BUDIYATI
0906620083
BUDIYATI
0906620083
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang
berjudul: “Aplikasi Teori Konservasi Levine Dalam Asuhan Keperawatan
Klien Anak Yang Mengalami Peningkatan Suhu Tubuh di Ruang Perawatan
Penyakit Infeksi Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”.
Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners
Spesialis Keperawatan Anak pada Program Studi Ners Spesialis Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Pada proses penyusunan karya ilmiah akhir ini, penulis menyadari banyak
mendapat hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak
maka karya ilmiah akhir ini akhirnya dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., sebagai Supervisor Utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan karya ilmiah akhir
ini.
2. Dessie Wanda, S.Kp., MN., sebagai Supervisor yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan bimbingan berupa masukan dan arahan selama
penyusunan karya ilmiah akhir ini.
3. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., selaku Ketua Program Pasca Sarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Almarhum Ibunda dan Ayah tercinta, slalu teriring doa untuk beliau,
terimakasih atas pengorbanannya selama ini, juga kakak dan adikku yang
selalu mendukung dan mendoakan.
6. Keluargaku tercinta, suamiku Mugi Hartoyo, MN., dan ketiga buah hatiku
Ananda Rifda Fairuz Mumtaz, Shafa Naziiha Mumtaz, dan Faris Syafiq
Falahuddin Mumtaz, terimakasih atas doa, cinta, dukungan dan
pengorbanannya.
vi
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
7. Teman-teman seangkatan tahun 2009, khususnya Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak special thanks for Linda, Ikeu, Ririn, Indah, Sulisna,
Santun, Hartini dan Herni yang selalu memotivasi selama penyusunan karya
ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu
penulis dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah
diberikan. Semoga karya ilmiah akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan anak.
Budiyati
vi
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
Aplikasi Teori Konservasi Levine Dalam Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Yang Mengalami
Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang Perawatan Penyakit Infeksi Gedung A RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta
ABSTRAK
Karya Ilmiah Akhir ini merupakan gambaran pelaksanaan kegiatan praktik keperawatan ners spesialis
anak selama satu tahun yang dimulai dari tanggal 3 Oktober 2011 sampai dengan 20 April 2012 yang
menerapkan peran dan fungsi dari ners spesialis keperawatan anak. Karya Ilmiah Akhir ini memfokuskan
pada aplikasi Teori Konservasi Levine dalam asuhan keperawatan klien anak yang mengalami
peningkatan suhu tubuh di ruang perawatan penyakit infeksi. Pengkajian yang dilakukan meliputi
konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas
sosial. Tropikognosis dan justifikasi yang dirumuskan meliputi dari keempat konservasi tersebut.
Hipotesa, planning dan implementasi disesuaikan dengan konservasi energi, konservasi integritas
struktur, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial. Dari hasil evaluasi didapatkan
bahwa kelima kasus klien terpilih yang mengalami peningkatan suhu tubuh setelah diberikan asuhan
keperawatan, didapatkan hasil 5 klien semuanya terbebas dari demam dan semuanya pulang dengan
kondisi bebas demam. Selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien anak, residen
merekomendasikan untuk menerapkan prinsip caring, atraumatic care, family centered care dan upaya
pencegahan infeksi nosokomial dengan cara bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur dan
standar asuhan keperawatan serta memperhatikan prinsip sterilitas dan teknik aseptik yang dapat
dilakukan dengan tindakan cuci tangan dengan handrub. Sebagai inovator residen melakukan modifikasi
ruang tindakan menjadi ruangan yang bernuansa anak untuk meminimalkan atraumatic care dan residen
juga melakukan discharge planning dimulai dari pasien baru sampai pasien pulang dan membuat media
penkes sebagai media untuk melakukan pendidikan kesehatan pada orang tua dan keluarga pasien.
Kata kunci: Peningkatan Suhu Tubuh, Penyakit Infeksi, Teori Konservasi Levine
viii
ABSTRACK
This final scientific paper is a clinical nursing practice report of pediatrics nurse
specialist practice that is conducted for one year from 3rd October 2011 until 20th April
2012 by applying the role and function of pediatrics nurse specialist. The paper is
focusing on the application of Levine’s conservation theory into nursing care of
children suffering from hyperthermia in infection ward. The assessment that is
performed including conservation of energy, the structure of conservation integrity,
personal integrity conservation, and social integrity conservation. Tropicognoses and
justification, which are formulated including the fourth areas of conservation.
Hipotesa, plan, and implementation are customized with conservation of energy, the
structure of conservation integrity, personal integrity conservation, and social integrity
conservation. Based on the conducted evaluation, it was resulted that from five chosen
clients who suffering from hypothermia, after receiving nursing care they were recover
from hyperthermia and discharged home with normal body temperature. Moreover, in
providing nursing care to children, resident recommends to apply the principal of
caring, atraumatic care, family centered care and effort preventing nosocomial
infection by working based on standard operating procedure and nursing care standard,
and also applying sterile principal and aseptic technique by washing hand with
handrub. As an innovator, resident modified the intervention room as a child room
with some decorations in order to minimize atraumatic care. The resident was also
made a discharge planning with starting from obtaining new patient until discharging
home, and provided health education for parents and family of clients.
ix
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………….. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS….. ………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR ………………………………….................…………... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ………………..………………………… viii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ……….…………………………………….. ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... xii
DAFTAR SKEMA …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2.Tujuan ………… …………………………………………………. 9
1.3.Sistematika penulisan……………………………………………... 10
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
2.1.Gambaran kasus…………………………………………………... 11
2.2. Tinjauan Teoritis ............................................................................ 17
2.2.1. Meningitis .............................................................................. 17
2.2.2. Demam ................................................................................... 24
2.2.3. Family Centered Care ............................................................ 34
2.3.Integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan 35
2.3.1.Konsep Teori Konservasi Levine ........................................... 35
2.3.2.Proses Keperawatan Dalam Teori Levine .............................. 40
2.3.3.Paradigma Teori Konservasi Levine ...................................... 43
2.4.Aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih................................ 47
2.4.1.Pengkajian .............................................................................. 47
2.4.2. Tropikognosis dan Justifikasi ................................................ 50
2.4.3. Hipotesis Keperawatan .......................................................... 51
2.4.4. Intervensi Keperawatan ......................................................... 53
2.4.5. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 59
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1.Peran Ners Spesialis Keperawatan .................................................. 64
3.1.1.Pelaksana asuhan Keperawatan .............................................. 64
3.1 2. Hubungan terapeutik ............................................................. 66
3.1.3.Advokator .............................................................................. 67
3.1.4.Pencegahan Penyakit dan Promosi Kesehatan ....................... 67
3.1.5.Pendidikan Kesehatan ............................................................ 67
3.1.6.Dukungan dan Konseling ....................................................... 68
3.1.7.Kolaborator ............................................................................. 68
3.1.8.Pembuat Keputusan Etis ......................................................... 69
3.1.9.Peneliti .................................................................................... 69
3.1.10.Inovator ................................................................................ 69
xi
xi
xii
xiii
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab satu menguraikan tentang latar belakang, tujuan umum dan tujuan khusus
serta sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang
Tahap usia anak merupakan masa hidup seseorang mulai dari konsepsi sampai
awal memasuki usia dewasa. Anak memiliki karakteristik tertentu dan unik
yang berbeda dengan orang dewasa. Tahap usia anak merupakan periode yang
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan dan
perkembangan menyebabkan anak akan mengalami berbagai perubahan fisik
yang ditandai dengan bertambahnya ukuran tubuh dan proses perkembangan
kemampuan mental intelegensi dan perilaku sosial anak–anak dimana terjadi
peningkatan kapasitas untuk berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi
(Muscari, 2005).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
2
Sehat dan sakit yang dialami anak adalah akibat dinamika kompleks dan
faktor lingkungan, sosial, budaya, politik dan ekonomi, sehingga tidak ada
intervensi tunggal yang secara sukses memotong siklus morbiditas dan
mortalitas anak. Kualitas hidup anak akan tercapai apabila kesejahteraan anak
terjamin. Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh pola asuh, gaya hidup pola
penyakit, lingkungan dan pelayanan kesehatan (Behrman, & Arvin, 2006).
Pelayanan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan klien
melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga klien
dapat hidup sehat, produktif dan memiliki kualitas hidup yang optimal. Hal ini
menjadi tanggung jawab perawat untuk menjalankan tugasnya secara
profesional.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
3
Demam terutama biasa terjadi pada pada infeksi sebagai reaksi fase akut. Pada
keadaan ini, zat yang menimbulkan demam (pirogen) seperti bakteri dan virus
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
4
menyebabkan peningkatan suhu tubuh (perubahan pada set poin). Saat bakteri
dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen akan
mempengaruhi system imun. Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih
banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu,
substansi sejenis hormon dilepaskan untuk melawan infeksi. Substansi ini juga
mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set point
baru yang lebih tinggi tubuh memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan
beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode
ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu
tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu
yang lebih tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil
hilang dan pasien meras hangat dan kering. Jika set point baru telah
“melampaui batas”, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode
febris. Set point hipotalamus turun, menimbulkan respons pengeluaran-panas.
Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaforesis membantu
evaporasi pengeluaran panas. Ketika demam “berhenti” suhu tubuh klien akan
turun, dan klien menjadi tidak demam atau afebril (Potter & Perry, 2006).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
6
dimiliki oleh anak dapat menyebabkan gangguan integritas personal diri anak
(Hockenberry & Wilson, 2007).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
7
Sesuai dengan peran perawat ners spesialis, dalam hal ini residen berusaha
untuk mengembangkan profesionalisme dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, khususnya untuk mengatasi masalah peningkatan
suhu tubuh pada anak dengan penyakit infeksi. Untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan, residen berusaha mengembangkan asuhan
keperawatan yang efektif melalui pendekatan dengan teori keperawatan. Untuk
mengatasi peningkatan suhu tubuh pada pasien dengan penyakit infeksi dapat
dilakukan intervensi dengan komperehensif dengan mempertimbangkan
penyebab dan akibat dari peningkatan suhu tubuh tersebut. Pendekatan teori
konservasi yang dipelopori oleh Myra Estrin Levine sesuai untuk mengatasi
masalah peningkatan suhu tubuh pada anak dengan penyakit infeksi.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
9
1.2. Tujuan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
11
BAB II
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
PADA PRAKTIK RESIDENSI
Pada bab 2 ini akan membahas tentang gambaran kasus yang dikelola selama
praktek residensi yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang diambil
sebagai penerapan teori keperawatan, tinjauan teoritis yang terkait dengan kasus
yang dipilih, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan,
dan aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih.
Kasus 1
Anak F ( 4 bulan, 10 hari), laki-laki, masuk ruang infeksi pada tanggal 10 April
2012 dengan diagnosis meningitis bakterialis. Pada saat dilakukan pengkajian
tanggal 10 April 2012, jam 10.00 didapatkan data sebagai berikut keadaan umum
anak lemah, kesadaran compos mentis, anak masih demam naik turun dengan
riwayat kejang sebelumnya. Terpasang infus Kaen IB 8 tetes per menit pada
tangan kiri, terpasang NGT pada lubang hidung kiri. Tanda-tanda vital : Suhu
39,5 C, nadi 120 x/menit, pernafasan 40 x/menit. Berat badan 6,7 kilogram,
Panjang badan 58 centimeter, lingkar kepala 44 centimeter. Ibu merasa cemas
dengan kondisi dan penyakit anaknya.
Masalah Keperawatan yang muncul pada An. F adalah Demam atau peningkatan
suhu tubuh, risiko kejang berulang, risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, risiko kekurangan cairan tubuh, risiko cedera dan cemas pada orang tua.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada An F adalah: pertahankan suhu
lingkungan tetap sejuk, memonitor tanda-tanda vital anak terutama suhu tubuh,
menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
memberikan kompres hangat, kolaborasi pemberian antipiretik (paracetamol
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
12
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama satu minggu adalah: Keadaan
umum An. F masih lemah, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai
suhu tubuh normal kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, walaupun
masih sering turun naik, risiko gangguan kebutuhan nutrisi tidak terjadi, risiko
kekurangan cairan tubuh tidak terjadi, balance cairan selalu positif, terjadi kejang
pada hari kelima dirawat di ruang infeksi, risiko cedera tidak terjadi, ibu sudah
tahu tentang penyakit anaknya, intervensi dilanjutkan untuk pemeriksaan lebih
lanjut dengan pemeriksaan CT-scan kepala dan direncanakan untuk dilakukan
operasi.
Kasus 2
Anak V (2 tahun, 2 bulan), perempuan, masuk ruang Infeksi pada tanggal 06
Maret 2012 dengan diagnosis sepsis dan cerebral palsy spastik. Saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 12.00 An. V terlihat berbaring
ditempat tidur, tampak lemah, wajah meringis dan ekstremitas spastik. An. V
menangis setiap didekati oleh perawat yang berseragam. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik, didapatkan data BB An.M A adalah : 11 kg, TB: 94 cm, LK:
42cm, LD: 40cm, LP: 41cm (BB standar berdasarkan Usia=12 kg, klasifikasi
BB/U adalah 80% BB standar dengan kriteria gizi kurang), TTV (Nadi: 110x/mnt,
Nafas:32x/mnt, suhu: 39,6°C. An. V terlihat lemah dan pucat, menangis dan
meronta ketika dilakukan pemeriksaan fisik. Frekuensi BAB 2-3 kali sehari, BAK
5-6 kali perhari. Menurut Ibu suhu tubuh An.V cenderung naik dan hanya turun
sedikit dengan minum obat penurun panas. Ibu S mengaku bingung dengan sakit
yang diderita An.V dan tidak tahu kenapa An.V bisa menderita penyakit seperti
ini.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
13
Masalah keperawatan yang muncul pada An. V adalah Demam atau peningkatan
suhu tubuh, risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, risiko kekurangan cairan, risiko cedera, kecemasan anak dan orang tua,
kurang pengetahuan pada orang tua tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Intervensi keperawtan yang dilakukan pada An. V adalah pertahankan suhu
lingkungan tetap sejuk, memonitor tanda-tanda vital anak terutama suhu tubuh,
menganjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
memberikan kompres hangat, kolaborasi pemberian antipiretik (paracetamol
syrup), kolaborasi pemberian antibiotik, menganjurkan ibu untuk memberikan
banyak minum, memonitor pemberian cairan dan tanda-tanda dehidrasi,
memonitor balance cairan, memberikan diet susu formula melalui NGT,
memasang pengaman pada tempat tidur klien, dan menjelaskan pada ibu tentang
penyakit anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama dua minggu adalah: Keadaan
umum An. V masih lemah, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai
suhu tubuh normal kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, walaupun
masih sering turun naik, risiko gangguan kebutuhan nutrisi tidak terjadi, risiko
kekurangan cairan tubuh tidak terjadi, balance cairan selalu positif, risiko cedera
tidak terjadi, ibu sudah tahu tentang penyakit anaknya, intervensi dilanjutkan
untuk melatih anak mobilisasi, mengajak anak komunikasi setiap melakukan
tindakan keperawatan, mengajarkan pada orang tua tentang perawatan anak
dirumah. Klien pulang pada tanggal 27 Maret 2012 dengan keadaan umum sudah
stabil, suhu tubuh sudah kembali normal selama 3 hari sebelum pulang.
