PENDAHULUAN
Ada dua masalah dalam bidang kedokteran atau kesehatan yang berkaitan
dengan aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari waktu ke waktu,
yaitu tentang abortus provokatus dan euthanasia. Dlam lafal sumpah dokter yang
disusun oleh Hippokrates (460-377 SM), kedua masalah ini telah ditulis dan telah
diingatkan. Sampai kini tetap saja persoalan yang timbul berkaitan dengan
masalah ini tidak dapat diatasi atau diselesaikan dengan baik, atau dicapainya
kesepakatan yangdapat diteroma oleh semua pihak. Di satu pihak tindakan abortus
provokatus dan euthanasia pada beberapa kasus dan keadaan memang diperlukan
sementara di lain pihak tindakan ini tidak dapat diterima, bertentangan dengan
kesehatan terurtama di bagian gawat darurat dan di bagian unit perawatan intensif
yang pada masa lalu sudah merupakn kasus yang sudah tidak dapat dibantu lagi.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Apa itu isu euthanasia yang berhubungan dengan landasan etika
keperawatan profesional?
1.2.2. Apa itu aborsi yang berhubungan dengan landasan etika keperawatan
profesional?
1.3.TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. EUTHANASIA
1. PENGERTIAN EUTHANASIA
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata
eu berarti baik, tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati. Dengan demikian
euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang
penderitaan, maka dari itu dalam mengadakan euthanasia arti sebenarnya bukan
penderitaan. Inilah konsep dasar dari euthanasia yang kini maknanya berkembang
menjadi kematian atas dasar pilihan rasional seseorang, sehingga banyak masalah
3
yang ditimbulkan dari euthanasia ini. Masalah tersebut semakin kompleks karena
a. Menurut hasil seminar aborsi dan euthanasia ditinjau dari segi medis,
pasien.
hidup pasien
4
2) Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak memperpanjang
hidup pasien.
2. JENIS-JENIS EUTHANASIA
dari mana datang permintaan, sadar tidaknya pasien dan lain-lain. Secara garis
besar euthanasia dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu euthanasia aktif dan
a. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk
pasien. Misalnya dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang
segera mematikan
ii. Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan medis
5
diketahui bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien.
b. Euthanasia Pasif
dihentikan.
c. Euthanasia volunter
d. Euthanasia involunter
pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk menyampaikan
keinginannya. Dalam hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas
kriminal.
mempunyai macam yang lain, hal ini diungkapkan oleh beberapa tokoh,
diantaranya Frans magnis suseno dan Yezzi seperti dikutip Petrus Yoyo Karyadi,
besarnya, yaitu:
6
i. Euthanasia murni, yaitu usaha untuk memperingan kematian seseorang
dengan efek samping, bahwa pasien mungkin mati dengan lebih cepat. Di
a. Tinjauan Kedokteran
Profesi medis adalah untuk merawat kehidupan dan bukan untuk merusak
ini kepada mereka yang memintanya.” Sumpah ini kemudian menjadi dasar
7
sumpah seluruh dokter di dunia, termasuk di Indonesia. Mungkin saja sumpah ini
mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa
seorang yang sakit meskipun menurut pengetahuan dan pengalaman tidak akan
sembuh lagi. Tetapi apabila pasien sudah dipastikan mengalami kematian batang
otak atau kehilangan fungsi otaknya sama sekali, maka pasien tersebut secara
setelah diadakan konsultasi dengan dokter yang berpengalaman, selain harus pula
yang diharapkan. Dengan demikian, dasar etik moral untuk melakukan euthanasia
hidup pasien. Sampai saat ini, belum ada aturan hukum di Indonesia yang
euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan dilarang. Demikian pula dengan
8
Namun, beberapa ahli hukum juga berpendapat bahwa tindakan
melakukan perawatan medis yang tidak ada gunanya secara yuridis dapat
dianggap sebagai penganiayaan. Ini berkaitan dengan batas ilmu kedokteran yang
dikuasai oleh seorang dokter. Tindakan di luar batas ilmu kedokteran tersebut
medis. Apabila suatu tindakan dapat dinilai tidak ada gunanya lagi, dokter tidak
b. Tinjauan Filosofis-Etis
dirinya sendiri secara penuh sehingga dapat menentukan sendiri kapan dan
bagaimana ia akan mati (hak untuk mati). Perdebatan mengenai euthanasia dapat
manusia harus mempunyai kontrol secara penuh atas hidup dan matinya sehingga
Banyak pakar etika menolak euthanasia dan assisted suicide. Salah satu
mengizinkan pengecualian atas larangan membunuh, sebentar lagi cara ini bisa
dipakai juga terhadap orang cacat, orang berusia lanjut, atau orang lain yang
dianggap tidak berguna lagi. Ada suatu prinsip etika yang sangat mendasar yaitu
9
mengorbankan manusia kepada suatu tujuan tertentu. Prinsip ini dirumuskan
suci karena mempunyai nilai absolut dan karena itu dimana-mana harus
dihormati.
secara intrinsik (ada bersama dengan adanya manusia dan berakhir bersama
pengakuan orang, artinya ia ada entah diakui atau tidak oleh orang lain. Masing-
karena itu masing-masing orang memiliki tujuan hidupnya sendiri. Karena itu,
manusia tidak pernah boleh dipakai hanya sebagai alat/instrumen untuk mencapai
Argumentasi yang banyak dipakai adalah hak pasien terminal: the right to die.
