Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

M.K OBSTETRI
( Abortus, Kehamilan Ektopik, Hiperemesis Gravidarum )

Dosen Pembimbing : Ratna Dewi, SKM, MPH

Di susun Oleh Kelompok 1 :


1. Agusti Purnama Sari
2. Aida Fikhriati
3. Alfiola Tirta Kencana
4. Anjar Piki Andita

Kelas : 1A/ D3 Kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar bagi Negara-negara berkembang. Di Negara miskin, sekitar 20-50%
kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Menurut data statistik yang dikeluarkan WHO sebagai badan PBB yang
menangani masalah bidang kesehatan, tercatat angka kematian ibu dalam
kehamilan dan persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa setiap tahun
(Iskandar, 2008)
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang
wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita
tersebut.Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik
terganggu.
Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini
kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada
60-80% primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Satu diantara
seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Sarwono, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa itu abortus ?
2. Apa saja penyebab abortus ?
3. Apa saja gejala abortus ?
4. Bagaimana penataaksanaan abortus ?
5. Apa itu kehamilan ektopik ?
6. Apa saja penyebab kehamilan ektopik ?

2
7. Apa saja gejala kehamilan ektopik ?
8. Bagaimana penataaksanaan kehamilan ektopik ?
9. Apa itu hiperemesis gravidarum ?
10. Apa peyebab hiperemesis gravidarum ?
11. Apa saja gejala hiperemesis gravidarum ?
12. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami :
1. Apa itu abortus
2. Apa saja penyebab abortus
3. Apa saja gejala abortus
4. Bagaimana penataaksanaan abortus
5. Apa itu kehamilan ektopik
6. Apa saja penyebab kehamilan ektopik
7. Apa saja gejala kehamilan ektopik
8. Bagaimana penataaksanaan kehamilan ektopik
9. Apa itu hiperemesis gravidarum
10. Apa peyebab hiperemesis gravidarum
11. Apa saja gejala hiperemesis gravidarum
12. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Abortus
1. Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup
di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin
hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih daripada
500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu
(Sastrawinata et al., 2005).
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan
abortus provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa
tindakan mekanis dan disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus
provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja,
baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat (Mochtar).
Abortus spontan merujuk kepada keguguran pada kehamilan kurang
dari 20 minggu tanpa adanya tindakan medis atau tindakan bedah
untuk mengakhiri kehamilan (Griebel et al., 2005).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20
minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir
atau berat janin kurang dari 500 gram ( Obstetri Williams, 2006).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiat,abortus adalah terjadi
keguguran janin, melakukan abortus (dengan sengaja karena tidak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini
janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan,
mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran

4
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20
minggu (Sarwono, 2005).

2. Penyebab Abortus
apa yang menyebabkan terjadinya abortus? Abortus pada wanita hamil
bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling
umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur
kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan
ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat
menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti
radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh
karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang
ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan
infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan
pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang
lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke
depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

3. Gejala Abortus
Tidak selamanya kehamilan berjanan mulus. Permasalahan
kehamilan yang paling ditakuti pasangan suami istri adalah terjadinya
keguguran. Keguguran atau abortus adalah istilah yang menunjukkan
keluarnya Janin (hasil konsepsi) pada usia hamil muda sampai 20
minggu. Pada usia ini, berat badan janin sekitar 500 gram. Bagaimana
tidak janin yang ada di dalam kandungan, harus keluar sebelum

