Anda di halaman 1dari 16

PENGGUNAAN BAHASA DALAM MEDIA MASSA

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)

Oleh:
Andre Setiawan 03031181722009
Cindy Tamara 03031281722045
Faisal Azis Ramadhan 03031281722033
Nini Kartika 03031181722025
Sayidil Tohari 03031281722061

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT. atas limpahan
rahmat, taufik dan inayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya.

Penyusunan makalah ini tidak akan mungkin terwujud tanpa bantuan dan
dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Ansori, M. Si. yang telah membimbing
dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna
maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang dapat
membantu dan membangun untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan
datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun


penyusun. Terima kasih.

Indralaya, November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................ 1
Bab II Pembahasan ................................................................................................ 3
Bab III Kesimpulan dan Saran .............................................................................. 12
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia. Dengan kata lain bahasa adalah penghubung atau
alat komunikasi yang digunakan manusia yang menyatakan pikiran, keinginan,
dan perasaan antar sesama.
Bahasa Indonesia adalah bahasa melayu yang dijadikan sebagai bahasa
resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlaku konstitusi. Bahasa
Indonesia telah digunakan dalam kehidupan sehari - hari termasuk dalam media
elektronik dan media cetak.
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau
perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok
atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau
alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain (Soehadi,
1978:38). Dengan kata lain media massa adalah channel, media/medium, saluran,
sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni
komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak (channel of mass
communication) misalnya misalnya radio, televisi, dan surat kabar. Media massa
juga akan berkembang dengan adanya perubahan jaman seperti di era globalisasi
sekarang ini.
Seiring dengan maraknya globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar pada khalayak umum mulai diabaikan. Hal ini dapat
mempengaruhi keberadaan bahasa Indonesia di kalangan masyarakat mulai
memudar dan tidak dipedulikan lagi aturan dalam penggunannya, karena
masyarakat tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
khususnya penggunaan bahasa di dalam media massa. Bahasa Indonesia yang
digunakan dalam media massa juga sangat mempengaruhi kebiasaan berbahasa
para pengkonsumsi media massa. Jika bahasa Indonesia yang digunakan dalam
media massa tersebut tidak sesuai dengan kaidah, hal ini akan merusak
penggunaan bahasa Indonesia. Pada umumnya bahasa yang digunakan pada saat
siaran langsung tidak ada peran penyunting untuk memperbaiki penggunaan
bahasa Indonesia. Keadaan yang berbeda dengan surat kabar yang selalu disunting
oleh redaktur penyunting, sehingga kualitas penggunaan bahasa Indonesianya
sudah lebih baik.
Dengan latar belakang yang ada dapat disimpulkan bahwa batasan masalah
yang ada adalah perkembangan bahasa Indonesia di media massa pada era
globalisasi, ragam bahasa jurnalistik pada media massa, kesalahan berbahasa
dalam jurnalistik, gaya bahasa yang disakijakan untuk informasi pada media
massa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan bahasa Indonesia pada media massa di era
globalisasi?
2. Bagaimana ragam bahasa jurnalistik pada media massa di Indonesia?
3. Apa saja bentuk kesalahan berbahasa dalam jurnalistik yang tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku?
4. Bagaimana gaya bahasa yang baik untuk informasi yang disajikan oleh media
massa?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan perkembangan bahasa Indonesia pada media massa di era
globalisasi.
2. Mendeskripsikan ragam bahasa jurnalistik pada media massa di Indonesia.
3. Mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa dalam jurnalistik yang tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku.
4. Mendeskripsikan gaya bahasa jurnalistik yang baik untuk informasi yang
disajikan dalam media massa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Media Massa