Kasus 3
Anak R (14 tahun) laki-laki, masuk ruang infeksi tanggal 27 maret 2012 dengan
diagnosi Demam Dengue Grade II. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 28
Maret 2012 pukul 09.00 WIB didapatkan data sebagai berikut: An. R terlihat
lemah, sering mengeluhkan sakit pada perut, wajah meringis dan pucat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan data BB An. R adalah : 50 kg,
TB: 168 cm (BB standar berdasarkan Usia=50 kg, klasifikasi BB/U adalah 83%
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
14
Masalah keperawatan yang muncul pada An. R adalah Demam atau peningkatan
suhu tubuh, gangguan rasa nyaman nyeri, risiko kurang cairan tubuh, resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kurang
pengetahuan pada orang tua tentang perawatan anaknya. Intervensi keperawatan
yang dilakukan pada An. R adalah pertahankan suhu lingkungan tetap sejuk,
memonitor tanda-tanda vital anak terutama suhu tubuh, menganjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat, memberikan kompres hangat,
kolaborasi pemberian antipiretik (paracetamol tablet), menganjurkan untuk
banyak minum, mengkaji skala nyeri, membantu anak memberikan posisi yang
nyaman, mengalihkan perhatian anak untuk mengurangi nyeri, kolaborasi
pemberian analgetik, memonitor pemberian cairan dan tanda-tanda dehidrasi,
memonitor balance cairan, memberikan diet nasi 3x sehari ditambah snack 2x
sehari dan minum susu, dan menjelaskan pada ayah tentang penyakit dan
perawatan anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama 5 hari adalah: Keadaan umum
An. R cukup baik, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai suhu tubuh
normal kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, risiko gangguan
kebutuhan nutrisi tidak terjadi, risiko kekurangan cairan tubuh tidak terjadi,
balance cairan selalu positif, ayah sudah tahu tentang penyakit anaknya, intervensi
dilanjutkan dengan pemeriksaan trombosit tiap 8 jam. Klien pulang pada tanggal
31 Maret 2012 dengan keadaan umum sudah stabil, suhu tubuh sudah kembali
normal selama 2 hari sebelum pulang.
Kasus 4
Anak S (13 tahun), laki-laki, masuk ruang infeksi tanggal 31 maret 2012 dengan
diagnosis Encephalitis Herpes Simpleks. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal
1 April 2012 pukul 09.00 An. S terlihat berbaring ditempat tidur, tampak gelisah,
gerakan tidak terkoordinasi dan bicara meracau. An S tidak kooperatif dan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
15
Masalah keperawatan yang muncul pada An. S adalah demam atau peningkatan
suhu tubuh, gangguan persepsi sensori, risiko cedera, risiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, cemas pada anak dan orang tua, kurang pengetahuan orang tua
tentang penyakit dan perawatan anaknya. Intervensi yang dilakukan pada An S
adalah pertahankan suhu lingkungan tetap sejuk, memonitor tanda-tanda vital
anak terutama suhu tubuh, menganjurkan orang tua untuk memakai pakaian yang
tipis dan menyerap keringat, memberikan kompres hangat, kolaborasi pemberian
antipiretik (paracetamol tablet), memasang pengaman pada tempat tidur pasien,
menganjurkan orang tuan untuk tetap menunggui anaknya, selalu mengajak
komunikasi untuk mengetahui apakah klien masih bicara kacau, memberikan diet
nasi 3x sehari ditambah snack 2x sehari dan minum susu, dan menjelaskan pada
ayah tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama 14 hari adalah: Keadaan umum
An. S baik, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai suhu tubuh normal
kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, risiko gangguan kebutuhan
nutrisi tidak terjadi, klien sudah stabil dan bisa berkomunikasi dengan baik, ayah
sudah tahu tentang penyakit anaknya, intervensi dilanjutkan dengan pemberian
antibiotik sampai hari ke-14. Klien pulang pada tanggal 14 April 2012 dengan
keadaan umum sudah stabil, suhu tubuh sudah kembali normal selama 7 hari
sebelum pulang.
Kasus 5
Anak I (1 tahun) laki-laki, masuk ruang infeksi dengan diagnosis Diare Acut
Dehidrasi Sedang. Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 April 2012 pukul
16.00 didapatkan data sebagai berikut: Hasil pemeriksaan tanda vital An. I adalah
nadi 154 x/menit, nafas 28 x/menit dan suhu 38,6 °C. Pemeriksaan fisik pada An.I
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
16
didapatkan data mulut kering dan pecah-pecah, air mata (+), suara nafas ronchi (-)
bising usus (+/↓) dan adanya kembung. An.I menangis apabila didekati oleh
perawat dan selalu memanggil ibunya untuk selalu dekat dengannya. Hasil
pemeriksaan laboratotium (Hb:13gr%, HT:39%, Eritrosit: 4,5x106 /mm3,
Leukosit: 8040/mm3, trombosit: 316x103/mm3).
Berdasarkan hasil pengkajian maka masalah keperawatan yang muncul pada An. I
adalah: demam atau peningkatan suhu tubuh, kekurangan volume cairan: diare,
resiko bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan kecemasan anak. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada An I
adalah pertahankan suhu lingkungan tetap sejuk, memonitor tanda-tanda vital
anak terutama suhu tubuh, menganjurkan orang tua untuk memakai pakaian yang
tipis dan menyerap keringat, memberikan kompres hangat, kolaborasi pemberian
antipiretik (paracetamol tablet), menganjurkan pada orang tua untuk memberikan
banyak minum kepadsa anaknya, memonitor pemberian cairan dan tanda-tanda
dehidrasi, memonitor balance cairan, memberikan renalit 35 ml/ tiap kali muntah,
75 ml/ tiap kali mencret, probi (1xsach), zinkid (1x20mg p.o), melakukan inhalasi
2x/hari (berotec 5 tts + atroven 5 tts + NaCl 3 cc), memberikan minum hangat,
memasang pengaman pada tempat tidur pasien, menganjurkan orang tua untuk
tetap menunggui anaknya, memberikan diet nasi tim 3x sehari ditambah snack 2x
sehari dan minum susu, dan menjelaskan pada orang tua, tentang penyakit dan
perawatan anaknya.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama 3 hari adalah: Keadaan umum
An. I baik, kesadaran compos mentis, klien mampu mencapai suhu tubuh normal
kembali pada saat terjadi peningkatan suhu tubuh, risiko gangguan kebutuhan
nutrisi tidak terjadi, risiko kekurangan cairan tubuh tidak terjadi, balance cairan
selalu positif, bersihan jalan nafas kembali efektif, anak I sudah tidak rewel dan
tidak takut dengan perawat, orang sudah tahu tentang penyakit anaknya, intervensi
dilanjutkan dengan mengajarkan pada orang tua tentang perawatan anaknya
dirumah. Klien pulang pada tanggal 17 April 2012 dengan keadaan umum sudah
stabil, suhu tubuh sudah kembali normal dan sudah tidak diare.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
17
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Penyakit timbul jika patogen
berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan yang normal.
Penyakit infeksi merupakan kumpulan jenis-jenis penyakit yang mudah
menyerang pada anak-anak khususnya di Indonesia yang disebabkan kuman
atau organisme baik bakteri, virus maupun parasit kedalam tubuh (Widagdo,
2012). Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke
orang lain. Penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagious.
Penyakit infeksi yang sering diderita oleh anak adalah pneumonia, gizi buruk,
atresia bilier, demam berdarah dengue, meningitis, encephalitis, striktur
esofagus, kejang demam dan thypoid.
2.2.1. Meningitis
Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau
semua lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum
tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa,
disebabkan oleh bakteri spesifik/non spesifik atau virus (Saharso, 2006;
Speer, 2008; Widagdo, 2012). Meningitis sering didahului oleh infeksi
pernafasan, tenggorok atau tanda dan gejala flulike. Sejumlah kuman
Neisseria meningitidis merupakan penyebab meningitis yang paling
sering. Meningitis bakterial merupakan infeksi susunan saraf pusat
(SSP) terutama menyerang anak usia kurang dari 2 tahun dengan
puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan (Novariani, Herini &
Patria, 2008; Alam, 2011). Meningitis bakteri adalah infeksi akut yang
mengenai selaput meningeal yang dapat disebabkan oleh berbagai
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
21
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan meliputi fungsi neurologis yaitu kejang-kejang,
peningkatan tekanan intra kranial (TIK), mata terbenam (setting-sun-
sign), kekakuan kuduk, tanda kernig positif, tanda brudzinski positif,
reaktifitas pupil menurun, iritabilitas, opistotonus, sakit kepala,
tangisan dengan nada tinggi (melengking). Pada sistem respirasi dikaji
apakah baru saja mengalami riwayat infeksi, sakit tenggorok, atau
tanda dan gejala flulike. Sistem gastrointestinal ditanyakan apakah
anak muntah. Pada sistem integumen perlu dikaji apakah ubun-ubun
menonjol, adanya petekie, ekstremitas dingin, adanya ruam, sianosis
dan demam (Speer, 2008).
b. Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan serebrum yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra kranial.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan gangguan
perfusi jaringan akan berkurang atau hilang.
Hasil yang diharapkan: Anak tidak menunjukkan tanda
peningkatan tekanan intra kranial.
Intervensi:
a) Kaji status neurologis anak setiap 2-4 jam, catat tanda letargi,
penonjolan ubun-ubun (pada bayi), perubahan pupil dan
kejang-kejang.
b) Pantau asupan dan haluaran cairan setiap pergantian dinas.
c) Pantau tanda vital setiap 2-4 jam.
d) Catat kualitas dan nada tangisan anak.
Rasional:
a) Pengkajian status neurologis yang sering digunakan sebagai
dasar mengidentifikasi tanda-tanda dini peningkatan TIK.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
23
Intervensi:
a) Lakukan kewaspadaan kejang, menggunakan jalan nafas
buatan, dan peralatan penghisapan lendir, dan pasang
penghalang atau pengaman pada tempat tidur.
b) Beri pengobatan antikonvulsan sesuai program.
c) Selama kejang, lakukan tindakan berikut: bantu anak berbaring
miring ditempat tidur atau dilantai, singkirkan barang-barang
yang ada diarea tempat tidur, jangan mengikat anak, tetapi
tetap menemani disampingnya, jangan meletakkan sesuatu
dimulut anak, kaji status pernafasan anak, catat berbagai
gerakan tubuh anak dan lamanya kejang.
Rasional:
a) Kewaspadaan ini mencegah anak jatuh, cedera kepala, anoksia,
tersedak, dan mati serta mengurangi risiko komplikasi lebih
jauh.
b) Pengobatan antikonvulsan dapat mengendalikan kejang.
c) Tindakan ini membantu melindungi anak dan membantu
tindak lanjut medis. Langkah ini mencegah cedera akibat jatuh
dan sentakan selama kejang, pengikatan atau memindahkan
anak dengan paksa dapat menyebabkan cedera, mencoba
memasukkan benda kedalam mulut dapat anak dapat merusak
gigi dan gusinya, anak memerlukan resusitasi pernafasan, jika
mengalami apnea selama atau setelah kejang, jenis gerakan
dan lamanya kejang membantu memastikan jenis kejang
apakah yang dialami oleh anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
24
Intervensi:
a) Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberi obat, termasuk
uraian tentang dosis dan efek samping.
b) Ajarkan orang tua pentingnya memberi istirahat yang adekuat
pada anak.
Rasional:
a) Pemahaman pentingnya pengobatan yang konsisten dapat
meningkatkan kepatuhan. Mengetahui efek samping potensial
dapat mengarahkan orang tua untuk meminta bantuan medis bila
diperlukan.
b) Setelah infeksi, istirahat yang sering akan meningkatkan
pemulihan.
2.2.2. Demam
a. Pengertian
Demam adalah peningkatan set point sehingga pengaturan suhu
tubuh lebih tinggi dan dapat didefinisikan secara mutlak sebagai
suhu tubuh diatas 38°C (Hockenbery & Wilson, 2009). Demam
meupakan indikator klinis yang merupakan bagian dari respon
tubuh (host response) terhadap infeksi. Selain itu demam
merupakan respon umum dari sepsis pada klien dengan kondisi
kritis (Ryan &Levy, 2003). Demam (pireksia) adalah keadaan
suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh Interleukin-1
(IL-1) (Soedarmo, Garna, Hadinegoro & Satari, 2012). Demam
merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dalam
menghadapi berbagai mikroorganisme patogen termasuk virus
dan bakteri dengan cara menghambat replikasi mikroorganisme
dan membantu proses fagositosis/aktifitas bakterisida (Tatro,
2000; Widagdo, 2012).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
25
b. Etiologi Demam
Demam disebabkan oleh pirogen seperti bakteri, virus, dan jamur
(Soedarmo, Gama, Hadinegoro & Satari, 2012). Kebanyakan
demam pada anak-anak disebabkan oleh virus, terjadi relatif
singkat dan memiliki konsekuensi yang terbatas (Hockenberry &
Wilson, 2009). Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan
demam, terdapat dua jenis pirogen yaitu: (1) pirogen eksogen
berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang IL-
1, misalnya pathogen, endotoksin dari bakteri baik gram negatif
maupun gram positif, kompleks antigen/antibody; dan (2) pirogen
endogen berasal dari dalam tubuh dan mempunyai kemampuan
untuk merangsang demam dengan mempengaruhi pusat pengatur
suhu di hipotalamus, misalnya interleukin-1, tumor nekrosis
factor (TNF), dan interferon (Soedarmo, Gama, hadinegoro &
Satari, 2012; Widagdo, 2012).
c. Fisiologi demam
Substansi yang dapat menyebabkan demam adalah pirogen yang
bisa berasal dari luar seperti pirogen, bakteri, komplek antigen
antibody atau dari dalam seperti interaksi interleukin dan
interferon. Masuknya pirogen menyebabkan kerusakan pada
jaringan dan merangsang aktivitas monosit. Monosit
memproduksi endogenous: interleukin dan interferon yang
menstimulasi produksi prostaglandin E2 sehingga dibawa ke
hipotalamus dengan akibat peningkatan pada set poin temperature
tubuh (Broom, 2007; Soedarmo, 2012).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
28
Kejang demam sering terjadi pada 10% dari anak umur antara 9
bulan-5 tahun dengan onset reratanya adalah usia14-18 bulan,
dengan angka kejadian sekitar 3-4 %, serta prognosisnya baik.
Setiap anak dengan kejang demam perlu diperiksa secara seksama
untuk mencari bila terjadi sepsis, meningitis bakteri atau penyakit
serius lainnya. Selain terkait dengan umur, kejang demam terjadi
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
29
f. Penanganan demam
Penanganan demam tergantung pada respon anak terhadap
demam bukan pada suhu. Beberapa diantaranya adalah
memaksimalkan manfaat dari demam, meningkatkan
kenyamanan, mencegah dehidrasi, meningkatkan energi,
membantu penyembuhan, menjaga anak jika terjadi demam, dan
informasi pada orangtua tentang penanganan demam (Purssell
2000; Joana Bridge Institute 2001; Soedarmo, Garna, Hadinegoro
& Satari, 2012).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
31
Insiden kejang demam pada anak hanya sekitar 3%, sehingga sulit
menyokong pendapat untuk pemberian antipiretik bagi 97% anak
yang tidak mempunyai risiko kejang. Beberapa penelitian
mendapatkan hasil bahwa tidak tampak penurunan kasus kejang
demam dengan pemberian antipiretik. Kenaikan suhu seringkali
terlalu cepat untuk diatasi antipiretik dalam mencegah terjadinya
kejang demam, atau tidak jarang seorang anak mengalami kejang
sebelum orang tuanya sadar bahwa anaknya mengalami demam.
