ISI
1
2.Tipe Eustuaria
a.Berdasarkan geomorfologi
1.Estuaria dataran pesisir (coastal plain estuary): estuaria yang terbentuk pada
akhir jaman es dimana permukaan laut naik dan menggenangi lembah sungai
di pantai.
2.Estuaria tektonik: laut menggenangi daratan karena turunnya permukaan
daratan.
3.Teluk semi tertutup (semi-enclosed bays or bar-built estuary): beting pasir
terbentuk sejajar dengan garis pantai dan sebagian memisahkan perairan di
belakangnya dari laut.
4.Fjord: lembah yang telah diperdalam oleh kegiatan glasier dan kemudian
digenangi air laut.
2
2.2. Kajian Ekologi Eustuaria
Karakreristik Ekologi Eustuaria diantaranya,yaitu:
1.Ciri-ciri ekologi eustuaria
Produksi primer tinggi,
Ekosistemnya memiliki keterkaitan dengan ekosistem darat, mangrove,
lamun, terumbu karang, dan ekosistem laut lepas,
Struktur jaringan makanan yang khas karena dicirikan oleh banyak
terakumulasinya bahan detritus organik,
Organisme estuari rentan terhadap perubahan lingkungan perairan seperti
peningkatan suhu air, perubahan salinitas, dan penurunan kadar oksigen
terlarut,
Merupakan daerah peralihan dari kondisi perairan tawar ke laut dan
sebaliknya.,
Terdapat berbagai macam kepentingan yang sering menimbulkan konflik
3
Antara zona-zona ini terdapat garis pemisah yang hanya dapat dilewati
oleh organisme yang memiliki kemampuan adaptasi fisiologi tertentu.
4
Material tersuspensi dari laut masuk ke estuari yang gerakan airnya
lebih tenang mengendap membentuk dasar lumpur atau pasir.
- Proses pengendapan (sedimentasi) bergantung pada arus
(arus kuat, substrat kasar; arus lemah, substrat halus) dan ukuran
partikel (partikel besar lebih cepat mengendap daripada partikel kecil).
5
i.Usia: Usia sebgai faktor pembatas organisme ini berhubungan dengan tingkat
produktivitasnya. Produktivitas menunjukkan kemampuan makhluk hidup
untuk melakukan proses metabolisme tubuhnya dan penghasilan energi. Energi
yang digunakan untuk kehidupannya, terdapat rentangan usia tersendiri pada
makhluk hidup agar dia mampu menghasilkan banyak energi. Dikatakan
kemampuan produktivitas tinggi apabila makhluk hidup tersebut dikatakan
muda sampai rentang waktu usia tertentu. Sehingga reproduksi, pertumbuhan,
dan perkembangan pun cepat. Sebaliknya bila makhluk hidup tersebut
dikatakan usia telah lanjut, kemampuan produktivitasnya menurun. Karena
kemampuan penghasilan energi pun menurun sehingga banyak terjadi kematian
pada sel organisme tersebut (Odum, 1998).
j.Jumlah parasit: Parasitisme adalah hubungan antara dua makhluk yang mana
salah satu organisme dirugikan sedangkan yang lain mendapat manfaat. Parasit
merupakan organisme yang mendapat keuntungan dari hubungan ini, sementara
inang yang menjadi rumahnya sangat dirugikan karena hasil metabolisme dan
sari-sari makanan yang ada diambil oleh parasit. Dalam hubungan ini, ukuran
organisme parasit lebih kecil dari inang, sehingga lebih mudah untuk organisme
parasit untuk menghambat kehidupan organisme inang. Berakibat berbahaya
bagi keseimbangan alam, apabila jumlah parasit lebih besar daripada organisme
yang lain (Odum, 1998).