Ada ungkapan yang menyatakan bahwa bahasa merupakan pembuka dan
penyebar pengetahuan. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan
pengetahuan, termasuk kebudayaan dan teknologi, yang semakin cepat dan pesat
tidak akan tersebar luas tanpa adanya sarana yang dapat digunakan untuk
menyebarluaskannya. Salah satu sarana tersebut adalah bahasa. Dengan kata lain,
bahasa sebagai salah satu alat komunikasi mempunyai peranan yang penting
dalam penyebarluasan itu. Orang dapat menyampaikan segala gagasan atau idenya
melalui bahasa.
Menurut Sunaryo (2000), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa
Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia
di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda,
yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana
berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
akhirnya menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Sebagai salah
satu alat untuk berkomunikasi, bahasa juga memerlukan media sebagai sarana
penyebarluasannya. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai wahana
tersebut adalah media massa, baik yang berbentuk audio, visual, audiovisual,
cetak, maupun elektronik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media massa
dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, dan perkembangan bahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi juga tidak terpisahkan dengan keberadaan
media massa.
Sebagai salah satu sarana komunikasi, media massa juga mempunyai
peranan yang amat penting dalam perkembangan pengetahuan. Hadiono (dalam
Putera, 2010) menyebutkan bahwa peran media massa dalam kehidupan sosial
bukan sekadar sarana diversion dalam kehidupan sosial, pelepasan ketegangan,
atau hiburan, melainkan isi yang disajikan mempunyai peran yang signifikan
dalam proses sosial. Selain berperan dalam proses sosial, media massa juga
mempunyai peran yang besar dalam mendukung perkembangan bahasa,
khususnya bahasa Indonesia. Asmadi (2008) menyatakan media massa adalah
pendukung utama bahasa Indonesia pada awal bahasa itu bergulat dengan batasan
oleh penjajah. Peran penting media massa itu perlu dimunculkan mengingat media
massa berperan penting dalam berbagai aspek.
Media massa dan globalisasi memiliki pengaruh maupun peran yang
saling mendukung satu sama lain. Pengaruh tampaknya dapat di istilahkan dengan
suatu yang positif(kontruktif) maupun negatif(dekstruktif), sedangkan peran
merupakan factor yang saling menguntungkan (mutualisme) dengan adanya
pengaruh yang negatif, maka diperlukan gatekeeper (filter) terhadap informasi
yang diterima, khususnya dari bangsa barat. Sebab sejak decade 70-an hingga
sekarang, terjadi ketimpangan dalam arus informasi antara negara maju dengan
negara berkembang.
Dari peranan media massa dan globalisasi, memang tak dapat dipungkiri
bahwa terdapat nilai positif di antara keduanya. Globalisasi akan mendorong
masyarakat untuk terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan dan forum
internasional. Dengan demikian menurut Mohammad Shoelhi, komunikasi
internasional semakin dirasakan arti pentingnya dalam pergaulan internasional
guna memajukan saling pengertian dan menghilang kesejangangan dala hubungan
internasional
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini bahasa bisa dikatakan sebagai
salah satu aspek penting yang mempengaruhi peran media massa. Karena pada era
globalisasi seperti sekarang ini banyak media massa yang ikut juga berkembang
mengikuti bahasa gaul yang bisa mengkerdilkan bahasa indonesia sehingga pada
akhirnya generasi muda indonesia lebih menguasai bahasa gaul daripada bahasa
indonesia.

