Abstrak
Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas
manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga negara yang
baik. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya
membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Dalam kenyataannya banyak
siswa yang menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang
diharapkan. Beberapa siswa masih menunjukkan nilai-nilai yang rendah meskipun telah
diusahakan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar mengajar, guru sering
menghadapi masalah adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar.
Dengan kata lain, guru sering menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan-
kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru sedini mungkin agar dapat direncanakan
program remedi yang sesuai dan bermanfaat. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam suatu
kelas tentu saja bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya. Oleh sebab itu
analisis untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep fisika perlu
dilakukan oleh pihak pendidik dan juga pihak lain yang terlibat dalam dunia pendidikan. Faktor
penyebab rendahnya hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan analisis kesulitan
belajar.
PENDAHULUAN
Setiap siswa berhak memperoleh pengajaran yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-
hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam berbagai hal, entah itu intelektualnya,
fisiknya atau latar belakang keluarganya maupun lingkungan sekolah itu sendiri. Perbedaan
individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
Dalam keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut
dengan kesulitan belajar. Tetapi, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada
umumnya hanya ditujukan pada para siswa yang berkemampuan rata-rata saja atau di atas rata-
rata, sehingga siswa yang berkemampuan di luar rata-rata tidak mendapat kesempatan yang
memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Tujuan pendidikan merupakan hal yang
dominan dalam pendidikan seperti yang diungkapkan Breiter bahwa pendidikan adalah persoalan
tujuandan fokus. “Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi
perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh1
Di dalam dunia pendidikan tanggung jawab guru bukan saja di sekolah, tetapi diluar sekolah. Ia
menjelaskan bahwa juga tanggung jawab dalam memberi petunjuk anak dalam menggunakan
waktu luang, tanggung jawab kehidupan moral, kehidupan religius di keluarganya. Mengarahkan
ketempat-tempat yang wajar dikunjungi, terhadap aktifitas kemasyarakatan dalam berbagai
bentuk dan terhadap semua siswa dimana siswa berhubungan.2, setiap siswa mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh hasil akademik yang baik dan memuaskan. Namun dalam realitas
atau kenyataan yang sekarang terjadi, setiap siswa pasti memperoleh hasil akademik yang
berbeda-beda. Ada yang sangat memuaskan, sedang, ataupun mengecewakan. Dalam arti
mengecewakan di sini, mereka tidak dapat menerima apa yang seharusnya menjadi hak setiap
siswa untuk memperoleh hasil akademik yang memuaskan.
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu
yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal
dari luar diri yang bersangkutan17
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Faktor Intern Siswa.
Faktor intern siswa yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa
sendiri. Faktor intern siswa ini meliputi gangguan atau kekurangan psiko-fisik siswa, yakni:
1) Faktor Fisiologi (sebab yang bersifat fisik)
2) Faktor Psikologi (sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani)
b. Faktor Ekstern Siswa
Meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
siswa.
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi dapat juga disebut sebagai
faktor penyebab kesulitan belajar.
Faktor orang tua
Cara mendidik anak
Hubungan orang tua dan anak
Bimbingan dari orang tua
Suasana rumah atau keluarga
Keadaan ekonomi keluarga, keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama di mana ekonomi
keluarga di sini berlimpah ruah. Anak akan menjadi segan dalam belajar karena ia terlalu banyak
bersenang-senang dan mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya. Hal ini akan menghambat
kemajuan belajar anak.18
2) Faktor Sekolah
Guru
Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar apabila tidak kualified baik dalam pengambilan
metode yang digunakan maupun dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
Alat-alat
Alat pelajaran yang tidak membuat penyajian yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat
praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat-alat pelajaran atau pendidikan, sebab
yang dulu tidak ada sekarang menjadi ada.
Kondisi gedung
Teutama ditunjukan kepada ruang kelas atau ruanagan tempat belajar siswa. Ruangan harus
memenuhi syarat sebagai berikut : ruangan harus berjendela, ventilasi cukup sehingga udara
segar dapatmauk keruangan dan sinar matahari pun dapat masuk menerangi ruangan, dinding
haru bersih, tidak terlihat kotor erta keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian seperti
pasar, bengkel, pabrik, dan yang lainnya. Sehingga anak mudah untuk berkonsentrasi dalam
kegiatan pembelajaran.
Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik,misalnya:
Bahan-bahannya terlalu tinggi
Pembagian bahan tidak eimbang (dalam pembagian pelajaran di kelas satu banyak sedangkan
di kelas-kelas di atasnya sedikit)
Adanya pendataan materi. Hal-ahal itu akan membaw kesulitan belajar bagi para siswanya.
Sebaliknya kurikulum yang sesuai dangan kebutuhan anak akna membawa kesuksesan dalam
belajar.
Kurang disiplin waktu
Disaat para siswa kondisi badannya mulai lemah dan membutuhkan istirahat, maka seharusnya
waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari. Selain itu dalam pelaksanaan kurang disiplin,
murid-murid akan menjadi nakal dan sering terlambat datang, tugas yang diberikan guru tidak
dilaksanakan, dan lain-lain sehingga sekolah berjalan tanpa kendali apalagi bila gurunya kurang
disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam pelajaran.
3) Faktor Media Masa dan Lingkungan Sosial.
a. Faktor Media Masa meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik. Hal-hal ini
akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu,
hingga lupa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial, contohnya teman bergaul, yang sangat mempengaruhi jiwa anak. Apabila
anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia malas belajar sebab cara hidup
anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah.
c. Lingkungan tetangga. Corak kehidupan tetangga, misalnya uka berjudi, minum arak, tidak
suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah.
Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar,
mahasiswa, dokter, insinyur, dosen, akian mendorong semangat belajar anak.
d. Sktivitas dalam masyarakat. Terlalu banyak berorganisasi akan menyebabkan belajar anak
menjadi terbengkalai.
Dari uraian di atas, dpat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar itu karena:
Sebab-sebab individual: tidak ada 2 orang yang mengalami kesulitan belajar itu sama persisi
penyebabnya, walaupun jenis kesulitannya itu sama.
Sebab-sebab yang kompleks: seorang mengalami kesulitan belajar karena sebabnya bermacam-
macam.20
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga
menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai
faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan balajar).
Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca
Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis
Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya
memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-
rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction yaitu gangguan ringan pada otak.21
Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis adalah upaya identifikasi yang menunjukkan adanya kinerja belajar siswa atau
menentukan jenis dan penyebab kesulitan belajar serta alternatif strategi pengajaran remedial
yang efektif dan efisien. Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530), diagnosis dapat diartikan
sebagai:
a) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan
melalui pengertian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya.
b) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau
kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial.
c) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau
fakta tentang suatu hal.22
Ada tujuh langkah yang hendaknya diikuti oleh guru dalam menegakkan diagnosis kesulitan
belajar, yaitu: identifikasi, menentukan prioritas anak yang perlu diberi pelayanan pengajaran
remedial, menentukan potensi, menentukan taraf kemempuan dalam bidang yang perlu
diremidasi, menentukan gejala kesulitan, menganalisis faktore-faktor yang terkait, menyusun
rekomendasi untuk pengajaran remedial dan ada sembilan prinsip diagnosis kesulitan belajar
yang perlu diperhatikan, yaitu: terarah pada perumusan metode perbaikan, efisien, penggunaan
catatan kumulatif, memperhatikan berbagai informasi yang terkait, valid dan reliabel,
penggunaan tes baku, penggunaan prosedur informal, kuantitatif dan berkesinambungan.23
Kemungkinan adanya kesulitan belajar, upaya ini disebut diagnosis. Dalam melakukan
diagnosis, diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang
diorentasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur ini
yang disebut diagnostik.24 Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru,
misalnya melalui prosedur weener dan senf (1982) yang dikutip wardani (1991) sebagai berikut:
a. Observasi (cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek). Observai
mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran adalah
tanda-tanda cepat lelah, mudah mengantuk, sukat memusatkan perhatian pada pelajaran. Dan
bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran. Murid yang mengalami kesulitan
belajar akan menunjukkan gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar konsentrasi, dan
catatanya tidak lengkap.
b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa. Khususnya yang diduga mengalami kesulitan
belajar.
c. Interview (Cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki
atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki.). untuk
menyelidiki murid yang mengalami kesulitan belajar, interview bisa dilaksanakan secara
langsung atau tidak langsung.
d. Tes diagnostik (Cara mengumpulkan data dengan tes). Untuk mengetahui murid yang
mengalami kesulitan belajar, te meliputi buatan guru yang dikenal dengan tes diagnostik, tes
psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak
memiliki bakat, mentalnya minder, dll sehingga diperlukan tes psikologis. Untuk mengetahui IQ
bisa digunakan tes SPM (Standard Progresif Matrics).
e. Tes IQ25. IQ singkatan dari Inteligence Quotient yaitu nilai yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan. Hasil tes ini memberikan indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan
menggambarkan kecerdasan seseorang secara hampir keseluruhan.
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Sikap Orang Tua
Apakah seorang anak menjadi orang yang terdidik adalah lebih tergantung pada sikap dan
kebiasaan orang tua dalam memajukan kehidupan akademik anaknya. Kita telah mengetahui
pentingnya stimulasi yang diberikan orang tua terhadap anal-anak pada tahun-tahun sebelum
mereka bersekolah. Tanggung jawab utama orang tua adalah mendorong terbentuknya konsep
diri yang positif pada anak, karena perangsangan pada terbentuknya konsep diri yang positif
mendukung majunya perkembangan kecaerdasan anak dikemudian hari.
Hasil riset menunjukkan bahwa waktu penempatan anak yang terlambat menyebabkan hilangnya
kemampuan anak untuk membina hubungan emosional hingga suatu saat akan menyebabkan
masalah-masalah emosional dalam belajar.27
Sikap Guru
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan
tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan mempunyai peranan khusus.
Ada sembilan peranan guru khusus bagi anak berkesulitan belajar di sekolah (Lerner, 1988: 147)
kesembilan peranan tersebut adalah:
a) Menyusun rancangan program identifikasi asesmen, dan pembelajaran anak berkesulitan
belajar.
b) Berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen, dan evaluasi anak berkesulitan belajar.
c) Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait dan menginterpretasikan laporan mereka.
d) Melaksanakan tes, baik tes formal maupun informal.
e) Berpartisipasi dalam penyusunan program pendidikan yang diindividualkan.
f) Mengimplementaikan program pendidiakan yang diindividualkan.
g) Menyelenggarakan pertemuan dan wawancara dengan orang tua.
h) Bekerjasama dengan guru reguler atau guru kelas untuk memahami anak dan menyediakan
pembelajaran yang efektif.
i) Membantu anak dalam mengembangkan pemahaman diri dan memperoleh harapan untuk
berhasil serta keyakinan kesanggupan mengatasi kesulitan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung:
Remaja Rosdakaraya, 2004
Abin Syamsudin makmun, Psikologi Kependidikan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2007
Abin, S.M. Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2002
Abin, S.M. Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2002
Abu Ahmad & Widodo Supriono, Psikologi Belajar PT. Rineka Cipta: jakarta, 2004
Arif S Sadiman, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan Dan Pemanfaatanya, Jakarta:
CV. Rajawali 1990