6
a.Adaptasi Morfologis
Organisme yang mendiami substrat berlumpur sering kali beradaptasi dengan
membentuk rumbai-rumbai halus atau rambut atau setae yang menjaga jalan
masuk ke ruang pernapasan agar permukaan ruang pernapasan tidak tersumbat
oleh partikel Lumpur. Organisme yang memiliki kemampuan adaptasi seperti
ini adalah kepiting estuaria, dan beberapa anggauta dari Gastropoda. Adaptasi
yang lain adalah ukuran tubuh. Organisme estuaria umumnya mempunyai
ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di laut.
Contohnya adalah kepiting (Ucha) yang memiliki ukuran kecil, hal ini terjadi
karena sebagian besar energi yang dimilikinya dipergunakan untuk
beradaptasi menyesuaikan dengan kadar garam lingkungan.
b. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme estuaria
adalah berhubungan dengan keseimbangan ion cairan tubuh menghadapi
fluktuasi salinitas eksternal. Kemampuan osmoregulasi sangat diperlukan
untuk dapat bertahan hidup. Organisme yang memiliki kemampuan
osmoregulasi dengan baik disebut osmoregulator contohnya Copepoda,
Cacing Polychaeta dan Mollusca. Organisme yang memiliki kemampuan
osmoregulasi rendah disebut osmokonformer. Kemampuan mengatur osmosis
menurut beberapa ahli sangat dipengaruhi oleh suhu. Di daerah tropic dengan
suhu air lebih tinggi dan perbedaan suhu antara air tawar dan air laut kecil,
biasanya dihuni oleh species estuaria lebih banyak, dan species lautan yang
stenohalin dapat masuk lebih jauh ke hulu.
c. Adaptasi Tingkah laku
Salah satu bentuk adaptasi tingkah laku yang dilakukan oleh organisme
estuaria adalah membuat lubang ke dalam Lumpur. Ada dua keuntungan yang
didapatkan dari organisme yang beradaptasi seperti ini. Pertama, adalah dalam
pengaturan osmosis. Keberadaan di dalam lubang berarti mempunyai
kesempatan untuk berhubungan dengan air interstitial yang mempunyai
variasi salinitas dan suhu lebih kecil dari pada air di atasnya. Kedua,
7
membenamkan diri ke dalam substrat berarti lebih kecil kemungkinan
organisme ini dimakan oleh pemangsa yang hidup di permukaan substrat atau
di kolam air. Adaptasi tingkahlaku lainnya adalah dengan cara bergerak ke
hulu atau ke hilir. Tingkahlaku ini akan menjaga organisme tetap berada pada
daerah dengan kisaran toleransinya. Contohnya beberapa species kepiting
seperti Rajungan (Calinectes sapidus), ikan belanak (Mugil mugil), Ikan
baung, Ikan bandeng dan lain-lain (Kramer, 1994).
8
Ada tiga bentuk dasar rantai makanan:
1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan
2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme
(detrivora = organisme pemakan sisa) predator.
3. Osmotik
Dari ketiga macam rantai makanan ini, akan mempengaruhi organisme satu
dengan lainnya.
Dalam bagian ini, diuraikan tiga bagian terbesar dalam rantai makanan
yaitu: phytoplankton, zooplankton, dan infauna benthic. Sebab phytoplankton
dan zooplankton adalah komponen rantai makanan utama dan penting, dimana
bagian ini berisi informasi yang mendukung keberadaan organisme tersebut.
Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi pentingnya rantai
makanan di dalam ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan ini
penekananya pada bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat
berlindungnya (tidal flat; pantai berlumpur).
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang
dapat tumbuh mendominasi. Rendahnya produktivitas primer di kolom air,
sedikitnya herbivora dan terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan
bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria merupakan rantai makanan
detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae
yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan
suspensi dan detritus. Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan
oleh organisme estuaria merupakan produksi bersih dari detritus ini. Fauna di
estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi
dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks (Bengen, 2001).
