PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah satu pendapat menyatakan bahwa kesadaran sebagai orang Betawi pada awal
pembentukan kelompok etnis ini belum mengakar kuat. Dalam kehidupan sehari – harinya,
mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat asal tinggal mereka, sperti
Orang Glodok, Orang Senen, atau Orang Tanah Abang. Diitupan dari Prof Dr Parsudi
Suparlan – Antropolog Universitas Indonesia.
Menurut salah satu tokoh masyarakat Betawi berpendapat bahwa orang Betawi tidak
hanya mencakup masyarakat campuran benteng Batavia, tetapi juga mencakup penduduk di
luar benteng Batavia tersebut yang biasa disebut dengan masyarakat proto Betawi. Penduduk
lokal di luar benteng Batavia tersebut telah berbahasa melayu yang biasa digunakan oleh
masyarakat Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional kita.
Pengakuan terhadap orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan
sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni “Hindia Belanda”, baru muncul pada
tahun 1923. Saat Husni Thamrin , tokoh masyarakat Betawi mendirikan “Perkoempoelan
Kaoem Betawi”. Baru pada waktu itu segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah
golongan, yakni golongan orang Betawi.
Tidak lah salah jika banyak kebudayaan Indonesia yang lahir dari masyarakat Betawi, ini
dikarnakan ke-aneka ragaman yang dimiliki oleh masyarakat Betawi ini. Tetapi sangat lah di
sayangkan bahwa masyarakat Betawi saat ini kurang bahkan tidak mengenali lebih dalam
kebudayaan asli yang diturunkan oleh dari nenek moyang mereka sendiri. Dan sangat lah
memperihatinkan jika masyarakat Betawi ini tidak mencintai, karna jika mereka tidak
mencintai kebudayaan mereka sendiri tidak lah menutup kemungkinan kebudayaan asli
masyarakat Betawi itu sendiri.
Masyarakat atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa di
masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang
menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang digunakannya, dan juga
kebudayaan melayunya adalah kebudayaanya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata
“Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila
diteliti secara sruktur, poses dan pertumbuhan social Suku Betawi mulai dari sejarahnya,
bahasa, kepercayaan, profesi, perilaku, wilayah, seni dan budayanya.
2. TUJUAN PENULISAN
ISI
Di tanah betawi terdapat banyak jenis seni musik yang dapat kita jumpai, dan mempunyai
sejarahnya masing-masing.
Yang pertama adalah Gambang Kromong, sejarah musik betawi yang satu ini awalnya
dipengaruhi oleh beberapa unsur dari musik cina, yaitu dengan digunakannya alat musik
gesek berpa Kongahyan, Tehyan dan Skong. Sedangkan alat musik betawi sendiri yang
digunakan dalam gambang kromong seperti gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang
kempul dan juga gong. Awal mula terbentuknya musik gambang kromong tidak lepas dari
seorang pimpinan golongan Cina yang bernama Nie Hu-kong. Dan biasanya permainan
musik gambang kromong dikolaborasikan dengan tarian Cokek.
Seni musik di betawi yang ke dua ada Tanjidor, sejarah musik betawi yang satu ini diduga
berasal dari Portugis yang datang ke betawi di abad ke 14 sampai 16. Dalam bahasa portugis
terdapat kata Tanger yang artinya memainkan alat musik, dan kemudian orang betawi
mengucapkan kata Tanger tersebut dengan kata Tanjidor. Sejarawan asal Belanda yang
bernama Dr. F. De Haan berpendapat musik tanjidor berasal dari orkes para budak pada masa
kompeni. Para pejabat tinggi kompeni saat itu membangun villa-villa yang terletak di
Cililitan Besar. Pondok Gede, Tanjung Timur, Ciseeng dan Cimanggis.Di Villa tersebut
terdapat budak-budak yang mempunyai keahlian dalam bidang memainkan alat musik seperti
Klarinet, Piston, Trombon, Tenor, Bas Trompet, Bas Drum, Tambur, Simbal dan lain-
lain.para budak tersebut memainkan musik untuk menghibur tuannya saat pesta atau jamuan
makan. Disaat perbudakan dihapuskan di tahun 1860, para pemain musik yang semula
memainkan musik sebagai budak, kemudian mereka membentuk perkumpulan musik yang
dinamakan Tanjidor. Dan sampai sekarang Tanjidor masih dimainkan untuk memeriahkan
pesta hajatan orang-orang betawi.