5
waktunya,harapan untuk segera memiliki momongan pupus sudah,
walaupun ada juga yang masih bisa diselamatkan. Ibu hamil, suami,
dan keluarga harusnya mengetahui bagaimana gejala dari keguguran.
Jika di ketahui sedini mungkin, bisa dilakukan penanganan secara
cepat, dengan harapan janin bisa diselamatkan.
Berikut ini adalah gejala-gejala berdasarkan tipe dari
keguguran/abortus
a) Keguguran yang membakat (Abortus Iminens)
Gejala yang timbul : Pendarahan sedikit demi sedikit (berupa
flek), setelah di lakukan pemeriksaan janin masih utuh.
Kehamilan ini masih bisa dipertahankan dengan perawatan yang
intensif. Wanita harus beristirahat dengan cara berbaring, baik
dirumah atau dirumah sakit, kurangi kegiatan sehari-hari sampai
kehamilan berusia sekitar 20 minggu
b) Keguguran yang Sedang Berlangsung (abortus insipiens)
Gejala yang timbul: perut terasa sakit karena konstraksi yang
disertai pendarahan yang cukup banyak. Setelah dilakukan
pemeriksaan janin dalam proses terlepas dari dinding rahim.
Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi dan harus segera dikuret
untuk membersihkan rongga rahim agar tidak terjadi pendarahan
yang lebih banyak.
c) Keguguran yang tidak lengkap (abortus inkomplit)
Gejala yang timbul : Pendarahan sedikit demi sedikit. Setelah
dilakukan permeriksaan terdapat jaringan sisa dalam rongga
rahim. Biasanya kondisi ibu lemas karena sudah mengalami
pendarahan yang cukup banyak.
Harus segera dikuret agar pendarahan berhenti dan mencegah
infeksi pada rahim
d) Keguguran yang Lengkap (Abortus komplit)
Terjadi pendarahan dan setelah diperiksa tidak terdeteksi jaringan
sisa di rongga rahim.

6
Pada kondisi ini tidak perlu lagi dilakukan kuret, tetapi cukup
diberi obat-obatan.
e) Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi secara spontan, terjadi berturut-turut selama 3
kehamilan atau lebih. Untuk mencegah dan mengatasinya, wanita
yang hamil muda harus memperhatikan hal-hal berikut:
-Kandung kemih dan rectum harus selalu kosong, konstipasi dan
diare harus dicegah agar pertumbuhan jnin tidak terganggu
-Hindari kegiatan yang melelahkan
-Hindari mengangkat beban yang berat dan jangan melakukan
perjalanan yang jauh dnegan menggunakan kendaraan
-Berhati-hatilah dengan hubungan seks pada trimester I
-Lakukan pemeriksaan laboratorium setelah berkonsultasi dengan
dokter spesialis
f) Miss Abortion
Pendarahan pada kehamilan muda yang disertai tertinggalnya
janin yang sudah meninggal dalam rahim. Biasanya didahului
dengan gejala abortus Iminens, kemudian hilang secara spontan
setelah dilakukan pengobatan. Untuk menentukan keluhan ini
tidak cukup dengan satu kali pemeriksaan, artinya diperlukan
pengamatan dan pemeriksaan berulang-ulang, penanganan
berfariasi sesuai dengan usia kehamilan
Setiap pasangan suami istri dan keluarga, tentu tidak
menginginkan terjadi keguguran, mudah-mudahan selalu
melindungi calon buah hati, sehingga bisa di lahirkan selamat dan
sehat. Tapi gejala-gelajar tejadi keguguran ini, tetaplah lebih baik
diketahui untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

4. Penatalaksanaan
Penanganan / Penatalaksanaan
Penanganan Secara Umum :

7
- Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan
transfusi darah dan cairan yang cukup.
- Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1
juta satuan tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam,
atau antibiotika spektrum luas lainnya.
- 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih
cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Penanganan Secara khusus :
1. Abortus Iminens
- Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring
secara total.
- Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisisk secara berlebihan
atau melakukan hubungan seksual.
Bila perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi.
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG).
Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ektopik/mola)
- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
- Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
- Berikan obat penenang, biasanya penobarbhital 3x30mg. berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000mg.

8
- Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
- Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
2. Abortus Insipiens
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10
IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
- Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikkan ergometrin 0,5mg intramuscular.
- Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi. Bila usia gestasi < 16
minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum
Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia
gestasi > 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi
dan Kuratase (D&K).
- Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia
gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan
dengan :
- Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8
tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai
dengankondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil
konsepsi
- Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
- Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat
diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.