Meskipun demikian, sebagian besar orang tua dengan anak
mempunyai riwayat kejang demam sangat mengahrapkan
pemberian antipiretik. Para ahli berpendapat bahwa demam yang
moderat merupakan respons yang bermanfaat terhadap infeksi
(Soedarmo, Gama, Hadinegoro & Satari, 2012).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
33
DEMAM
Aktivasi
Fagosit Mononuklear
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
35
5) Kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga adalah suatu konstanta dalam kehidupan anak,
perawat mendukung dan memberdayakan anggota keluarga sebagai
partner/mitra dalam pengambilan keputusan dalam perawatan
anaknya dan membantu mereka dalam koping anaknya secara lebih
percaya diri.
6) Pilihan
Perawat memberikan informasi kepada keluarga tentang tindakan-
tindakan yang mereka pilih, ketika keluarga mengerti tentang
pilihan maka mereka akan merasa lebih mengerti tentang hal-hal
yang akan dialami oleh anaknya.
7) Dukungan
Perawat memberi dukungan pada keluarga dengan menghargai
keputusannya. Menawarkan kenyamanan sebagai koping terhadap
penyakit anaknya, kebutuhan perkembangan dan emosi anak,
mendorong anggota keluarga untuk percaya terhadap
kemampuannya untuk merawat anaknya.
8) Fleksibel
Keluarga membawa kepribadian, pengalaman hidup, nilai,
kepercayaan, pendidikan, agama dan latar belakang budaya yang
berbeda ke dalam seting rumah sakit. FCC menekankan pemberi
layanan harus fleksibel sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
kepentingan seluruh keluarga.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
36
a. Wholism
Definisi sehat yang wholism (menyeluruh) adalah yang bersumber
dari yang dikemukakan oleh Anglo-Saxon dan sebagian dari teori
Erikson yang mengatakan bahwa sehat adalah sesuatu yang bersifat
organik, mengalami perubahan/kemajuan, saling menguntungkan
antara perbedaan fungsi bagian yang ada didalam tubuh, bersifat
terbuka dan saling mempengaruhi dengan lingkungan sekitar.
Integritas diartikan sebagai keutuhan individu, integritas
menekankan bahwa respon terhadap tantangan lingkungan
merupakan satu kesatuan yang ditunjukkan dalam satu respon.
Demam merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk melindungi
bagian tubuh yang lain terhadap sistem pertahanan tubuh, sehingga
tubuh terlindung dari bahaya akibat adanya antigen yang masuk
kedalam tubuh. Hal ini timbul karena tubuh merupakan satu
kesatuan, sehingga gangguan pada suatu begian tubuh
mempengaruhi fungsi alat tubuh yang lain (Tomey & Alligood,
2006; Alligood, 2010).
b. Adaptasi
Adaptasi adalah proses perubahan agar individu dapat
mempertahankan integritas dalam lingkungannya. Lingkungan
terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal
merupakan aspek fisiologi dan patofisiologi. Pada kondisi demam,
lingkungan internal yang mempengaruhi suhu tubuh adalah
perubahan pada sistem sensory di hipotalamus. Sedangkan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
38
c. Konservasi
Konservasi berasal dari bahasa latin conservation yang berarti
“menjaga bersama-sama”. Konservasi adalah menggambarkan
suatu sistem yang kompleks agar mampu melanjutkan fungsi ketika
terdapat beberapa ancaman. Dengan konservasi, manusia mampu
melawan rintangan dan beradaptasi yang sesuai dengan pertahanan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
39
mereka yang unik. Tujuan dari konservasi adalah sehat dan kuat
melawan ketidakmampuan. Peran perawat adalah untuk
mempertahankan konservasi dan integritas pada smua situasi.
Model interaksi danintervensi keperawatan ditujukan untuk
peningkatan kemampuan adaptasi dan mempertahankan kesehatan
secara keseluruhan (wholism) (Tomey & Alligood, 2006; Alligood,
2010).
1) Konservasi energi
Individu membutuhkan keseimbangan energi agar dapat
mempertahankan aktivitas kehidupan. Sakit dan penuaan
menyebabkan perubahan energi. Kemampuan individu
tergantung pada ketersediaan perawatan yang dapat membantu
menurunkan tingkat kebutuhan energi. Disinilah peran dari
intervensi keperawatan. Pada kondisi demam, terjadi
peningkatan kebutuhan energi seiring dengan peningkatan
metabolisme (Alligood, 2010).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
41
c. Hipotesis
Hipotesis keperawatan didasarkan pada rumusan masalah yang sudah
ditentukan sebelumnya, perawat berusaha mencari validasi pada klien
tentang masalah yang diasuh. Perawat melakukan hipotesis terhadap
masalah dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut (Alligood,
2010). Hipotesis merupakan inti dari rencana keperawatan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
43
e. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan teori Konservasi Levine adalah observasi pada
respon organismik klien terhadap intervensi dan implementasi
keperawatan yang telah dilakukan. Tes hipotesa dievaluasi dengan
mengkaji respon organismik yang dapat mendukung atau tidak
mendukung hipotesis keperawatan. Tindakan keperawatan yang
dilakukan dapat bersifat terapeutik maupun suportif. Tindakan yang
sifatnya terapeutik meningkatkan derajat kesehatan klien, sedangkan
yang bersifat suportif dapat menimbulkan kenyamanan bagi klien.
Jika hipotesis yang dibuat tidak dapat mendukung penyembuhan dan
perbaikan kondisi klien maka rencana dapat direvisi dengan membuat
hipotesis yang baru (Alligood, 2010).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
45
b. Manusia
Manusia digambarkan sebagai sesuatu yang holistik, wholism yang
terintegritas. Manusia yang terintegrasi berarti bebas dalam memilih
dan bergerak, memiliki rasa identitas diri dan memiliki harga diri.
Levine juga menggambarkan manusia sebagai sistem dari sistem yang
secara keseluruhan terorganisasi diantara semua bagian yang
berkontribusi. Pengalaman hidup manusia selalu berubah, kemudian
manusia berusaha untuk beradaptasi agar mampu konservasi. Sesuai
dengan ungkapan Levine bahwa proses hidup adalah proses berubah
(Tomey & Alligood).
c. Kesehatan
Sehat dipengaruhi secara sosial dengan kemampuan untuk berfungsi
secara normal dengan cara yang layak. Kelompok sosial adalah faktor
yang ikut menentukan (predeterminan) kesehatan manusia. Sehat tidak
hanya bebas dari kondisi patologis. Sehat berarti juga kembali pada
diri sendiri, individu bebas dan mampu untuk mengejar hal yang
diinginkan dalam konteks yang bersumber dari diri sendiri. Menurut
Levine, hal penting untuk diingat bahwa sehat juga dipengaruhi oleh
kultural. Secara individu, tingkat kesehatannya akanberubah
sepanjang waktu (Tomey & Alligood, 2006).
d. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai konteks diman individu hidup.
Individu akan berpartisipasi aktif dalam lingkungannya. Levine
menekankan pentingnya lingkungan internal dan eksternal
mempengaruhi intervensi keperawatan untuk mendukung proses
adaptasi. Adaptasi merupakan proses akomodasi antara lingkungan
internal dan eksternal, begitu juga halnya dengan masalah demam
(Tomey & Alligood, 2006).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
46
Justifikasi masalah;
Tropikognosis Demam, Pireksia
1. Pemberian antipiretik
Hipotesis
2. Tindakan cooling therapy
3. Mengatur suhu lingkungan
tetap sejuk
Intervensi dan Implementasi 4. Kolaborasi pemberian
(Hipotesis Testing)
antibiotik
5. Berikan hidrasi atau cairan
sesuai kebutuhan tubuh
Proses Adaptasi 6. Kolaborasi pemberian nutrisi
yang sesuai untuk
Evaluasi Keperawatan menunjang proses
penyembuhan
Wholeness
Respon Organismik
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
48
ul, Leukosit: 8,13 x 103 ul, Trombosit: 207 x 103 ul, MCV : 68,3 fl,
MCH: 22,1, MCHC: 32,4 gr%). Kimia darah : GDS 106 mg/dl.
Analisis LCS: tidak berwarna, agak keruh, bekuan (-), hitung sel
35sel/Ml, PMN 7/Ml; MN 28/Ml; None (-); Pandy (-); Protein cairan
otak 180 mg/dl; Glukosa cairan otak 52 mg/dl; glukosa serum 150
mg/dl. Cl 108 mEq/l. Pemeriksaan Tinta India: tidak ditemukan
cryptococcus.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
49
menutup, LK: 44 cm, pergerakan bola mata (+), tes daya lihat (+),
Pupil isokor, dan reaksi terhadap cahaya +/+, konjungtiva anemis,
sklera unikterik, kelopak mata normal. Hidung normal dan simetris
(tidak terdapat pernafasan cuping hidung), terpasang NGT pada lubang
hidung kiri. Mulut mukosa lembab, struktur asesoris: rambut
berdistribusi rata, normal berwarna hitam dan tidak mudah dipatahkan,
kuku normal, capillary refill < 3 detik. Bentuk leher normal, kaku
kuduk (+).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
54
2 Konservasi energi:
10.30 1. Mengkaji kebutuhan nutrisi anak
2. Mengkaji asupan nurisi anak
3. Mengkaji adanya mual dan muntah
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan
11.30 diet Susu Formula 8 x 120 cc sesuai
program
5. Menimbang berat badan anak
3 Integritas Personal:
10.00 1. Mengkaji penyebab kecemasan anak dan
orang tua
2. Menjelaskan tentang prosedur yang akan
dilakukan pada anak dan aturan di ruang
rawat
10.30 3. Memberikan dukungan dan penguatan
terhadap perilaku anak dan orang tua yang
positif, seperti berbicara dan menyentuh
anak.
4. Memberikan dukungan secara emosional
pada anak dan orang tua selama menjalani
rawat inap di rumah sakit
11.00 5. Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua
tentang penyakit dan perawatan anaknya
6. Menjelaskan kondisi penyakit dan
perawatan anaknya
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
55
2 Konservasi energi:
09.00 1. Mendengarkan bising usus (bising usus
normal: 3x/menit).
10.00 2. Menimbang berat badan (BB=6,8kg)
3. Mencatat kalori yang masuk
(susu formula habis,).
4. Menganjurkan ibu untuk membujuk anak
makan sesuai dengan diet yang
diprogramkan
13.00 5. Menilai hasil laborat (HB;11,9gr%).
3 Integritas personal:
09.30 1. Mengkaji tingkat kecemasan anak, keluarga
dan penyebabnya
(cemas ringan, sehubungan dengan
hospitalisasi dan ketidakpastian tentang
penyakit).
10.00 2. Menempatkan anak pada ruangan yang
tenang
3. Memberikan stimulasi sensorik dan
pengalihan yaitu mengajak anak bermain
10.30 4. Menganjurkan dan memotivasi orang tua
untuk terlibat dalam perawatan anak di
rumah sakit
5. Menganjurkan orang tua untuk menemani
anak sesering mungkin.
4 Integritas personal:
10.00 1. Mengkaji tingkat pengetahuan ibu tentang
penyakit anak dan perawatannya
(Ibu menyatakan bingung dengan penyakit
anaknya).
10.30 2. Mendiskusikan bersama ibu tentang
demam, penyebab dan cara perawatannya
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
56
3 Integritas personal
09.00 1. Mengajak anak bermain
Mengkomunikasikan tindakan kepada anak
walaupun anak belum memahaminya.
09.30 2. Menyentuh dan menggendong anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
57
2 Konservasi energi:
09.30 1. Mendengarkan bising usus (bising usus
normal: 3x/menit).
2. Menimbang berat badan (BB=6,8kg)
10.00 3. Mencatat kalori yang masuk
(susu formula habis,).
13.00 4. Menganjurkan ibu untuk memberikan anak
minum susu formula sesuai dengan diet
yang diprogramkan
13.30 5. Menilai hasil laborat (HB;11,9gr%).
3 Integritas personal:
09.30 1. Menempatkan anak pada ruangan yang
tenang
10.00 2. Memberikan stimulasi sensorik dan
pengalihan yaitu mengajak anak bermain
10.30 3. Menganjurkan dan memotivasi orang tua
untuk terlibat dalam perawatan anak di
rumah sakit
11.00 4. Menganjurkan orang tua untuk menemani
anak sesering mungkin
.
4 Integritas personal:
09.30 1. Mendiskusikan bersama ibu tentang demam,
penyebab dan cara perawatannya serta cara
memeriksa suhu pada anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
59
2 Subjektif:
10.30 Ibu mengatakan bahwa anak sudah bisa
minum susu yang disediakan rumah sakit
Objektif:
Minum susu habis
Tidak muntah
Analisis:
Nutrisi terpenuhi sebagian
Perencanaan:
1. Auskultasi bising usus
2. Timbang berat badan
3. Monitor/catat kalori yang masuk
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
61
13.30 4 Subjektif:
Ibu mengatakan bahwa informasi yang
diberikan sangat bermanfaat dan menjadi
lebih mengetahui tentang penyakit anaknya
serta sudah mulai bisa merawat anak
sehubungan dengan penyakitnya.
Objektif:
Ibu dapat menyebutkan kembali tentang
penyebab demam
Ibu dapat memeriksa suhu anak dan
memberikan tindakan kenyamanan pada
anak ketika anak demam.
Ibu mengajak anak bermain di luar ruangan
dan memeluk anak.
Analisis:
Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
meningkat.
Perencanaan:
Evaluasi kesiapan orang tua dalam perawatan
anak dirumah (discharge planning) pada saat
klien akan dipulangkan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
62
12.00 3 Subjektif:
Ibu mengatakan An. F sudah tidak
menangis lagi bila dilakukan pemeriksaan.
Objektif:
Anak sudah mulai mau dilakukan
pemeriksaan dan bermain dengan perawat.
Analisis:
Rasa cemas teratasi.
Perencanaan:
Intervensi dipertahankan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
63
BAB III
PENCAPAIAN KOMPETENSI
NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
Peran ners spesialis keperawatan anak menurut Potts dan Mandleco (2007),
dibagi dalam peran primer, peran sekunder, peran praktisioner dan peran
keahlian. Peran primer meliputi pelaksana asuhan keperawatan, advokat,
pendidik, peneliti dan manajer atau leader. Peran sekunder juga sebagai
koordinator, kolaborator, komunikator dan konsultan. Peran praktisioner sebagai
koordinator perawatan klinik, manager perawatan dan perawat klinik. Peran
terakhir merupakan peran keahlian sebagai perawat praktisioner, perawat spesialis
klinik dan manajer kasus. Kompetensi Ners Spesialis Keperawatan Anak akan
dijelaskan berdasarkan peran ners spesialis keperawatan anak secara mandiri yang
meliputi membina hubungan terapeutik, advokasi atau caring keluarga,
pencegahan penyakit atau promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dukungan
atau konseling, peran restoratif, koordinasi atau kolaborasi, pengambilan
keputusan etis, riset dan perencanaan pelayanan kesehatan (Wong, Eaton, Wilson,
Winkelstein & Schwartz, 2009).
Standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang ners spesialis telah ditentukan oleh
organisasi keperawatan. Standar kompetensi perawat adalah ukuran atau patokan
yang disepakati tentang kemampuan seseorang yang dapat diobservasi mencakup
atas pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
atau tugas dengan standar kinerja yang ditetapkan. Standar dari kompetensi ners
spesialis keperawatan merefleksikan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
seorang ners spesialis keperawatan. Ranah dan unit kompetensi perawat meliputi
praktik profesional yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat secara aspek
etik dan legal, memberikan asuhan dan manajemen asuhan keperawatan serta
mengembangkan profesionalisme dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan asuhan keperawatan (PP PPNI, 2010).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
67
3.1.3. Advokator
Sebagai seorang advokator, residen membantu anak dan keluarga
menentukan pilihan dan melakukan yang terbaik bagi anak. Residen,
klien dan keluarga mengidentifikasi tujuan dan harapan klien dan
keluarga serta membantu klien dan keluarga untuk menentukan
pilihan yang terbaik bagi klien. Residen membimbing keluarga agar
dapat melakukan sesuatau yang terbaik bagi kesehatan klien,
mendapatkan informasi yang adekuat tentang prosedur dan tindakan
keperawatan. Sebagai contoh pada saat klien akan dilakukan
pemeriksaan CT-scan, klien sudah dipuasakan sejak pagi. Namun
karena alasan lembar konsultasi baru diterima oleh residen anestesi
sehingga pemeriksaan akan ditunda. Residen sebagai advokat bagi
klien segera memberikan pembelaan terhadap klien, sehingga dokter
anestesi bersedia datang melihat dan memeriksa kondisi klien,
akhirnya jadi dilakukan pemeriksaan CT-scan kepala walaupun
ditunda satu jam.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
68
3.1.7. Kolabolator
Residen dalam memberikan perawatan kepada klien selalu
bekerjasama didalam tim, berkolaborasi dan berkoordinasi dengan tim
kesehatan yang lain, yaitu dengan dokter, ahli gizi, bagian farmasi,
bagian laboratorium dan radiologi serta penunjang yang lain. Dalam
memberikan asuhan keperawatan residen selalu bekerjasama dengan
anak dan keluarga, berkolaborasi dalam mengkaji kebutuhan dan
masalah, dan menyusun rencana intervensi sehingga dapat
menemukan dengan benar kebutuhan dan masalah yang muncul pada
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
69
3.1.9. Peneliti
Selama melaksanakan praktik residensi, residen juga melakukan
proses penelitian dalam melakukan inovasi di ruang perawatan.
Dimulai dari mengkaji, menemukan masalah, menyusun rencana
intervensi, implementasi dan evaluasi serta tindak lanjut. Selain itu
residen juga menerapkan evidence based practice (EBP) dan
mengaplikasikan hasil-hasil penelitian terbaru dalam mengatasi
masalah pada klien.
3.1.10. Inovator
Sebagai inovator residen melaksanakan fungsi membuat suatu
perubahan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Pada
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
71
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang penerapan teori Konservasi Levine dalam
asuhan keperawatan pada klien anak dengan peningkatan suhu tubuh dan Praktik
Spesialis Keperawatan Anak dalam pencapaian target kompetensi pada
penanganan kasus peningkatan suhu tubuh pada klien anak di ruang penyakit
infeksi.
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian komprehensif dilakukan berdasarkan prinsip konservasi dalam
teori konservasi Levine. Pengkajian tersebut meliputi respon adaptasi anak
dan keluarga terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Masalah internal yang terjadi pada kasus anak dengan peningkatan suhu
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
72
Observasi suhu tubuh perlu dilakukan pada semua klien dengan peningkatan
suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh pada kenyataannya merupakan masalah
klinis yang paling sering diobservasi oleh perawat baik dibangsal perawatan
anak maupun pada unit perawatan kritis (Kiekkas, et al, 2008). Observasi
dilakukan untuk menilai apakah peningkatan suhu tubuh yang terjadi masih
berada pada batas normal atau merupakan masalah aktual yang
membutuhkan penanganan segera. Selain itu perawat juga perlu
mengobservasi suhu tubuh sebelum dan sesuadah diberikan terapi, baik
setelah diberikan terapi farmakologis maupun terapi non farmakologis.
Pengukuran suhu tubuh idealnya dilakukan dengan teknik yang benar pada
lokasi yang tepat sehingga dapat menggambarkan suhu inti tubuh, Selain itu
temometer yang digunakan sebagai alat untuk mengukur suhu tubuh
hendaknya diperhatikan keakuratannya. Berdasarkan penelitian, area
pengukuran suhu tubuh yang hampir mendekati gambaran suhu inti tubuh
adalah area rektal (Hockenberry & Wilson, 2009). Suhu anal lebih
mendekati gambaran suhu inti tubuh dibandingkan suhu aksila, namun perlu
dipertimbangkan jika pada saat pengukuran klien mengalami konstipasi atau
diare atau gangguan pada area tersebut, rektum yang penuh dengan massa
feses juga akan mempengaruhi hasil pengukuran suhu pada area ini.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
78
Kelainan pada darah pada kondisi demam atau peningkatan suhu tubuh
dapat meninmbulkan hemokonsentrasi, hemolisis, DIC dan kelainan
pembentukan darah. Pada saluran gastrointestinal, peningkatan suhu tubuh
dapat mengurangi sekresi getah pencernaan, gangguan enzimatik di hati
yang terjadi setelah hari ketiga dan peningkatan bilirubin serum
(Tumbelaka, Trihono, Kurniati & Widodo, 2005). Hemokonsentrasi
ditemukan pada satu kasus yaitu pada An. R dengan demam berdarah
dengue. Hal ini disebabkan pada anak dengan demam berdarah dengue
terjadi hemokonsentarasi dalam plasma darah.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
79
Penyakit akan menyebabkan perubahan pada nilai diri (Potter & Perry,
2006; Hockenberry & Wilson, 2009). Pada kasus yang dibahas, ada dua
anak mengalami perubahan pada identitas dan harga diri. Kelemahan dan
keterbatasan fisik yang dialami oleh anak menyebabkan anak merasa
kehilangan kemampuan identitas diri. Anak sering merasa kehilangan
harapan dan pertahanan diri secara emosional. Dalam hal ini peran perawat
adalah untuk meningkatkan kekuatan individu untuk dapat hidup mandiri
serta tidak membutuhkan waktu yang lama untuk selalu tergantung dengan
orang lain (Tomey & Alligood, 2006). Pada satu orang anak belum bisa
dikaji tentang perubahan identitas diri, nilai diri dan harga diri karena usia
klien baru 4 bulan, dimana tahap perkembangan kognitif klien baru berada
pada fase sensorimotor. Selama fase ini bayi berkembang dari perilaku
berdasarkan refleks ke tindakan sederhana berulang untuk meniru aktifitas
(Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
81
4.1.3 Hipotesis
Hipotesis keperawatan didasarkan pada rumusan masalah yang sudah
ditentukan sebelumnya, perawat berusaha mencari validasi pada klien
tentang masalah yang diasuh. Perawat melakukan hipotesis terhadap
masalah dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut (Alligood, 2010).
Hipotesis merupakan inti dari rencana keperawatan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
82
Perbedaan hipotesis pada anak dengan kasus demam dengan pada anak
dengan kasus hipertermia adalah tindakan cooling therapy sebagai pilihan
utama untuk menurunkan panas tubuh. Selanjutnya untuk mengatasi
masalah keperawatan yang lain, dapat disesuaikan dengan kondisi klien
tersebut.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
83
a. Intervensi Keperawatan
Kondisi demam dan hipertermia sangat berbeda secara fisiologis,
sehingga membutuhkan intervensi keperawatan yang berbeda (Simon,
2006; Hockenberry & Wilson, 2009). Namun residen harus tetap
berfokus pada tujuan intervensi keperawatan pada klien dengan
peningkatan suhu tubuh yaitu untuk memberikan kenyamanan bagi
klien.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
87
b. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana intervensi
asuhan keperawatan. Secara keseluruhan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada 5 kasus yang dikelola disesuaikan dengan kondisi klinis
klien. Penatalaksanaan pada klien dengan demam dilakukan dengan
pemberian terapi antipiretik. Setelah 1 jam kemudian jika belum terjadi
penurunan suhu tubuh, maka dilakukan cooling therapy. Sedangkan
pada kasus An. V cooling therapy adalah pilihan yang utama, pemberian
antipiretik pada yang dilakukan pada pasien ini terbukti tidak efektif
(Joana Brigde Institute, 2001).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
88
menurunkan set point tubuh setelah 1 jam pemberian terapi (Hockenberry &
Wilson, 2009).
Selain evaluasi suhu tubuh, evaluasi lain terkait masalah yang ditemukan
juga dilakukan. Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi residen melakukan
penilaian terhadap toleransi makan, nafsu makan dan juga berat badan.
Evaluasi terhadap resiko infeksi dilakukan dengan melihat respon
organismik klien berupa penyembuhan luka dan penurunan suhu tubuh.
Mengkaji tingkat nyeri dan kemampuan klien dalam beraktifitas, sedangkan
evaluasi hasil dapat dilakukan terkait dengan kesiapan klien untuk pulang.
Hasil valuasi tidak sama untuk masing-masing klien. Pada kasus demam
ringan, penurunan suhu tubuh setelah pemberian intervensi dapat terjadi
setelah 1 jam pemberian terapi. Akan tetapi pada kasus yang lain misal pada
demam yang disebabkan oleh sepsis penurunan suhu tubuh sulit dicapai
karena masalah organik dan infeksi sistemik ikut mempengaruhi
peningkatan suhu tubuh. Pengembangan teori ini juga penting dan sesuai
dengan konsep pelibatan orang tua (Family Centered Care) dalam proses
perawatan.
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak F
selama 8 hari didapatkan kesimpulan bahwa masalah demam atau
peningkatan suhu tubuh pada anak F dapat diatasi dengan terjadinya
penurunan suhu tubuh pada saat terjadi demam, akan tetapi suhu tubuh tidak
dapat dipertahankan untuk selalu stabil, suhu msih sering naik turun lagi
pada hari berikutnya. Hal ini mungkin disebabkan karena proses infeksi
yang masih belum teratasi. Dengan pemberian antibiotik, anti inflamasi dan
antipiretik diharapkan masalah peningkatan suhu tubuh dapat teratasi.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
89
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada anak V
selama 15 hari, didapatkan kesimpulan bahwa masalah demam atau
peningkatan suhu tubuh dapat teratasi yang dibuktikan dengan terjadinya
penurunan suhu pada saat demam, akan tetapi suhu tubuh tidak dapat
dipertahankan untuk tetap stabil, suhu masih sering naik turun dan selalu
diatas 39C. Hal ini mungkin terjadi karena infeksi sudah terjadi infeksi
sistemik karena klien mengalami sepsis. Masalah risiko kekurangan cairan
tidak terjadi, hal ini dapat dilihat dari balance ciran yang selau positif.
Risiko kekurangan nutrisi dapat diatasi dengan pemberian makanan cair
melalui NGT.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
91
Peran sebagai pembina hubungan terapeutik dapat diterima oleh klien dan
keluarga. Karena untuk klien dan keluarga yang mengalami sakit dan dirawat
dirumah sakit, sangat membutuhkan pengetahuan tentang apa yang harus
dilakukan selama mengalami penyakit tersebut serta penerimaan dan
dukungan dri tenaga kesehatan selama menjalani proses perawatan dan
pengobatan.
4.2.1 Dukungan
Dukungan yang diperoleh residen selama praktik residensi berupa
terbukanya kesempatan yang seluas-luasnya untuk mempelajari dan
mengetahui aspek-aspek klinis dan ketrampilan dalam melakukan asuhan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
92
4.2.2 Hambatan
Disisi lain dalam menjalankan proyek inovasi diruangan, residen juga
menemukan beberapa kendala, yaitu tidak semua individu mempunyai
keterbukaan untuk menerima perubahan, kesibukan kepala ruangan, clinical
instuktur dan perawat pelaksana juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan
proyek inovasi diruangan. Hal ini merupakan tantangan bagi residen untuk
lebih mengembangkan pola berfikir kritis dalam proses pencapaian tujuan.
Keberhasilan dan kegagalan dalam proses pencapaian yang telah ditargetkan
merupakan pelajaran dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk diterapkan
dimasa yang akan datang.
Keterbatasan fasilitas yang ada diruang rawat juga menjadi hambatan bagi
residen dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama praktik
residensi, seperti terbatasnya alat-alat kesehatan untuk melakukan tindakan
keperawatan. Tidak adanya ruangan untuk diskusi mahasiswa membuat
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
93
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
94
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
95
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
96
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan rangkuman dari apa yang sudah dipaparkan
pada bab sebelumnya. Rangkuman tersebut dipaparkan dalam bentuk simpulan dan saran
untuk memajukan praktik keperawatan anak pada masa yang akan datang
5.1. Simpulan
1. Aplikasi teori konservasi Levine dalam asuhan keperawatan klien anak yang
mengalami peningkatan suhu tubuh di ruang perawatan penyakit infeksi Gedung A
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dapat diterapkan oleh residen mulai dari
pengkajian meliputi konservasi energi, konservasi integritas struktur, konservasi
integritas personal dan konservasi integritas sosial. Dilanjutkan dengan perumusan
masalah keperawatan yang disebut dengan tripokognosis dan justifikasi, kemudian
residen membuat hipotesa dan planning untuk membantu menyelesaikan masalah
klien, langkah terakhir adalah melakukan evaluasi dari pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien anak yang mengalami peningkatan suhu
tubuh.
3. Pencapaian kompetensi dan peran ners spesialis keperawatan anak telah dilakukan
selama menjalani praktik residensi. Ada dukungan dan hambatan yang dialami oleh
residen selama menjalani praktik dan usaha untuk pencapaian kompetensi yang
ditargetkan. Hal tersebut merupakan tantangan dan pengalaman bagi residen untuk
dapat mencari pemecahan masalah.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
97
4. Analisa dari aplikasi teori konservasi Levine dalam asuhan keperawatan klien anak
yang mengalami peningkatan suhu tubuh bahwa teori konservasi Levine mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya hampir semua aspek dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dengan menggunakan teori konservasi Levine dapat diterapkan pada
kasus klien terpilih. Kelemahannya adalah dalam mengkaji konservasi integritas
personal anak usia dibawah satu tahun (bayi) residen mengalami kesulitan, karena
pada bayi masih sulit dinilai integritas personalnya.
5.2. Saran
1. Integrasi model teori konservasi Levine dapat dikembangkan dan diterapkan
selanjutnya untuk asuhan keperawatan, baik pada anak dengan penyakit infeksi
maupun dengan kasus penyakit yang lain.
4. Rumah sakit diharapkan meningkatkan penerapan konsep family centered care dalam
proses perawatan dengan mensosialisasikan dan meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang pentingnya kerjasama dan keterlibatan keluarga bagi kesembuhan dan
kesehatan anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
98
5. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dapat menerapkan teori
konservasi Levine terutama untuk anak usia pra sekolah, sekolah dan remaja. Untuk
bayi dan anak usia toddler penerapan teori konservasi Levine dapat diterapkan,
dengan keterbatasan pada pengkajian integritas personal belum dapat dilakukan
karena perkembangan kognitif bayi dan usia toddler masih berada pada fase
sensorimotor dan pre operasional.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A. (2011). Kejadian Meningitis Bakterial Pada Anak Usia 6-18 Bulan yang
Menderita Kejang Demam pertama. Sari Pediatri: Vol 13 (4), 293-298.