Seni musik betawi yang ke tiga ada Keroncong Tugu, sejarah musik betawi yang satu ini
berawal sejak abad ke 18, seperti namanya keroncong tugu berawal dari warga tugu
keturunan Mardjikers atau mantan tentara portugis yang dibebaskan dari tawanan belanda.
Setelah mereka memluk agama Kristen, mereka ditempatkan di kampung tugu. Keroncong
tugu biasanya dimainkan oleh warga saat berkumpul menikmati bulan purnama di tepian
sungai Ciliwung. Keroncong tugu juga biasanya digunakan untuk mengiringi kebaktian di
gereja. Alat-alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi keroncong tugu seperti biola,
ukulele, banjo, gitar, rebana, kempul dan selo.
Seni musik betawi yang ke empat ada Orkes Gambus, sejarah musik betawi yang satu ini
tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya timur tengah. Sejak dulu orkes gambus menjadi
bagian dari kesenian musik betawi yang tumbuh subur dikalangan betawi keturunan Arab.
Biasanya orkes gambus dimainkan untuk mengiringi para penari Zapin.
Seni musik betawi yang ke lima adalah Rebana, musik rebana adalah musik khas betawi yang
bernafaskan Islam, dalam sejarah musik betawi, musik rebana dipengaruhi oleh budaya
Timur Tengah. Dan sama seperti tanjidor biasanya musik rebana dimainkan untuk
memeriahkan pesta atau arak-arakan pengantin. Beberapa jenis musik rebana seperti rebana
ngarak, rebana ketimpring, rebana dor dan juga masih ada rebana lainnya.
Seni musik betawi yang ke enam adalah Orkes Samrah, dalam sejarah musik betawi orkes
samrah merupakan bentuk kesenian hasil akulturasi dengan bangsa melayu. Lagu-lagu yang
biasanya dibawakan dalam orkes samrah adalah lagu-lagu betawi tempo doeloe seperti lagu
Burung Putih, Pulo Angsa Dua dan lain-lain. Orkes samrah biasanya juga dimainkan untuk
mengiringi lagu-lagu khas betawi seperti Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-
lain.
Betawi adalah salah satu suku di Indonesia yang tinggal di daerah ibu kota saat ini atau
Jakarta. Selain terkenal dengan padatnya penduduk, daerah tersebut juga memiliki beragam
kesenian dan kebudayaan yang berasal dari suku Betawi. Budaya yang terdapat di Jakarta
merupakan campuran dari beberapa budaya etnis yang beragam. Sejak kedatangan Belanda,
daerah tersebut dulunya bernama sunda kelapa ini merupakan ibu kota dari bangsa Indonesia
dan memiliki magnet untuk menarik berbagai pendatang yang berasal dari berbagai tempat
hingga sekarang ini.
Sebagai contohnya ada beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada disana seperti: rumah
adat suku Betawi, pakaian adat sana, kesenian tari yang berasal dari daerah tersebut, alat
musik tradisional Betawi, seni bela diri dan masih banyak lagi. Mungkin kebanyakan
masyarakat suku Betawi yang tinggal di Jakarta sedikit demi sedikit mulai lupa dengan
keberagaman seni dan budaya yang ada di daerahnya tersebut dikerenakan dengan sibuknya
masyarakat disana.Nah…agar kita dapat melestarikannya kita harus mengetahui terlebih
dahulu tentang beberapa kebudayaan dan kesenian dari Betawi tersebut. Pada kesempatan
kali ini kita akan mengulas lebih jauh lagi mengenai beberapa kesenian dari daerah tersebut,
salah satunya adalah alat musik dari Betawi.