9
3. Abortus Inkompletus
- Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).
- Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCL
fisiologis atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
- Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital
atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral.
- Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung usia gestasi,
pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin).
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis
(ammpisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg).
- Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metrodinazol 500 mg
setiap 8 jam.
- Bila tetjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,
segera lakukan evakuasi dengan AVM.
- Bila pasien tampak anemik, berikan sulfat ferosus 600 mg perhari
selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia
berat).
- Bila syok sudah diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikkan ergometrin 0,2mg IM.
4. Abortus Kompletus
- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
- Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

10
- Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi
antibiotika atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi
antibiotika profilaksis.
- Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3
ampai 5 hari.
- Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas
Ferosus 600mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran
mengkonsumsi makanan bergizi. Untuk transfusi berat berikan
transfusi darah.
5. Abortus Infeksiosa
- kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis, pabila fasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk
pasien kerumah sakit.
- Sebelum merujuk pasien, lakukan restorasi cairan yang hilang
dengan NS atau RL melalui infus dan berikan antibiotika.
- Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan
antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilitasi hingga kondisi
pasien memadai, dapat dilakukan pengobatan uterus sesegera
mungkin (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian
perforasi pada kondisi ini
Untuk penanggulangan infeksi berikan :
- Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU IM tiap 12
jam di tambah kloramfenikol 1g peroral selanjutnya 500mg peroral
tiap 6 jam.
- Obat pilihan kedua : ampisilin 1g peroral selanjutnya 500g tiap 4
jam di tambah metronidazole 500mg tiap 6 jam.
- Obat pilihan lainnya : ampisilin dan klorampenikol, penisilin dan
metronidazole. Ampisilin dan gentamicin, penisilin dan
gentamicin.
- Tingkatkan asupan cairan.
- Bila perdarahan banyak, lakukan tranfusi darah.

11
- Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotic atau
lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.
- Pada pasien yang menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan
yang di berikan pada pasien yang hendak di rujuk, selama 10 hari.

B. Kehamilan Ektopik
1. Pengertian Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yaitu dalam
endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat
daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai.
Diantara kehamilan ektopik yamg banyak terjadi ialah terjadi di tuba
(90%), khususnya di ampulla (Wiknjosastro, 2007).
Kehamilan etopik terja bila telur yang di buahi berinplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kafum uteri.kehamilan ekstrauterin tidak
sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada parts
interstisialis tuba dan kanalis serfitalis masih termasukdalam
uterus,tetapi jelas bersifat ektopik . sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi dituba.sangat jarang terjadi inplantasi pada ofarium,rongo
perut,kanalis serfikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter,dan di
fertikel pada uterus.berdasarkan inplantasi hasil konsepsi pada tuba
,terdapat kehamilan pars interstisialis tuba kehamilan pars ismikatuba
kahamilan ampularis tuba dan kehamilan infundibulum tuba.
 FREKUENSI
Pemakaian antibiotika dapat meningkatkan frekuensi kehamilan
ektopik.antiboditika dapat mempertahankan terbentuknya tuba yang
menggalami infeksi ,tetapi perlekatan menyebapkan pergerakan silia
dan peritalisis tuba tergungu dan menghambat perjalanan kofum yang
di buahi oleh ampula kerahim sehingga implatasi terjadi pada tuba.