2.2 Ragam Bahasa Jurnalistik pada Media Massa di Indonesia


Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan bahasa pers, merupakan salah
satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia di samping terdapat juga ragam
bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik,
dan ragam bahasa literer (sastra) (Sudaryanto, 1995). Dengan demikian bahasa
jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya dengan ragam
bahasa yang lain. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh
wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa
(Anwar, 1991). Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa(Language of Mass
Communication, disebut pula Newspaper Language) yakni bahasa yang
digunakan dalam komunikasi melalui media massa baik komunikasi lisa(tutur) di
media elektronik(radio dan TV) maupun komunikasi tertulis(media cetak) dengan
ciri khas singkat, padat dan mudah dipahami.
Di dalam bahasa jurnalistik itu sendiri juga memiliki karakter yang
berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan. Bahasa
jurnalistik yang digunakan untuk menulisan reportase investigasi tentu lebih
cermat bila dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam penulisan
features. Bahkan bahasa jurnalistik pun sekarang sudah memiliki kaidah-kaidah
khas seperti dalam penulisan jurnalisme perdamaian (McGoldrick dan Lynch,
2000). Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis berita utama—ada yang
menyebut laporan utama, forum utama–akan berbeda dengan bahasa jurnalistik
yang digunakan untuk menulis tajuk dan features. Dalam menulis banyak faktor
yang dapat mempengaruhi karakteristik bahasa jurnalistik karena penentuan
masalah, angle tulisan,pembagian tulisan, dan sumber (bahan tulisan). Namun
demikian sesungguhnya bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang
dimiliki oleh ragam bahasa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata,
struktur sintaksis dan wacana (Reah, 2000). Namun demikian, karena berbagai
keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik
memiliki sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan
menarik. Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti
perkembangan bahasa dalam masyarakat. Secara lebih seksama bahasa jurnalistik
dapat dibedakan pula berdasarkan bentuknya menurut media menjadi bahasa
jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online
internet. Beberapa ciri – ciri yang dimiliki oleh gaya bahasa jurnalistik yaitu;
1. Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat
yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat
heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualnya maupun karateristik demografis
dan psikografisnya. Kata atau kalimat yang rumit yang hanya dipahami maknanya
oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
2. Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah, tidak bertele-tele, tidak
memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Seperti pada ruangan atau
kapling yang tersedia pada kolom-kolom halaman surat kabar, tabloid, atau
majalah sangat terbatas sememtara isinya banayak dan beraneka ragam.
Konsekuensinya apapun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan
dengan filosofi , fungsi dan karakteristik pers.
3. Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan
paragraph yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk
khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat
singkat dan kalimat padat. Kalimat yang singkat tidak berarti memuat banyak
informasi. Sedangkan kalimat yang padat mengandung lebih banyak informasi.
4. Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau
penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca
sehingga terjadi perbedaan persepsi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu
arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan
makna kata tersebut
5. Jelas
Jelas artinya mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai
contoh, hitam adalah warna yang jelas dan putih adalah warna yang jelas. Ketika
kedua warna disandingkan maka terdapat perbedaan yang tegas mana yang
disebuat hitam, mana pula yang disebut putih. Pada kedua warna tesebut tidak
ditemukan warna abu–abu. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan
kontras.Jelas disini mengandung tiga arti : jelas artinya, jelas susunan kata atau
kalimatnya sesuai kaidah subjek – objek – predikat- keterangan (SPOK), jelas
sasaran atau maksudnya.
6. Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus dan tidak
menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau
fitnah. Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti
kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu
berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan publik.
7. Menarik
Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan
minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca. Bahasa jurnalistik
berpijak pada prinsip : menarik, benar, dak baku. Wartawan sering juga disebut
seniman. Bahasa jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman bukan
dengan mimic mukas tegang. Karena itulah sekeras apapun bahasa jurnalistik, ia
tidak akan dan tidak boleh membangkitkan kebencian serta permusuhan dari
pembaca dan pihak mana pun. Bahasa jurnalistik harus provokatif tetapi tetap
merujuk kepada pendekatan dan kaidah normative. Perlu ditegaskan salah satu
fungsi peras adalah edukatif. Nilai dan nuansa edukatif itu juga harus nampat pada
bahasa jurnalistik pers.
8. Demokratis
Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah
demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan,
pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa.
Sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa sunda dan bahasa jawa. Bahasa
jurnalistik menekankan aspek fungsional. Bahasa jurnalistik
9. Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau, kalimat apapun yang terdapat
dalam karya–karya jurnalistik harus akrab di teling, di mata, dan di benak pikiran
khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat,
artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Kebalikan dari
populis adalah elitis. Bahasa yang elitis adalah bahasa yang hanya dimengerti dan
dipahami segelintir kecil orang saja, terutama mereka yang berpendidikan dan
berkedudukan tinggi.
10. Logis
Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat atau
paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar.
11. Gramatikal
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apapun yang dipakai dan
dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa
baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman
ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang
menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar pengaruhnya dan
paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau kelompok masyarakat.
12. Menghindari kata tutur
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari–hari
secara informal. Kata tutur ialah kata–kata yang digunakan dalam percakapan di
warung kopi, terminal, bus kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk
menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh pihak yang diajak bicara
memahami maksud dan maknanya. Kata tutur ialah kata yang hanya menekankan
pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata
bahasa.
13. Menghindari kata dan istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus
tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan
yang banyak diselipi kata–kata asing, selain kurang informatif dan komunikatif
juga membingungkan. Menurut teori komunikasi, khalayak media massa terdiri
atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan,
profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik memasukkan kata
atau istilah asing pada berita yang kita tulis, kita tayangkan, sama saja dengan
sengaja menyebar banyak duri ditengah jalan. Kecuali menyiksa diri sendiri, juga
mencelakakan orang lain.
14. Pilihan kata atau diksi yang tepat
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang
disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas
efektifitas. Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akuratb sesuai
dengan tujuan pesan pookok yang ingin disampaikan kepada khalayak . Pilihan
kata atau diksi, dalam bahasa jurnalistik tidak sekadar hadir sebagai varian dalam
gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada pertimbangan
matang untuk mencapai efek optimal terhadap khalayak. Pilihan kata atau diksi
yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik bisa menimbulkan akibat fatal.
15. Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak
pembaca daripada kalimat pasif.
16. Menghindari kata atau istilah teknis
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana,
mudah dipahami, ringan dibaca. Salah satu cara untuk itu ialah dengan
menghindari penggunaan kata atau istilah–istilah teknis. Bagaimanapun kata atau
istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif
homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa tidak boleh
dibawa ke dalam realitas yang heterogen.
17. Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi. Fungsi ini bukan saja harus,
tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel–artikelnya,
melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika.
Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran tapi sekaligus juga menunjukkan etika
orang itu. Dalam menjalankan fungsinya mendidik khalayak, pers wajib
menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa pers
harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh
menggunakan kata – kata vulgar dan berselera rendah lainnya dengan maksud
untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.
Ciri – ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh ragam bahasa
jurnalistik mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisn masyarakat yang tidak
sama tingkat pengetahuannya. Dengan kata lain bahasa jurnalistik dapat dipahami
dalam ukuran intelektual minimal. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang
memiliki cukup waktu untuk membaca surat kabar. Oleh karena itu bahasa
jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk menyampaikan semua
informasi yang dibawa kepada pembaca se cepatnya dengan mengutamakan daya
komunikasinya.

