Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih besar atau

sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar atau sama dengan

90 mmHg. ( Mansjoer, 1999)

Menurut WHO, hipertensi dinyatakan apabila tekanan darah sistolik diatas

atau sama dengan 160 mmHg dan diastolic diatas atau sama dengan 95

mmHg. (Soeparman, 1999).

B. Klasifikasi Hipertensi

1. Berdasarkan Penyebab

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya secara jelas,

berbagai faktor mungkin turut berperan sebagai penyebabnya seperti

umur, stress psiklogis, herediter (keturunan). (Purwati, 1998)

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya boleh

dikatakan telah pasti , misalnya: penyempitan arteri renalis atau

penyakit parenkin ginjal, penggunaan berbagai obat (termasuk oral

kontrasepsi), disfungsi organ, tumor, dan coartasio aorta.

( Suddart dan Brunner, 2002)

5
2. Berdasarkan tinggi rendahnya tekanan sistolik-diastolik

Menurut The Joint National Committee On Detection, Evaluation and

Treatment Of blood Pressure, ( 1984) pembagian hipertensi adalah

sebagai berikut :

Tekanan Diastolik Tekanan Sistolik (mmHg)

(mmHg) < 140 140-159 >160

< 85 Tekanan darah normal Hipertensi Hipertensi

boderline terisolasi

85-89 Tekanan darah nomal Hipertensi -

Tinggi boderline

90-104 - Hipertensi -

ringan

105-114 - Hipertensi -

sedang

> 115 - Hipertensi -

berat

C. Etiologi

Penyebab hipertensi pada umumnya tidak diketahui, meskipun

telah banyak teridentifikasi, misalnya arterosklerosis, pemasukan sodium,

rennin sekresi, faktor genetic, lingkungan serta renal disease. (Noegroho,

1996).

6
D. Tanda dan Gejala

Tekanan darah terkadang berjalan tanpa adanya gejala khusus dan baru

diketahui setelah terjadi komplikasi pada organ-organ target seperti ginjal,

otak, jantung, mata. (Soeparman, 1999).

Deteksi paling mudah terhadap hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah,

1. Hipertensi ringan, tanda dan gejalanya terjadi sakit kepala, pusing atau

migraine, gangguan penglihatan, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,

mudah marah, cemas dan sulit tidur. (Noegroho, 1996).

2. Hipertensi sedang, tanda dan gejalanya terjadi rasa sakit pada dada dan

menjalar kerahang, lengan, punggung atau perut bagian atas, menjadi

tanda permulaan angina. (Tom Smith 1991).

3. Hipertensi berat, tanda dan gejalanya terjadi kegagalan organ seperti susah

bernapas sehingga anda merasa mudah dengan tidak berbaring datar,

dengan gembung pada kaki dan pergelangan kaki, , gagal ginjal,

retinophaty, myocardial infark. (Noegroho, 1996).

4. hipertensi terisolasi, tanda dan gejalanya terjadi kelumpuhan pada anggota

badan, terutama salah satu anggota badan atau salah satu bagian muka,

atau salah satu tangan, atau kemampuan berbicara turun,menjadi tanda

peringatan adanya stroke. (Tom Smith 1991).

E. Komplikasi

Komplikasi dari hipertensi yang terberat dapat mengakibatkan terjadinya

kematian yang tiba-tiba. Penyebab dari kematian tersebut adalah penyakit-

penyakit komplikasi hipertensi yang mengenai jantung, ginjal (gagal ginjal)

7
dan otak (stroke). Yang paling sering terjadi sebagai akibat dari komplikasi

hipertensi antara lain, yaitu :

1. Komplikasi pada jantung

Apabila hipertensi berlangsung secara terus menerus, maka sebagai

kompensasi pada jantung akan mengalami hipertrofi ventrikel kiri akibat

dari beban kerja yang berat, akhirnya ruang ventrikel kiri dapat berdilatasi

dan terjadi gagal jantung kiri ataupun gagal jantung kongestif. Angina

pectoris, infark myocardium juga dapat terjadi karena adanya kebutuhan

oksigen yang tidak seimbang dengan suplay oksigen. (Issebacher, 1999)

2. Komplikasi pada neurologic

Efek hipertensi pada neurologic yaitu terjadi perubahan pada retina dan

disfungsi sistem syaraf pusat. Pada retina terjadi lesi yang sering kali

menimbulkan adanya perdarahan, eksudat, papiledema, bahkan kebutaan.

