Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
kemudian menginfeksi banyak sel lainnya 15% dari kasus infeksi Hepatitis C
adalah akut, artinya secara otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada
dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati bisa
rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker
hati.5
B. Virus Hepatitis C
3
HCV merupakan virus RNA dari famili Flaviviridae. Ada 6 genotipe HCV
dan lebih dari 50 subtipe. Genotipe ini berbeda sebanyak 31-34 persen pada
limfosit kuat dan kecenderungan tinggi virus untuk bermutasi muncul untuk
HCV di Amerika Serikat dan berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dari
yang menyebabkan infeksi persisten. Selama infeksi kronis, HCV RNA mencapai
tingkat tinggi, umumnya berkisar 105-107 unit internasional (IU) / mL, namun
tingkat dapat berfluktuasi secara luas. Namun, dalam individu yang sama, tingkat
Target VHC adalah sel-sel hati dan mungkin juga limfosit B melalui
reseptor yang mungkin sekali serupa dengan CD81 yang terdapat di sel hati
maupun limfosit B atau reseptor LDL. Setelah berada dalam sitoplasma hati, VHC
akan melepaskan selubung virusnya dan RNA virus siap untuk melakukan
translasi protein dan kemudian replica RNA. Struktur gen VHC adalah sebuah
RNA rantai tunggal, sepanjang kira-kira 10.000 pasang basa dengan daerah open
reading frame (ORF) diapit susunan nukleotida yang tidak ditranslasikan. Kedua
4
ujung VHC ini sangat terpelihara sehingga saat ini dipakai untuk identifikasi
adanya infeksi VHC. Transalasi protein VHC dilakukan oleh ribosom sel hati
yang akan membaca RNA VHC dari satu bagian spesifik tersebut.6
C. Faktor Risiko
dengan darah tersebut perlu dipertimbangkan sebagai faktor resiko. Faktor resiko
yang paling umum adalah pengguna obat injeksi (67%) dan darah serta produk
transfusi darah sebelum tahun 1992. Faktor resiko lain seperti tato dan tindik
tubuh. Tinta atau jarum tato yang digunakan untuk membuat tato atau menindik
resiko lainnya adalah luka tertusuk jarum, terutama pada pekerja kesehatan,
hemodialisis dan transplantasi organ sebelum tahun 1992. Luka karena jarum
suntik, yang seringkali terjadi pada petugas kesehatan, dapat menjadi alat
jarum suntik lebih besar dibanding dengan virus HIV. Sekarang ini, pada
penderita HIV ada protokol standar dalam penanganan jarum suntik untuk
mengurangi resiko tertular HIV atau AIDS. Sayangnya, tidak ada protokol yang
atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam
5
kegiatan sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena
kontak oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis C (seperti sikat gigi, alat
seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi
yang baru lahir(4-8%). Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV
tidak dapat menularkan Hepatitis C ke orang lain melalui pelukan, jabat tangan,
bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak biasa, atau kontak lainnya
yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis C dapat
6
D. Patogenesis
Kerusakan sel hati akibat VHC atau partikel virus secara langsung masih
yang menyebabkan kerusakan sel sel hati. Protein core misalnya ditenggarai dapat
protein ini diketahui pula mempengaruhi proses signaling dalam inti sel terutama
bukti ini menyebabkan kontroversi apakah VHC bersifat sitotoksik atau tidak,
terus berlangsung.7
terjadinya eliminasi menyeluruh VHC pada infeksi akut. Pada infeksi kronik,
reaksi CTL yang relative lemah masih mampu merusak sel sel hati dan melibatkan
proses inflamasi di hati tetapi tidak bias menghilangkan virus maupun menekan
evolusi genetic VHC sehingga kerusakan sel hati berjalan terus menerus.