Contoh Alat Musik Berasal dari Betawi
Berikut beberapa alat musik yang biasanya digunakan pada beberapa kesenian daerah,
diantaranya adalah:
Gambang Kromong yaitu sebuah orkes musik yang namanya merupakan perpaduan dari dua
kata yaitu Gambang dan Kromong. Alat musik yang satu ini memadukan antara gamelan
dengan beberapa alat musik yang berasal dari Tiong Hoa. Kesenian musik tradisional tersebut
merupakan hasil dari akulturasi budaya, yaitu antara budaya Tiong Hoa dengan budaya
Pribumi. Nama Gambang Kremong sendiri diambil dari sebuah nama kedua alat musik yang
sering dimainkan yakni Gembang dan Kromong.Pada perkembangannya, kesenian tersebut
telah menjadi sebuah alat musik tradisional yang berasal dari Betawi dan sudah sangat
terkenal. Seiring dengan perkembangan zaman terdapat banyak sekali grup orkes dari
Gambang Kremong yang tercipta. Namun pada era yang sudah sangat modern seperti saat ini,
kesenian Gambang Kremong sering dikombinasikan dengan beberapa alat musik yang
modern seperti: Gitar, Bass, Organ,Drum, Saksofon dan juga yang lainnya. Meskipun
dikombinasikan dengan beberapa alat musik modern, akan tetapi ciri khas dari Gambang
Kremong tidak akan hilang.Kesenian alat musik ini tidak hanya ditampilkan secara orkes
saja, namun juga sering digunakan untuk mengiringi beberapa kesenian khas dari Betawi
yang lainnya seperti tarian adat Betawi.
Tanjidor merupakan salah satu grup musik tradisional dari Betawi yang sangat terkenal
sampai saat ini. Seni musik yang dimainkan secara kelompok ini ternyata sangat banyak
dipengaruhi oleh beberapa musik dari Eropa. Musik Tanjidor berkembang di masyarakat
Betawi dan juga banyak berada si daerah Bekasi serta Karawang.
Selain itu tanjidor juga merupakan ensambel musik yang dari namanya lahir ketika terjadi
penjajahan Hindia Belanda. Kemudian kata “Tanjidor” berasal dari bahasa Portugis yakni
“tangedor” yang memiliki arti alat-alat musik berdawai. Akan tetapi pada pada kenyataannya,
kesenian “tangedor” di Portugis memang berbeda dengan kesenian Tanjidor yang ada di
masyarakat Betawi, meskipun sistem tangga nadanya sama-sama yaitu diatonik. Tanjidor
yang dikembangkan di masyarakat Betawi justru lebih didominasi oleh alat musik tiup.
Alat-alat musik yang dimainkan dalam kesenian Tanjidor tersebut terdiri dari klarinet (tiup),
piston (tiup), trombon (tiup), saksofon tenor (tiup), saksofon bas (tiup), drum (membranofon),
simbal (perkusi) dan juga tambur. Grup musik pada Tanjidor ini pada umumnya terdiri dari
7-10 orang yang memainkan repertoar lagu diatonik maupun lagu-lagu yang bertangga nada
pelog bahkan slendro.
Untuk sekarang ini, musik Tanjidor lebih sering digunakan untuk mengarak pengantin dan
juga menyambut tamu agung. Ketika zaman dahulu, para seniman Tanjidor menggantungkan
alat-alat musik ini di rumahnya saat musim bercocok tanam. Akan tetapi setelah panen,
mereka memainkan Tanjidor lagi untuk mengamen dari rumah ke rumah dan dari restoran ke
restoran. Salah satu lagu yang sering dimainkan berjudul Keramat Karam (Kramat Karem)
yang diciptakan karena peristiwa meletusnya Gunung Krakatau yang menelan banyak
korban.