Sedangkan pada sistem syaraf pusat sering ditemukan adanya oklusi

vaskuler, perdarahan, ensclophaty, infark serebral. (Issebacher, 1999).

3. Komplikasi pada ginjal

Sebagai komplikasi hipertensi pada ginjal, sering ditemukan adanya

penurunan tingkat filtrasi glumerolus dan disfungsi tubulus ginjal,

proteinuria, hamaturia serta gagal ginjal. (Issebacher, 1999).

8
F. Patofisiologi

Pasien dengan hipertensi arterial dan penyebab tidak dapat dijelaskan

disebut hipertensi essensial, primer atau idiopatik. (Isselbacher, 1995)

Dalam keadaan normal jantung memiliki kemampuan untuk memompa lebih

dari daya pompanya dalam keadaan istirahat, Kalau jantung menerima beban

atau tekanan yang belebihan secara terus menerus maka otot ventrikel dapat

melebar dalam upaya meningkatkan daya kontraksi sesuai dengan hukum

starling yaitu hipertropi untuk meningkatkan jumlah otot dan kekuatan

memompa sebagai kompensator alamiah. Jika mekanisme pengkompensasian

tidak dapat memegang perfusi yang memadai, maka aliran harus dibagikan

sesuai kebutuhan. Darah akan dipindahkan dari daerah–daerah yang tidak vital

seperti kulit dan ginjal sehingga perfusi darah ke otak dan jantung dapat

dipertahankan.

Akibat tanda permulaan dari syok atau perfusi jaringan yang inadekuat adalah

berkurangnya pengeluaran air seni, kulit dingin, perubahan bermakna pada

aliran darah yang menuju organ vital

Faktor genetic telah lama disimpulkan mempunyai peranan penting dalam

terjadinya hipertensi, sebagian besar penelitian medukung konsep bahwa

keturunan mungkin bersifat multifaktorial / jumlah aspek genetiknya

menyebabkan tekanan darah naik.

Meskipun jelas bahwa arterosklerosis dan hipertensi ada hubungannya namun

tidak diketahui mana penyebab dan mana akibat. Dalam beberapa kasus

arterosklerosis arteri meningkatkan tekanan arteri dan resistensi perifer

9
terhadap aliran arah yang memberikan dampak terhadap peningkatan aliran

darah.

Peningkatan aliran darah dipengaruhi oleh rennin yaitu enzim yang disekesi

oleh sel juksta glomerulus ginjal dan terikat dengan aldosteron dalam

lingkaran umpan balik negatif. Produk akhir kerja rennin pada substratnya

berupa pembentukan angiotensin peptida II yang berpengaruh aldosteron

untuk mengikat natrium dan air ke interstisial sehingga volume darah

meningkat. Ketidakcocokan sekresi rennin akan meningkatkan perlawanan

peripheral, antara lain iskhemi arteri ginjal akan membebaskan rennin yang

menyebabkan kontriksi arteri dan meningkatnya aliran tekanan darah.

Baroreceptor akan mengontrol peregangan dinding arteri dengan menghalangi

pusat vasokontriksi medulla.

Sodium akan meningkatkan retensi cairan yang berakibat meningkatnya

volume darah dengan efek merugikan dari peningkatan muatan pekerjaan

jantung dan cardiac out put

Pengaruh nekotin sebagai akibat merokok menyebabkan pelepasan

katekolamin oleh system saraf otonom

Diit tinggi natrium dan lemak jenuh akan mengurangi elastisitas pembuluh

darah sehingga berpengaruh pula pada pembentukan arterosklerosis.

Obesitas akan meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen

sedangkan stress berkaitan dengan dilepaskannya ketokolamin pada system

saraf otonom. (Isselbacher, 1995)

10
11
H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Hematokrit

pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat seiring

dengan meningkatnya kadar natrium dalam darah. Pemeriksaan hematokrit

diperlukan juga untuk mengikuti perkembangan pengobatan hipertensi.

2. Kalium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi

3. Kreatinin serum

Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah kadar kreatinin

dalam darah meningkat sehingga berdampak pada fungsi ginjal.

4. Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan / adanya

diabetes.

5. Elektrokardiogram

Peambesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi

dengan pemeriksaan ini. Dapat juga menggambarkan apakah hipertensi

telah lama berlangsung.(Tom Smith, 1991)

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ataupun penanganan pada klien dengan hipertensi

secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis penatalaksanaan yaitu :

1. penatalaksanaan farmakologis (Isserbacher, 1999)

12
a) Diuretik seperti : tiazid, furosemia, spironokiktan,trriamteren,

anillorid.

