Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus

Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C

menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Sekitar 10-20%

pasien hepatitis C akan mengalami menjadi sirosis dalam waktu 20 tahun. dan

setidaknya 1-5% kasus sirosis dengan hepatitis C akan berkembang menjadi

karsinoma hepatoseluler (KHS) setiap tahunnya, khususnya pada infeksi VHC

≥30 tahun.5

Kerusakan sel hati akibat VHC atau partikel virus secara langsung masih

belum jelas. Namun beberapa bukti menunjukan adanya mekanisme imunologis

yang menyebabkan kerusakan sel sel hati. Protein core misalnya ditenggarai dapat

menimbulkan reaksi pelepasan radikal oksigen pada mitokondria. Selain itu,

protein ini diketahui pula mempengaruhi proses signaling dalam inti sel terutama

berkaitan dengan penekanan regulasi imunologik dan apoptosis, adanya bukti

bukti ini menyebabkan kontroversi apakah VHC bersifat sitotoksik atau tidak,

terus berlangsung.7

Reaksi yang dilibatkan melaluai sitokin sitokin pro-inflamasi seperti TNF-

α, TGF-β1, akan menyebabkan reksutmen sel sel inflamasi lainnya dan

menyebabkan aktivitas sel sel Stelata diruang disse hati. Sel-sel yang khas ini

yang sebelumnya dalam keadaan “tenang” (quicent) kemudian berpoliferasi dan

menjadi aktif menjadi sel-sel miofibroblast, yang dapat menghasilkan matriks

25
kolagen sehingga terjadi fibrosis dan berperan aktif dalam menghasilkan sitokin-

sitokin pro-inflamasi. Mekanisme ini dapat timbul terus menerus karena reaksi

inflamasi yang terjadi tidak berhenti sehingga fibrosis semakin lama semakin

banyak dan sel sel yang ada semakin sedikit. Proses ini dapat menimbulkan

kerusakan hati lanjut dan sirosis hati.6

Pengobatan hepatitis C kronik adalah dengan menggunakan interferon alfa

dan ribavirin. Umumnya disepakati bila genotype HCV adalah genotype 1 dan 4,

maka terapi perlu diberikan selama 48 minggu dan bila genotype 2 dan 3, terpai

cukup diberikan selama 24 minggu.12

Pada akhir terapi dengan interferon dan ribavirin, perlu dilakukan

pemeriksaan RNA HCV secara kualitatif untuk mengetahui apakah HCV resisten

terhadap pengobatan dengan interferon dan tidak memerlukan pemeriksaan RNA

HCV 6 bulan kemudian. Keberhasilan terapi dinilai 6 bulan setelah pengobatan

dihentikan dengan memeriksa RNA HCV kualitatif. Bila RNA HCV tetap negatif,

maka pasien dianggap mempunyai respons virologik yang menetap (sustained

virological response atau SVR) dan RNA HCV kembali positif, pasien dianggap

kambuh (relapser). Mereka yang tergolong kambuh ini dapat kembali diberikan

Interferon dan ribavirin nantinya dengan dosis yang lebih besar atau bila

sebelumnya menggunakan Interferon konvensional, Peg Interferon mungkin akan

bermanfaat. Beberapa peneliti menganjurkan pemeriksaan RNA HCV kuantitatif

12 minggu setelah terapi dimulai untuk menentukan prognosis keberhasilan terapi

dimana prognosis dikatakan baik bila RNA HCV turun >2 log.13

26

Anda mungkin juga menyukai