7
(TH) spesifik VHC. Adanya pergeseran dominasi aktivitas Th1 menjadi Th2
menyebabkan aktivitas sel sel Stelata diruang disse hati. Sel-sel yang khas ini
kolagen sehingga terjadi fibrosis dan berperan aktif dalam menghasilkan sitokin-
sitokin pro-inflamasi. Mekanisme ini dapat timbul terus menerus karena reaksi
inflamasi yang terjadi tidak berhenti sehingga fibrosis semakin lama semakin
banyak dan sel sel yang ada semakin sedikit. Proses ini dapat menimbulkan
8
Pada gambaran histopatologis hepatitis kronik dapat ditemukan proses
daerah portal yang lebih lanjut dapat masuk ke lobules hati (fibrosis septal) dan
fibrosis/nekrosis) gambaran yang khas untuk infeksi VHC adalah agregat limfosit
di lobules hati namun tidak didapatkan pada semua kasus inflamasi akibat VHC.8
keputusan terapi, evaluasi pasien maupun komunikasi antara ahli patologi. Saat ini
sistem scoring yang mempunyai variasi intra dan interoobserver yang baik
9
Gambar 5. Sistem skoring Hepatitis C menurut Metavir dan Ishak.8
C. Tingkatan tersebut berdasarkan derajat inflamasi yang terjadi pada hepar antara
lain:9
10
2 : luka yang terjadi dan meluas ke area dari hepar termasuk pembuluh darah
11
E. Gambaran Klinis
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi yang dibagi dalam empat
tahap yaitu:
1. Fase Inkubasi
timbulnya gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya tiap hepatitis virus
tergantung pada dosis inokulan yang ditularkan dan jalur penularan. Makin besar
Biasanya ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala
saluran napas atas dana anoreksia. Mual, muntah dan anoreksia berhubungan
dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare atau konstipasi dapat terjadi.
Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
3. Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari timbunya gejala atau dapat bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah
timbulnya ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodormal dan justru akan
12
Gambar 7. Gejala ikterus yang sering terlihat pada pasien.7
4. Fase Konvalesen
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Keadaan akut biasanya akan
membaik dalam 2-3 minggu. Pada 5%-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin
Pada umumnya infeksi akut VHC tidak memberikan gejala atau bergejala
minggu setelah terjadinya paparan. Walaupun demikian, infeksi akut sangat sukar
dikenali karena pada umumnya tidak terdapat gejala sehingga sulit pula
didapatkan adanya gejala malaise, mual dan ikterus seperti halnya hepatitis akut
karena virus lain. Hepatitis fulminan sangat jarang terjadi. ALT meningkat sampai
beberapa kali di atas batas normal tetapi umumnya tidak melebihi 1000U/ liter. 5
13
Sekitar 70-80% orang yang terinfeksi HCV menjadi carrier kronis dengan
morbiditas dan mortalitas yang signifikan serta merupakan penyebab utama sirosis
hati, penyakit hati stadium akhir dan kanker hati. Sering kali proses ini tidak
Hilangya VHC setelah hepatitis kronis sangat jarang terjadi. Diperlukan waktu
sekitar 20-30 tahun untuk terjadi sirosis hati yang akan terjadi pada 15-20%
pasien hepatitis C kronis. Sekitar 15-25% dari orang yang terinfeksi dapat sembuh
pemeriksaan fisik maupun labaratorik kecuali bila sudah terjadi sirosis hati. Pada
pasien dimana ALT selalu normal, 18-20% sudah terdapat kerusakan hati
kronis menjadi sirosis tergantung beberapa faktor antara lain asupan alcohol,
koinfeksi dengan hepatitis B atau HIV, jenis kelamin laki-laki dan usia tua saat
terjadinya infeksi. Setelah terjadi sirosis hati, maka dapat timbul kanker hati
dengan frekuensi 1-4% tiap tahunnya. Kanker hati dapat terjadi tanpa melalui
sirosis hati dan mungkin pula mempercepat penurunan sistem kekebalan tubuh.
14
dibandingkan dengan pasien tanpa koinfeksi HIV. Di Indonesia, kasus ini sering
terjadi pada pengguna jarum suntik yang menggunakan alat suntik bergantian.5
lichen planus dan porphyria cutanea tarda. Patofisiologi manifestasi gejala ekstra
imunologis. Sel-sel limfoid yang terinfeksi dapat berubah sifatnya menjadi ganas
karena dilaporkan tingginya kejadian limfoma non Hodgin pada pasien dengan
infeksi HCV.5
15
F. Pemeriksaan Penunjang
immunoassay [CLIA]).3
dibentuk tubuh terhadap VHC bila virus menginfeksi pasien. Antibodi ini akan
bertahan lama setelah infeksi terjadi dan tidak mempunyai arti protektif.