- Hipertensi ringan dimulai dari dosis yang amat rendah (contoh 12,5

mg perhari).

- Hipertensi sedang, dosis maksimum 25 mg per hari

- Hipertensi berat, dosis 25-50 mg tiap tengah hari.

b) Obat antiadrinergik seperti klonidin, guonabenz, guanfasin, trimetafan,

reserpin, guantidin, fentolamin prapanol, timololol dan lain-lain.

- Hipertensi ringan, diberikan pada permulaan 0,1 mg malam hari

- Hipertensi sedang diberikan dengan dosis 125 mg per

haridianokzid, nitropusid

- Hipertensi berat, dosis 250 mg dau kali sehari

c) Vasodilator seperti hidralazin, minaksidil, dianoksid, nitropusid.

Pada hipertensi penggunaan dosis dibatasi sampai 300mg/hari.

d) Inhibitor enzim pengubah angiotisin, seperti : kaptoril, Benezebril,

ramipril, enalapril, dan lain-lain.

- Hipertensi seadng diberikan dengan dosis 2,5-10 m tiap tengah hari

/ 2 kali sehari.

- Hipertensi sedang diberikan dengan dosis 0,5 mg tab. Tiap hari / 2

kali sehari

- Hipertensi berat diberikan 6,2 mg tab tiap tengah hari/2 kali sehari.

e) Antagonis saluran kalsium seperti : nifedemin, diltiazom, verapamil,

dan lain-lain.

13
- Hipertensi ringan diberikan dengan hasil 40-80 mg PO tiga kalli

sehari.

- Hipretensi sedang diberikan dengan dosis 30-120 mg tiap tengah

hari.

- Hipertensi berat diberiokan dengan dosis 120-200 mg tiap tengah

hari. (Tom Smith, 1991)

2. Penatalaksanaan non-farmalogis

a. Perubahan gaya hidup.

Gaya hidup yang baik dan sehat merupakan upaya untuk menghindari

terjangkitnya hipertensi ataupun timbulya komplikasi.

Pada hipertensi ringan dan sedang, seperti menghentikan merokok, olah

raga secara teratur dan dinamik (yang tidak memerlukan tenaga terlalu

banyak), misalnya berenang, jogging, jalan kaki cepat, naik sepeda.

Hipertensi berat seperti berhenti merokok, minum alkohol, menurunkan

asupan garam perhari. (Purwati, 1998)

b. Diet

Hipertensi ringan ( diit rendah garam 1)

Mengkonsumsi garam ½ sendok makan perhari, konsumsi kecap, MSG

½ sendok makan perhari

Hipertensi sedang (diit rendah garam II)

Mengkosumsi garam ¼ sendok makan perhari, Konsumsi kecap, MSG ¼

sendok makan perhari

Hipertensi barat (diit rendah garam III)

14
tidak boleh menkonsumsi garam, kecap MSG. (Isselbacher,1999)

c. Upaya menghilangkan atau menghindari stress dapat dalakukan seperti :

meditasi, yoga, hipnotis yang dapat mengontrol sistem saraf otonom dan

menurunkan hipertensi. (Soeparman,1999)

d. Berat badan yang berlebihan atau obesitas

merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi, sehingga upaya peurunan

BB pada obesitas sangat penting. (Purwati, 1998)

Disamping itu upaya menurunkan BB juga dapat meningkatkan efektivitas

pengobatan farmakologis. (Soeparman, 1999)

J. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah utama Hipertensi

1. Pengkajian (menurut Friedman)

a. Data ldentitas

1) Usia

Angka kejadian hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan

usia. Pada umumnya kasus hipertensi terjadi pada usia 40 tahun

keatas. (Soeparman, 1999). Penelitian lain juga mengatakan bahwa

prevalensi hipertensi lebih bayak diderita oleh wanita pasca

menopause, dibandingkan dengan pra menopause. (Issebacher,

1999).

2) Jenis kelamin

Pria pada umumnya lebih mudah terserang hipertensi bila

dibandingkan dengan wanita, hal ini dikarenakan pria lebih banyak

mempunyai factor pendorong terjadinya hipertensi, seperti : stress,

15
kelelahan (beban kerja yang terlalu berat), makan yang tidak

terkontrol, merokok. (Purwati, 1998).