12
Kontrasepsi juga mempegaruhi frekuensi kehamilan ektopik dengan
jumlah kelahiran diruma sakit.
reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum didalam ovarium.
Satu ovum dikeluarkan dari folikel ovarium dan masuk kedalam
rongga abdomen pada pertengan daur seksual bulanan. Ovum ini
kemudian berjalan melewati salah satu tuba fallopi menuju uterus,
dan jika sudah dibuahi oleh sperma, akan tertanam didalam uterus,
tempat diman ovum akan berkembang menjadi janin. Ovum
dikelilingi oleh satu lapis sel-sel granulose yang disebut folikel
primordial. Pada tahap ini ovum sendiri belum matang,
membutuhkan dua pembagian sel lagi untuk mencapai kematangan.
Yang disebut oosit primer. Pada kehamilan minggu ke-30, jumlah
ovum telah mencapai kira-kira 6 juta, sebagian besar telah
berdegenerasi, sehingga hanya kira-kira 2 juta ovum didalam kedua
ovarium pada saat melahirkan (Guyton, 1997).
Menurut Prawirohardjo (2007) berdasarkan lokasinya, kehamilan
ektopik dapat dapat dibagi dalam beberapa golongan yaitu sebagai
berikut:
a).Tuba Fallopii
Tuba fallopi terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. pars interstisialis
2. isthmus
3. ampulla
4. infundibulum
5. fimbria
b). Uterus
Uterus terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. kanalis servikalis
2. divertikulum
3. koruna
4. tanduk rudimenter

13
c).Ovarium
d). Intraligamenter
e).Abdominal
Abdominal terdiri dari 2 bagian yaitu sebagai berikut:
1. primer
2. skunder
sedangkan pada lokalisasi selebihnya tidak disebutkan karena
sulit untuk menentukan tempat terjadinya kehamilan ektopik.
Seandainya disebutkan atau bila dinyatakan tidak dapat dibuktikan.
Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang telah dibuahi
dimana saja selain lokasi normal dalam uterus. Setiap hambatan
yang mengganggu lewatnya ovum disepanjang perjalanannya
melewati oviduktus ke uterus mempermudah terjadinya kehamilan
ektopik. Kehamilan ektopik ini disebabkan oleh peradanagan di
oviduktus. Kehamilan ovarium mungkin terjadi jika ovum yang
dibuahi dalam folikel tepat saat folikel ruptur (Cotran, 2007).
Kehamilan ektopik merupakan kejadian kehamilan diluar kavum
uteri, insidennya menunjukkan peningkatan. Insiden kehamilan
ektopik di inggris sebesar 10-12 per 100 kehamilan. 65%
diantaranya terjadi pada umur sekitar 25-34 tahun. Setelah satu
kehamilan ektopik terjadi kembali sekitar 10-20%. Sampai saat ini
tempat yang paling sering terjadi kehamilan ektopik adalah tuba
falopi dan lebih jarang terjadi di ovarium. Pada beberapa kasus,
ditemukan kelainan pada tuba falopi seperti radang kronis.
Diperkirakan akibat adanya cacat pada transpor tuba falopi.
Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini
tidak bisa menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan
besar di saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan
dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan mematikan.
Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan

14
tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang
ditanggungnya (Prawirohardjo, 2007)
jacoeb (2007) membagi kehamilan ektopik dari segi
endokkrinologi, maka kehamilan dibagi atas tiga masa yaitu:
1) Kehamilan muda
Masa ini ditandai oleh meningkatnya pembentukan hCG dari
sel-sel tofoblas dan perubahan korpus luteum menjadi korpus
luteum gravitiditatis. Korpus luteum graviditatis ini nantinya
akan memproduksiestrogen dan progesteron.
2) Kehamilan pertengahan triwulan petama
Pada masa ini produksi hCG yang semula meningkat mulai
menurun. Estrogen dan progesteron tidak dihasilkan lagi oleh
korpus luteum graviditatis, melainkan oleh plasenta.
3) Kehamilan triwulan kedua dan ketiga
Pada masa ini plasenta menghasilkan steroid seks dalam
jumlah yang sangat besar. Selain itu terjadi pula peningkatan
hormon PRL dari hipofisis anterior. Plasenta juga
membentuk human chorionic somatomammottropin (hCS),
human placental lactogen (hPL), atau human chorionic
thytrotropin (hCT).