Pada kawasan-kawasan subtripic sampai daerah dingin, fungsi estuari
bukan hanya sebagai daerah pembesaran bagi berjuta hewan penting, bahkan
menjadi titik daerah ruaya bagi jutaan jenis burung pantai. Kawasan estuary di
gunakan sebagai daerah istrahat bagi perjalanan panjang jutaan burung dalam
ruayanya mencari daerah yang ideal untuk perkembanganya. Disamping itu
9
juga di gunakan oleh sebagian besar mamalia dan hewan-hewan lainnya untuk
mencari makan.
Jumlah spesies organisme yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit jika
dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut.
Sedikitnya jumlah spesies ini terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi
lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologis yang
mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna,
estuaria juga miskin akan flora.
Jaring-jaring makanan
Estuari merupakan tempat perawatan dan penyediaan makanan bagi ikan-
ikan muda yang mempunyai arti ekonomi tinggi, antara lain ikan muda herrinh
(Clupea harengus), ikan pipih (flat fish) mencakup Pleuronectes platessa, dan
Platichthys flexus, Bothus lunatus, flounders, serta ikan halibut antara lain
Hippoglossus hippoglossus dan Arnaglossus imperalis, dan ikan menhaden,
Brevoortia tyranus. Ikan pipih, ikan halibut, dan ikan menhaden itu bertelur di
estuary. Ikan-ikan dewasa ditemukan di dasar muara sungai yang tidak ada arus
yang kuat. Pada saat air pasang ikan-ikan ikut naik ke atas dan masuk di estuari.
Ikan-ikan muda mendapat perawatan dan makanan di estuari yang kaya
makanan. Jaring-jaring makanan ikan dalam estuari dapat dilukiskan sebagai
berikut.
Vegetasi (Spartina sp., Juncus sp., Destichlis sp., Puccinella sp., Enteromorpha
sp., Zoostera sp., Salicarma sp., Armeria sp., Spergularia sp., Limonium sp.,)
yang hidup di estuari itu jarang sekali dimakan herbivora. Juga bila ada pohon
bakau, maka tumbuhan itu juga tidak dimakan hewan. Oleh sebab itu perairan
estuari dan juga payau-payau itu sebenarnya merupakan daerah yang kaya
makanan bagi plankton dan invertebrata yang merupakan makanan bagi ikan.
Vegetasi di daerah estuari juga menyediakan makanan bagi belalang, dan
gastropoda yang jumlahnya biasanya tinggi di musim panas justru di waktu
10
ikan-ikan itu bertelur dan berkembang biak cepat dengan persediaan makanan
yang berlimpah (Brotowidjojo, 1995).
b. Aliran Materi
Siklus Karbon
Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber-sumber CO2
di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran
batubara, dan asap pabrik. Karbondioksida di udara dimanfaatkan oleh
tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan
digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.
Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk
batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar
yang juga menambah kadar CO2 di udara. Di ekosistem air,pertukaran CO2
dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbondioksida berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi
makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.Sebaliknya,
saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat.
Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.
Siklus Nitrogen
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen
bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar
(misalnya jenis polongan/berbagai jenis makanan yang berserat serat) dan
beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen
atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari
dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (NO2- ), dan ion nitrat (NO3- ). Gas
nitrogen tidak dapat digunakan secara langsung oleh sebagian besar organisme
sebelum ditransformasi yang melibatkan menjadi senyawa NH3, NH4, dan NO3
sebelum digunakan dalam siklus. Pada tumbuhan dan hewan, senyawa nitrogen
11
ditemukan sebagai penyusun protein dan klorofil. Dalam ekosistem terdapat
suatu daur antara organisme dan lingkungan fisiknya. Beberapa bakteri yang
dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain,
misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat
mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob
dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob.Nostoc sp. dan Anabaena sp.
(ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Di dalam setiap daur,
terdapat gudang cadangan utama unsur yang secara terus menerus bergerak
masuk dan keluar melewati organisme. Selain itu, terdapat pula tempat
pembuangan sejumlah unsur kimia tertentu yang tidak dapat didaur ulang
melalui proses biasa. Dalam waktu yang lama, kehilangan bahan kimia tersebut
menjadi faktor pembatas, kecuali apabila tempat pembuangan itu dimanfaatkan
kembali. Pada akhirnya, daur bolak balik ini cenderung mempunyai mekanisme
umpan balik yang dapat mengatur dirinya sendiri (self regulating) yang
menjaga siklus tersebut agar tetap seimbang. Diantara beberapa siklus
biogeokimia lainnya seperti siklus fosfor dan sulfur, siklus nitrogen adalah
siklus biokimia yang sangat kompleks.
Siklus Fosfor
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik
(pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).
Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah
atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu,
fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil
terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat
anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini
berulang terus menerus (Spencer, 1975).
12
2.3. Jenis Fauna dan Flora Yang Hidup di Daerah Eustuaria
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara
darat dan laut yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari mereka
yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya
yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi.
Osmoregulasi dapat beroperasi dalam 3 cara:
1. Hewan dapat mengeluarkan air
2. Hewan dapat mengeluarkan ion
3. Hewan dapat menyesuaikan keseimbangan ion-air internal
Organ pengaturan osmosis:
- utamanya ginjal (pada invertebrata dan vertebrata yang lebih maju)
- sel-sel khusus pada tubuh untuk mengambil atau membuang ion tertentu
Contoh osmokonformer:
- Bivalvia menutup diri dalam cangkangnya untuk menghindari
pengenceran cairan tubuh yang berlebihan dengan air.
- Fauna air tawar (sangat sedikit yang berada pada >5 ppt)
- Fauna air payau atau estuarine (umumnya pada 5 – 20 ppt)
- Fauna lautan (komposisi terbesar):
Komposisi Fauna
1. Stenohalin:
* tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan
terbatas dalam mentolerir perubahan salinitas
* terbatas pada mulut estuaria (salinitas ± 30 ppt)
* jenis sama dengan di laut terbuka
13
2. Euryhalin:
* tipe yang mampu mentolerir perubahan salinitas yang besar (penurunan
salinitas di bawah 30 ppt)
* dapat menembus sampai ke hulu estuaria (kebanyakan sampai 15 ppt dan
beberapa sampai 3 ppt; contoh Carcinus maenas)
14
air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi
air, yaitu unggas air.
Vegetasi Eustuaria
Miskin flora disebabkan oleh:
• Dominasi hamparan lumpur tidak sesuai untuk perlekatan makroalga.
• Perairan yang keruh membatasi penetrasi cahaya (membatasi
pertumbuhan fitoplankton).
- Daerah hilir, di bawah tingkat pasang turun rata-rata, terdapat lamun
(Zostera, Thalassia, Cymodocea).
- Hamparan lumpur estuaria secara umum banyak mengandung diatom
bentik (bersifat motil dan melakukan migrasi vertikal tergantung
penyinaran) dan bakteri.
- Pada perairan estuaria yang sangat keruh, vegetasi dominan dalam artian
biomassa adalah tumbuhan mencuat yang memagari estuaria; untuk
daerah tropik adalah hutan bakau.
Produktivitas Eustuaria
• Produktivitas primer estuaria terletak pada fitoplankton, diatom bentik,
rumput-rumputan laut (lamun), dan berbagai kelekap.