3) Ras

Pada penelitian Framingham pada orang kulit putih hanya

seperlima dan populasinya yang menderita hipertensi, sedangkan

pada orang kulit hitam hampir setengah dari populasinya yang

mendenta hipertensi.(lsselbacher,1999).

4) Type keluarga

Type keluarga besar (extended family) lebih cenderung menderita

hipertensi dari pada keluarga yang ukuran kcluarganya lebih kecil.

(Isselbacher, 1999). hal ini, antara lain diakibatkan oleh jumlah

anggota keluarga yang banyak, kebutuhan keluarga yang. tinggi

dan masalah yang kompleks sehingga dapat menimbulkan stress,

yang merupakan salah satu faktor. Resiko terjadi.nya.hipertensi,

5) Status sosial

Status kelas sosial ini didasarkan pada tingkat pendidikan,

pekerjaan, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal. Penduduk

dengan status ekonomi rendah, buta huruf dan pekerja berat

mempunyai kecenderungan terserang hipertensi dibandingkan

dengan penduduk sebaliknya. (Purwati, 1998). Orang yang dalam

bekerja membutuhkan pemikiran dan kerja fisik yang berat dapat

menimbulkan stress, sehingga dapat memicu terjadinya hipertensi.

(Soeparman, 1999). Tempat tinggal di daerah pesisir pantai dengan

16
kadar garam yang tinggi dapat mengakibatkan konsumsi garam

yang berlebih. Selain itu, tempat penduduk dapat mengakibatkan

tingkat stress yang tinggi.

6) Kebiasaan makan

Hipertensi dapat mudah terjadi pada seseorang yang mempunyai

gaya hidup dengan konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol

(seperti : daging, jeroan, udang), gula, garam, minuman beralkohol

dan merokok. (Noegroho, 1996).

7) Kebiasaan tidur

Hipertensi diketahui juga dengan adanya keluhan sukar tidur, nyeri

kepala saat terjaga, nocturia. (Sueparman, 1999).

8) Kebiasaan eliminasi

Pada orang dengan hipertensi dapat menimbulkan gangguan pada

tingkat filtrasi glomerulus yang menurun dan gagal ginjal.

(Isselbacher, 1999).

9) Kebiasaan latihan

Orang yang kurang aktif dalam melakukan olah raga pada

umumnya cenderung, mengalami kegemukan yang dapat

menaikkan tekanan darah. (Purwati, 1998). Olahraga juga dapat

menurunkan berat badan yang akan meningkatkan efektivitas

pengobatan farmakologis. (Soeparman,1999).

17
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Kelnarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Hipentensi. sering ditemukan pada keluarga yang anggota

keluarganya berusia lanjut atau pada pria atau wanita yang berusia

lebih dari 65 tahun. (Purwati,l998).

2) Riwayat keluarga

Adanya salah satu anggota keluarga atau orang tua yang

mempunyai penyakit hipertensi atau penyakit lain, seperti :

artherosclerosis, diabetes mellitus dan sebagainya dapat

mengindikasikan adanya resiko lebih besar untuk terkena

hipertensi pada anggota keluarga yang lain, mengingat salah satu

faktor penyebab penyakit hipertensi adalah keturunan.

(Purwati, 1998).

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Penataan perabotan rumah tangga dan pencahayaan yang kurang

baik dapat mengakibatkan adanya resiko terjadi injury, sehubungan

dengan adanya gangguan penglihatan dan perasaan ingin jatuh

pada penderita hipertensi. Hal tersebut sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Doengoes. (1999) bahwa pada penderita

hipertensi mengalami gangguan sistem neurosensory, seperti :

pusing, gangguan penglihatan (pandangan.kabur).

18
2) Type lingkungan

Keadaan lingkungan perkotaan, perindustrian mempunyai angka

prevalensi yang lebih besar yaitu 14,2% dan penduduknya

dibandingkan pada masyarakat yang terisolir yang hanya 0,6%.

(Soeparman, 1999).

3) Fasilitas kesehatan lingkungan

Adanya fasilitas kesehatan sangat menentukan pemulihan

kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan. (Effendy, 1998).

4) Fasilitas transportasi

Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap

kemampuan keluarga untuk menjangkau fasiitas kesehatan yang

ada.(Effendy, 1998).

d. Struktur keluarga

1) Struktur komunikasi

Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga

merupakan tugas keluarga dan dapat menurunkan tingkat stress

yang dapat menjadi pemicu terjadinya hipertensi. (Efrendy, 1998).

