Bab 1-3 Fix
Bab 1-3 Fix
PENDAHULUAN
1. Distilasi Kontinyu
Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan campuran
diumpankan ke dalam menara kolom. Selanjutnya cairan yang tidak berubah
menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi, sedangkan cairan yang
menjadi uap bergerak ke atas. Untuk cairan ke bawah selanjutnya keluar kolom
untuk diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler yang berupa gas dikembalikan lagi
ke dalam kolom dan yang tidak langsung mengalir keluar menjadi produk bawah.
Untuk gas hasil distilasi selanjutnya dikondensasikan menjadi cairan yang disebut
dengan produk distilasi. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi selanjutnya
dikembalikan ke dalam kolom distilasi untuk diproses kembali. Pada proses
distilasi secara kontinyu dikenal dengan istilah bagian rectifying dan bagian
stripping. Bagian rectifying adalah proses bagian atas setelah gas keluar dari
kolom distilasi dan bagian stripping adalah proses bagian bawah setelah cairan
keluar dari kolom distilasi. Biasanya dalam kolom ini digunakan untuk
memisahkan umpan multikomponen untuk menghasilkan dua atau lebih produk
murni.
3. Distilasi Semi-Batch/Kontinyu
Proses kerja dari distilasi semi batch/kontinyu adalah menggabungkan
prinsip kerja dari distilasi batch dan distilasi kontinyu. Contohnya adalah dimana
terjadi kesamaan antara prinsip kerja pada proses batch, akan tetapi terdapat
1. Keadaan mula
Campuran A dan B (fasa cair), A adalah komponen yang
lebih mudah menguap :
XA,0 = fraksi mol A di fasa cair
XB,0 = fraksi mol B di fasa cair
Gambar 2.1 XA + XB = 1 ……………………………………….(2.1)
2. Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairannya dibiarkan dalam keadaan
setimbang :
XA,1 = Fraksi mol A di fasa cair (setimbang)
XB,1 = Fraksi mol B di fasa cair (setimbang)
YA,1 = Fraksi mol A di fasa uap (setimbang)
YB,1 = Fraksi mol B di fasa uap (setimbang)
Pada keadaan ini maka :
Gambar 2.2 YA,1 > XA,1
YB,1 < XB,1
Dalam banyaknya biner, titik didih campuran terletak diantara titik didih
yang lebih mudah menguap (TA) dan titik didih komponen yang kurang mudah
menguap (TB) yang ditunjukan oleh Gambar 2.4 untuk setiap suhu harga yA selalu
lebih besar dari pada xA.
Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya diatas atau dibawah titik
didih kedua komponennya. Campuran pertama disebut campuran azeotrop
minimum yang di tunjukan oleh Gambar 2.4 dan Gambar 2.5. Dalam kedua hal,
yA tidak selalu lebih besar dari xA, ada kesetimbangan uap cairan dengan yA lebih
kecil dari xA.
Pada titik azeotrop, sama dengan xA dan campuran cairan dengan
komposisi sama dengan titik azeotrop tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi.
xA,1 dan yA,1 adalah komposisi cairan dan uap pada
keadaan setimbang
αX A
YA .................................................................................................... (2.3)
1 αX A X A
Misalkan cairan Ln-1 dengan komposisi xA,n-1 dicampur dengan uap Vn+1 dengan
komposisi yA,n+1, seperti pada Gambar 2.8. Pencampuran tersebut berlangsung
pada suatu tahap kesetimbangan n, yang ditunjukkan pada titik m dalam Gambar
8. Pada tahap kesetimbangan n, akan terbentuk uap dan cairan baru yang dalam
keadaan setimbang (Vn dan Ln). Uap Vn mempunyai komposisi yA,n sedang cairan
Ln yang mengandung lebih banyak komponen A (yA,n > yA,n+1) dan cairan baru Ln
yang mengandung lebih sedikit komponen A (xA,n < XA,n-1). Demikian operasi
kesetimbangan diulang berkali-kali, sehingga diperoleh uap yang sangat kaya A
dan cairan yang sangat miskin A
Gambar 2.11 Aliran perpindahan massa pada proses distilasi multi tahap
Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah tahap minimum. Sedang untuk
0<R<∞ operasi distilasi berlangsung pada refluks parsial. Kurva kesetimbangan
yang dilengkapi dengan garis operasi sesuai persamaan yang diperoleh di atas
akan menunjukkan hubungan antara komposisi uap Vn+1 dan komposisi cairan Ln,
seperti dapat dilihat pada Gambar 2.12. Misalnya titik P pada gambar 2.12
menunjukkan hubungan antara komposisi uap Vn dan komposisi cairan Ln yang
keduanya meninggalkan tahap n dalam keadaan setimbang. Misalnya titik Q
menunjukkan hubungan antara yA,2 dan xA,2. Gambar 2.12 dapat pula digunakan
untuk menentukan jumlah tahap kesetimbangan bila komposisi hasil atas (xA,0
sama dengan yA,0) dan komposisi hasil bawah (xA,3) diketahui.