2. Penyebab Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal, dan yang
paling sering adalah disebabkan adanya infeksi pada saluran falopi
(tuba falopi - fallopian tube). Kehamilan ektopik besar kemungkinan
terjadi pada kondisi:
 Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat
riwayat kehamilan ektopik)
 Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba
falopi

15
 Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa
kehamilan
 Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
 Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti
gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)

3. Gejala Kehamilan Ektopik


Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda
seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan
muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.
Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah:
 Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa
tajam awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut.
Nyeri bertambah hebat bila bergerak
 Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak
seperti menstruasi)
 Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala
diatas, maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan
Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa hamil dan mengalami
gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini
sangat penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa
apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.
Selain itu, gejala kehamilan ektopik juga dapat diketahui oleh ibu hamil,
diantaranya adalah :
a. Gejala Subjektif
Gejala subjektif merupakan gejala yang bisa dirasakan secara nyata
oleh penderitanya. Gejala-gejala itu meliputi hal di bawah ini :
1) Nyeri abdomen – Nyeri ini merupakan gejala paling sering yang
dialami oleh penderita kehamilan ektopik. Nyeri itu berada di
bagian abdomen perempuan. Hati-hati jika perempuan mengalami
nyeri tersebut. Nyeri di pada sebelah sisi akan terjadi pada

16
sebelah sisi saja namun ketika masuk ke dalam abdomen akan
terasa nyeri di kedua sisi abdomen.
2) Pendarahan vagina – Wanita yang mengalami flek bercak
darah bisa mengalami pendarahan vagina saat mengalami
kehamilan ektopik. Pendarahan itu bisa terjadi setelah
terdeteksinya kehamilan namun, kehamilan ektopik belum
terdeteksi. Pendarahan ini asalnya dari pelepasan dari dua dari
kavum uteri dan juga berasal dari abortus tuba. Pendarahan ini
bisa berupa bercak cokelat saja namun bisa juga pendarahannya
seperti menstruasi.
3) Nyeri di ruptur tuba – Nyeri ini bisa terjadi begitu saja dan
kemudian menghilang begitu saja. Gejala ini sering diabaikan
oleh penderitanya akibat timbul dan tenggelamnya gejala
tersebut.
4) Ketegangan abdomen – Abdomen tidak hanya merasakan nyeri
saja, namun abdomen juga diliputi dengan ketegangan.
Ketegangan tersebut bisa menyeluruh atau bersifat lokal saja.
Ketegangan abdomen juga ditandai dengan nyeri goyang serviks.
5) Masa adneksa – Tanda-tanda kehamilan adalah masa adneksa
yang bisa diraba sebanyak sepertiga atau setengah dari kehamilan
ektopik, Masa pada cavum douglassi juga bisa ditemukan.
6) Pandangan berkunang-kunang – Orang yang mengalami
kehamilan ektopik akan mengalami pandangan yang berkunang-
kunang dan juga kabur. Pandangan itu bisa menyebabkan wanita
penderita hamil ektopik sulit menyeimbangkan tubuhmya. Untuk
berjalan pandangan berkunang-kunangnya akan menghalangi
pandangannya untuk melihat jalan yang ada di sekitarnya.
Gejala Yang Ditemukan Oleh Pihak Medis
Gejala yang ditemukan secara objektif oleh petugas medis dan
mengarah ke kehamilan ektopik sangat beragam. Berikut ini gejala
yang ditemukan saat pasien kehamilan ektopik mengunjungi dokter :