2) Straktur kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh penganibil keputusan

yang mempunyai hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan

dalam mengatasi masalah kesehatan (hipertensi) dalam keluarga.

(Effendy, 1998).

19
3) Struktur peran

Peran antar anggota keluarga menggambarkan perilaku

interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan dalam

posisi dan situasi tertentu. (Effendy, 1998).

4) Nilai kepercayaan

Beban kasus keluarga (hipertensi) sangat tergantung pada nilai

kepercayaan akan kebutuhan terhadap asuhan keperawatan

keluarga. (Eftendy, 1998).

e. Fimgsi keluarga

1) Fungsi afektif

Memberi kasih sayang, perhatian dan juga rasa aman pada

penderita hipertensi merupakan salah satu fungsi afektif keluarga ,

yang dapat.menurunkan tinggkat stress, atau beban masalah.

(Effendy,1998).

2) Fungsi Sosialisasi

Adanya interaksi antar anggota keluarga dan nilai adaptif terhadap

masyarakat sekitar dapat menurunkan stress pada penderita

hipertensi. (Efferidy,1998).

3) Fungsi perawatan kesehatan

a. Pengetahuan keluarga

Pendidikan ataupun pengetahuan keluarga yang rendah, rasa

takut akibat masalah yang diketahui, sikap dan falsafah

kehidupan mengenai penyakit hipertensi. (Effendy 1998.).

20
b. Mengambil keputusan

Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah,

keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang

pengetahuan, kurangnya sumber daya keluarga, tidak sanggup

memilih tindakan diantara beberapa pilihan, kurang percaya

terhadap petugas dan lembaga kesehatan terkait dengan

penyakit hipertensi. (Effenddy, 1998)

c. Merawat anggota keluarga yang sakit

Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya, sifat, penyebab,

penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatannya,

tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang

dibutuhkan, kurang / tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk

perawatan, dan sikap dan pandangan hidup terhadap penyakit

hipertensi. (Effendy,1998)

d. Memodifikasi lingkungan

Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,

tanggungjawab/wewenang, kurang dapat melihat keuntungan

dan memanfaatkan pemeliharaan lingkungan rumah,

ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan, ketidaktahuan

tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi. (Effendy,1998)

e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada, tidak memahami

keuntungan yang diperoleh, Kurang percaya terhadap petugas

21
kesehatan dan lembaga kesehatan, pengalaman yang kurang

baik dari petugas kesehatan, sikap dan falsafah hidup mengenai

penyakit hipertensi. (Effeenddy,1998)

f. Pemeriksaan Fisik

Kepala : nyeri kepala, vertigo

Mata ; Papil odema, diplopia

Hidung : Perdarahan hidung (epistaksis)

Leher : distensi Vena Jugularis

Dada : sesak nafas, nyeri

Abdomen : Asites

Ektremitas: Diaforesis, edema, sianosis, capileri reffil lambat.

g. Koping keluarga

ƒ Stressor yang rnuncul dalam keluarga

Keadaan stress yang dialami oleh keluarga yang ditimbulkan o1eh

berbagai stressor dapat terjadi faktor pemicu akibatnya hipertensi, hal

ini dapat terjadi karena meningkatnya aktivitas simpatik syaraf pusat

akan mempertahankan tekanan darah dalam keadaan tinggi.

(Soeparman, 1999)

ƒ Koping dalarn menghadapi stressor

Menghindari atan menghadapi stressor dengan relaksasi dan juga

pendalaman agama merupakan salah satu upaya untuk menghindari

terjadinya hipertensi, Jika koping individu baik (positif),

dimungkinkan kondisi, hipertensi akan membaik. (Purwati, 1998).

22
ƒ Masalah keperawatan keluarga dengah hipertensi

1) Penurunan cardiac output (Doenges, 1999)

2) Gangguan perfusi jaringan(Carpenito,2001)

3) Gangguan rasa nyaman : nyeri (Doenges, 1999)

4) Kelebihan volume cairan ( Le Mone, 1999)

5) Resiko injury (Isselbacher, 1999)

3. Fokus Intervensi

1) Penuruman cardiac output

a. Aspek Kognitif

ƒ Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang penyakit

hipertensi, meliputi : pengertian, factor penyebab dan tanda-gejala

penyakit hipertensi.