Menurut mereka, jika pasien sudah sampai akhir hidupnya, ia berhak meminta
agar penderitaannya segera diakhiri. Beberapa hari yang tersisa lagi pasti penuh
belum ada pengaturan (dalam bentuk undang-undang) yang khusus dan lengkap
10
tentang euthanasia. Tetapi bagaimanapun karena masalah euthanasia menyangkut
soal keamanan dan keselamatan nyawa manusia, maka harus dicari pengaturan
Maka satu-satunya yang dapat dipakai sebagai landasan hukum, adalah apa yang
atau dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun
Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
terdapat beberapa alasan kuat untuk membantu pasien atau keluarga pasien
mengakhiri hidup atau memperpendek hidup pasien, ancaman hukuman ini harus
dihadapinya.
11
Pasal 340 KUHP:
hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara selama-
euthanasia, yaitu:
Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain unutk membunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh
nyawa manusia dalam KUHP tersebut, maka dapatlah kita dimengerti betapa
telah menganggap bahwa nyawa manusia sebagai miliknya yang paling berharga.
Oleh sebab itu setiap perbuatan apapun motif dan macamnya sepanjang
12
perbuatan tersebut mengancam keamanan dan keselamatan nyawa manusia, maka
hal ini dianggap sebagai suatu kejahatan yang besar oleh negara.
warna kulit dan ideologi, tentang keamanan dan keselamatan nyawa manusia
euthanasia ini.
B. ABORSI
1. PENGERTIAN ABORSI
minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau
dikandung itu).
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
13
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono, 2005).
2. PENYEBAB ABORSI
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang
belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu
14
dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau,
hipertensi menahun.
janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.
keguguran.
dan toksoplasmosis.
virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.
15
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
serviks postpartum.
16
e. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
f. Faktor-faktor hormonal.
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
g. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
(1) Infeksi
17
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
2) Mola hidatidosa.
pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal.
18
3. MACAM-MACAM ABORSI
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
berlanjut.
atau dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit,
19
b. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus.
kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan
dilatasi serviks.
berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan
dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak
begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm.
Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap
terbuka.
lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa
20
d. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini
luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan.
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan
e. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan
atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin
21
Gejala-gejala selanjutnya ialah :
(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban
berlangsung terus.
lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan yang
masih muda sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau
kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi
janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abortion
(abortus tertunda).
Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada
Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah
22
bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang
lain adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas
secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif.
diseminata
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan
23
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat
penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks
(2) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini
sama.
lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena
24
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang
4. PROSEDUR ABORSI
prosedur yang lebih rumit. D&E, metode yang paling sering digunakan yang
(reeder, 2003)
25
5. FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM KEHAMILAN DAN ABORSI
usia lanjut
a. Status pernikahan
26
6. EFEK ABORSI
Pada kasus aborsi terdapat efek dari aborsi. Efek aborsi di bagi menjadi 2 yaitu :
Infeksi
Shock/Koma
Kematian
Keguguran Kandungan
Kehamilan Tubal
Kelahiran Prematur
Hysterectom
27
7. RESIKO ABORSI
maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa
boleh pulang “. Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko
kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat
wanita).
28
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic
Pregnancy).
8. DAMPAK ABORSI
b. Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar). Hal ini dapat terjadi
karena mulut rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya,
robek.
rahim.
tidak normal lagi selama sisa produk kehamilan belum dikeluarkan dan
9. KOMPLIKASI
29
1. Perdarahan
konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Brucella abortus dan Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi
yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia.
berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada
pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
30
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank
Pasal 229
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
31
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
rencana.
Pasal 346
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
32
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
Pasal 348
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
33
Pasal 535
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian
itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak
34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus
(buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan
menjadi dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi
provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam perundang-undangan
Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang
yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur
ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak
disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal
(terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
2. Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat
melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita
tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini
hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran
secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan.
Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat
disebut proses pengeluaran janin ( melahirkan ) yang tidak alami.
3. Euthanasia lebih menunjukkan perbuatan yang membunuh karena belas
35
5. Menurut kode etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan mengakhiri
B. SARAN
Dalam pembuat makalah kami tidak lepas dari kesalahan dan demi kesempurnaan
makalah kami mengharap kritik dan saran agar pembuatan makalah selanjutnya
36
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah Jusuf: Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta, 2005
Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB.
: http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/
Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd.
2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concepts,Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line
Jakarta : EGC
Edisi 2. Jakarta : EG
37
Aborsi di Indonesia. http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm,
http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/p4/bk/aborsi.htm
38