2.3 Bentuk Kesalahan dalam Jurnalistik yang Tidak Sesuai dengan Kaidah Bahasa
Indonesia Baku
Beberapa bentuk kesalahan berbahasa dalam jurnalistik tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Bentuk – bentuk kesalahan tersebut adalah:
1. Penyimpangam morfologis, yaitu penyimpangan ini sering dijumpai pada judul
berita surat kabar yang memaai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak
baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefik atau
awalan dihilangkan.
2. Kesalahan sintaksis, yaitu kesalahan berupa pemakaian tata bahasa atau
struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian.
Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus.
3. Kesalahan kosakata, kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan
(eufisme) atau meminimalisir dampar buruk pemberitaan.
4. Kesalahan ejaan, kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam surat kabar
seperti dalam penulisan kata Jumat ditulis Jum’at
5. Kesalahan pemenggalan, terksesan setiap ganti garis pada setiap kolom
kelihatan asal penggal saja.

2.4 Gaya bahasa yang baik untuk informasi yang disajikan oleh media massa
Menurut Keraf (199:113) sebuah gaya bahasa yang baik harus
mengandung tiga unsur yaitu kejujuran, sopan santun, menarik
1. Kejujuran
Kejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti aturan – aturan, kaidah –
kaidah yang baik dan benar dalam bahasa. Pemakaian kata – kata yang kabur
dan tak terarah, serta menggunakan kalimat yang berbelit – belit adalah jalan
untuk mengundang ketidakjujuran. Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan
bergaul. Oleh sebab itu, bahasa harus digunakan pula tepat dengan
memperhatikan sendi kejujuran.
2. Sopan Santun
Sopan santun yang dimaksud disini adalah member penghargaan atau
menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca.
Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan
kesingkatan. Kejelasan yang ada akan diukur dalam beberapa butir kaidah
yaitu :
a) Kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat;
b) Kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui
kata atau kalimat tadi;
c) Kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
d) Kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan
3. Menarik
Kejujuran, kejelasan, serta singkatan harus merupakan langkah dasar dan
langkah awal. Sebuah gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui
beberapa komponen berikut : variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik,
tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Eksistensi ragam bahasa jurnalistik di era globalisasi pada media massa saat
ini mulai mendesak keberadaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia perlu dilestarikan. Perlu usaha yang sungguh-sungguh untuk
mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia.
Upaya tersebut sangat diperlukan untuk mengantisipasi semakin terdesaknya
bahasa Indonesia oleh penggunaan ragam bahasa jurnalistik.
Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia
sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia. Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di
tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Setiap warga negara Indonesia harus
bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa
Indonesia itu ke arah yang positif khususnya pada media massa yang menjadi alat
komunikasi di Indonesia.

3.2 Saran
Saran kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk tetap
mempelajari dan mencermati dampak dari ragam bahasa dalam jurnalistik
terhadap bahasa Indonesia. Agar masyarakat dapat menyikapi dampak tersebut
dengan baik dan benar. Baik dari dampak yang positif maupun dampak yang
negatif terhadap bahasa Indonesia itu sendiri.
Sebagai generasi muda sudah saatnya mengembalikan bahasa Indonesia ke
bahasa yang seharusnya. Sebagai realisasinya yaitu dengan membiasakan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bermasyarakat. Hal
yang harus dilakukan setelah membaca makalah ini terhadap pembaca untuk
melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam keseharian, baik dalam
tulisan maupun lisan (percakapan sehari-hari) agar kedepannya bahasa Indonesia
tidak terkikis oleh kemajuan zaman dan terasing di negerinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Halimah, S. Nurul. 2015. Peranan Media Massa dalam Pembinaan Bahasa


Indonesia. (Online). https://www.scribd.com/doc/274499710/makalah-
peranan-media-massa-dalam-pembinaan-bahasa-indonesia. (Diakses pada
tanggal 15 November 2017).
Lestari, Dwi. 2012. Peranan Bahasa Indonesia dalam Globalisasi. (Online).
https://www.scribd.com/doc/112133548/Makalah-Peranan-Bahasa-Indone
sia-Dalam-Era-Globalisasi. (Diakses pada tanggal 15 November 2017).
Pamungkas, Sri. 2014. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
Andi Publisher
Wulandari, Shinta A. 2015. Bahasa Media Massa. (Online).
https://www.scribd.com/doc/294439145/Bahasa-Media-Massa. (Diakses
pada tanggal 15 November 2017).

Anda mungkin juga menyukai