis lebih lanjut dan perubahan dibutuhkan sangat
segera.

Skor di sesuaikan dengan kondisi berikut :


a. Apabila bahu terangkat : +1
b. Apabila posisi lengan bagian atas menjauhi tubuh : + 1
c. Apabila lengan tertopang atau operator bersandar : -1

2. Step 2 : Lower Arm Position


Apabila salah satu tangan bergerak hingga melintasi garis tengah atau melewati sisi
tubuh beri tambahan skor + 1.

3. Step 3 : Wrist Position


Apabila pergelangan tangan bengkok kesamping melebihi batas garis tengah beri
tambahan skor +1.

4. Step 4 :
Apabila pergelangan tangan terpelintir hingga batas tengah tambah +1 dan +2
pergelangan tangan terpelintir mendekati batas akhir.

5. Step 5 :
Gunakan skor dari langkah 1-4 untuk menghitung skor pada Table A.

5
6. Step 6 :
Untuk penggunaan otot (Muscle Use) apabila didominasi postur statis (statis > 10
menit) atau aktivitas dilakukan 4x per menit di tambahakan skor +1.

7. Step 7 :
Untuk muatan dengan menyesuaikan kondisi berikut :
a. Apabila muatan < 4.4 lbs (2 kg). (sejenak)
b. Apabila muatan 4.4 s/d 22 lbs (2-10kg). (sejenak)
c. Apabila muatan 4.4 s/d 22 lbs (2-10 kg). (statis atau berulang-uang)
d. Abaila muatan lebih dari 22 lbs (2-10kg). atau berulang-ulang atau terguncang

8. Step 8 :
Gunakan skor dari langkah 5-7 untuk menghitung skor wrist/arm.

6
9. Step 9 : Neck Position
a. Apabila leher terpelintir : + 1
b. Apabila leher miring ke samping : +1

10. Step 10 : Trunk Position


a. Apabila Rotasi trunk : + 1
b. Apabia trunk ke samping : + 1

11. Step 11 :
Untuk posisi kaki baik/ tertopang dengan skor 1, bila tidak +2.

12. Step 12 :
Untuk menghitung skor pada Table B darai langka 9-11.

13. Step 13 : Muscle Use Score


Untuk penggunaan otot (Muscle Use) apabila didominasi postur statis > 10 menit atau
aktivitas dilaukan 4 x per menit tambah skor +1.

14. Step 14 : Force / Load Score


Untuk muatan dengan menyesuaikan kondisi :
a. Apabila muatan < 4.4 lbs (2 kg). (sejenak)
b. Apabila muatan 4.4 s/d 22 lbs (2-10kg). (sejenak)
c. Apabila muatan 4.4 s/d 22 lbs (2-10 kg). (statis atau berulang-uang)
d. Abaila muatan lebih dari 22 lbs (2-10kg). atau berulang-ulang atau terguncang

15. Untuk menghitung skor Neck, Trunk, dan Leg gunakan skor dari langkah 12-14.

7
16. Hitung skor final RULA menggunakan Table C

Action Level Skor Tindakan


1 1 atau 2 Bisa diterima jika tidak
dipertahankan atau tidak
berulang dalam periode
yang lama.
2 3 atau 4 Diperlukan pemeriksaan
lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-
perubahan.
3 5 atau 6 Pemeriksaan dan
perubahan perlu segera
dilakukan.
4 7 Kondisi ini berbahaya
maka pemeriksaan dan
perubahan diperlukan
dengan segera (disaat itu
juga).

8
ANALISIS GERAK ERGONOMI

Nama Responden : Muhammad mukhsin

Umur : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Pekerjaan : Rekam Medis Siloam Hospitals

9
Kesimpulan hasil pengukuran:

Jadi nilai yang di dapat pada hasil pekerjaan responden diatas adalah: kategori
nilai 4. Nilai 3 sampai 4 termasuk action level 2, postur kerja berada pada rentan
aman. Namun ditandai gerakan repetitive kontraksi otot statis memerlukan analisis
lebih lanjut dan perubahan mungkin dibutuhkan

10

Anda mungkin juga menyukai