• Akan tetapi produktivitas di atas tidak sebanding dengan keberadaan
bahan organik yang melimpah di estuaria, yang terutama berasal dari:
15
- hutan bakau di sekitarnya
- daratan lewat aliran sungai
• Sumber bahan organik : allochtonous dan autochtonous.
b.Dampak Negatif
Estuaria merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan
terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi
(ekosistem) dari dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan
sumberdaya perairan laut secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang
dimungkinkan menjadi sumber kerusakan dan perubahan fisik lingkungan
wilayahestuariaantaralain:
1. Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di
darat, dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria. Laju sedimentasi di
wilayah pesisir yang melalui aliran sungai bisa dijadikan sebagai salah satu
indikator kecepatan proses kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat
16
menggambarkan kondisi pada wilayah lahan atas. Sedimen yang tersuspensi
masuk perairan pantai dapat membahayakan biota laut, karena dapat menutupi
tubuh biota laut terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput
laut, terumbu karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan
menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan oleh orgnisme untuk pemapasan
atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya terhenti atau
terendapkan di muara sungai dapat mengubah luas wilayah pesisir secara
keseluruhan, seperti terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut muara
sungai, terbentuknya delta baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas
perairan dan biota-biota di muara sungai.
2. Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya
dukung produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya
perikanan, sehingga kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan
menyebabkan menurunnya produktifitasnya
3. Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan
Industri, pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama
dengan aliran sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria. Lebih dan
80% bahan pencemar yang ditemukan di wilayah pesisir dan laut berasal dari
kegiatan manusia di darat UNEP (1990).
4. Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti
pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu
pola aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas,
volume, dan debit air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat
mengubah salinitas dan pola sirkulasi air di daerah estuaria danmenyebabkan
jangkauan intrusi garam semakin jauh ke hulu sungai. Hal ini akan
mengakibatkan perubahan pada sebagian ekosistem perairan pantai itu sendiri,
juga pada ekosistem daratan di sekitar perairan tersebut sehingga berakibat
intrusi air laut pada air tanah
17
Upaya Pengelolaan Untuk Menjaga Kelestarian Estuaria
Fungsi wilayah estuaria sangat strategis untuk dimanfaatkan sebagai
tempat pemukiman, penangkapan ikan dan budidaya, jalur transportasi,
pelabuhan dan kawasan industri. Wilayah estuaria juga merupakan ekosistem
produktif karena dapat berperan sebagai sumber zat hara. Dengan
memperhatikan fungsi dan manfaat tersebut, maka potensi wilayah estuaria
menjadi sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya suatu tindakan pengelolaan
di wilayah tersebut. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan di antaranya adalah:
1. Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada
ekosistem perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem
pengelolaan daerah atas. Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan
yang memiliki sungai. Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan
akan merusak ekosistem yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu,
pembangunan lahan atas harus memperhitungkan dan mempertimbangkan
penggunaan lahan yang ada di wilayah pesisir. Jika penggunaan lahan wilayah
pesisir sebagai lahan perikanan tangkap, budidaya atau konservasi maka
penggunaan lahan atas harus bersifat konservatif. Perairan pesisir yang
penggunaan lahannya sebagai lahan budidaya yang memerlukan kualitas
perairan yang baik maka penggunaan lahan atas tidak diperkenankan adanya
industri yang memproduksi bahan yang dapat menimbulkan pencemaran atau
limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai harus melalui pengolahan terlebih
dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.
2. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal
Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies
untuk berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh
karenanya di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah
estuaria diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi
pemanfaatan secara optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya
memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity).
18
3. Konsenvasi Hutan Mangrove
Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena
selain mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan
mangrove adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah
asuhan (nursery ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat
pemijahan (spawning ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan
sebagai filter sedimen yang berasal dari daratan melalui sistem perakarannya
dan mampu meredam terpaan angin badai. Secara ekonomis, dalam konser-vasi
hutan mangrove juga akan diperoleh nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai
ekonomi total rata-rata sekitar juta/ha/tahun yang meliputi manfaat langsung
(kayu mangrove), manfaat tidak langsung (serasah daun, kepiting bakau, nener
bandeng ikan tangkap dan ikan umpan), option value dan existence value.
Upaya konservasi tersebut juga mempunyai nilai dampak positip terhadap
sosial-ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah estuaria, yaitu
mampu memberikan beberapa alternatif jenis mata pencaharian dan
pendapatan.
19