Alligood & Tomay, M. (2006). Nursing Theory: Utilization & Application. Third
edition, St. Louis, Missouri: Mosby Elseiver.
Ball, J.W., & Bindler. R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children (3rd
ed) New Jersey: Pearson Education Inc.
Behrman, E.R., Kliegman, R., & Arvin, A.M. (2000). Ilmu kesehatan anak. Vol.
1. Edisi 15. (Penerjemah: Wahab, S., dkk). Jakarta: EGC.
Clinch, J. & Dale, S. (2007). Managing Childhood Fever and Pain: The Comfort
Loop Child Adollesence Phychiatric Mental Health, 1 (1), 1-7.
Crocetti, M., Moghbeli, N., serwint, J. (2001) Fever phobia revisited: Have
parental misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatrics.
107(6), 1241-1246.
Edwards, H., Walsh, A., Courtney, M., Monaghan, S., Wilson, J., Young, J.
(2007) Improving paediatric nurses’ knowledge and attitudes in childhood
fever management. Journal of Advance Nursing, Feb, 57(3), 257-269.
Hasanah, O., Rustina, Y., & Waluyanti, F.T., (2011). Aplikasi Teori Konservasi
Levine Pada Asuhan Keperawatan Klien Anak Dengan Peningkatan suhu
Tubuh Di Pelayanan Keperawatan Anak. Universitas Indonesia.
Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children.
(8th Edition) St. Louis: Mosby Elsevier.
99
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Joana Briggs Institute for Evidence Base Nursing and Midwifery [JBIEBNM]. (2001).
Management of child with fever. The Joana Briggs Institute for Evidence Base
Nursing and Midwifery, 5(5), 1-6.
Kiekkas, P., Sakkellaropoulos, G.C., Brokalaki, H., Manolis, E., Samios, A.,
Skartsani, C. & Baltopoulos, G.I. (2008). Nursing workload associated with
fever in the general intensive care unit. American Journal of Critical Care,
17(6), 523-533.
Kim, K.S. (2010). Acute bacterial meningitis in infant and children. Journal of
Lancet Infection Disease (10): 32-42
Kliegman R.M., Jenson H.B., Marcdante, K.J., & Behrman, R.E. (2006).
Essentials of pediatrics. (5th Edition) Philadelphia: Elsevier Saunder.
Kozier, Erb, Berman & Snyder, (2011), Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Volume 1, Jakarta: EGC. Penerbit Buku
Kedokteran.
Lauren, M.S., Cohee, L.M.S., Crocetti, M.T., Serwint, J.R., Sabath, B., Kapoor, S.
(2010). Ethnic differences in parental perceptions and management of
childhood fever. Clinical Pediatric, 49(3), 221-227.
Meadow, S.R., & Newell S.J. (2003). Pediatrika. Edisi ketujuh. Alih bahasa:
Hartini K & Rachmawati AD. Jakarta: Erlangga.
Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, R.M., & Arvin, A.M. (2006) Early
school years. Textbook of pediatrics. Tokyo: WB sanders.
Potter & Perry, (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Potts, N.L & Mandleco, B.L (2007), Pediatric Nursing: Caring for Children and
Their Families. Second edition, New York: Thompson Delmar Learning.
100
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Prewitt, E.M. (2005), Fever: Fact, Fiction, Physiology, Critical Care Nurse,
February: 8-10.
Ryan, M & Levy, M.M. (2003), Clinical Review: Fever in Intensive Care Unit
Patient. Critical Care, 7 (3), 221-225
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Kedokteran klinis. Alih bahasa:
Rahmalia A., Jakarta: Erlangga.
Rudolph, A.M. (2006). Buku ajar pediatri. Alih bahasa Wahab, S., Trastotenojo,
M., Pendit, B.U., dkk. Jakarta : EGC.
Sawka, M.N., Mountain, S.J., (2000). Fluid and electrolyte supplementation for
exercise heat stress. American Journal of Clinical Nutrition, 72(2), 564S-
572S.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2007), Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Cetakan
1. Jakarta: EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., & Satari, H.I. (2012), Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Sumadibrata,M. & Setiati, S. (2006), Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI.
Suryati, (2010) Riset kesehatan dasar 2010: Angka Kematian Anak dengan
Penyakit Infeksi. Diperoleh dari http://Kompas.com. Tanggal 20 Februari
2012.
Tomey, A.M. & Alligood, M.R (2006), Nursing Theory: Utilization &
Application : Fourth edition, St. Louis, Missoury: Mosby Elsevier.
101
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Tumbelaka, A.R, Trihono, P.P, Kurniati, N & Widodo, D.P (2005), Penanganan
Demam Pada Anak Secara Profesional. Jakarta. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI.
Walsh, A.M., Edwards, H.E., Courtney, M.D., Wilson, J.E., Monaghan, S.J.
(2005). Fever Management: Pediatric nurses’ knowledge, attitudes and
influencing factors. Journal of Advance Nursing. 49(5), 453-464.
Walsh, A.M., Edwards, H.E., Courtney, M.D., Wilson, J.E., Monaghan, S.J.
(2006). Pediatric fever management: Continuing education for clinical
nurses. Nurse Education Today, 26(1), 71-77.
Walsh, A., Edwards, H., Fraser, J. (2008). Parents’ childhood fever management:
community survey and instrument development. Journal of Advance
Nursing. 63(4), 376-88.
WHO (2010). Fever: preventing and managing the global epidemic: report of a
WHO Consultation. World Health Organization Technical Report Series i-
xii:1-253. Diunduh dari http://www.euro.who.int/document/E88086.pdf.
diperoleh tanggal 2 Februari 2012.
Wong, D.L., Hockenberry, E.M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar: Keperawatan pediatrik. Edisi 2. (Alih bahasa: Hartono.
A., Kurnianingsih. S., & Setiawan). Jakarta: EGC.
Zommoroddi, A., & Attia, M.W. (2008). Fever: Parental concern. Clinical
Pediatric Emergency Medicine, 9(4), 238-243.
102
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Budiyati
Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 9 September 1973
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Bergota Husada No. 08 Semarang
Institusi : Poltekkes Kemenkes Semarang
Alamat Institusi : Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik- Semarang.
Riwayat Pendidikan:
Riwayat Pekerjaan:
LAPORAN KASUS
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
An.F.S. belum diberikan makanan tambahan karena usianya baru 4 bulan. Anak
F.S hanya minum ASI, sejak dirawat di rumah sakit anak F.S mendapatkan diet
susu formula 8 x 120 ml. Frekuensi BAB 2-3 kali sehari, BAK 5-6 kali perhari.
Menurut Ibu suhu tubuh An.F.S cenderung naik turun, suhu turun dengan minum
obat penurun panas. Ibu I mengaku bingung dengan sakit yang diderita An.F.S
dan tidak tahu kenapa An.F.S bisa menderita penyakit seperti ini.
Laporan Kasus Residensi II 1
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
Laporan Kasus Residensi II 2
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
5. Ekstremitas: tulang belakang normal, dan tidak ada masalah pada ekstremitas.
Refleks patologis babinsky (+).
6. Pemeriksaan integument: sirkulasi baik, turgor sedang, kelembaban: baik dan
berwarna merah muda.
C. INTEGRITAS PERSONAL
An.F.S terlihat gelisah apabila didekati oleh perawat dan tenaga kesehatan yang akan
melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
D. INTEGRITAS SOSIAL
An.F.S terlihat tenang berada didekat orang tua dan orang yang dikenalnya (Ibu, ayah
dan budenya).
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan perkembangan:
An.F.S sebelum sakit sudah bisa tengkurap dengan kepala terangkat keatas, bisa
membalikkan badannya dan kembali terlentang, senyum sosial dengan orang yang
mengajaknya bicara atau tersenyum.
3. Riwayat Imunisasi
Imunisasi BCG (+), Hepatitis B 3x, Polio 3x, DPT 2x.
Laporan Kasus Residensi II 3
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
Fenitoin : 2 x 20 mg IV
Ranitidin : 2 x 7 mg IV
Paracetamol : 4 x 120 mg po
Kolaborasi:
Laporan Kasus Residensi II 4
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
1. Obat antipiretik:.....
2. Monitor hasil pemeriksaan darah dan
laboratorium
Laporan Kasus Residensi II 5
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
Laporan Kasus Residensi II 6
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
Laporan Kasus Residensi II 7
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
Analisis:
Nutrisi terpenuhi
Perencanaan:
Intervensi dipertahankan
3 Integritas personal: Pukul 16.00:
1. Mengkaji tingkat kecemasan Data subjektif:
anak, keluarga dan Ibu mengatakan
penyebabnya An. F. sudah tidak
(cemas ringan, sehubungan takut melihat perawat
dengan hospitalisasi dan atau tenaga kesehatan
ketidakpastian tentang lainnya, tetapi masih
penyakit). menangis jika
2. Menempatkan anak pada dilakukan pemeriksaan
ruangan yang tenang dan tindakan.
3. Memberikan stimulasi Data objektif:
sensorik dan pengalihan yaitu Anak terlihat memeluk
mengajak anak bermain dan ibu dan menangis
memberi kesempatan pada ketika mau dilakukan
anak untuk memegang alat pemeriksaan suhu.
pemeriksaan. Analisis:
4. Menganjurkan dan Rasa cemas/ketakutan
memotivasi orang tua untuk pada anak teratasi
terlibat dalam perawatan anak sebagian.
di rumah sakit Perencanaan:
5. Menganjurkan orang tua untuk Intervensi dilanjutkan:
menemani anak sesering berikan tindakan
mungkin. pengalihan ketika
melakukan
pemeriksaan dan
tindakan keberawatan
pada anak
4. Integritas personal: Pukul 17.00:
1. Mengkaji tingkat pengetahuan Data subjektif:
ibu tentang penyakit anak dan Ibu mengatakan bahwa
perawatannya informasi yang
(Ibu menyatakan bingung diberikan sangat
dengan penyakit anaknya). bermanfaat dan
2. Mendiskusikan bersama ibu menjadi lebih
dan nenek tentang demam, mengetahui tentang
penyebab dan cara penyakit anaknya serta
perawatannya serta cara sudah mulai bisa
Laporan Kasus Residensi II 8
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
Laporan Kasus Residensi II 9
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 1
An.F.S masih demam naik turun, direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi
evakuasi cairan subdural, masih menunggu jawaban dari bagian bedah saraf.
Laporan Kasus Residensi II 10
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
LAPORAN KASUS
APLIKASI TEORI KONSERVASI ENERGI LEVINE
PADA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN SEPSIS
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
An.V.G. makan 3 kali sehari, ditambah dengan susu formula 3 kali dalam
sehari (± 600cc perhari). Ibu mengatakan semenjak demam dan dirawat di
rumah sakit nafsu makan An.V.G berkurang. Frekuensi BAB 2-3 kali sehari,
BAK 5-6 kali perhari. Menurut Ibu suhu tubuh An.V.G cenderung naik dan
hanya turun sedikit dengan minum obat penurun panas. Ibu S mengaku
Laporan Kasus Residensi II 1
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
bingung dengan sakit yang diderita An.V.G dan tidak tahu kenapa An.V.G
bisa menderita penyakit seperti ini.
Laporan Kasus Residensi II 2
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
C. INTEGRITAS PERSONAL
An.V.G terlihat menangis dan gelisah apabila didekati oleh perawat dan tenaga
kesehatan yang akan melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
D. INTEGRITAS SOSIAL
An.V.G terlihat tenang berada didekat orang tua dan orang yang dikenalnya
(Ibu, ayah dan neneknya serta teman yang ada diruang rawat).
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan perkembangan:
An.V.G sebelum sakit sudah bisa duduk, berdiri dengan pegangan, mengambil
benda dengan tangan, berceloteh dan mampu mengucapkan dua kata (ma-ma,
pa-pa, ma-mam), Kemampuan sosialisasi baik, dan tersenyum dengan orang
yang dikenal (terdekat)
Laporan Kasus Residensi II 3
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
darah (anemia) dan diberikan obat Fe dan Vit B12. Ibu mempunyai riwayat
penyakit epilepsi.
3. Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap
Laporan Kasus Residensi II 4
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
Kolaborasi:
1. Obat antipiretik:.....
2. Monitor hasil pemeriksaan darah dan
laboratorium
Laporan Kasus Residensi II 5
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
Laporan Kasus Residensi II 6
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
Laporan Kasus Residensi II 7
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
Laporan Kasus Residensi II 8
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
Analisis:
Nutrisi terpenuhi
Perencanaan:
Intervensi dipertahankan
3 Integritas personal: Pukul 16.00:
1. Mengkaji tingkat kecemasan Data subjektif:
anak, keluarga dan Ibu mengatakan
penyebabnya An.V.G. sudah tidak
(cemas ringan, sehubungan takut melihat perawat
dengan hospitalisasi dan atau tenaga kesehatan
ketidakpastian tentang lainnya, tetapi masih
penyakit). menangis jika
2. Menempatkan anak pada dilakukan pemeriksaan
ruangan yang tenang dan tindakan.
3. Memberikan stimulasi Data objektif:
sensorik dan pengalihan yaitu Anak terlihat memeluk
mengajak anak bermain dan ibu dan menangis
memberi kesempatan pada ketika mau dilakukan
anak untuk memegang alat pemeriksaan suhu.
pemeriksaan. Analisis:
4. Menganjurkan dan Rasa cemas/ketakutan
memotivasi orang tua untuk pada anak teratasi
terlibat dalam perawatan anak sebagian.
di rumah sakit Perencanaan:
5. Menganjurkan orang tua untuk Intervensi dilanjutkan:
menemani anak sesering berikan tindakan
mungkin. pengalihan ketika
melakukan
pemeriksaan dan
tindakan keberawatan
pada anak
4. Integritas personal: Pukul 17.00:
1. Mengkaji tingkat pengetahuan Data subjektif:
ibu tentang penyakit anak dan Ibu mengatakan bahwa
perawatannya informasi yang
(Ibu menyatakan bingung diberikan sangat
dengan penyakit anaknya). bermanfaat dan
2. Mendiskusikan bersama ibu menjadi lebih
dan nenek tentang demam, mengetahui tentang
penyebab dan cara penyakit anaknya serta
perawatannya serta cara sudah mulai bisa
memeriksa suhu pada anak. merawat anak
3. Memberikan kesempatan sehubungan dengan
kepada Ibu untuk bertanya penyakitnya.
4. Menjelaskan tentang Data objektif:
kemungkinan penyakit anak, Ibu dapat menyebutkan
dan kemungkinan tindakan kembali tentang
apa saja yang akan dilakukan penyebab demam
Laporan Kasus Residensi II 9
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
Laporan Kasus Residensi II 10
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
dilakukan pemeriksaan
dan bermain dengan
perawat.
Analisis:
Rasa cemas teratasi.
Intervensi dipertahankan.
Laporan Kasus Residensi II 11
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 2
Laporan Kasus Residensi II 12
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
LAPORAN KASUS
APLIKASI TEORI KONSERVASI ENERGI LEVINE
PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE II
An. R (14 tahun), dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan utama demam sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit, demam naik turun dan tertinggi pada malam hari.