17
1) Syok – Syok adalah kondisi pertama pasien yang datang dan
menemui dokter untuk konsultasi. Syok itu biasanya terjadi
karena pasien mengalami pendarahan vagina. Banyak wanita
yang takut mengalami pendarahan yang abnormal sehingga
wanita mengalami syok berkelanjutan.
2) Pingsan – Ketika di USG kehamilan dilakukan dan mendapati
dirinya mengalami kehamilan ektopik tidak sedikit wanita yang
pingsan. Tak hanya itu saja, wanita dengan kehamilan ektopik
mengalami tekanan darah rendah. Tekanan darah rendah
(Hipotensi) bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan
karena rendahnya tekanan darah di dalam tubuhnya.
3) Denyut nadi meningkat – Dokter juga akan menemukan pada
kondisi pasien bahwa denyut nadi pasien menjadi meningkat
tajam. Pihak medis akan menghitung denyut nadi di pergelangan
tangan dan juga di bagian leher. Jika denyut nadi di kedua bagian
tersebut meningkat, bisa dikatakan bahwa pasien itu mengalami
gejala kehamilan ektopik.
4) Anemia – Pasien juga mengalami anemia karena pendarahan
yang terjadi pada dirinya. Anemia itu akan menimbulkan
berbagai macam keluhan misalnya saja lesu, letih, sering
mengantuk dan tidak bertenaga. Anemia itu juga bisa disebabkan
adanya hipotensi pada tubuh pasien
5) Pembesaran uterus – Akan ditemukan tanda-tanda kehamilan
pada pasien kehamilan ektopik. Tanda itu adalah adanya
pembesaran uterus atau pembesaran rahim. Padahal kehamilan
yang dialami bukanlah kehamilan normal namun pembesaran
uterus bisa terjadi.
6) Benjolan di sebelah uterus – Gejala ini bisa dialami oleh wanita
yang memeriksakan ke medis. Gejala itu berupa adanya benjolan
di sebelah uterus namun, bukan di dalam uterus. Dokter banyak

18
yang salah diagnosa dan menganggap bahwa benjolan itu adalah
tumor.

4. Penatalaksanaan
Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih
dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.
1. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak
integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan konservativ
medik dilakukan dengan pemberian methotrexate. Methotrexate
adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi
keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit
trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila
diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate
diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan
terminasi kehamilan tersebut.
Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis
multipel. Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2
(intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah
sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan
hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin
ditambahkan ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg
(intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi
methotrexate dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif
pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis
tunggal 9. Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per
laparoskopi tepat ke dalam massa hasil konsepsi. Terapi
methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling
ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu.

19
Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus
memiliki syarat-syarat berikut ini: a) keadaan hemodinamik yang
stabil dan tidak ada tanda robekan dari tuba, b) tidak ada aktivitas
jantung janin, c) diagnosis ditegakkan tanpa memerlukan
laparaskopi, d) diameter massa ektopik < 3,5 cm, e) kadar tertinggi
β-hCG < 15.000mIU/ ml, f) harus ada informed consent dan
mampu mengikuti follow up, serta g) tidak memiliki
kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate.
2. Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien
dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah
terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu,
pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil
konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di
sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear
sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di
perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera
terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan
yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan
elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit
kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. Metode per
laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba
yang belum terganggu.
Pada dasarnya prosedur Salpingotomi sama dengan
salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit
kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan
tuba pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi (Chalik,
2004).

20
C. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama
masa hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama kehamilan trimester pertama (Varney,2006).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil hingga mengganggu aktivitas. Batasan mual dikatakan
lebih dari 10 kali muntah dengan penurunan keadaan umum ibu.
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah pada ibu hamil
trimester pertama yang terjadi setiap saat (Wiknjosastro,2007).
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual
dan muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap
saat, sehingga menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari – hari
(Arief. B., 2009).
Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu
aktivitas sehari – hari yang tidak terkendali selama masa hamil yang
menyebabkan dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit atau defisiensi
nutrisi dan kehilangan berat badan.

2. Penyebab Hiperemesis Gravidarum


Diperkirakan sekitar satu persen wanita hamil menderita
hiperemesis gravidum. Meski begitu, para ahli hingga kini belum bisa
mengetahui secara pasti penyebabnya.
Ada beberapa hal yang diyakini ahli berkaitan erat dengan
kemunculan hiperemesis gravidarum atau dalam kata lain dapat
meningkatkan risiko seorang wanita terkena kondisi ini.
 Pernah mengalami hiperemesis gravidarum di kehamilan
sebelumnya.
 Memiliki keluarga dekat yang pernah menderita hiperemesis
gravidarum, misalnya ibu, kakak, atau adik.

