Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Umum Sistem Endokrin


1. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting.Beberapa gangguan
endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses patologis sudah
berlangsung sejak lama.Kelainan-kelainan somatik harus selalu dibandingkan dengan
usia dan gender, misalnya berat badan dan tinggi badan. Tenpat tinggal juga
merupakan data yang perlu di kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan
kanak-kanak dan juga tempat tinggal klien sekarang. Daerah dataran tinggi, daerah
dataran rendah dan daerah berpolusi menjadi penekanan yang perlu diketahui
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti
yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan
gangguan hormonal seperti:

a. Obesitas

b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

c. Kelainan pada kelenjar tiroid

d. Diabetes mellitus

e. Infertilitas

Dalam mengidentivikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat menerjemahkan


informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan di mengerti oleh
klien atau keluarga.

3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien


Perawat mengkaji kondisi yan pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
di hubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak di keluhkan.
a. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu rambut
tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain.
b. Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak
makan dan lain-lain.
c. Gangguan psikologia seperti mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi, dan lain-lain.
d. Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya.Bila klien
dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Juga perlu
memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang dan masa
lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh dari dokter atau
petugas kesehatan maupun obat-obatan yang di peroleh secara bebas.jenis obat-obatan
yang mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti
hidrokortison;levothyroxine; kontrasepsi oral; dan obat-obatan anti hipertensif.
4. Riwayat Diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah
dapat menjadi faktor penyebab, pleh karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
a. Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastic
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
d. Pola makan dan minum sehari-hari
e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin
seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid
5. Status Sosial Ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang
maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya bersama-
sama dengan klien.Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai
pendapatan melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai
tertentu. Mendiskusikan bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya memperoleh
makanan yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan
keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap
optimal dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien dan menyimpulkan
bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.
6. Masalah Kesehatan Sekarang
Atau disebut juga keluhan utama. Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal
yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
a. Apa yang di rasakan klien
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau poerlahan
dan sejak kapan dirasakan
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
e. Bagaiman fungsi seksual dan reproduksi
f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu klien
Hal - hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :
1) Tingkat energy
Perubahan kekuatan fisik di hubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal
khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal.perawat mengakaji bagaimana
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apakah dapat di lakukan
sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien tidak berdaya
melakukannya atau bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan informasi yang
sangat penting.Kaji juga bagaimana asupan makanan klien apkah berlebih atau
kurang
2) Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokri. Secara langsung
oleh ADH,Aldosteron, dan kortisol.perawat menanyakan tentang pola berkemih
dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering terbangun malam hari untuk
berkemih. Nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan persepsi klien.
Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan keseimbangan air dan
elektrolit tubuh.Bila dari hasil anamnesa ada hal yang mengindikasikan voume
urine berlebih, pertanyaan kita di arahkan lebih jauh ke kemungkinan klien
kekurangan cairan, kaj apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan
bagaimana klien mengatasinya. Tanyakan seberapa besar volume cairan yang
dikonsumsi setiap hari.Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola
sebelum sakit untuk membandingan pola yang ada sekarang.
3) Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH,
kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dapat saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi
tumbang fetus kurang seperti hipotiroid pada ibu.Kondisi ini dapat pula terjadi
setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi GH atau
mungkin Gonad dan kelenjar tiroid. Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi
semenjak bayi di lahirkan dengan tubuh yang kerdil, atau terjadi selama proses
pertumbuhsn dan bahkan tidak dapat di identifikasi jelas kapan mulai tampak
gejala tersebut.Mengkajisecara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya
misalnya bagaimaa tingkat intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan
rasa tanggung jawab.
Kaji pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
4) Seks dan Reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk di kaji baik klien wanita
maupun pria. Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup lama,
volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp
abdomen sebelum selama dan sesudah haid. Untuk volume gunakan satuan
jumlah pembalut yang di gunakan, kaji pula pada umur berapa klien pertama kali
menstruasi. Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan
melahirkan. Jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah klien menggunakan
cara tertentuuntuk membatasi kelahiran atau cara untuk mendapatkan keturunan.
Pada klien pria, kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaimana
perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.
Tanyakan pula adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya. Mengkaji
hal-hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali menjadi hal yang tabu
untuk di perbincangkan padahal seharusnya itu tidak perlu terjadi. Jika
perbincagan tentang seks ii di lakukan dalam konteks therapi maka tidak perlu
malu. Perawat perlu mawas diri dengan perasaannya, bersikap dewasa, dan
berwibawa sehingga perasaan segan dan malu dapat diminimalkan bahkan
dihilangkan.
7. Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1) Kondisi kelenjar endokrin
2) Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar
tiroid dan kelenjar gomad pria (testes).Secara umum,tekhenik pemeriksaan fisik yang
dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan dan elektrolit , seks
dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai pperubahan fisik dapat
berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokri, oleh karena itu dalam
melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang
komprehensif dengan penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya
terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan
pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan sistem,
kedua-duanya dapat digunakan. Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien
apakah tampak kelemahan berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan
proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk
dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.pada mata amati adannya
edema periorbita dan exopthalmus serta apakah ekspresi wajah datar atau tumpul.
Amati lidah klien terhadap kelainan bebtuk dan penebalan, ada tidaknya tremor pada
saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada gangguan tiroid.
Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak. Pembesaran leher
dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya perlu
dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat
mengidemtifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna
kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada lehe, apakah merata dan cacat
lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan
memeriksa lokasi yang lain di tubuh selakigus. Infeksi jamur, penembuhan luka yang
lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan hiperfungsi
adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien
hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada
hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses
autoimun. Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan
masa otot yang berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow
neck atau leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien
tampak seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk
dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidakseimbangan hormonal
khususnya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh
sebab itu amati keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan
pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan
ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada
buah dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk
abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumopai pada hiperfungsi
adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis juga
klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.

Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada
kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan
menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji
ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi. Pada
saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama saja namun untuk
menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.Untuk hasil yang lebih baik,
dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu
jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar
tiroid.
Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus dalam keadaan
hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang
satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul.
Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinaar dan sinyal seperti karret.

Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan
berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid
dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena
turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak
terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar
tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid. Auskultasi dapat pula
dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti
tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan
keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.
8. Pengkajian Psikososial
Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman , dan handai taulan
serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit. Sejaumlah ganguan endokrin
yang serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya sendiri oleh karena
perubahan-perubahan yang dialami menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual dan
reproduksi dan lain-lain yang akan mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien
dan keluarga dalam memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan
yang biasanya dapat berlangsung lama perlu dikaji.

B. Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin

1. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise


a. Foto Tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang
tujuan dan prosedur sangatlah penting.
b. Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-
tulang perifer yang bertambah ukurannnya ke samping. Persiapan fisik secara
khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.
c. CT scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atu
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,
namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam bergerak selama prosedur.
d. Pemeriksaan darah dan urin
KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10µg/ml pada anak dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-bulan
pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah venalebih
kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid
bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa
persiapan secara khusus.
KADAR ADENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dnegan test supresi deksametason. Spesimen yang
diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.

Persiapan

a) Tidak ada pembatasan makan dan minum


b) Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol dan antagonisnya,
c) dihentikan lbih dahulu 24 jam sebelumnya.
d) Bila obat-obatan harus diberikan, lamirkan jenis obat dan dosisnya pada
lembar pengiriman spesimen
e) Cegah stress fisik dan psikologis
Pelaksanaan
a) Klien diberi deksametason 4 × 0.5 ml/hari selama-lamanya dua hari
b) Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
c) Urine ditampung selama 24 jam
d) Kirim spesimen ( darah dan urin ) ke laborator
Hasil :
Normal bila ;
1) ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
2) 17-Hydroxi-Cortico-Steroid (17-OHCS ) dalam urin 24 jam kurang dari 2.5
mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1 mg
per oral tengah malam , baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi
hari dan urin ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium.
Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan
ekskresi OHCS dalam urin 24 jam kurang dari 2.5 mg.
2. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid
Up take Radioaktif ( RAI )
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap iodida.
Persiapan
1. Klien puasa 6-8 jam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur
Pelaksanaan
1. Klien diberi Radioaktif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri. Dengan alat
pengukur yang ditaruh di atas kelenjar tiroid diukur radioaktif yang tertahan.
2. Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urin
selama24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya.
Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai
berikut:
1. Normal : 10-35%
2. Kurang dari : 10% disebut menurun , dapat terjadi pada hipotiroidisme.
3. Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.