Kejang (-), batuk (-), pilek (-), sakit kepala (+), mual dan muntah. Bak dan BAB
normal, riwayat imunisasi lengkap. Pasien periksa ke RS PMI Bogor, diberi obat
namun tidak turun-turun. Diagnosa medis An. R pada waktu pengkajian adalah
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) grade II. Saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 28 Maret 2012 pukul 09.00 WIB, An. R terlihat lemah, sering mengeluhkan
sakit pada perut, wajah meringis dan pucat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,
didapatkan data BB An. R adalah : 50 kg, TB: 168 cm (BB standar berdasarkan
Usia=50 kg, klasifikasi BB/U adalah 83% BB standar dengan kriteria status gizi
normal), TTV (Nadi: 82x/mnt, Nafas:24x/mnt, suhu:38,9°C. Fokus pengkajian
berdasarkan pendekatan teori Levine didapatkan data berikut ini:
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
Ayah mengatakan semenjak sakit nafsu makan anak R mulai berkurang.
Anak sering mengeluhkan mual dan kadang-kadang muntah (pada waktu
dirumah). Frekuensi BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali perhari. Menurut
Ayah suhu tubuh An. R naik turun dan hanya turun bila minum obat penurun
panas.
2. Aktivitas dan istirahat
An. R terlihat lemah, sehingga semua aktivitas An. R dibantu oleh Ayah.
Karena mengeluh sakit pada perut, An. R kurang kooperatif dan hanya mau
berkomunikasi dengan Ayahnya. Ayah mengatakan An. R tidak bisa tidur
dan beristirahat karena nyeri. Anak R juga mengeluhkan pegel-pegel pada
kaki. Ayah bingung dan meminta pendapat apa yang harus dilakukannya
Laporan Kasus Residensi II Page 1
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
lagi, dan meminta agar anaknya diberi obat penghilang rasa sakit agar bisa
beristirahat.
Laporan Kasus Residensi II Page 2
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
5. Estremitas: tulang belakang normal, dan tidak ada masalah pada ekstremitas.
6. Pemeriksaan integument: kulit teraba hangat, sirkulasi baik, turgor kulit
cukup, kelembaban: kulit kering, berwarna gelap dan klien berkeringat
banyak.
C. INTEGRITAS PERSONAL
An. R terlihat meringis dan mengeluhkan nyeri. An. R agak pendiam, kooperatif,
hanya mengeluhkan keluhan kepada Ayah dan berkomunikasi dengan orang
yang dikenalnya saja. Namun, An. R terlihat pasrah ketika perawat melakukan
tindakan dan pemeriksaan fisik.
D. INTEGRITAS SOSIAL
An. R hanya ditemani oleh ayahnya karena ibunya merawat adiknya yang masih
kecil. An. R hanya berbicara kepada Ayahnya.
DATA PENUNJANG
1. Riwayat kelahiran dan persalinan:
An. R adalah anak pertama dari 2 bersaudara. An. R lahir spontan dengan
bantuan bidan, dan langsung menangis. Berat badan waktu lahir adalah 2900
gram dan panjang badan lahir 50 cm. Ibu tidak mengalami masalah selama
hamil.
2. Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap.
Laporan Kasus Residensi II Page 3
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Kolaborasi:
1. Obat antipiretik: parasetamol 3x 250
mg p.o
2. Monitor hasil pemeriksaan darah dan
laboratorium
2. Konservasi Tujuan: Mandiri:
Energi: Anak terlihat nyaman, 1. Kaji skala nyeri.
Gangguan rasa nyeri berkurang/hilang 2. Kaji dan observasi tanda-tanda vital.
nyaman, nyeri Kriteria hasil: 3. Kaji karakteristik, lokasi dan
Laporan Kasus Residensi II Page 4
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Laporan Kasus Residensi II Page 5
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Laporan Kasus Residensi II Page 6
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Laporan Kasus Residensi II Page 7
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Laporan Kasus Residensi II Page 8
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Laporan Kasus Residensi II Page 9
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Laporan Kasus Residensi II Page 10
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 3
Laporan Kasus Residensi II Page 11
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
LAPORAN KASUS
APLIKASI TEORI KONSERVASI LEVINE
PADA ASUHAN KEPERAWATANANAK
DENGAN ENCEPHALITIS
A. KONSERVASI ENERGI
1. Status nutrisi dan cairan
An.S.H makan 3 kali sehari, ayah mengatakan semenjak demam dan dirawat di
rumah sakit nafsu makan An.S.H berkurang. Frekuensi BAB 1 kali sehari, BAK
5-6 kali perhari. Menurut ayah suhu tubuh An.S.H cenderung naik dan hanya
turun sedikit dengan minum obat penurun panas. Ayah H mengaku bingung
dengan sakit yang diderita An.S.H dan tidak tahu kenapa An.S.H bisa menderita
penyakit seperti ini.
2. Aktivitas dan istirahat
Aktivitas An.S.H dibantu oleh ayahnya. An. S.H berbaring ditempat tidur terus
dengan kondisi lemah, gelisah, bicara meracau, demam terus-menerus. Anak S.H
Laporan Kasus Residensi II 1
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
makan minum dibantu ayahnya, untuk BAK dan BAB dengan menggunakan
pispot dan urinal.
C. INTEGRITAS PERSONAL
An. S.H terlihat gelisah dan tidak kooperatif apabila didekati oleh perawat dan tenaga
kesehatan yang akan melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan.
D. INTEGRITAS SOSIAL
An.S.H terlihat tenang berada didekat orang tua dan orang yang dikenalnya ( ayah,
kakak, nenek dan pamannya).
E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan perkembangan:
An. S.H sebelum sakit sudah sekolah kelas 2 SMP. Kemampuan sosialisasi baik, dan
tersenyum dengan orang yang dikenal (terdekat)
3. Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap
Laporan Kasus Residensi II 3
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
Laporan Kasus Residensi II 4
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
Kolaborasi:
1. Obat antipiretik paracetamol
2. Monitor hasil pemeriksaan darah dan
laboratorium
2. Konservasi Tujuan: Mandiri:
energi: resiko Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan nutrisi dan
pemenuhan intervensi keperawatan kemampuan makan klien
nutrisi kurang diharapkan Kebutuhan 2. Kaji adanya mual, muntah (masalah
dari kebutuhan nutrisi anak tercapai penyebab kurang nutrisi)
tubuh Kriteria hasil: 3. Auskultasi bising usus
Orang tua 4. Sajikan makanan sedikit tapi sering
mengatakan nafsu 5. Berikan diet sesuai jadwal
6. Berikan makanan sesuai dengan usia
makan anak dan kemampuan anak
meningkat 7. Timbang berat badan setiap hari
Makan habis 1 8. Anjurkan untuk menghindari
porsi makanan yang mengiritasi dan
BB dapat makanan padat
dipertahankan atau 9. Jelaskan fungsi makanan dan diet
menunjukkan pada keluarga
kenaikan 0,5-10 10. Libatkan dan dorong orang tua untuk
kg/minggu menyuapi anak pada saat waktu
Nilai Laboratorium makan
DBN (Hb:9,6- Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
13,5gr%,
pemberian diet sesuai kebutuhan dan
protein:5,07-7,8 kondisi
gr%, Albumin:
3,9-4,5gr%).
3. Integritas Tujuan: Mandiri:
personal: Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan/ketakutan
Gangguan rasa intervensi diharapkan: anak dan keluarga serta penyebab
aman: rasa cemas pada atau 2. Tempatkan anak diruangan yang
Cemas/takut takut pada anak dan tenang
pada anak dan 3. sentuh, gendong dan bicara pada
keluarga dapat teratasi
keluarga anak sebanyak mungkin
Kriteria hasil: 4. Berikan stimulasi sensorik
Orang tua pengalihan yang sesuai dengan
mengekspresikan tingkat perkembangan anak
perasaaanya 5. Berikan dukungan pada keluarga
Anak tampak rileks 6. Libatkan anak dan keluarga dalam
Tidak takut program pengobatan dan perawatan
berinteraksi dengan 7. Anjurkan orang tua untuk menemani
perawat/orang lain anak
Anak tidur dengan
tenang
Laporan Kasus Residensi II 5
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
Laporan Kasus Residensi II 6
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
Laporan Kasus Residensi II 7
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
Analisis:
Nutrisi terpenuhi
Perencanaan:
Intervensi dipertahankan
3 Integritas personal: Pukul 16.00:
1. Mengkaji tingkat kecemasan Data subjektif:
anak, keluarga dan Ayah mengatakan
penyebabnya An.S.H. sudah
(cemas ringan, sehubungan kooperatif jika
dengan hospitalisasi dan dilakukan pemeriksaan
ketidakpastian tentang dan tindakan.
penyakit). Data objektif:
2. Menempatkan anak pada .
ruangan yang tenang Analisis:
3. Memberikan stimulasi Rasa cemas/ketakutan
sensorik dan pengalihan yaitu pada anak teratasi
mengajak anak bermain dan sebagian.
memberi kesempatan pada Perencanaan:
anak untuk memegang alat Intervensi dilanjutkan:
pemeriksaan. berikan tindakan
4. Menganjurkan dan pengalihan ketika
memotivasi orang tua untuk melakukan
terlibat dalam perawatan anak pemeriksaan dan
di rumah sakit tindakan keberawatan
5. Menganjurkan orang tua untuk pada anak
menemani anak sesering
mungkin.
4. Integritas personal: Pukul 17.00:
1. Mengkaji tingkat pengetahuan Data subjektif:
ayah tentang penyakit anak Ayah mengatakan
dan perawatannya bahwa informasi yang
(Ayah menyatakan bingung diberikan sangat
dengan penyakit anaknya). bermanfaat dan
2. Mendiskusikan bersama Ayah menjadi lebih
dan paman tentang demam, mengetahui tentang
penyebab dan cara penyakit anaknya serta
Laporan Kasus Residensi II 8
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
Laporan Kasus Residensi II 9
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Lampiran 4
An.S.H sudah menunjukan perbaikan, bebas demam selama 7 hari, kebutuhan nutrisi
terpenuhi, anak tampak tidak cemas lagi, orang tua dan keluarga sudah tahu tentang
penyakit anaknya sehingga dinyatakan pulang oleh dokter dengan catatan kunjungan
ulang atau rawat jalan ke Poliklinik Anak bagian neurologi RSCM. Tanggal 20 April
2012.
Laporan Kasus Residensi II 10
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
DI
UNIVERSITAS INDONESIA
Pembimbing:
Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp., MN
Ibu Ns. Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp. Kep. An
Ibu Ns.Elfi Syahreni. M.Kep., Sp. Kep. An
Ibu Ns. Dessi Purnamasari, S.Kep.
OLEH:
Budiyati
Indra Tri Astuti
Nunung Nurjanah
Sri Hartini Mardi Asih
A. LATAR BELAKANG
Pada periode segera setelah lahir, seorang anak akan melakukan berbagai
penyesuaian terhadap lingkungan di luar rahim. Namun ternyata, ada kalanya
penyesuaian ini menjadi lebih sulit karena dalam prosesnya dapat disertai
dengan penyakit, kecacatan, infeksi, penyulit saat persalinan, dan bahkan
kelahiran dengan berat lahir rendah (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).
Adanya beberapa masalah tersebut menyebabkan bayi terpaksa harus dirawat
di rumah sakit. Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang
tampak pada bayi dan keluarga karena disfungsi salah satu anggota keluarga
akan mempengaruhi yang lainnya (Friedman, 1998).
Esensi utama dari family centered care adalah perawat harus memberikan
perhatian kepada kebutuhan keluarga dan anak untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dari perawatan anak. Perawat dapat berbagi informasi secara jujur
dengan keluarga sebagai cara untuk memperkuat dan mendayagunakan
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan. Tenaga kesehatan
memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga secara benar
dan tidak memihak. Informasi yang diberikan ini harus jujur, lengkap, benar
dan akurat. Berdasarkan hal tersebut perawat perlu merencanakan suatu
tindakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat bayinya
baik selama dalam perawatan maupun untuk perawatan berkelanjutan atau
ketika sudah di rumah. Perencanaan tersebut dikenal dengan discharge
planning.
Sejalan dengan visi Unit Perinatal RSPAD Gatot Soebroto dimana pelayanan
perinatal resiko tinggi merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
RSPAD Gatot Soebroto Diskesad yang menjadi rumah sakit kebanggaan
prajurit TNI-AD atau warga kesatuan TNI-AD dan masyarakat, maka ruang
rawat peristi dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas asuhan yang dapat
dibanggakan oleh warga kesatuan TNI-AD dan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut kelompok tertarik untuk melakukan proyek inovasi terkait dengan
discharge planning yang bertujuan dapat membantu meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan di ruang rawat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran pelaksanaan proyek inovasi keperawatan di ruang
perawatan bayi resiko tinggi RSPAD Gatot Soebroto untuk mencapai
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang holistik, terdepan dan
terpercaya.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya kebutuhan inovasi keperawatan yang diperlukan
b. Teridentifikasinya perencanaan kegiatan inovasi keperawatan
c. Teridentifikasinya implementasi aktivitas inovasi keperawatan
d. Teridentifikasinya evaluasi aktivitas inovasi keperawatan yang telah
dilakukan
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual
dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien
secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah
dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim
kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan,
melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga
membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan mulai tanggal 3 – 13 Oktober 2011 dengan 3 cara,
yaitu: observasi, kuesioner dan wawancara. Adapun responden dalam
pengkajian tersebut adalah kepala ruang, seluruh perawat dan keluarga
pasien. Adapun hasil pengkajian selengkapnya adalah sebagai berikut:
Adapun ruang tersebut terdiri dari dua ruang infeksi, satu ruang tindakan,
satu ruang transisi, satu ruang BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), satu
ruang untuk perawatan dengan CPAP (Continous Positive Airway
Pressure), satu pojok laktasi, satu dapur susu sekaligus merupakan dapur
umum, satu ruang ganti perawat, satu gudang yang berfungsi sekaligus
ruang sholat, diantara pojok laktasi dan gudang ada meja yang digunakan
untuk istirahat perawat maupun dokter, satu sekertariat peristi yang
berfungsi juga sebagai ruang pertemuan, satu ruang kepala ruang yang
berbagi dengan ruang dokter konsulen.
2. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang diperoleh data bahwa
struktur organisasi di ruang peristi RSPAD Gatot Soebroto terdiri dari
Kepala Instalasi Rawat Inap (IRNA) Ibu Kolonel Ckm (K) Yoeliasna
Butu, Kepala Sub Instalasi IRNA C Bapak Letkol Ckm dr. Gunawan Dwi,
Sp.OG, K.FER, Kepala Bagian Perawatan (Ka. Bag. Wat) Bapak Letkol.
3. Tenaga Keperawatan
a. Tenaga keperawatan yang dimiliki sebanyak 24 orang (sudah termasuk
Ka. UR), dengan klasifikasi pendidikan: SPK 2 orang, D3 19 orang,
dan S1 Keperawatan 2 orang dan SKM 1 orang. Beberapa orang
perawat sedang melakukan studi lanjut, antara lain yang berpendidikan
SPK melanjukan ke D3 Kebidanan, dan yang berpendidikan D3
keperawatan melanjutkan pendidikan ke S1 Keperawatan.
4. Pelayanan keperawatan
a. Metode pelayanan keperawatan di ruang Peristi adalah metode tim.
Tim tersebut terbagi menjadi 3 yaitu tim ruang infeksi, tim ruang
transisi, dan tim ruang BBLR dengan masing-masing tim bertanggung
jawab terhadap ruangannya masing-masing.