ƒ Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang factor

resiko terjadinya hipertensi, seperti ; usia lanjut, obesitas,

keturunan, dit tinggi sodium, d1l.

b. Aspek Psikomotor

ƒ Berikan pengetahuan kepada keluarga agar mengenali secara dini

tanda-gejala penurunan cardiac output, seperti : pucat, ku1it terasa

dingin, bengkak pada area tumbuh tertentu.

ƒ Anjurkan kepada keluarga untuk melakukan pemantauan tekanan

darah secara teratur.

23
ƒ Lakukan dan anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melakukan

tindakan kcnyamanan, misalnya : pijatat punggung dan leher,

teknik relaksasi dan distFaksi.

c. Aspek Afektif

ƒ Motivasi klien untuk minum obat yang diresepkan secara teratur

dan sesuai dengan aturan penggunaan.

ƒ Anjurkan klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi

hipertensi, misalnya, : membatasi asupan garam, lemak dan

kolesterol, dll.

ƒ Rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

perawatan yang lebih lanjut.

2) Gangguan perfusi jaringan

a. Aspek Kognitif

ƒ Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang

pengertian, tanda dan gejala gangguan perfusi jaringan pada

hipertensi seperti pucat, kulit kebiruan, kulit dingin, pusing , dll.

ƒ Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang faktor resiko

terjadinya hipertensi, seperti usia lanjut, obesitas.

b. Aspeek Psikomotor

ƒ Deteksi secara dini adanya gangguan perfusi jaringan.

ƒ Lakukan pemantauan tekanan darah secara teratur kepada keluarga

yang sakit

ƒ Motivasi klien untuk minum obat secara teratur.

24
ƒ Monitor pada diit untuk mengurangi asupan garam yang berlebihan

c. Prevensi tersier

ƒ Rujuk klien ke pelayanan kesehatan.

ƒ Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam pengobatari.

ƒ Bantu klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi, misalnya

dengan membatasi asupan garam, kolesterol.

3) Gangguan rasa nyaman nyeri

a. Aspek Kognitif

ƒ Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

keluhan nyeri kepala sebagai salah satu gejala serta cara

mengatasnnya..

ƒ Ajarkan kepada klien dan keluarga tentang tehnik relaksasi dalam

Manajemeri Stress.

ƒ Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas berat.

b. Aspek Psikomotor

• Anjurkan klien umtuk mempertahankan tirah baring selama sakit

kepala

• Berikan tindakan nonfarmakologis untuk menghilangkan /

menurunkan sakit kepala misalnya pijat punggung, kompres dingin

pada dahi, pijat leher, tehnik relaksasi.

c. Aspek afektif

ƒ Berikan analgetik sesuai indikasi.

25
ƒ Kolaborasi / rujuk ke pelayanan kesehatan untuk pengobatan

lanjutan.

ƒ Pertahankan hal-hal yang bisa mengurangi nyeri, seperti : relaksasi.

4) Kelebihan volume cairan

a. Aspek kognitif

ƒ Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

manifestasi klinik kelebihan volume cairan (oedema) sebagai

akibat memberatnya hipertensi.

ƒ Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang

cara mencegah kelebihan volume cairan memberat dengan

pembatasan diit natrium dan intake cairan.

b. Aspek psikomotor

ƒ Anjurkan klien dan keluarga untuk meogubah posisi sesering

mungkin.

ƒ Motivasi klien dan keluarga agar kooperatif dalam pelaksanaan

program pengobatan.

c. Aspek Afektif

ƒ Rujuk ke pelayanan kesehatan dan kolaborasi pemberian obat

diuretic, misalnya : furosemid.

ƒ Pertahankan cairan dan pembatasan natnum sesuai indikasi

konsultasikan dengan ahli gizi.

5) Rcsiko injury

a. Aspek kognitif

26
ƒ Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien mengenai adanya

resiko injury.

ƒ Jangan letakkan alat-alat yang membahayakan di dekat klien

ƒ Anjurkan keluarga agar menjaga lantai tidak licin, terutama lantai

kamar mandi.

b. Aspek psikomotor

ƒ Observasi terjadinya pandangan kabur, pusing pada klien.

ƒ Orientasikan klien terhadap lingkungan.

ƒ Ingatkan klien untuk menggunakan kaca mata.

ƒ Pertahankan dan motivasi keluarga menciptakan lingkungan rumah

yang nyaman.

c. Aspek Afektif

ƒ Rujuk / segera bawa ke pelayanan kesehatan jika terjadi injury.

ƒ Pertahankan agar lingkungan tetap aman.

27

Anda mungkin juga menyukai