Salah satu skema operasi distilasi batch ditunjukkan pada Gambar 2.8.
dW dX A,W
.................................................................................................... (2.21)
W X A, D X A,W
Wf X A ,Wf
dW dX A,W
W W
X A ,Wi
X A, D X A,W
.......................................................................................... (2.22)
i
X A ,Wf
Wf dX A,W
ln
Wi
X A ,Wi
X A, D X A,W
.......................................................................................... (2.23)
Dimana :
Wi = jumlah hasil bawah pada saat awal
Wf = jumlah hasil bawah pada saat akhir
XA,Wi = komposisi hasil bawah pada saat awal
XA,Wf = komposisi hasil bawah pada saat akhir
Dimana :
Sebuah kolom yang dilengkapi packing utk memperluas bidang kontak dan
membuat turbulensi aliran shg kontak lebih sempurna. Prinsip kerjanya zat yg
berbeda fase mengalir berlawanan arah yg dpt menyebabkan komponen kimia
ditransfer dari satu phase ke phase lain. Zat berfase cair mengalir dari atas dan gas
dari bawah sehingga terjadi kontak antara keduanya.
Dipilih packed tower karena :
sederhana : rasching ring, harga lebih murah tapi efisiensi lebih rendah,
sering chanelling.
sedang : pall ring, batas flooding tinggi dan distribusi liquid baik
tinggi : berl saddle, mahal, bed seragam, batas flooding tinggi dan
pressure drop rendah
Alat dirangkai seperti pada Gambar 3.2. untuk mendapatkan data berupa
indeks bias, suhu, waktu, dan berat umpan dilakukan dengan dengan operasi
distilasi refluks total yang di tunjukan oleh Gambar 3.3 dan operasi distilasi
refluks parsial di tunjukan oleh Gambar 3.4
Setiap 4 menit
Hasil
Gambar 3.3. Diagram alir tahap operasi refluks total pada kolom vigreux
Mulai
Setiap 4 menit
Hasil
Gambar 3.4. Diagram alir tahap operasi refluks parsial pada kolom vigreux
3.2.3 Tahap Operasi Refluks pada Kolom Isian (Packed Coloum)
Setiap 4 menit
Hasil
Gambar 3.6. Diagram alir tahap operasi refluks total pada kolom packed coloum
3.2.4 Tahap Operasi Refluks pada Kolom Packed Bed
Alat dirangkai seperti pada Gambar 3.5. untuk mendapatkan data berupa
indeks bias, suhu, waktu, dan berat umpan dilakukan dengan dengan operasi
distilasi refluks total yang di tunjukan oleh Gambar 3.6
Keterangan :
1. Boiler tank;
2. Distilation tube;
3. Reflux tube;
4. Elbow tube;
5. Condensor tube;
6. Cooling HE;
3.3 Alat
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Air
2. Metanol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis refluk α
Mc HETP
Frenske
Xw xd Cabe
Underwood
Thiele
Refluks Total
(Perbandingan
campuran 0,227 0,639 3,9737 1,30199 1.228 1,1521
metanol:air
50:50)
Refluks Total
(Perbandingan
campuran 0.5079 0.7992 4.0016 0.973321393 - 1.541115
metanol:air
60:40)
Refluks
Parsial 7:5
(Perbandingan
0.227 0.6389 3.9954 1.296560098 1.65 1.156907
campuran
metanol:air
50:50)
Refluks
Parsial 7:5
(Perbandingan
0.3 0.2 3.9434 2,216416038 2,233 0,676768
campuran
metanol:air
60:40)
4.3.1 Refluks Total
Tabel 4.2 Hasil Percobaan pada Operasi Refluks Total
Xd/ LOG
LOG ALPHA Y*Z Fenske Underwood HETP
perbandingan (1-Xw)/Xw (1-Xd) C
(50:50) 3.4052863 1.770083 0.59919508 6.0276 0.78 1.301992162 1.1521
(60:40) 0.9688915 3.98008 0.60223367 3.8563 0.586 0.973321393 1.5411
(50:50) ISIAN 3.4052863 1.769316 0.57871942 6.025 0.78 1.347732625 1.113
Berdasarkan hasil percobaan distilasi batch dengan kondisi refluks total dapat
ditentukan jumlah tahap pemisahan berdasarkan dua metode yaitu metode matematis
dengan persamaan Fenske Underwood dan metode grafis dengan teori Mc Cabe
Thiele. Hasil dari kedua metode disajikan dalam tabel. 4.1 menunjukkan besarnya
tahap dengan teori mc cabe pada methanol:air 50:50 adalah sebesar 1,228 namun
60:40 tidak dapat dicari menggunakan teori mc cab, hal ini dikarenakan kesalahan
pengukuran pada indeks bias pada 60:40 metanol:air dan indeks bias pada tahap
kalibrasi pun sangat mempengaruhi. Pada hasil yang didapatkan, perbandingan
volume suatu campuran sangat mempengaruhi jumlah tahap teoritis yang didapatkan
.Hasil tersebut menunjukan bahwa tahapan tersebut di dapatkan ketika operasi terjadi
pada temperatur didihnya. Jumlah tahapan teoritis berpengaruh pada efisiensi kerja
dan perancangan kolom distilasi, semakin kecil nilai jumlah tahap teoritis maka
semakin banyak komposisi methanol (komponen yang mudah menguap) dalam suatu
campuran maka semakin sedikit jumlah tahap untuk memisahkannya.
Pada refluks total semua uap dikembalikan kedalam kolom yang
mengakibatkan distilat akan berkontak dengan uap dari dasar kolom, sementara tidak
ada umpan yang masuk, sehingga fraksi-fraksi zat yang terlibat konsentrasi
metanolnya hampir sama. Hal ini mengakibatkan difusi molekuler yang terjadi untuk
mencapai kesetimbangan dalam satu tahap menjadi lebih cepat. Oleh sebab itu jumlah
tahap dalam proses distilasi batch total lebih sedikit di bandingkan dengan jumlah
tahap dalam distilasi batch parsial. Adapun nilai volatilitas relatif dari proses ini rata-
rata yaitu 2,815 dimana nilai ini adalah nilai yang sesuai dengan teori yaitu proses
penguapan akan terjadi jika nilai volatilitas relatifnya lebih dari satu. Nilai HETP
dipengaruhi oleh jumlah tahap yang didapat. Semakin cepat fasa uap dan fasa cairnya
mencapai kesetimbangan maka nilai HETP akan semakin kecil dan semakin lama
fasa uap dan fasa cairnya mencapai setimbang maka HETP akan semakin besar, hal
tersebut ditunjukkan pada tabel 4.2.
4.3.2 Penentuan Jumlah Tahap Distilasi pada Refluks Parsial
Tabel 4.3 Hasil Percobaan pada Operasi Refluks Total Parsial
Tahap
Xd/
Log α Y*Z Log C Frenske HETP
(1-Xd)
perbandingan (1-Xw)/Xw Underwood
(50:50)-(7:5) 3.4052863 1.769316 0.60156027 6.025028 0.779959 1.296560098 1.156907
(60:40)-(7:5) 5,2578223 3,98008 0.59587083 20,92655 1,320698 2,216416038 0,676768
Berdasarkan hasil percobaan distilasi batch dengan kondisi refluks parsial
dapat ditentukan jumlah tahap pemisahan berdasarkan metode grafis dengan teori Mc
Cabe Thiele dan Frenske Underwood. Hasil dari metode tersebut dapat dilihat dalam
tabel 4.1 dan 4.3 serta Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
Dalam Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah tahap tiap rasio
refluks, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah perbandingan L (Refluks), semakin
besar nilai L maka titik kesetimbangan lebih cepat tercapai. Pada refluks parsial
sebagian uap air yang terkondensasi dalam kondensor dan tertampung pada kolom
refluks dikembalikan lagi kedalam kolom yang mengakibatkan sejumlah refluks
tersebut. Pada rasio refluks 7:5 dihasilkan perpotongan garis pada sumbu y atau
intercept yang tidak jauh berbeda, pada perbandingan 60:40 dihasilkan Xd/R+1
adalah 0,333 dan perbandingan 50:50 dihasilkan Xd/R+1 sebesar 0,266196 artinya
perbedaan perbandingan sangat mempengaruhi nilai intercept pada garis pengkayaan
sehingga akan menghasilkan jumlah tahap teoritis yang berbeda.
Pada penentuan jumlah tahap menggunakan metode Mc. Cabe Thiele, yaitu
berdasarkan grafik, pada refluks total metanol:air=50:50 diperoleh jumlah tahap yang
lebih sedikit jika dibandingkan refluks parsial metanol:air= 50:50 dan metanol:air=
40:60. Karena, dengan tinggi kolom distilasi yang tetap (1,5 m) operasi refluks total
hanya membutuhkan sedikit tahap sedangkan operasi refluks parsial membutuhkan
jumlah tahap yang lebih banyak dari operasi refluks total.
BAB V
KESIMPULAN
1. Nilai volatilitas relatif lebih besar dari satu, sehingga menentuka bahwasannya
cairan yang di distilasi dapat menguap dan terjadi operasi distilasi
2. Jumlah tahap yang diperoleh dipengaruhi oleh komposisi distilat (XD),
komposisi residu (XW), perbandingan refluks (R), komposisi umpan dan
temperature
3. Semakin cepat campuran mencapai kesetimbangan maka nilai HETP akan
semakin kecil dan begitupun sebaliknya
4. Perbandingan umpan berpengaruh terhadap jumlah tahap minimum yang di
peroleh karena proses pencapaian kesetimbangan uap-cairan akan lebih cepat
terjadi pada umpan yang mempunyai komposisi etanol lebih besar
dibandingkan umpan yang mempunyai komposisi etanol lebih sedikit.
5. Faktor yang mempengaruhi jumlah tahap teoritis adalah nilai rasio refluks,
indeks bias, komposisi komponen distilat,umpan, dan komposisi produk
bawah.