B. ANALISIS SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Memiliki tenaga keperawatan yang professional dengan kualifikasi
pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 2 orang, SKM 1 orang, dan
DIII 19 orang.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Tingkat ketergantungan pasien tinggi, yaitu tingkat intensive care.
b. Ketidaksesuaian jumlah perawat dengan kebutuhan ketenagaan
(berdasarkan rumus Gillies jumlah perawat seharusnya 42 perawat
jadi kurang 18 perawat) menyebabkan beban kerja perawat menjadi
tinggi.
c. Ketidaksesuaian antara beban kerja perawat menjadi kendala dalam
melakukan discharge planning, developmental care, FCC, atraumatic
care dann PMK
d. Setting ruangan yang belum mendukung untuk pelaksanaan
pendidikan kesehatan, FCC, dan PMK
e. Sarana dan prasarana yang masih terbatas untuk pelaksanaan
discharge planning, developmental care, FCC, atraumatic care,
patient safety dan PMK
3. Opportunity (Peluang)
a. Adanya visi RSPAD Gatot Soebroto menjadi rumah sakit kebanggan
prajurit dan warga TNI
b. Adanya perhatian dari pihak manajemen ruangan (kepala ruangan dan
penanggung jawab asuhan keperawatan) untuk melaksanakan
discharge planning.
4. Threat (Ancaman)
a. Masyakarat semakin kritis menyebabkan tuntutan terhadap kualitas
pelayanan keperawatan semakin meningkat
b. Undang-undang perlindungan konsumen menuntut adanya
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
c. Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi lanjut terhadap
keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan discharge planing
2. Media pendidikan kesehatan (leaf let/ book let) yang tersedia bukan
merupakan leaf let/ book let khusus ruang peristi dan jumlahnya kurang
mencukupi sehingga tidak dapat diberikan kepada keluarga sebagai bekal
pengetahuan ketika dirumah.
2. Jadwal Kegiatan
Adapun untuk jadwal kegiatan proyek inovasi di ruang peristi RSPAD Gatot
Soebroto adalah sebagai berikut:
A. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan kegiatan mengacu pada rencana kegiatan yang telah disusun
pada bab sebelumnya, setelah mengidentifikasi kebutuhan ruangan dan issue
strategi yang dibutuhkan adalah discharge planning, maka kelompok
membuat formulir discharge planning dan media pendidikan kesehatan
berupa booklet panduan perawatan bayi. Adapun tahapan kegiatan yang
dilakukan adalah:
1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi formulir discharge planning dan booklet dilakukan
bersamaan dengan kegiatan presentasi proposal yang dilaksanakan pada
hari kamis tanggal 20 Oktober 2011 di ruang Paviliun Imam Sujudi.
Kegiatan dilaksanakan mulai jam 09.00 sampai dengan jam 11.30 yang
dihadiri oleh 47 peserta yang terdiri dari supervisor utama, Kepala Bagian
Keperawatan dan staf, seluruh Kepala Ruangan dan Clinical Instructur
RSPAD Gatot Soebroto, serta perawat ruang Peristi.
B. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Perizinan
Kegiatan paparan hasil pengkajian issue strategi diruangan dan
sosialisasi discharge planning serta booklet didukung penuh dan
difasilitasi oleh Kepala Ruangan Peristi dan Bagian Keperawatan
sehingga memudahkan dalam perizinan kegiatan baik dalam
menentukan waktu dan tempat.
b. Pembuatan Instrumen
Instrumen yang dibuat untuk pengkajian meliputi wawancara dengan
kepala ruangan dan ketua tim, kuesioner untuk perawat dan pasien
2. Evaluasi Hasil
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pelaksanaan proyek
inovasi dapat dijelaskan bahwa perawat yang bekerjasama dalam
implementasi dapat melakukan discharge planning dengan baik, tetapi
masih ada beberapa perawat yang belum bersedia untuk melakukan
implementasi tersebut. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan antara
lain, waktu yang terbatas (4 hari) sehingga implementasi belum optimal
karena perawat yang direkomendasikan ada yang berdinas malam dan
libur sehingga penkes belum dapat dilakukan secara optimal (karena tidak
mungkin dilakukan malam hari), format pengkajian yang tersedia di
rungan belum memuat mengenai pengkajian yang dibutuhkan untuk
perencanaan pemulangan pasien sehingga menyulitkan untuk menuliskan
hasil pengkajian tersebut, ada beberapa perawat yang menganggap ini
adalah tugas mahasiswa sehingga kurang serius dalam melakukan
discharge planning dan lain-lain
A. SIMPULAN
B. SARAN
1. Pengkajian untuk discharge planning sebaiknya dimasukan dalam form
pengkajian dari rumah sakit.
2. Perawat sebaiknya melakukan penerapan form discharge planning sejak
pasien baru masuk sampai dengan pasien pulang.
3. Perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien
sebaiknya melalui beberapa tahapan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan keluarga dalam menyerap atau memahami informasi yang
diberikan.
4. Perawat perlu mendemonstrasikan dalam memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga pasien.
5. Dalam memberikan pendidikan kesehatan perawat sebaiknya dengan
menggunakan media atau booklet sesuai dengan kebutuhan keluarga
pasien.
6. Media pendidikan kesehatan sebaiknya diberikan kepada keluarga pasien
untuk dibawa.
Ball, Jane, dkk. (2003). Pediatric nursing caring for children. Third edition. New
Jersey : Prentis hall, Chicago, IL.
Eichner, J. (2007). Family centered care and the pediatrician’s role. Journal of
American Academy of Pediatrics, Vol. 112 No.3. Diakses dari
www.aaponline.com pada tanggal 8 September 2009
Nursalam, Rekawati S dan Sri Utami,. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan
anak, Jakarta: Salemba Medika
Supartini, Yupi (2004), Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelsein, M.L. & Schwartrz, P.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatric Wong (Andry Hartono, dkk,
penerjemah). Jakarta: EGC.
Wong. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatric, (4th Ed, Monica Ester,
penerjemah). Jakarta: EGC.
PRAKTIK RESiDENSI KEPERAWATAN ANAK I FIK UI
DI RUANG PERISTI RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA
1. Karakteristik Responden
a. Nama (Inisial) : …….........................................
b. Usia : ……......................................... tahun
c. Tingkat pendidikan :
d. Lama bekerja : ……………………………….....tahun
e. Tugas :
II. Pengetahuan Discharge Planning
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Benar Salah
1. Discharge planning adalah proses mempersiapkan pasien dan
keluarga untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain di dalam atau di luar pelayanan kesehatan.
2. Tujuan discharge planning adalah menyediakan informasi
tertulis dan verbal kepada keluarga untuk memenuhi
kebutuhan dalam proses pemulangan.
3. Proses discharge planning melibatkan multidisiplin, mencakup
semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam
memberi layanan kesehatan kepada pasien.
4. Discharge planning harus dilakukan saat pasien mulai dirawat.
5. Tindakan discharge palanning dapat dilakukan dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan
memberikan media.
6. Evaluasi discharge planning dapat dilakukan dengan meminta
II. Pelaksanaan Discharge Planning
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Discharge planning mudah untuk dilaksanakan.
2. Pengkajian discharge planning dilakukan bersamaan
dengan pengkajian asuhan keperawatan.
3. Perencanaan discharge planning disesuaikan dengan
lama hari rawat pasien.
4. Pengisian formulir discharge planning tidak memakan
waktu lama.
5. Formulir discharge planning lebih mudah diisi dengan
menggunakan format daftar centang (check list)
6. Tidak ada kendala atau hambatan dalam melakukan dan
mendokumentasikan discharge planning.
7. Media untuk memberikan pendidikan kesehatan sangat
membantu pelaksanaan discharge planning.
Disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Residensi Keperawatan
Anak Lanjut I, II, III
Pembimbing:
Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp., MN
Ibu Ns. Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp. Kep. An
Ibu Ns.Elfi Syahreni. M.Kep., Sp. Kep. An
Ibu Ns. Dessi Purnamasari, S.Kep.
OLEH:
Budiyati
Indra Tri Astuti
Nunung Nurjanah
Sri Hartini Mardi Asih
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan proyek inovasi,
dengan topik “Discharge Planning sebagai media dalam penerapan pendidikan
kesehatan kepada keluarga dalam mencapai asuhan keperawatan yang holistik dan
berkesinambungan”.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 3
C. Manfaat .................................................................................................... 3
D. Sasaran ..................................................................................................... 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak mempunyai ciri yang khas yaitu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. “Tumbuh kembang anak adalah proses
pertumbuhan fisik yang ditandai dengan bertambahnya ukuran tubuh dan proses
perkembangan kemampuan mental intelegensi dan perilaku anak–anak dimana terjadi
peningkatan kapasitas untuk berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi” (Muscari,
2005). Seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya anak mengalami
suatu rentang sehat dan sakit yang membutuhkan layanan kesehatan dan
keperawatan. Pelayanan keperawatan mulai dari peningkatan status kesehatan,
mempertahankan kesehatan anak dan mengembalikan fungsi kesehatan yang optimal
merupakan lingkup dalam keperawatan anak.
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak
dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004).
Sakit dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan krisis utama yang terjadi
pada anak. Hospitalisasi dan kondisi sakit merupakan pengalaman yang penuh
tekanan pada anak-anak, terutama karena terjadi perpisahan dengan lingkungan
normal, orang lain yang berarti, perilaku koping yang terbatas, dan perubahan status
kesehatan (Potter Perry, 2005).
Stres yang dialami oleh anak dan keluarga biasanya disebabkan oleh perubahan
lingkungan yang berbeda dengan lingkungan rumah, kehilangan kontrol tubuh,
ancaman dari penyakit serta adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang
rumah sakit baik dari pengalaman dirawat sebelumnya atau pengalaman orang lain.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat
menimbulkan trauma pada anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga
kesehatan baik sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan dan lingkungan
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
sosial antara sesama pasien (Supartini, 2004). Perawat mempunyai peran yang
penting dalam mencegah trauma pada anak terhadap tindakan perawatan yang
dilakukan (atraumatic care). Beberapa prinsip yang dapat dilakukan perawat untuk
mencegah trauma pada anak dan keluarga adalah dengan meningkatkan kemampuan
orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah atau mengurangi
cedera, dan memodifikasi lingkungan.
Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap anak kelas II untuk kasus-kasus infeksi
dan non infeksi. Berdasarkan pengamatan, data yang diperoleh secara lisan dari
beberapa sumber di ruang Anggrek , dan data dari hasil pengkajian yang telah
dilakukan mahasiswa aplikasi anak sebelumnya, ruangan ini membutuhkan beberapa
perubahan untuk dapat memberikan pelayanan paripurna dan meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada anak. Salah satu perubahan yang dibutuhkan adalah
modifikasi ruang tindakan agar mencerminkan karakteristik ruang rawat anak.
Ruang tindakan yang ada diruang rawat anak Anggrek belum mencerminkan
karakteristik ruang rawat anak karena semuanya masih bernuansa putih. Tempat tidur
untuk melakukan tindakan beralaskan sprai putih, beberapa trolly untuk tempat alat-
alat juga beralaskan kain atau taplak putih, kotak-kotak tempat penyimpanan obat
pasien juga dialasi dengan potongan kertas putih dan tempat penyimpanan cairan-
cairan infus dialasi dengan koran bekas. Hanya ada satu mainan gantung yang tidak
menimbulkan bunyi diatas tempat tidur diruang tindakan dan cukup tinggi untuk bisa
dijangkau.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Berdasarkan latar belakang di atas, residen bermaksud melakukan inovasi yaitu
modifikasi ruang tindakan yang mencerminkan karakteristik ruang rawat anak
sehingga dapat meminimalkan trauma pada anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya proyek inovasi keperawatan optimalisasi atraumatic care di
Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita Jakarta dengan baik sehingga tercapainya
kualitas asuhan keperawatan yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi kebutuhan inovasi keperawatan yang diperlukan
di ruang Anggrek.
b. Mampu menyusun rencana kegiatan inovasi keperawatan sesuai dengan
masalah dan kebutuhan ruangan.
c. Mampu melaksanakan kegiatan inovasi keperawatan optimalisasi
pelaksanaan atraumatic care dengan modifikasi ruang tindakan yang
mencerminkan ruang rawat anak untuk mengurangi trauma.
d. Mampu mengevaluasi kegiatan inovasi keperawatan yang telah dilakukan.
e. Mampu merencanakan dan melaksanakan strategi keberlanjutan program
proyek inovasi yang telah disepakati.
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pembaharuan
untuk kemajuan pelaksanaan pelayanan Asuhan keperawatan Anak.
2. Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan anak yang efektif.
3. Bagi Pasien
Meningkatkan kepuasan dalam penerimaan layanan asuhan keperawatan yang
diberikan pada anak.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
D. Sasaran
Perawat ruangan, pasien dan keluarga pasien di Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita
Jakarta.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB II
TINJAUAN TEORI
Supartini (2004) menjelaskan bahwa atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik
yang di berikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui
tindakan yang dapat mengurangi distress fisik maupun distress psikologis yang dialami
anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata
terlihat, tetapi memberi perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana
prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi stress fisik dan
psikologis.
Menurut Wong (2005) atraumatic care merupakan kepedulian dari tim kesehatan melalui
intervensi yang meminimalkan atau meniadakan stressor yang dialami oleh anak dan
keluarga di rumah sakit baik fisik maupun psikis. Wiggins (1994) dalam Wong (2005),
menjelaskan bahwa stressor lingkungan yang sering dialami oleh anak adalah
lingkungan rumah sakit yang tidak nyaman bagi anak sehingga menimbulkan stress pada
anak selama dirawat di rumah sakit.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
2. Kehilangan kendali
Salah satu faktor yang mempengaruhi stres pada anak yang dirawat adalah faktor
kemampuan mengendalikan diri. Kehilangan kendali akan meningkatkan persepsi
akan adanya ancaman dan dapat mempengaruhi kemampuan koping anak.
Penyebab utama dari kehilangan kendali adalah keterbatasan fisik, perubahan dari
aktivitas rutin dan tingkat ketergantungan anak.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
langsung Anak memperlihatkan rasa marah dengan membanting mainannya,
memukul anak lain serta tidak kooperatif dengan tindakan keperawatan.
c. Usia sekolah
Anak sering mengekspresikan rasa cemas dengan marah atau perasaan negatif
lainnya seperti mudah tersinggung, menarik diri tidak mau berteman dan
menolak kehadiran saudara kandung.
d. Remaja
Cemas akan perpisahan ditunjukkan dengan takut kehilangan kontak dengan
teman sepermainan dan sulit berpisah dengan orang tua dan suasana rumah
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
D. Prinsip Utama asuhan terapeutik dalam mengurangi trauma
Menurut Supartini (2004) ada beberapa prinsip asuhan terapeutik yang dapat dilakukan
untuk mengurangi trauma pada anak, antara lain:
a. Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan antara anak dengan orang tua
melalui pendekatan family centered care
a. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya.
Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan orang tua agar
terlibat dan mampu merawat anaknya.
b. Mencegah dan atau menurunkan cedera fisik maupun psikologis. Rasa nyeri karena
tindakan perlukaan (misalnya injeksi) tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi
dengan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi.
c. Memodifikasi lingkungan fisik rumah sakit, ruang rawat dan ruang tindakan untuk
anak, denganm mendesain seperti rumah yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa
anak (misalnya menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga, binatang lucu,
hiasan dinding bergambar dunia binatang, papan nama pasien bergambar kartun,
dinding berwarna dan penggunaan warna yang cerah diruangan).