2.2.3 Marawis
Marawis adalah sebuah alat musik ini memiliki bentuk hampir sama dengan rebana dan cara
memainkannya pun dengan ditepuk atau dipukul. Adapun perbedaan antara marawis dengan
rebana yang paling terlihat adalah pada bentuk marawis yang gempal, sedangkan pada rebana
lebih pipih dan lebar. Selain itu musik marawis juga terkenal dengan ciri khas yang
membawakan lagu religi karena syair pada lagunya yang dibawakan lebih mengandung puji-
pujian terhadap Tuhan. Berikut cuplikan pertunjukan alat musik marawis.
2.2.4 Sukong
Sukong yaitu sebuah alat musik yang biasanya digunakan sebagai melodi pada sebuah
pementasan musik. Alat musik tersebut juga memiliki bentuk seperti rebab, akan tetapi
memiliki ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rebab. Sokong juga memiliki
dawai, tapi jangan salah karena alat musik yang satu ini biasanya dimainkan dengan cara
digesek bukan dipetik.
Keroncong tugu adalah sebuah kesenian musik yang berasal dari Betawi yang juga
merupakan campuran antara budaya Indonesia dengan luar (portugis). Pemberian nama ini
didapatkan karena dulunya sering dimainkan dan dipentaskan oleh masyarakat Tugu, Jakarta
Utara.Selain itu, alat musik ini juga dimainkan oleh beberapa orang dengan lagu yang
dibawakan adalah memiliki irama 4/4 ketukan. Jenis musik inilah awal dari keroncong dari
Betawi asli yang biasanya dikenal dengan nama Keroncong Tugu.
2.2.6 Kecrek
Kecrek adalah salah satu alat musik yang biasanya digunakan dalam orkes musik Gambang
Kromong di daerah Jakarta. Selain itu kecrek juga merupakan alat musik yang membuatnya
masuk ke dalam jenis musik perkusi dengan suaranya “crek-crek-crek” ketika dipukul. Tak
hanya itu, alat musik tersebut juga sering digunakan sebagai penanda saat ingin memulai dan
mengakhiri sebuah pertunjukan musik.
Kemong adalah sebuah alat musik yang memiliki bentuk seperti gong kecil yang biasanya
digunakan pada gamelan Jawa maupun Sunda. Alat musik kemong sendiri juga merupakan
bagian dari Gambang Kremong yang juga sama-sama berasal dari Jakarta. Tak hanya itu,
ternyata alat musik ini didalam larasannya adalah di luar larasan tangga nada Saih.
Ningnong adalah alat musik tradisional gesek yang dulunya digunakan oleh para penduduk
Betawi China yang berada di Jakarta. Jika dilihat dari ukurannya, alat musik tersebut terbagi
menjadi tiga macam, yaitu: Tehyan, Kongahyan, dan juga ningnong salah satunya.
Jenis alat musik yang satu ini dulunya berkembang cukup pesat dan lumayan sering
digunakan di beberapa daerah di Jakarta tempo dulu. Selain itu dengan adanya sembrah,
rebana dan gambang kremong dan ningnong juga menarik minat bagi orang yang menyukai
dengan musik.
Gambus
Gambus adalah salah satu nama alat musik instrumen yang masih eksis sampai saat ini.
Instrumen Gambus di Jakarta mempunyai ciri khas yang berbeda dan juga tergantung dari
awal yang digunakan seperti: 7 utas, 6 utas dengan 3 nada yang bersuara kembar dan 1 dawai
yang berfungsi sebagai bass. Dawai-dawai tersebut juga berbahan dari benang sutera yang
dipilih sehingga akan menghasilkan suara yang bagus.Alat musik gambus juga menggunakan
badannya yang terbuat dari kayu sebagai resonantor pada saat memainkannya. Dengan bahan
kain sutera tersebut, Gambus akan memiliki suara yang sangat empuk dan enak untuk
didengar.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Sebaiknya,musik Betawi harus terus dijaga,dilestarikan dan harus terus
dikembangkan oleh masyarakat agar bisa mengikuti perkembangan jaman.