Walaupun pasien dapat menghilangkan infeksi VHC pada infeksi akut, namun
antibodi terhadap VHC masih terus bertahan bertahun tahun (18-20 tahun).
negative palsu dapat ditemukan pada HIV, pasien hemodialisis, dan pengguna
terapi antivirus. Jumlah VHC dalam serum maupun dalam hati relative sangat
chain reaction (PCR) dimana gen VHC digandakan oleh enzyme polymerase
digunakan sejak ditemukan virus ini dan sat ini umumnya digunakan untuk
virus VHC (secara kuantitatif). Teknik ini juga dipakai dalam menentukan genotip
VHC. Oleh sebab itu, RNA VHC sebaiknya diukur dengan metode realtime PCR
yang mampu mendeteksi VHC hingga muatan virus minimal <50 IU/mL untuk
16
Teknik lain adalah dengan menggadakan signal yang didapat dari gen
VHC yang terikat pada probe RNA sehingga dapat dihitung jumlah kuantitativ
VHC . hasil kedua pemeriksaan ini sulit dibandingkan satu dengan yang lainnya
walupun saat ini ada standarisasi dalam satuan pemeriksaan sehingga dimasa
ulang dengan pemeriksaan lain dengan hasil yang dapat dibandingkan. Untuk
menentukan genotip VHC selain dengan teknik VCR, juga digunakan teknik
3. USG dan biopsi hati. Menilai derajat nekroinflamasi dan fibrosis pada kasus
G. Penatalaksanaan
nilai ALT lebih dari batas atas nilai normal. Menurut panduan penatalaksanaan,
nilai ALT lebih dari 2 kali batas atas nilai normal. Hal ini mungin tidak berlaku
mutlak karena berapapun nilai ALT di atas batas nilai normal biasanya sudah
menunjukan adanya fibrosis yang nyata bila dilakukan biopsi hati. Bila nilai ALT
normal, harus diketahui terlebih dahulu apakah nilai normal ini menetap
17
(persisten) atau berfluktuasi dengan memonitor nilai ALT setiap bulan untuk 4 – 5
melakukan terapi namun bila nilai ALT tetap normal, biopsi hati perlu dilakukan
Pada pasien yang tidak terjadi fibrosis hati (F0) atau hanya merupakan
fibrosis hati ringan (F1), mungkin terapi tidak perlu dilakukan karena mereka
biasanya tidak berkembang menjadi sirosis hati setelah 20 tahun menderita infeksi
HCV. Niali fibrosis hati pada tingkat menengah atau tinggi, sudah merupakan
indikasi untuk terapi sedangkan apabila sudah terdapat sirosis hati, maka
HCV adalah genotype 1 dna 4, maka terapi perlu diberikan selama 48 minggu dan
18
Tabel 2. Sediaan obat untuk tatalaksana Hepatitis C.12
ribavirin tersebut. Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun, Hb <10 g/dL, lekousit
darah <2500/uL, trombosit <100.000/uL, adanya gangguan jiwa yang berat, dan
alfa yang konvensional, diberikan setiap 2 hari atau 3 kali seminggu dengan dosis
3 juta unit subkutan setiap kali pemberian. Interferon yang telah diikat dengan
minggu dengan dosis 1,5 ug/kg BB/kali (untuk Peg-Interferon 12 KD) atau 180 ug
ribavirin dnegan dosis pada pasien dengan berat badan <50 kg 800 mg setiap hari,
50-70kg 1000 mg setiap hari, dan >70kg 1200mg setiap hari dibagi dalam 2 kali
pemberian. Obat Hepatitis C ini sekarang juga tersedia dalam bentuk pena (Peg
Intron Redipen). Bentuk pena dari obat Hepatitis C ini akan memberikan kemudahan
pada pasien dalam penyuntikan. Kemudahan ini akan meningkatkan kepatuhan pasien
19
dalam pengobatan Hepatitis C. Kepatuhan dalam pengobatan Hepatitis C merupakan
pemeriksaan RNA HCV secara kualitatif untuk mengetahui apakah HCV resisten
dihentikan dengan memeriksa RNA HCV kualitatif. Bila RNA HCV tetap negatif,
virological response atau SVR) dan RNA HCV kembali positif, pasien dianggap
kambuh (relapser). Mereka yang tergolong kambuh ini dapat kembali diberikan
Interferon dan ribavirin nantinya dengan dosis yang lebih besar atau bila
dimana prognosis dikatakan baik bila RNA HCV turun >2 log.13
menyerupai flu (nyeri otot, malaise, tidak nafsu makan, dan sejenisnya), depresi
dan gangguan emosi, kerontokan rambut lebih dari normal, depresi sumsum
20
tulang, hiperurisemia, kadang-kadang timbul tiroiditis. Ribavirin dapat
asam urat dan ALT) setiap 2 minggu yang kemudian dapat dilakukan setiap bulan.