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB III
PERENCANAAN
Ruang rawat anak Anggrek sudah memiliki fasilitas yang cukup memadai, pencahayaan
yang cukup melalui jendela kaca yang luas pada setiap ruang rawat pasien, sirkulasi
udara yang cukup baik dengan menggunakan pendingin ruangan disetiap ruang rawat.
Kebersihan terjaga cukup baik, ruangan dibersihkan 3 kali sehari oleh cleaning service.
Pengelolaan sampah sudah dipisahkan antara sampah medis dan non medis, untuk
sampah medis dalam kantong plastik kuning, dan sampah non medis dalam kantong
plastik hitam. Tersedia sarana untuk mencuci tangan yaitu wastafel di ruang perawat,
ruang tindakan dan di setiap ruang rawat pasien, dimana setiap 2 kamar mempunyai 1
wastafel. Perawatan pasien dengan kasus-kasus infeksi sudah diupayakan dipisahkan
sesuai dengan jenis penyakitnya (ruang untuk kasus diare, kasus DHF, kasus demam
typoid, kasus pernafasan dan kasus-kasus febris). Lokasi Nurse station berada ditengah-
tengah ruang rawat sehingga mudah dijangkau oleh pasien dan keluarga.
Ruang Anggrek sudah berupaya untuk menerapkan asuhan atraumatic care pada anak.
Ruang tindakan terpisah dengan ruang rawat, yang digunakan untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu terutama yang bersifat invasif seperti pemasangan infus,
pemasangan NGT, mengambil sampel darah dan sebagainya. Namun ruang tindakan
yang ada belum mencerminkan ruang rawat anak karena semuanya masih bernuansa
putih-putih yang menyebabkan rasa takut pada anak yang dibawa masuk ke ruang
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
tindakan. Tempat tidur memakai alat tenun warna putih, demikian juga beberapa trolly
tempat alat-alat dialasi dengan alat tenun warna putih, kotak tempat obat pasien diberi
alas potongan kertas warna putih dan tempat menyimpan cairan infus dan alat-alat juga
diberi alas koran bekas. Hanya ada satu mainan gantung diatas tempat tidur diruang
tindakan namun cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh tangan orang dewasa dan tidak
menimbulkan bunyi sehingga sulit untuk dipegang.
B. Analisa SWOT
1. Strength (Kekuatan)
b. Melalui visi dan misi yang jelas, rumah sakit berkomitmen menyelenggarakan
pelayanan kesehatan anak dan bunda yang bermutu.
c. Tersedianya ruangan yang mendukung penerapan atraumatic care.
d. Lingkungan perawatan ruang Anggrek sangat kondusif untuk mendukung
perawatan anak dan memungkinkan untuk dilakukan modifikasi.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Ruangan pasien dan ruang tindakan belum disetting secara optimal sesuai dengan
karakteristik anak.
b. Ruang perawatan sudah diupayakan modifikasi namun masih ada beberapa gambar
yang sudah rusak atau robek.
c. Dinding ruangan, alat tenun, bed, korden berwarna polos (kurang cerah) dan tidak
ada motif yang bernuansa anak.
3. Opportunity (Peluang)
a. Direktur dan seluruh jajaran rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita
berkomitmen untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi
masyarakat.
b. RSAB Harapan Kita merupakan rumah sakit yang terbuka untuk proses berubah.
c. Ada keinginan dari staf ruang Anggrek khususnya dan rumah sakit pada umumnya
untuk melaksanakan atraumatic care dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
4. Threath (Ancaman)
a. Lingkungan rumah sakit yang tidak bernuansa anak merupakan salah satu stressor
yang dapat meninmbulkan trauma pada anak.
b. Memerlukan penyediaan dana dan sarana dalam merealisasikan suatu program
modifikasi ruang tindakan yang mencerminkan karakteristik ruang rawat anak.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 20 sampai 22 Februari 2012
dan analisis SWOT diatas, masalah kebutuhan inovasi terkait atraumatic care di ruang
Anggrek yaitu belum optimalnya modifikasi ruang tindakan yang mencerminkan
karakteristik ruang rawat anak untuk meminimalkan trauma.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
E. Rencana Pelaksanan
3 Evaluasi dan V V V V
pembuatan
laporan
F. Rencana Anggaran
NO NAMA KEGIATAN ANGGARAN
I Persiapan
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB IV
PELAKSANAAN, EVALUASI DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan
Pelaksanaan proyek inovasi modifikasi ruang tindakan di ruang rawat Anggrek
dilakukan melalui tahap-tahap :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan kegiatan presentasi proposal proyek inovasi yang
dilakukan pada hari Selasa tanggal 28 Februari 2012 pukul 11.00-13.00 WIB
diruang bermain atau ruang makan keluarga pasien di ruang Anggrek RSAB
Harapan Kita Jakarta. Presentasi proposal ini dihadiri oleh pembimbing dari
pendidikan, Kepala ruang Anggrek, Clinical Instruktur ruang Anggrek, perawat
ruangan sebanyak 2 orang, staf dari bidang perawatan sebanyak 2 orang dan 7
orang mahasiswa residensi ners spesialis keperawatan anak Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Kegiatan presentasi berjalan lancar, diawali
dengan pembukaan dari pembawa acara, dilanjutkan dengan paparan proposal
hasil pengkajian terkait dengan proyek inovasi yang akan dilakukan.
Setelah presentasi, dilakukan tanya jawab dan diskusi oleh peserta dan juga
mendapat masukan dari pembimbing pendidikan maupun staf bidang perawatan.
Kemudian disepakati dan disimpulkan bahwa ada 7 (tujuh) kebutuhan inovasi di
ruang Anggrek yang akan diselesaikan oleh 7 orang mahasiswa residensi
keperawatan anak. Masing-masing mahasiswa mempunyai tanggungjawab untuk
menyelesaikan satu kebutuhan inovasi. Penulis sebagai salh satu mahasiswa
residensi yang praktek klinik di ruang Anggrek mendapat tanggung jawab untuk
menyelesaikan kebutuhan inovasi terkait atraumatic care yaitu modifikasi ruang
tindakan yang mencerminkan karakteristik ruang rawat anak untuk
meminimalkan trauma. Strategi penyelesaian masalah yang disepakati dan
diijinkan oleh bagian infeksi nosokomial bidang perawatan untuk modifikasi
ruang tindakan adalah :
a. Mengganti alas tempat tidur dengan perlak bermotif kartun dan berwarna
cerah, bahan mudah untuk dibersihkan dan dapat dicuci dibagian loundry
rumah sakit.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
b. Mengganti alas beberapa trolly, kotak tempat obat dan tempat menyimpan
cairan infus dengan perlak bermotif dan berwarna cerah.
c. Menggantung mainan yang dapat berputar dan berbunyi diatas tempat tidur
di ruang tindakan.
d. Menempel sticker-sticker bergambar kartun di dinding kaca di ruang
tindakan.
Pengadaan sarana untuk modifikasi ruang tindakan dilakukan mulai tanggal 28-
29 Februari 2012. Sarana yang dibutuhkan meliputi alas tempat tidur dan alas
trolly berupa perlak bermotif atau bergambar kartun yang mencerminkan
karakteristik anak, mainan gantung berwarna-warni yang bersuara dan berputar,
sticker-stiker bergambar kartun yang ditempel pada dinding kaca diruang
tindakan.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
B. Evaluasi
1. Hasil wawancara dengan keluarga:
Lima keluarga pasien yang diwawancara setelah dilakukan modifikasi ruang
tindakan menyatakan bahwa modifikasi ruang tindakan bagus dan menarik, baik
alas tempat tidur, trolly, mainan yang digantung dan sticker-sticker bergambar
kartun yang ditempael pada dinding kaca ruang tindakan. Keluarga pasien
mengatakan bahwa ruang tindakan sudah tidak mengesankan seperti di rumah sakit
yang bernuansa putih semua yang menakutkan bagi anak-anak tetapi tampak lebih
cerah dengan alas yang berwarna dan bermotif kartun. Anak-anak yang dirawat
mengatakan senang dengan adanya modifikasi diruang tindakan sehingga merasa
tidak jenuh selama menjalani perawatan di rumah sakit. Orang tua dari anak yang
dirawat juga mengatakan senang dengan adanya modifikasi diruang tindakan
sehingga ketika anak rewel dan menangis bisa untuk mengalihkan perhatian anak
saat dilakukan tindakan.
2. Hasil pengamatan
Evaluasi dilakukan sebelum modifikasi dan setelah dilakukan modifikasi. Sebelum
dilakukan modifikasi ruang tindakan, pasien anak yang akan dilakukan prosedur
diruang tindakan selalu takut dan menangis keras, dan tidak ada mainan yang dapat
digunakan untuk mengalihkan perhatian anak dari prosedur tindakan yang akan
dilakukan sehingga anak-anak menjadi trauma ketika masuk di ruang tindakan.
Evaluasi setelah dilakukan modifikasi dimulai hari Senin tanggal 5 Maret 2012
sampai dengan hari kamis tanggal 8 Maret 2012, dengan mengobservasi beberapa
pasien anak yang dilakukan prosedur di ruang tindakan. Pada awalnya anak-anak
perhatiannya teralihkan pada mainan-mainan yang digantung diatas tempat tidur,
anak tampak diam dan tidak menangis dengan melihat mainan yang berbunyi dan
berputar diatas tempat tidur ruang tindakan. Namun pada saat dilakukan tindakan
anak tetap menangis walaupun tidak sekeras sebelumnya. Setelah dilakukan
tindakan anak juga langsung diam dan kembali tertarik dengan mainan yang ada
diruang tindakan.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
C. Pembahasan
Menurut Hidayat (2005) dan Supartini (2004), melalui modifikasi lingkungan fisik
yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman
diliingkungan yang baru. Modifikasi ruang tindakan dapat dilakukan dengan cara
membuat ruang tindakan seperti kamar dirumah. Ruangan tersebut memerlukan
dekorasi yang mencerminkan karakteristik anak, seperti tirai atau korden dan alas
tempat tidur dibuat bermotif kartun yang lucu, binatang atau bunga dan berwarna
cerah, cat dinding ruangan juga berwarna cerah, adanya gambar-gambar kartun yang
menarik dan disukai anak-anak, dan adanya mainan-mainan yang berbunyi yang dapat
menarik perhatian anak-anak.
Residen sudah berusaha untuk melakukan modifikasi ruang tindakan agar tampak
lebih bernuansa anak, walaupun belum semuanya yang ideal bisa dilakukan karena
membutuhkan sumber dana yang cukup besar. Korden ruang tindakan yang idealnya
bermotif dan berwarna cerah, belum dapat diganti mengingat keterbatasan dana.
Demikian juga cat dinding ruangan yang warnanya kurang cerah juga belum dapat
diganti. Residen sudah mengganti alas tempat tidur dan beberapa trolly dengan perlak
bermotif kartun dan berwarna cerah, mengganti alas kotak obat pasien dan tempat
penyimpanan cairan infus dan alat-alat dengan perlak bermotif kartun. Residen juga
telah memasang mainan yang berbunyi dan berputar digantung diatas tempat tidur di
ruang tindakan dan menempel sticker-sticker bergambar di dinding kaca di ruang
tindakan. Modifikasi ruang tindakan sangat diperlukan untuk mengurangi rasa takut
anak ketika masuk ke ruang tindakan dan dapat mengalihkan perhatian anak ketika
akan dilakukan prosedur tindakan.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Dokumentasi Ruang tindakan sebelum modifikasi
a. Tempat tidur
b. Trolly
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
c. Kotak Obat
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
Dokumentasi setelah Modifikasi
a. Tempat tidur
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
b. Trolly
c. Kotak obat
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atraumatic care merupakan tindakan yang dapat mengurangi distress fisik pada anak
dan orang tua yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Rumah sakit merupakan
lingkungan yang baru bagi anak sehingga menimbulkan rasa takut, apalagi hampir semua
prosedur tindakan yang dilakukan di rumah sakit menimbulkan rasa sakit untuk anak.
Modifikasi ruang tindakan sangat diperlukan untuk meminimalkan rasa takut anak ketika
masuk diruang tindakan dan dilakukan prosedur tindakan yang menyakitkan untuk anak.
Ruang perawatan anak idealnya mencerminkan karakteristik anak dalam masa tumbuh
kembang sehingga memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak. Adanya
modifikasi ruang tindakan yang bernuansa anak di ruang Anggrek mendapatkan
tanggapan yang positif dari perawat dan keluarga pasien. Gambar-gambar kartun yang
ditempel pada dinding kaca dan mainan yang dapat berbunyi dan berputar yang
digantung diatas tempat tidur diruang tindakan dapat mengalihkan perhatian dan
mengurangi rasa takut anak ketika akan dilakukan prosedur tindakan.
B. Saran
Modifikasi ruang tindakan yang telah dilakukan residen adalah merupakan langkah awal
untuk meminimalkan atraumatik care pada anak-anak saat dilakukan tindakan atau
prosedur keperawatan di ruang tindakan. Selain itu, memodifikasi ruang tindakan juga
untuk meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit
dan memfasilitasi tumbuh kembang anak. Langkah ini masih perlu ditindaklanjuti
dengan bekerja sama dengan petugas cleaning service untuk selalu membersihkan alas
perlak bermotif, mainan gantung, dan sticker-sticker bergambar kartun yang tersedia
secara periodik untuk menghindari infeksi nosokomial.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, dkk. (2010). Laporan proyek di Ruang Anggrek RSAB Harapan Kita Jakarta.
Tidak dipublikasikan.
Hockenberry, Wilson. (2007). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (8th ed.). St.
Louis: Mosby Elseiver
Muscari, Mary E (2005), Panduan belajar: keperawatan pediatrik/ Ed. 3, Jakarta: EGC
Supartini, Yupi (2004), Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC
Wong, D.L. (2005), Principle of atraumatic care. Diunduh tanggal 23 Februari 2012 dari
http://mosbydrugconsult.com.
Wong, D.L. (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 1. Jakarta:EGC
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
Pembimbing:
Nani Nurhaeni, S.Kp., MN.
Dessie Wanda, S.Kp., MN.
OLEH:
Budiyati
0906620083
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kegiatan proyek inovasi, dengan
topik “Optimalisasi pelaksanaan atraumatic care dengan modifikasi ruang tindakan” di Ruang
Anggrek RSAB Harapan Kita Jakarta. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah praktek klinik khusus dalam keperawatan anak pada residensi II ini.
Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Nani Nurhaeni, S.Kp., MN., selaku Supervisor Praktek Klinik di Ruang anggrek
Residensi Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak Pada Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
2. Ibu Dessie Wanda, S.Kp., MN,. selaku Supervisor Praktek Klinik di Ruang Anggrek
Residensi Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak Pada Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ibu Yanti Riyantini, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. An. selaku Pembimbing Klinik pada
Residensi Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak Pada Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
4. Ibu Ns. Wastati, S.Kep., selaku Kepala Ruang Anggrek dan Pembimbing Klinik, Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.
5. Teman-teman seangkatan Residensi Keperawatan Anak Angkatan Tahun 2011, terutama
teman-teman dalam kelompok praktek peminatan penyakit infeksi yang saling membantu
dan memberi motivasi selama melaksanakan Residensi Praktek Klinik Khusus dalam
Keperawatan Anak ini.
Semoga laporan hasil proyek inovasi ini dapat dijadikan acuan dan menjadi salah
pedoman dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada anak.
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
iii
Aplikasi teori..., Budiyati, FIK UI, 2012