21
 Mengandung anak perempuan atau anak kembar.
 Menderita mola hidatidosa atau kegagalan pembentukan janin
akibat kehamilan abnormal.

3. Gejala Hiperemesis Gravidarum


Berikut ini beberapa gejala hiperemesis gravidarum, di antaranya:
 Mual dan muntah parah secara berkepanjangan.
 Pusing.
 Sakit kepala.
 Jantung berdebar.
 Sulit menelan makanan atau minuman.
 Mengeluarkan air liur secara berlebihan.
 sangat sensitif terhadap aroma.
Jika tidak ditangani secara baik atau diabaikan, gejala hiperemesis
gravidarum bisa memburuk dan berisiko tinggi menyebabkan
komplikasi, seperti:
 Kehilangan berat badan.
 Dehidrasi.
 Konstipasi.
 Ketosis atau peningkatan kadar asam keton yang bersifat toksik di
dalam darah.
 Hipotensi atau tekanan darah rendah.
 Trombosis vena dalam atau penggumpalan darah di dalam
pembuluh vena.
 Pingsan.
 Berat badan bayi rendah.
Selain berdampak pada fisik, gejala hiperemesis gravidarum juga dapat
mengarah pada masalah lainnya, seperti:
 Menurunnya kualitas hidup penderita akibat aktivitas sehari-hari
yang terganggu, baik di dalam kehidupan keluarga, sosial, maupun
pekerjaan.

22
 Masalah psikologis, seperti stres, bingung, cemas, bahkan putus asa.
Jika Anda adalah wanita yang sedang hamil, segera temui dokter
atau ke rumah sakit apabila mengalami gejala mual dan muntah parah
secara berkepanjangan. Diagnosis yang sedini mungkin dilakukan dapat
membantu Anda meredakan gejala hiperemesis gravidarum dan
menurunkan risiko terkena komplikasinya melalui pemberian obat-
obatan yang tepat dari dokter. Diagnosis juga diperlukan untuk
mendeteksi adanya kondisi lain yang menyebabkan mual dan muntah
selain hiperemesis gravidarum.

4. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum


a) Menganjurkan ibu hamil untuk mengubah pola makan menjadi lebih
sering dengan porsi sedikit
b) Menganjurkan untuk makan roti kering / biskuit dan teh hangat dan
menghindari makanan berminyak serta berbau lemak.
c) Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil tersebut
diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan antimuntah
d) Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk
e) Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila perlu
ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium (2)

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia
luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Salah satu penyebab abortus adalah
takut miskin atau penghasilan yang tidak memadai. Dan salah satu gejala abortus
adalah perut terasa sakit karena konstraksi yang disertai pendarahan yang cukup
banyak. Setelah dilakukan pemeriksaan janin dalam proses terlepas dari dinding
rahim.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yaitu dalam endometrium
kavum uteri. Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal, dan yang
paling sering adalah disebabkan adanya infeksi pada saluran falopi (tuba falopi -
fallopian tube). Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-
tanda seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah,
mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.
hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang
dapat mengganggu aktivitas sehari – hari yang tidak terkendali selama masa hamil
yang menyebabkan dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi
dan kehilangan berat badan. beberapa gejala hiperemesis gravidarum, di
antaranya:
Mual dan muntah parah secara berkepanjangan, Pusing, Sakit kepala, Jantung
berdebar, Sulit menelan makanan atau minuman.

3.2 Saran
Sebagai tenaga medis, sebisa mungkin kita harus mengurangi tingkat
abortus, kehamilan ektopik dan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Hal
tersebut dapat kita lakukan dengan cara memberikan konseling pada ibu hamil
untuk sebisa mungkin menjaga kehamilannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://viqylezta.blogspot.co.id/2012/10/kehamilan-ektopik-terganggu-ket_18.html

http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/definisi-hiperemesis-gravidaru-
heg.html

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, 246.

25

Anda mungkin juga menyukai