Terapi tidak boleh dilanjutkan bila Hb<8 gr/dL, lekousit <1500/uL atau kadar
neutrofil <500/uL, trombosit <50.000/uL, depresi berat yang tidak teratasi dengan
pengobatan anti depresi, atau timbul gejala-gejala tiroiditis yang tidak teratasi.13
lebih kurang 60%. Tingkat keberhasilan terapi tergantung pada beberapa hal. Pada
pasien dengan genotype 1 hanya 40% pasien yang berhail dieradikasi sedangkan
untuk genotype lain, tingkat keberhasilan terapi dapat mencapai lebih dari 70%.
Peg Interferon dilaporkan mempunyai tingkat keberhasilan terapi yang lebih baik
umur, semakin lama infeksi terjadi, jenis kelamin laki-laki, berat badan berlebih
daripada pasien pasien hepatitis C kronik hingga mencapai 100%. Pada kelompok
pasien ini interferon dapat digunakan secara monoterapi tanpa ribavirin dan lama
terapi pada satu laporan hanya 3 bulan. Namun sulit untuk menentukan infeksi
akut HCV karena tidak adanya gejala akibat infeksi virus ini sehingga umunya
tidak diketahui waktu yang pasti adanya infeksi. Apabila jelas infeksi akut
21
tersebut terjadi misalnya pada tenaga medis yang secara rutin dilakukan anti HCV
dengan hasil negatif dan kemudian setelah tertusuk jarum anti-HCV menjadi
diberikan bila jumlah CD4 pasien ini <200 sel/mL. bila CD4 kurang dari nilai
tersebut, respons terapi sangat tidak memuaskan. Untuk pasien dengan ko-infeksi
untuk terapi HBV sehingga kedua virus dapat diterpai bersama-sama sehingga
H. Prognosis.
waktu 20 tahun. dan setidaknya 1-5% kasus sirosis dengan hepatitis C akan
pada infeksi VHC ≥30 tahun. Mortalitas akibat komplikasi penyakit sirosis hati
I. Pencegahan.
misalnya di saat memakai obat suntik. Jarum suntik dan alat suntik sebelum
22
Meskipun resiko penularan melalui hubungan seksual kecil, anda
memiliki lebih dari satu pasangan atau berhubungan dengan orang banyak harus
Hepatitis C.9
Jangan pernah berbagi alat seperti jarum, alat cukur, sikat gigi, dan
gunting kuku, dimana dapat menjadi tempat potensial penyebaran virus Hepatitis
C. Bila melakukan manicure, tato dan tindik tubuh pastikan alat yang dipakai
teknisi laboratorium, dokter gigi, dokter bedah, perawat, pekerja ruang emergensi,
polisi, pemadam kebakaran, paramedis, tentara atau siapapun yang hidup dengan
orang yang terinfeksi, seharusnya sangat berhati-hati agar tidak terpapar darah
yang terkontaminasi.5
pekerjaannya. Jika anda pernah mengalami luka karena jarum suntik, anda harus
melakukan tes ELISA atau RNA HCV setelah 4-6 bulan terjadinya luka untuk
dan juga menderita penyakit Hepatitis A memilki resiko tinggi terkena penyakit
23
sangat cepat. Dengan demikian, ahli kesehatan sangat merekomendasikan
Hepatitis B.3
24