T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah vena
sebanyak 5-10 cc.
1. Nilai normal pada orang dewasa:
Jodium bebas : 0.1-0.6 mg/dl
T3 : 0.2-0.3 mg/dl
T4 : 6-12 mg/dl
2. Nilai normal pada bayi/anak:
T3 : 180-240 mg/dl

Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid ( T3 ) atau tiroid binding globulin
(TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan
TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc.
Klien puasa selama 6-8 jam.Nilai normal pada :
- Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin
- Anak : pada umumya tidak ada

Protein Bound Iodine (PBI)


Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8
mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.
Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.

Laju Metabolisme Basal (BMR)


Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan
tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan:
-klien puasa sekitar 12 jam
-hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
-klien harus tidur paling tidak 8 jam
-tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif
-jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya
-tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan

Pelaksanaan :

-segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi


-dihitung dengan rumus BMR (0.75 × pulse ) + ( 0.74 × Tek Nadi ) -72
-nilai normal BMR : -10 s/d 15 %

Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :
a) Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid
tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin ( berfungsi atau tidak
berfungsi ). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas.
b) Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari plasma.
Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam.
3. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga dapat
diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan
Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium
plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (fine white cloud) Menunjukkan
kadar kalsiun darah normal (6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan :
-urine 24 jam ditampung ditampung.
-makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Pelaksanaan :
-masukkan urin 3 ml ke dalam 2 tabung.
-ke dalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya
sebagai kontrol.
Pembacaan hasil secara kuantitatif :
Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan
Positif (+) : terjadi kekeruhan yang halus
Positif (++) : kekeruhan sedang
Positif (+++) : kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik
Positif (++++) : kekeruhan hebat, terjadi seketika

Percobaan Ellwort – Howard


Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.
Cara pemeriksaan: klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian
urin ditampung dan diukur kadar pospornya.pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa
mencapai 5-6 kali nilai normal. Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak
berubah.

Percobaan Kalsium Intravena


Percobaan ini berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium
akan menekan pembentukkan parathormon. Normal bila pospor serum meningkat dan
pospor diuresis berkurang. Pada hiper paratiroid, pospor serum dan pospor diuresis
tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami
perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.

Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai
kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau
meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk kista dalam tulang serta
tuberculae pada tulang.
Pemeriksaan Elektrokardiogran ( EKG )
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung.
Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q – T yang memanjang sedangkan
pada hiperparatiroid interval Q – T mungkin normal

Pemeriksaan Elektromiogram ( EMG )


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat
perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.

4. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas


Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula
darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
Bayi : 50-80 mg/d
Anak-anak :60-100 mg/dl
Persiapan
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
Pelaksanaan
Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10cc.
Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.
Bila klien mendapatkan pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara
tidak diberikan.
Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan sesuai
program.

Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP (post
prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat
dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah
pengambilan darah puasa,kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang
biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau
bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung paad kondisi klien.
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu di ingat waktu yang tepat
untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Bagi klien yang mendapat obat-obatan senentara dihentikan sampai pengambilan
spesimen dilakukan.
5. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada :
Dewasa wanita :37-47 %
Pria : 45-54%
Anak-anak :30-40%
Neonatal :44-62%
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer
seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke dalam darah
untuk mencegah pembekuan.
Pemeriksaan Elektrolit Serum ( Na, K, Cl ), dengan nilai normal :
Natrium : 310 – 335 mg ( 13.6 – 14 meq / liter )
Kalium : 14 -20 mg% ( 3.5 – 5.0 meq/liter )
Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq /liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya
terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak
diperlukan persiapan fisik secara khusus.
Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai
normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.
Stimulasi test
Daimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal. Dapat
dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron
dengan pemberian sodium.

DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo, Hotma. 1997. Asuhan Keperawatan Klinik Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai